BAB III METODE PERANCANGAN
3.1 Metodologi Desain
Dalam mengerjakan perancangan, dilakukan beberapa metode. Metode brainstroming dilakukan dengan dosen pembimbing dan dosen lainnya serta para mahasiswa baik dalam jurusan desain interior maupun di luar jurusan desain interior. Brainstorming dilakukan untuk mendapatkan masukan pemikiran dari orang lain sehingga desain yang dibuat mengarah ke perancangan yang matang. Metode lain yang dilakukan adalah metode pembuatan mind map. Mind map dilakukan agar pola pikir dalam mendesain bisa lebih terarah dan terpola. Selain mind map, dibuat pula marketing mapping untuk menentukkan arah pasar dari perancangan furnitur yang dibuat, sehingga perancangan bisa mendekati dengan selera, bentuk, warna, material yang diminati oleh golongan pasar yang akan dituju. Selain itu dilakukan pula analisa permasalahan dengan pendekatan 3 faktor, yaitu lingkungan atau interior ruangan dari furnitur yang akan dirancang, aktifitas pengguna furnitur yang akan dirancang, serta analisa mengenai furnitur itu sendiri.
3.2 Pokok Permasalahan 3.2.1
Analisa Lingkungan
3.2.1.1 Analisa Makro Bangunan Bangunan yang dipakai untuk perancangan furnitur adalah bangunan sekolah Stamford Internasional School Bandung. Stamford Internasional School berada di Kota Bandung a. Data dan Analisa Geografis Kota Bandung merupakan ibu kota dari Provinsi Jawa Barat dengan luas 16.729,65 ha. Kota Bandung berada pada koordinat 6° 50’ 38’’ - 6° 58’ 50’’ LS dan 107° 33’ 34’’ - 107° 43’ 50’’. . 111
112
Gambar 3.1 Letak Kota Bandung di Jawa Barat (sumber: http://bandung.go.id/images/Materi_Teknis_RTRW_2011_2031/Bab_1_P endahuluan.pdf diakses tanggal 29 Maret 2014)
Kota Bandung bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang. Pada bagian selatan berbatasan dengan, Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur. Bagian Timur berbatasan dengan, Kabupaten Garut dan bagian Barat
berbatasan
dengan
Kabupaten
Bandung
Barat.
Menurut
regionalinvestment.bkpm.go.id yang diakses tanggal 29 Maret 2014, jumlah penduduk Kota Bandung tahun 2013 adalah sebanyak 3.299.988 jiwa.
113
Gambar 3.2 Perbatasan Kota Bandung (sumber: http://bandung.go.id/images/Materi_Teknis_RTRW_2011_2031/Bab_1_P endahuluan.pdf diakses tanggal 29 Maret 2014)
Secara geografis, Kota Bandung berada di area tengah Provinsi Jawa Barat dan berbatasan dengan kota-kota kecil yang sedang berkembang. Bandung juga memiliki akses tol Cipularang yang menghubungkan Bandung dengan Jakarta sebagai ibukota negara. Tol Cipularang memudahkan mobilitas penduduk Jakarta yang ingin ke Bandung dan sebaliknya. Akses tol Cipularang juga dijadikan salah satu jalan alternatif dari Jakarta menuju kota-kota di Jawa Tengah bagian selatan dan Jogjakarta. Akses yang mudah dari kota-kota besar yang ada di pulau Jawa menjadikan Kota Bandung menjadi salah satu destinasi penduduk pulau Jawa yang menempuh jalur darat. Bandung juga memiliki Bandara International Husein Sastranegara yang menjadi sarana transportasi udara.Dengan demikian, secara geografis, Bandung merupakan kota yang cukup strategis untuk orang bermobilisasi.
