43
BAB III METODE PERANCANGAN
3.1 Data Survei Observasi Lapangan dan Literatur 3.1.1 Observasi Lapangan museum Bank Indonesia • Sejarah Bank Indonesia Jauh sebelum kedatangan bangsa barat, nusantara telah menjadi pusat perdagangan internasional. Sementara di daratan Eropa, merkantilisme telah berkembang menjadi revolusi industri dan menyebabkan pesatnya kegiatan dagang Eropa. Pada saat itulah muncul lembaga perbankan sederhana, seperti Bank van Leening di negeri Belanda. Sistem perbankan ini kemudian dibawa oleh bangsa barat yang mengekspansi nusantara pada waktu yang sama. VOC di Jawa pada 1746 mendirikan De Bank van Leening yang kemudian menjadi De Bank Courant en Bank van Leening pada 1752. Bank itu adalah bank pertama yang lahir di nusantara, cikal bakal dari dunia perbankan pada masa selanjutnya. Pada 24 Januari 1828, pemerintah Hindia Belanda mendirikan bank sirkulasi dengan nama De Javasche Bank (DJB). Selama
berpuluh-puluh
tahun
bank
tersebut
beroperasi
dan
berkembang berdasarkan suatu oktroi dari penguasa Kerajaan Belanda, hingga akhirnya diundangkan DJB Wet 1922. Masa pendudukan Jepang telah menghentikan kegiatan DJB dan perbankan Hindia Belanda untuk sementara waktu. Kemudian masa revolusi tiba, Hindia Belanda mengalami dualisme kekuasaan, antara Republik Indonesia (RI) dan Nederlandsche Indische Civil Administrative (NICA). Perbankan pun terbagi dua, DJB dan bank-bank Belanda di wilayah NICA sedangkan "Jajasan Poesat Bank Indonesia" dan Bank Negara Indonesia di wilayah RI. Konferensi Meja Bundar (KMB) 1949 mengakhiri konflik Indonesia dan Belanda, ditetapkan kemudian DJB sebagai bank sentral bagi Republik Indonesia Serikat (RIS). Status ini terus bertahan hingga masa
44
kembalinya RI dalam negara kesatuan. Berikutnya sebagai bangsa dan negara yang berdaulat, RI menasionalisasi bank sentralnya. Maka sejak 1 Juli 1953 berubahlah DJB menjadi Bank Indonesia, bank sentral bagi Republik Indonesia. • Lokasi - Museum Bank Indonesia beralamat di Jl. Pintu Besar Utara No. 3 Jakarta Barat - Lokasi Museum Bank Indonesia terletak bersebelahan dengan Museum
Bank
Mandiri
dan
berhadapan
dengan stasiun kota Jakarta (Beos) di kawasan Kota Tua Jakarta. Museum lainnya dan banguna menarik disekitar lokasi museum seperti, Museum Sejarah Jakarta, Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, Batavia Café, Toko Merah, Jembatan Kota Intan, Hotel Batavia, Museum Bahari, Menara Syahbandar, Pelabuhan Sunda Kelapa. - Untuk mengunjungi Museum Bank Indonesia dapat menggunakan taksi atau kendaraan umum seperti Busway. Bila menggunakan Busway, gunakan Busway Koridor satu yaitu jurusan Blok M – Kota. Anda turun di Stasiun Kota yang merupakan stasiun terakhir dari rute koridor satu. Letak Museum Bank Indonesia persis diseberang stasiun Kota.
(Peta 3.1 : Site plan lokasi museum Bank Indonesia)
45
• Eksterior Bangunan
(Foto 3.1 : Tampak Bangunan museum Bank Indonesia) Sumber : Dockumen pribadi Rizki (2013 : 41)
Gedung Kantor Pusat Bank Indonesia Kota merupakan Kantor Bank Indonesia yang pertama, bangunan ini juga merupakan bangunan bekas rumah sakit (Binnen Hospital) dan De Javasche Bank yang berdiri pada tanggal 24 Januari 1828. Bangunan Museum bank Indonesia cukup besar ukurannya dengan lahan parkir yang luas. Arsitektur khas Eropa begitu jelas terlihat dari tampak bangunan tersebut, Bentuknya begitu mengesankan meski usianya sudah ratusan tahun. Warna putih yang menyelimuti seluruh dindingnya, kian menghadirkan tampilan yang elegan. • Denah Layout dan Fasilitas Museum Bank Indonesia
( Gambar 3.1 Lantai 1 museum Bank Indonesia ) Sumber : Document Bank Indonesia
46
1.