114
b. Data dan Analisa Topografis Bandung terletak pada dataran tinggi pada ketinggian 675 – 1050 meter di asat permukaan laut. Bentuk bentangan alam Kota Bandung merupakan cekungan dengan morfologi perbukitan di bagian Utara dan dataran di bagian selatan. Kota Bandung termasuk dalam wilayah Daerah Pengaliran Sungai (DPS) Citarum bagian hulu. Kota Bandung dikelilingi oleh Gunung Tangkuban Perahu (Kabupaten Bandung Barat dan Subang) dan Gunung Manglayang (Kabupaten Sumedang) di sebelah utara; Gunung Bukit Jarian, Gunung Mandalawangi dan Gunung Kasur (Kabupaten Sumedang) di sebelah timur; Gunung Puntang, Gunung Malabar, Gunung Rakutak dan Gunung Bubut (Kabupaten Bandung) di sebelah selatan; dan Bukit Kidang Pananjung, Gunung Lagadar dan Gunung Bohong (Kota Cimahi) (http://bandung.go.id/images/Materi_Teknis_RTRW_2011_2031/Bab_1_ Pendahuluan.pdf diakses tanggal 29 Maret 2014). Keadaan topografis kota Bandung menjadikan udara di kota bandung relatif dingin. Kabupaten Bandung beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson dengan curah hujan rata-rata antara 1.500mm – 4000mm per tahun. Suhu udara berkisar antara 12°C - 24°C dengan kelembapan antara 78% ppada musim hujan dan 70% pada musim kemarau (RKPD Kab Bandung. 2012. Aspek Geografis. (diakses tanggal 30 Maret 2014 dari http://www.bandungkab.go.id/arsip/2359/aspekgeografi)
c. Data dan Analisa Lokasi Gedung sekolah Stamford International School Bandung berada di Allegro Altura Complex, Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat. Akses menuju sekolah ini terbilang mudah karena terletak tidak jauh dari daerah Dago Bandung. Selain itu jalan menuju sekolah ini sudah
115
dilengkapi dengan papan petunjuk menuju ke sekolah tersebut. Sehingga memudahkan orang untuk menuju ke sekolah tersebut.
Gambar 3.3 Lokasi Stamford International School Bandung (sumber: https://www.google.com/maps/ Stamford+International+School/ diakses 29 Maret 2014)
Stamford International School Bandung berada di dalam perumahan Citra Green Dago. Gedung sekolah ini berada di kawasan hutan lindung Punclut Bandung. Gedung Sekolah berada di ketinggian sekitar 800-1100 meter di atas permukaan laut. Lokasi sekolah yang berada di dataran tinggi memberikan udara yang sejuk dan segar bagi siswa.
Gambar 3.4 Master Plan Perumahan Citra Green Dago (sumber: citragreendago.com diakses tanggal 29 Maret 2014)
116
Lokasinya yang berada di perumahan elit menjadikan sekolah dengan taraf nasional plus dan international sangat cocok dengan keadaan ekonomi di sekitar sekolah. Perumahan Citra Green Dago dikategorikan sebagai perumahan elit karena harga rumah di perumahan tersebut berkisar 3,5 miliar – 5,6 miliar. Harga tersebut sesuai dengan pricelist yang diakses melalui citragreendago.com pada tanggal 29 Maret 2014 untuk 3 unit yang tersisa di permuhanan tersebut. Area perumahan juga menambah nilai tersendiri bagi keamanan anak. Lokasi di dalam perumahan menjadikan aktifitas anak di sekolah terhindar dari kebisingan dan hiruk pikuk lalu lintas kendaraan pada jalan-jalan besar.
3.1.1.2. Analisa Mikro Bangunan dan Lingkungan Bangunan Stamford International School Bandung merupakan bangunan sekolah yang sebelumnya adalah Singapore International School Bandung. Setelah berganti nama, finishing fasad bangunan diubah warna dari yang semula biru menjadi oranye, kuning, putih dengan pilar kolom berwarna merah. Warna fasad ini menyesuaikan dengan warna lambang Stamford International School Bandung.
Gambar 3.5 Fasad Bangunan Stamford International School Bandung (sumber: http://wikimapia.org/10250429/id/Stamford-InternationalSchool diakses tanggal 29 Maret 2014)
117
Bangunan Stamford International School Bandung merupakan sebuah komplek sekolah. Untuk program belajar kindergarten hingga primary school menyatu di bangunan yang sama. Bangunan untuk kindergarten dan primary school terdiri dari 3 gedung yang saling berhubungan.
Gambar 3.6 Layout Stamford International School Bandung (sumber: data pribadi, 2014)
Bangunan pertama berbentuk setengah lingkaran dengan 2 lantai. Bangunan ini sebagai lobby, area administrasi. Pada bangunan setengah lingkaran ini terdapat air rmancur di tengah sebagai ornamen fasad bangunan sekaligus sebagai putaran bagi kendaraan yang ingin antar jemput. Dengan adanya area drop off dengan pola berputar seperti ini menjadikan
aktifitas
menjemput
menjadi
mudah
dan
tidak
membahayakan bagi anak, karena anak tidak perlu keluar komplek sekolah. Di depan air mancur, terdapat pos satpam sebagai tempat pihak keamanan sekolah. Bangunan sekolah yang menghadap ke jaalan mengarah ke barat daya. Sehingga arah datang sinar matahari pagi dari serong kanan bangunan. Dan sinar matahari sore dari serong kiri.
118
Gambar 3.7 Arah Datang Matahari Pagi dan Jatuh Bayangan (seumber: data pribadi, 2014)
Sinar matahari pagi menyinari belakang bangunan dengan bangunan paling kanan mendapat sinar matahari paling banyak. Bangunan paling kanan diperuntukkan siswa primary school program. Sinar matahari pagi juga menyinari sebagian area bermain.
Gambar 3.8 Arah Datang Matahari Sore dan Jatuh Bayangan (sumber: data pribadi, 2014)
119
Arah barat biasanya lebih panas dari bagian yang menghadap ke arah mata angin lainnya. Sinar matahari sore mengenai beberapa bagian area lobby, bangunan tengah dan sebagian area bermain. Sinar matahari tidak terlalu dirasakan langsung oleh siswa preschool program karena jadwal kegiatan siswa yang hanya sampai jam 12 siang. Dari beberapa aspek yang sudah ditinjau, bangunan sekolah Stamford International School cocok dijadikan sekolah bagi siswa preschool. Dari banyak ruang yang ada di bangunan sekolah Stamford International School, ruang kelas siswa playgroup adalah ruangan yang menjadi lingkup perancangan.
Gambar 3.9 Area Perancangan Layout Interior (sumber: data pribadi, 2014)
120
Gambar 3.10 Zoning Perancangan Layout Interior (sumber: data pribadi, 2014)
Gambar 3.11 Grouping Perancangan Layout Furnitur (sumber: data pribadi, 2014)
121
Gambar 3.12 Area Ruang Kelas Playgoup (sumber: data pribadi, 2014)
Gambar 3.13 Layout Furnitur Ruang Kelas Playgroup (sumber: data pribadi, 2004)
122
3.2.2
Analisa Pengguna Nama Sekolah
: Planet Kidz Preschool
Manajemen
: 2 orang
Kepala Sekolah
: 1 orang
Jumlah Murid Toddler
: 36 siswa terbagi menjadi 2 sesi
Playgroup
: 32 siswa terbagi menjadi 2 sesi
Kindergarten A
: 15 siswa
Kindergarten B
: 15 siswa
Jumlah Guru Toddler
: 6 orang
Playgroup
: 4 orang
Kindergarten A
: 2 orang
Kindergarten B
: 2 orang
Administrasi
: 2 orang
Keamanan
: 5 orang
3.2.2.1 Sirkulasi Pengguna 1. Sirkulasi Manajemen
Bagan 3.1 Sirkulasi Manajemen
123
2. Sirkulasi Tamu
Bagan 3.2 Sirkulasi Tamu
3. Sirkulasi Guru dan Karyawan
Bagan 3.3 Sirkulasi Murid
124
4. Sirkulasi Orang Tua a. Sehari-hari
Bagan 3.4 Sirkulasi Orang Tua Sehari-hari
b. Saat acara tertentu
Bagan 3.5 Sirkulasi Orang Tua Acara Tertentu
125
5. Sirkulasi Siswa
Bagan 3.6 Sirkulasi Siswa
Adapun dari beberapa pola sirkulasi yang ada, sirkulasi yang menjadi pokok perhatian adalah pola sirkulasi siswa. Kegiatan siswa selama di sekolah juga menjadi pertimbangan untuk perancangan sehingga rancangan sesuai dengan kegiatan siswa.
126
3.2.2.2 Aktifitas dan Fasilitas Pengguna
127
128
Tabel 3.1 Aktifitas Fasilitas Sekolah
Dari aktifitas dan fasilitas yang ada di sekolah, akfitas siswa di kelas menjadi area fokus perancangan.