Pintu masuk belakang Dari pintu barat ini pengunjung tertentu dapat melewati ruang serbaguna untuk menuju ke Ruang masuk di sebelah depan untuk selanjutnya ke reception/lobby hall. Bagi dissable people tersedia lift yang akan membawa ke lantai 2 guna langsung ke reception hall.
( Gambar 3.2 pintu masuk belakang museum Bank Indonesia ) Sumber : Document Bank Indonesia
2.
Ruang Serba Guna Ruangan ini dapat digunakan untuk ruang makan dalam mendukung kegiatan edukasi yang diselenggarakan di ruang auditorium. Atau kegiatan seni dan budaya. Ruangan tersebut juga dapat dipakai untuk berbagai keperluan dan disewakan kepada umum untuk resepsi perkawinan, dan lain-lain yang menambah penghasilan bagi museum.
( Gambar 3.3 Ruang serba guna museum Bank Indonesia ) Sumber : Document Bank Indonesia
47
3.
Ruang Emas/ Koleksi Bank Ruang emas/koleksi bank terletak dilantai 1, tepat dibawah ruang emas moneter. Ruang ini juga bersifat temporer, tetapi sifatnya mempunyai tingkat keamanan yang lebih baik, sehingga cocok unutk memamerkan benda-benda berharga, seperti buku kuno, perhiasan. Ruangan ini juga digunakan untuk pameran temporary.
( Gambar 3.4 Ruang emas museum Bank Indonesia ) Sumber : Document Bank Indonesia
4.
Ruang Jeda 3 Pada area ini ditata sejarah OPRI yang dibuat dalam bentuk komik dan display mengenai percetakan ORI
( Gambar 3.5 Ruang Jeda 3 museum Bank Indonesia ) Sumber : Document Bank Indonesia
48
5.
Ruang Penerbitan dan Pengedaran Uang Di sini akan dipamerkan proses penerbitan uang sejak ide awalnya
hingga
dicetak
dan
juga
bagaimana
proses
pengedarannya ke masyarakat termasuk peracikannya dan penarikan kembali dari peredarannya.
( Gambar 3.6 Ruang penerbitan museum Bank Indonesia ) Sumber : Document Bank Indonesia
6.
Ruang Perpustakaan Perpustakaan merupakan salah satu fasilitas unggulan Museum Bank Indonesia. Terdapat dua macam perpustakaan di Museum Bank Indonesia yaitu: 1.
Perpustakaan untuk para peneliti museum
2.
Perpustakaan untuk umum
Perpustakaan ini akan menyajikan koleksi lengkap, mulai dari buku-buku referensi, majalah, hingga dokumen-dokumen yang tersimpan dalam perangkat multi media, yang kesemuanya dapat dimanfaatkan oleh pengunjung untuk menambah wawasan, keperluan penelitian, maupun analisis.
49
( Gambar 3.7 Ruang Perpustakaan museum Bank Indonesia ) Sumber : Document Bank Indonesia
( Gambar 3.8 Lantai 2 museum Bank Indonesia ) Sumber : Document Bank Indonesia
1.
Pintu masuk utama Memasuki pintu masuk utama, pengunjung akan menikmati gedung cagar budaya tahun 1935. Meja di design moder, kontras dengan suasana gedung kuno. Pengunjung diarahkan langsung naik tangga ke lantai 2.
50
( Foto 3.2 Pintu masuk utama museum Bank Indonesia ) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013 : 33)
2.