3.2.3
Analisa Furnitur
3.2.3.1 Produk yang akan Dirancang Dari penjabaran dan analisa yang sudah dilakukan, dipilih produk yang akan dirancang adalah furnitur untuk siswa dan guru. Hal ini dikarenakan fokus perhatian dari proyek perancangan adalah siswanya, karena metode belajar aktif berhubungan langsung dengan siswa. Hal ini juga diperkuat dengan data di lapangan bahwa orang tua yang datang ke sekolah diharapkan untuk tidak menunggu, untuk melatih keberanian dan kemandirian anak. Dirancangnya sarana untuk aktifitas menunggu orang tua di lobby adalah untuk memfasilitasi apabila orang tua akan membayar uang sekolah, menjemput anak terlalu cepat, atau ketika saat tertentu dimana anak perlu ditunggu selama belajar di sekolah. Adapun produk yang akan dirancang adalah: 1. Kursi belajar anak 2. Meja belajar anak
129
3. Rak buku 4. Rak penyimpanan tas 5. Rak sepatu
3.2.3.2 Market Mapping
Bagan 3.7 Market Mapping
Keyword market mapping adalah attractive – simple dan functional – art look. Keyword ini dipilih agar pendekatannya sesuai dengan perancangan untuk anak. Dari positioning market mapping yang sudah dilakukan, attractive – artlook menjadi kata kunci dalam perancangan furnitur belajar anak. Dalam kamus besar bahasa Indonesia melalui laman resmi nya kbbi.web.id yang diakses tanggal 30 Maret 2014, atraktif adalah mempunyai daya tarik; bersifat menyenangkan, sedangkan art look terdiri dari 2 kata, art berarti seni, dan look berarti pandangan. Sehingga art look adalah yang terlihat memiliki nilai seni.
130
Gambar 3.14 Attractive-Art Look Mood Board
Adapun penjelasan mengenai produk yang akan dirancang adalah sebagai berikut: a. style
: attractive – art look
b. Bentuk Bentuk perancangan furnitur akan sesuai dengan konsep interior ruang kelas yaitu dengan tema alam dan konsep wonderland. Studi bentuk dilakukan dengan pendekatan form follow fun. Pedekatan ini dilakukan sebagai eksplorasi dari kegiatan yang menyenangkan dan atraktif dari anak dan dengan imajinasi anak yang sedang dalam masa puncaknya. Bentuk kursi akan dianalogikan dengan bentuk binatang. Sedangkan bentuk meja lebih berfokus pada fungsinya dan tujuannya. Bentuk meja memfasilitasi kegiatan belajar aktif dalam kelompok kecil. Rak penyimpanan juga berbentuk dengan pendekatan form follow fun dengan konsep wonderland.
131
c. Fungsi kursi belajar anak
: sarana duduk, sarana belajar, sarana kegiatan makan di kelas
meja belajar anak
: sarana belajar, saran kegiatan makan di kelas
rak buku
: tempat penyimpanan buku cerita/majalah
rak penyimpanan tas
: tempat menyimpan tas siswa
rak sepatu
: tempat penyimpanan sepatu
d. Dimensi Dari data standar ukuran yang sudah dihimpun dari studi literatur dan studi lapangan, maka dapat disimpulkan ukuran furnitur yang akan dirancanng adalah 1. Kursi anak Lebar dudukan
: 32,5 cm
Kedalaman dudukan
: 32 cm
Tinggi dudukan
: 27 cm
Tinggi sandaran
: 27 cm
2. Meja anak (untuk 2 orang) Panjang
: 80 cm
Lebar
: 50 cm
Tinggi
: 51 cm
3. Rak penyimpnan Panjang
: 50 cm
Lebar
: 40 cm
Tinggi
: 100 cm
e. Warna Warna yang akan digunakan dalam perancangan furnitur adalah warna natural, seperti cokelat, putih dan abu-abu.Warna ini dipakai sebagai penetral warna-warna primer yang sudah digunakan dalam interior, selain itu warna ini dipilih juga berdasarkan studi psikologi anak bagi anak. Warna coklat secara
132
psikologis akan memciptakan rasa aman dan nyaman bagi anak, sedangkan warma putih memberikan aura kebebasan dan keterbukaan, kesucian atau kemurnian, dan lemah lembut.
3.2.3.3 Material dalam Perancangan Dari sekian banyak material yang biasa menjadi bahan dalam perancangan furnitur, tidak semua furnitur cocok bagi anak. Adapun furnitur yang sesuai untuk anak antara lain: 1. Kayu Kayu yang cocok bagi anak adalah kayu yang ringan. Kayu yang ringan biasanya memiliki tingkat kekerasan yang rendah atau lunak. Kelunakkan kayu ini bisa menjadi nilai tambah namun juga sekaligus menjadi nilai kurang. Nilai tambahnya adalah ketika kayu pecah, maka pecahan kayu tidak tajam sehingga aman bagi anak. Namun demikian kayu yang lunak umurnya tidak bertahan lama. Umur kayu lunak berkisar 1-3 tahun. Namun demikin keterbatasan ini cukup relevan dengan perkembangan anak. Anak dalam kurun waktu 3 tahun sudah mengalami perkembangan postur tubuh yang cukup signifikan. Dengan demikian ukuran furnitur yang sesuai dengan postur tubuhnya juga sudah berbeda. Beberapa kayu yang ringan dan lunak: a. Kayu Sengon/Albasia Sengon dalam bahasa latin disebut Albazia Falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga petai – petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut : Jawa
: jeunjing, jeunjing laut (sunda), kalbi, sengon landi, sengon laut, atau sengon sabrang (jawa).
Maluku
: seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore)
133
Gambar 3.15 Kayu Sengon Batangan (sumber: http://investasi-sengon-jahemerah.blogspot.com diakses tanggal 30 Maret 2014)
Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30–45 meter dengan diameter batang sekitar 70 – 80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet dan kelas kuat IV – V. Kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti kas, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas dan lain-lainnya (http://www.produknaturalnusantara.com/panduanteknis-budidaya-pertanian/panduan-cara-budidaya-sengon-albasia/
diakses
30 Maret 2014).
b. Kayu Pinus Kayu pinus (pine wood) adalah jenis kayu ringan dan biasanya berwarna krem mengkilap, bertekstur halus, dan lebih lunak dibanding jenis kayu lainnya. Kayu pinus baik untuk interior dalam ruangan, namun kurang cocok untuk furniture luar ruangan karena mudah rusak diserang rayap dan kurang tahan cuaca (http://rickysetiawan.com/?p=1446 diakses tanggal 30 Maret 2014).
134
Samingan (1980) dalam Yana Rahyana (1996) menerangkan bahwa sifatsifat kayu pinus adalah kayunya termasuk kayu ringan sedang berat jenis antara 0,46 – 0,70, bagian yang mendukung resin 0,95, kelas kuat II-III dan kelas awet V, kayu gubal 6-8 cm berwarna putih kekuning – kuningan, kayu ters berwarna lebih tua, coklat atau kemerahan, kekerasan daya kembang susut dan retak sedang, sifat pengerjaan lebih mudah patah tapi agak sulit digergaji. Batang umumnya berbentuk bulat dan lurus kulit berwarna coklat tua, kasar, berakar dalam dan menyerpih dalam kepingan panjang (dari http://tikawila.blogspot.com/ diakses tanggal 30 Maret 2014).
Gambar 3.16 Kayu Pinus (sumber: http://woodsofarcady.blogspot.com/2011/08/bike-shelf.html diakses tanggal 30 Maret 2014)
Hal yang perlu diperhatikan adalah pada saat furnitur dari kayu pinus sudah memasuki tahap finishing (pewarnaan). Biasanya, proses finishing pada furnitur yang terbuat dari kayu pinus ini akan terasa lebih sulit dari pada mem-finish furnitur yang terbuat dari jenis kayu pertukangan lainnya. Kesulitan tersebut tak lain adalah proses meratakan warnanya. Kayu pinus memiliki mata dan kantong minyak yang lebih keras dibanding bagian lain dari kayu ini sehingga penyerapan bahan finishing pada bagian mata dan kantong minyak kurang maksimal yang mengakibatkan warna jadi
135
berbelang.
(dari
http://rimbakita.blogspot.com/2013/01/kayu-pinus.html
diakses tanggal 30 Maret 2014)
c. Kayu Meranti Putih
Gambar 3.17 Kayu Meranti (sumber: http://cvkal.blogspot.com/ diakses tanggal 2 Juli 2014)
Kayu Mearnti Putih adalah kayu berwarna putih dan lambat laun akan berwarna lebih gelap semu-semu coklat jika berhubungan dengan udara atau cahaya. Tekstur kayu agak kasar tapi masih lebih halus dari kayu meranti putih. Arah seratnya jarang lurus, biasanya berpadu sampai sangat berpadu atau bahkan bergelombang. Menurut kekuatannya, jenis-jenis meranti dapat digolongkan dalam kelas kuat II-IV; sedangkan keawetannya tergolong dalam kelas III-IV. Kayu ini tidak begitu tahan terhadap pengaruh cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk penggunaan di luar ruangan dan yang bersentuhan dengan tanah.Selain itu untuk menjaga keawetan kayu bisa pula dengan pemilihan finishing yang tepat sehingga meranti dapat bertahan lama (http://worldofnaveezha.wordpress.com/2013/04/05/makalah-tentangmeranti/comment-page-1/ diakses tanggal 17 Juni 2014).