Ruang penitipan barang Memasuki lobby/hall di lantai 2, pengunjung akan melihat “bench”di sepanjang lobby. Ada counter penitipan barang di sebelah kanan tangga. Ruang ini disediakan bagi pengunjung yang
hendak
menitipkan
barang-
barangnya
selama
berkunjung ke Museum Bank Indonesia.
( Foto 3.3 Ruang Penitipan barang museum Bank Indonesia ) Sumber : Document pribadi Rizki (2013 : 33)
3.
Ruang Manager Untuk pengunjung yang memerlukan informasi lebih lanjut, dapat menghubungi duty manager yang ruangannya terletak di sebelah kiri tangga. Ruangan di design modern dan minimalis.
51
( Gambar 3.9 Ruang Manager museum Bank Indonesia ) Sumber : Document Bank Indonesia
4.
Ruang Lobby Hall Memasuki lobby/hall di lantai 2. Pengunjung akan menikmati kaca patri yang menunjukkan kondisi tahun 1935 Di sebelah kiri counter informasi pengunjung akan melihat loket-loket teller yang pada backgroundnya ada display photowall suasana tahun 1935
( Foto 3.4 Ruang Lobby hall museum Bank Indonesia ) Sumber : Document pribadi Rizki (2013 : 47)
5.
Ruang Pelayanan Pengunjung (receptionis) & ruagn locket Memasuki visitor centre, pengunjung akan melihat counter informasi di tengah ruangan. Ruangan dihiasi banner, dan pada ujung ruangan terdapat signage informasi tentang denah museum. Counter ini juga berfungsi sebagai ticketing.
52
(Foto 3.5 Ruang Receptionis museum Bank Indonesia ) Sumber : Document pribadi Rizki (2013 : 48)
6.
Ruang Peralihan Dalam ruangan ini akan disajikan “tayangan hologram/3D” yang menggambarkan uang-uang yang berjatuhan, untuk mengalihkan perhatian dari masa kini untuk dapat masuk ke masa lalu.
(Foto 3.6 : Ruang Peralihan museum Bank Indonesia ) Sumber : Document pribadi Rizki (2013 : 48)
7.
Ruang Teater Memasuki teater Introduksi, pengunjung sudah terbiasa dengan
suasana
pengunjung.
gelap.
Teater
dapat
menampung
30
53
(Foto 3.7: Ruang teater museum Bank Indonesia ) Sumber : Document pribadi Rizki (2013 : 49)
8.
Ruang Informasi BI Ruang ini menyajikan sarana komputer lengkap yang menyajikan informasi dari masa lalu hingga masa kini dengan time series yang cukup panjang mengenai sejarah dan peran Bank
Indonesia.
Informasi
tersebut
dapat
diakses
menggunakan perangkat multi media, sehingga bermanfaat untuk
keperluan
penelitian,
pembuatan
analisis,
dan
sebagainya. Di samping informasi yang berasal dari Bank Indonesia, juga dapat diakses informasi dari beberapa sumber lain, dalam dan luar negeri. Disediakan pula fasilitas untuk mencetak
(printing)
data/informasi
dari
komputer.
Kelengkapan informasi dalam ruangan ini masih ditambah dengan hadirnya BI Virtual Museum, yang akan memberikan informasi tentang Museum Bank Indonesia melalui jaringan internet.
54
(Foto 3.8 : Ruang Informasi museum Bank Indonesia ) Sumber : Document pribadi Rizki (2013 : 50)
9.
Ruang Sejarah Pra BI Keluar dari ruang teater introduksi, pengunjung akan melihat peta kuno pada dinding yang membentang di depan pintu keluar ruang teater, yang kemudian disambung dengan replika kapal kuno lengkap dengan kegiatan bongkar muat di pelabuhan. Di depan replika kuno terdapat panel dan aneka replika objek yang menjelaskan mengapa nusantara menjadi pelabuhan dan apa saja barang yang diperdagangkan. Ruang sejarah pra BI di bagi 2 area : a. Area Nusantara sebelum awal abad ke-19 b. Area Masa De Javasche Bank
(Foto 3.9 Area Nusantara sebelum awal abad ke-19) Sumber : Document pribadi Rizki (2013 : 50)
55
(Foto 3.10 : Area Masa De Javasche Bank) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:51)
10. Ruang Sejarah BI Periode 1
Pada periode 1 kiprah Bank Indonesia membiayai inflasi yang besar dan keuangan negara selalu defisit akibat pemberontakan di Indonesia pada masa itu.