d. Kayu Mahoni Kayu mahoni dalam bahasa botani/latin disebut Swietenia di beberapa wilayah/daerah disebut mahoni.Pertumbuhannya tersebar diseluruh Pulau
136
Jawa.Tinggi pohon mahoni bisa mencapai 35 meter,dengan diameter bisa mencapai 125 cm.Tekstur kayu agak halus,dengan arah serat berpadu kadang kadang bergelombang, Permukaan licin dan mengkilap.
Gambar 3.18 Kayu Mahoni Balok (sumber: http://indonetwork.co.id/alloffers/30/harga-mahoni.html diakses tanggal 30 Maret 2014)
Kayu mahoni mempunyai berat jenis berkisar 0,53 hingga 0,72, termasuk kelas kuat III hingga kelas kuat II dan termasuk kelas awet III.Kayu mahoni mempunyai penyusutan ke arah radial 0,9 % hingga 3,3 % dan ke arah tangensial 1,3 % hingga 5,7 %. Pengeringan secara alami kayu mahoni dengan tebal 2,5 cm dari kadar air awal 40 %,selama 40 hari bisa mencapai kadar air kering udara. Sedangkan dengan dapur pengering kayu mahoni dengan tebal 2,5 cm, bisa mencapai kadar air hingga 10 % denga suhu berkisar 43°C hingga 76°C dengan kelembaban nisbi berkisar 75 % hingga 33 %. Kegunaan kayu mahoni adalah untuk mebel,patung,ukiran dan kerajinan lain.
(http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/artikel-coba-
2/departemen-bangunan-30/542-6-jenis-kayu-untuk-membuat-mebel-yangtelah-diuji-oleh-balai-penelitian-kayu diakses tanggal 30 Maret 2014)
137
2.
Veneer Kemungkinan penggunaan veneer hanya untuk furnitur berupa rak buku dan rak penyimpanan. Penggunaan veneer harus disertakan dengan penggunaan edging di sudut pertemuan veneer sehingga sudut rak tidak tajam dan tidak berbahaya bagi anak. Veneer yang digunakan harus veneer kualitas terbaik sehingga tidak mengandung partikel kayu berbahaya bagi kesehatan paruparu.
3. Plywood Penggunaan plywood sebenarnya sangat riskan bagi anak, karena plywood mengandung partikel debu kayu yang tidak baik bagi kesehatan paru-paru anak. Namun partikel debu kayu ini dapat dikurangi bahkan dihilangkan dengan penggunaan palywood kualias terbaik yaitu grade A. Selain itu sebelum ditempatkan di dalam kelas, furnitur dengan material plywood harus dianginkan di tempat terbuka. Plywood juga harus di-finishing dengan veneer terbaik dan pengaplikasian yang rapi.
3.2.3.4 Finishing dalam Perancangan Finishing yang sangat dianjurkan untuk furnitur anak adalah finishing water based. Namun sehubungan dengan material yang dianjurkan untuk anak adalah kayu lunak, yang notabene kurang kuat di daerah dingin, maka finishing yang dipakai harus bisa menutup kekurangan sifat kayu tersebut. Finishing yang bisa mengakomodir kebutuhan tersebut adalah finishing PU (Polyurethane). Finishing PU memang berbayaha saat diaplikasikan, namun akan menjadi aman setelah proses finishing selesai. Finishing PU kini juga sudah ada yang tidak menggunakan bahan formaldehyde dan menggunakan teknik water based, sehingga aman bagi anak.