(Foto 3.11 : Ruang Sejarah BI periode 1) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:51)
11. Ruang Sejarah BI Periode 2
Kiprah Bank Indonesia pada masa demokrasi terpimpin untuk membiayai mercusuar
56
(Foto 3.12: Ruang Sejarah BI periode 2) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:52)
12. Ruang Sejarah BI Periode 3
Periode 3 digambarkan dengan Kiprah Bank Indonesia untuk membiayai sektor ekonomi terutama usaha kecil untuk pembangunan perekonomian Indonesia.
(Foto 3.13 : Ruang Sejarah BI periode 3) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:52)
57 13. Ruang Sejarah BI Periode 4
Periode 4, Kiprah Bank Indonesia mengembangkan perbaikan agar optimal
dalam rangka
pengerahan dana
kepada
masyarakat.
(Foto 3.14 : Ruang Sejarah BI periode 4) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:53)
14. Ruang Sejarah BI Periode 5
Periode 5 Kiprah Bank Indonesia menaggulangi perekonomian dan perbankan Indonesia agar dapat secepatnya keluar dari krisis yang melanda Indonesia.
(Foto 3.15 : Ruang Sejarah BI periode 5) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:53)
58 15. Ruang Sejarah BI Periode 6
Periode 6, Kiprah Bank Indonesia untuk memberdayakan perekonomian maksimal setelah Bank Indonesia memperoleh status independensi.
(Foto 3.16 : Ruang Sejarah BI periode 6) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:54)
16. Ruang Jeda 2 & Children Corner
Setelah mengamati ruang sejarah, pengunjung masuk ke ruang Jeda 2. Di ruang jeda 2 ini terdapat permainan anak-anak berupa ATM yang berfungsi untuk mengambil uang yang sudah ditabung di ruang jeda 1. Pada area ini terdapat bench beristirahat.
(Foto 3.17 : Ruang Jeda 2 & Children Corner) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:54)
59 17. Ruang Direktur Keluar dari Ruang Jeda 2, pengunjung diajak melihat bekas ruang kerja Direktur. Ruang bersejarah ini ditata sesuai dengan penataan tahun 1935. 18. Ruang Gubernur Keluar dari Ruang Jeda 2, pengunjung diajak melihat bekas ruang kerja Gubernur masa lalu. Ruang bersejarah ini ditata sesuai dengan penataan tahun 1935.
(Gambar 3.10 : Ruang Gubernur) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:55)
19. Ruang Meeting
masa lalu. Ruang bersejarah ini ditata sesuai dengan penataan tahun 1935.
(Gambar 3.11 : Ruang Meeting) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:55)
60 20. Ruang Gelar Budaya 2
Ruang Temporary Exhibition merupakan ruangan pameran tidak tetap. Ruangan ini dapat digunakan oleh Museum Bank Indonesia atau bekerja sama dengan museum/pihak lainnya dalam rangka men-display pameran dan tema-tema tertentu.
(Foto 3.18 : Ruang Gelar budaya 2) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:56)
21. Ruang Inspirasi
Pada ruangan ini pengunjung akan ditunjukkan testimony Gubernur Bank Indonesia pada masing-masing periode yang mengemukakan kebijakan terpopulernya (maskotnya).
22. Ruang Jeda 4 & Children Corner
Terdapat poster berbagai jenis mata uang di sepanjang koridoe menuju ruang numismatik dan terdapat replika uang 3 dimensi yang bisa difungsikan sebagai bangku (bench).