138
3.3 Konsep Desain 3.3.1 Konsep Perancangan Interior Konsep interior adalah wonderland. Penentuan konsep ini dikarenakan daya imajinasi anak uasi 3-4 tahun sedang dalam masa puncaknya. Daya imjanasi ini penting dikembangkan agar merangsang perkembangan daya pikir anak. Wonderland artinya negeri ajaib atau negeri imajinatif. Wonderland yang ingin diciptakan adalah dengan setting suasana taman yang luas atau hutan kecil yang cerah, dengan pepohonan dan semak-semak, dan binatang-binatang yang hidup rukun dan menyenangkan. Mengambil tema alam ada hubungannya perkembangan kecerdasan anak. Pada kecerdasan dikatakan sebagai kemampuan menganalisis, mengenali, mengategorikan, mengingat, atau menguasai pengetahuan mengenai lingkungan alam. Menurut Leslie Owen Wilson dalam The Eighth Intelligence: Naturalistic Intelligence (2000), kecerdasan naturalis berkaitan dengan wilayah otak kiri. Yaitu yang berhubungan dengan kepekaan terhadap pengenalan bentuk atau pola, kepekaan
terhadap
persepsi
sensorik,
serta
kemampuan
dalam
mengklasifikasikan sesuatu atau menandai berbagai naturalis berkaitan dengan wilayah otak kiri. Yaitu yang berhubungan dengan kepekaan terhadap pengenalan bentuk atau pola, kepekaan terhadap persepsi sensorik, serta kemampuan dalam mengklasifikasikan sesuatu atau menandai berbagai kesamaan ataupun perbedaan di sekitarnya. Di sisi lain, sebenarnya kecerdasan alam juga berkaitan dengan perkembangan kemampuan otak kanan. Misal, anak yang tertarik atau senang terhadap kupu-kupu karena keindahan warna dan bentuknya. Atau para pecinta alam sangat menyukai menjelalahi pegunungan karena begitu terkesan akan keindahannya. Dengan kata lain, cerdas alam juga berarti menandakan berkembangnya kemampuan otak kanan yang notabene salah satunya berkaitan dengan seni atau keindahan.
139
Gambar 3.19 Konsep Perancangan Interior (sumber: dokumen pribadi, 2014)
Selain itu mengambil tema hutan berhubungan dengan lokasi sekolah yang berada di daerah Dago, Bandung yang suasananya masih asri,dan memiliki banyak pepohonan sehingga dapat mendukung tema perancangan sekolah ini. Mengangkat tema alam dalam bentuk hutan tentunya harus disesuaikan dengan usia anak yang masih sangat muda yang mana pola pikirnya masih sederhana, sehingga setting hutan yang akan diolah merupakan hutan yang ceria, menyenangkan, dan simple. Bentuk yang sederhana dapat memancing anak berpikir lagi untuk membayangkan bentuk yang diinginkan. Memanjakan anak dengan imajinasinya dapat mendukung kreatifitas anak. Anak sangat dekat hubungannya dengan cerita ataupun dongeng, maka dari itu mengangkat tema film anak cocok dalam perancangan sekolah. Hutan yang akan diangkat menjadi tema adalah Truffula forest dari film The Lorax.
140
3.3.2
Citra Ruang Perancangan Interior
Dalam perancangan ruang kelas playgroup menerapkan pencitraan ruang yang imajinative, playful, dan cheerful. Pencitraan ruang ini disesuaikan dengan sifat anak pada usia tersebut.
Gambar 3.20 Citra Ruang Perancangan Interior (sumber: www.pinterest.com diakses tanggal 30 Maret 2014) Pemakaian warna yang bervariasi akan membuat sebuah ruang menjadi, playful dan cheerful. Penggunaan warna tersebut akan membantu anak dalam belajar mengenal warna, dan pengaruh psikologis untuk membangkitkan keceriaan anak. Selain itu anak dapat belajar mengenai bentuk melalui perancangan bentuk yang digunakan pada ruang tersebut. Penggunaan gambar dan bentuk makhluk hidup yang sesuai dengan tema pada interior dimaksudkan agar anak dapat merasakan suasana yang mendukung sekaligus belajar tentang lingkungan hidup terutama alam. Citra ruang ini dapat dilihat dari penerapan keselurahan ruang, seperti furniture, penggunaan warna, element interior, pencahayaan dan pemilahan material.
141
3.3.1
Visual References
Gambar 3.21 Visual References (sumber: dokumen pribadi, 2014)
3.3.2
Konsep Furnitur
Gambar 3.22 Konsep Perancangan Furnitur (sumber: dokumen pribadi, 2014)
142
Konsep furnitur yang akan dirancang menyesuaikan dengan ruangan dimana furnitur akan ditempatkan. Seperti yang sudah dijabarkan di atas, konsep ruangan yang dirancang adalah wonderland dengan citra ruang yang imajinative, playful, dan cheerful. Maka dari itu konsep furnitur yang akan dirancang adalah animals in the forest dengan pendekatan form follow fun. Animals in the forest menggambarkan kehadiran kehidupan di alam wonderland dengan suasana hutan kecil yang imajinatif dan menyenangkan. Penggambaran ini sama dengan analogi kehadiran furnitur sebagai sarana kegiatan manusia di sebuah ruangan.
3.3.2.1 Konsep Kursi dan Meja Anak
Gambar 3.23 Konsep Kursi dan Meja Anak (sumber: dokumen pribadi, 2014)
Konsep kursi dan meja belajar terinspirasi dari satu binatang yang sama yaitu fawn. Fawn berasal dari bahasa Inggris yang artinya adalah anak rusa. Fawn bisa juga berarti berwarna kecoklatan. Anak rusa diambil sebagai inspirasi karena anak rusa cukup banyak menjadi icon dalam cerita-cerita anak. Keluarga rusa juga sangat hangat dan rukun, sesuai dengan konfigurasi penaataan meja dan kursi yang akan dirancang dengan membuat pola berkelompok, hangat dan rukun
143
di dalam kelompoknya. Anak rusa tidak berbahaya, bukan merupakan hewan buas, dan juga bersahabat dengan hewan-hewan lainnya.
3.3.2.2 Konsep Rak Buku
Gambar 3.24 Konsep Penyimpanan Buku (sumber: data pribadi, 2014)
Beruang termasuk binatang yang hidup di hutan. Beruang sebenarnya bukan termasuk hewan jinak, namun demikian binatang ini menjadi icon yang dekat dengan anak karena adanya boneka beruang. Boneka beruang cukup universal, dimainkan anak kecil. Sosok beruang sendiri cukup sering muncul di cerita kartun dan dongeng. Karena inilah sosok beruang menjadi terasa seperti hewan jinak. Rak buku dalam perancangan yang di maksud bukanlah rak buku dengan buku pengetahuan yang tebal, melainkan berisi buku bacaan dongeng dan buku bergambar. Beruang dijadikan inspirasi karena kehadirannya dalam bentuk boneka yang biasanya menemani anak saat waktu bercerita bersama orangtua. Maka dari itu beruang dijadikan inspirasi.
144
3.3.2.3 Konsep Rak Penyimpanan Tas
Gambar 3.25 Konsep Penyimpanan Tas (sumber: data pribadi, 2014)
Konsep tempat penyimpanan tas mengambil konsep jerapah sebagai binatang inspirasi. Jerapah cukup banyak ada di film kartun yang ditonton oleh anak kecil. Tokoh jerapah yang biasa ada biasanya adalah tokoh yang baik, tidak menyerang, dan bersahabat. Jerapah juga memiliki keunikkan postur tubuh yang menarik untuk dikembangkan
3.3.2.4 Konsep Rak Sepatu
Gambar 3.25 Konsep Tempat Penyimpanan Sepatu (sumber: data pribadi)
145
Konsep tempat penyimpanan sepatu mengambil konsep binatang kelinci. Kelinci dijadikan inspirasi karena berkenaan dengan ruangan koridor tempat rak septu berada yaitu menggunakan konsep bukit-bukit. Binatang kelinci selain juga merupakan binatang yang dekat dengan anak kecil, juga cocok untuk dimasukkan kedalam konsep interior koridor, sehingga seakan kelinci mengisi suasa bukit-bukit di koridor.
3.4 Kriteria Desain Kursi Anak
Meja Anak
Rak Penyimpanan
Gaya Desain
Attractive – Art look
Attractive – Art look
Attractive – Art look
Fungsi
Sarana duduk, sarana
Sarana belajar, sarana
Sarana penyimpanan
belajar, sarana
kegiatan makan
kegiatan makan Pengguna Lingkungan
Anak (usia 3-4 tahun)
Anak (usia 3-4 tahun)
Anak (usia 3-4 tahun)
Ruang kelas playgroup Ruang kelas playgroup
Ruang kelas playgroup
Material
Kayu solid pinus
Kayu solid pinus
Plywood & Veneer
Bentuk
Analogi binatang
Analogi binatang
Analogi binatang
Dimensi
32 x 32 x 54
80 x 50 x 51
50 x 40 x 100
Warna
Kombinasi primer
Kombinasi primer
Kombinasi primer
(atau turunannya) dan
(atau turunannya) dan
(atau turunannya) dan
coklat
coklat
coklat
Tabel 3.2 Kriteria Desain