61
(Foto 3.19 : Ruang Jeda 4 & Children Corner) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:57)
23. Ruang Numismatic
Memasuki ruang numusmatik, pengunjung akan menikmati pameran mata uang yang disusun secara tematik dan kronologis sehingga mengerti sejarah uang. Di dalamnya pengunjung akan diperlihatkan koleksi uang yang didisplay modern dengan panel vertikal dan kaca pembesar.
(Foto 3.20 : Ruang Numismatic) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:57)
62 24. Ruang BI Future
Ruangan ini menggambarkan destination statement Bank Indonesia 2025.
(Gambar 3.12 : Ruang BI Future) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:58)
25. Ruang Kerja 26. Ruang Emas
Ruang emas moneter merupakan ruang dimana pengunjung dapat melihat bagaimana bentuk emas moneter, dapat merasakan beratnya, dan dapat mengetahui apa fungsi emas moneter.
(Foto 3.21: Ruang Penyimpanan Emas) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:58)
63 27. Ruang Souvenir dan kios buku
Pengunjung dapat memperoleh berbagai hasil publikasi dan cenderamata yang berkaitan dengan museum, khususnya Museum Bank Indonesia. Snacks juga disediakan di sini. Terletak di sebelah kiri lobby hall
(Foto 3.22 : Ruang Souvenir dan Kios Buku) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:59)
28. Ruang Auditorium
Auditorium terletak di lantai 2 Museum Bank Indonesia berdekatan dengan pusat informasi BI (BI Information Center).
Ruangan
penyelenggaraan
ini
digunakan
sebagai
ceramah/seminar/diskusi,
baik
tempat yang
disponsori oleh Bank Indonesia maupun pihak luar. Ruang ini dapat juga disewakan kepada pihak luar.
(Foto 3.23 : Ruang Audotorium) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:59)
64
• Benda koleksi Koleksi Museum Bank Indonesia terdiri dari koleksi - uang – uang logam dan kertas. - koleksi film Sejarah-sejarah Bank Indonesia, seperti pengerahan dana masyarakat 1953 – 1959, nasionalisasi bank-bank Belanda, pengedaran uang 1953 – 1959, penyelenggaraan kliring hingga 1959, dewan moneter menurut UU No. 11/1953, sistem kebijakan devisa 1953 – 1959. - koleksi benda perbankan seperti mesin hitung Ontel REMINGTON 77, mesin tik ROYAL, khazanah harian LIPS, lemari brankas LIPS, ruang brankas (pintu besi) arsek, mesin PTTB tanda bintang RUHAAK, ukiran kayu dengan pepatah Belanda, alat pelubang kupon/deviden, timbangan emas, dan loleksi lainnya.
3.1.2 Observasi Lapangan Museum Polri • Sejarah Museum Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan museum semi modern yang dimiliki kepolisian Negara Republik Indonesia saat ini. Dengan desain bangunan tahun 70-an ditambahi jendela-jendela modern menambahkan kesan klasik modern dengan desain interior mendasari konsep galeri. Museum Kepolisian Negara Republik Indonesia menawarkan penelusuran sejarah
kepolisian Negara
Republik Indonesia melalui sentuhan galeri sehingga tanpa terasa membawa para pengunjung pada alam kepolisian masa lalu hingga masa kini. Menyajikan Warisan-warisan kekayaan Kepolisian Negara Republik Indonesia
65
• Lokasi Museum polri berada di Jl. Trunojoyo No. 3, Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12110
(Peta 3.2 : Site plan lokasi museum Polri) Sumber : Document Museum Polri
• Eksterior Bangunan
(Gambar 3.13 : Tampak Bangunan Museum Polri) Sumber : Document Museum Polri
Musem polri jakarta memiliki tampak bangunan berbentuk simple dan minimalis, terletak di depan jalan utama.
66
• Denah Layout dan Fasilitas Museum Polri
(Gambar 3.14 Lantai 1 musium Polri) Sumber : Document Museum Polri
1. Pintu masuk (Entrance) 2. Lobi dan Informasi (lobby and informastion) Ruang depan dari museum Polri, diruangan ini terdapat pusat informasi umum, slogan Kepolisian, dan Kendaraan Polisi Indonesia.
(Foto 3.24 : Lobby, Informasi dan penitipan barang Museum Polri) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:62)
67
(Foto 3.25: Slogan Kepolisian yang berada di area lobby) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013: 63)
(Foto 3.26: Kendaraan polisi Indonesia yang berada di area lobby) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:63)
3. Ruang sejarah Di area lantai 1 terdapat ruang sejarah Kepolisian Indonesia dan perkembangannya. Ruangan ini mencakup : - Awal mula pengamanan yang dilakukan di masa kerajaan - Awal mula pengamanan dan keamanan masyarakat dalam tatanan kenegaraan. - Sejarah kepolisian dari masa kolonial dan masa-masa selanjutnya.
68
(Foto 3.27: Ruang Sejarah Pameran tetap museum polri) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:64)
(Foto 3.28: Ruang Sejarah Pameran tetap museum polri) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:64)
4. Ruang koleksi dan peristiwa Dalam ruangan ini terdapat berbagai macam koleksi dan peralatan yang khas digunakan oleh kepolisian Indonesia dalam menjalani tugasnya.
69
(Foto 3.29 : Ruang Koleksi dan peristiwa Pameran tetap museum polri) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:65)
(Foto 3.30 : Ruang Koleksi dan peristiwa Pameran tetap museum polri) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:65)
5. Hall of fame Dalam ruangan ini akan disajikan gambaran foto para pemimpin Kepolisian Negara Republik Indonesia yang telah banyak memberi warna untuk Kepolisian Negara Republik Indonesia.
70
(Foto 3.31 : Hall of frame Pameran tetap museum polri) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:66)
( Gambar 3.15 Lantai 2 musium Polri) Sumber : Document Museum Polri
6. Ruang Kepahlawanan Pada ruang ini akan diperlihatkan suka duka seorang polisi yang bertugas
pada
mengharapkannya.
area-area
yang
tidak
banyak
orang
71
(Foto 3.32 : Ruang Kepahlawanan Pameran tetap museum polri) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:67)
7. Ruang simbol dan Kesatuan Kepolisian Dalam ruang ini akan disajikan bermacam pangkat dan lambang kesatuan serta pakaian seragam termasuk atributnya dari masa ke masa.
(Foto 3.33 : Ruang Simbol dan kesatuan Pameran tetap museum polri) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:67)
(Foto 3.34 : Ruang Kesatuan keolisian Pameran tetap museum polri) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:67)
72
8. Ruang penegakan hukum Ruang ini menyajikan gambaran bagaimana kepolisian Negara Republik Indonesia menanggapi setiap kejahatan yang sangat mengganggu dan merugikan masyarakat
(Foto 3.35 : Ruang Penegak Hukum Pameran tetap museum polri) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:68)
9. Ruang labfor dan identifikasi
(Foto 3.36: Ruang Labfor dan identifikasi Pameran tetap museum polri) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:68)
73
10. Kid’s corner Ruang ini diperuntukkan kepada anak-anak sebagai generasi penerus bangsa dan negara. Pengenalan sejak dini pada anak-anak tentang tugas dan fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia dilakukan dengan cara yang menyenangkan.
(Foto 3.37 : Ruang Kids Corner museum polri) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:69)
11. Tempat Souvenir
(Foto 3.38 : Ruang Souvenir shop museum polri) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:69)
74
( Gambar 3.16 Lantai 3 museum Polri) Sumber : Document Museum Polri
12. Ruang Audio Visual Ruangan ini berkapasitas 30 orang, dalam ruang audio visual pengunjung dapat menonton tentang sejarah awal Kepolisian, tugas-tugas yang dilakukkan sehingga memberi gambaran langsung dari pristiwa-pristiwa yang telat di alami oleh Kepolisian Indonesia.
(Foto 3.39 : Ruang Audotorium museum polri) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:70)
75
13. Ruang pameran Temporer
(Foto 3.40 : Ruang Pameran temporer museum polri) Sumber : Document Pribadi Rizki (rizki : 71)
14. Ruang staff
(Foto 3.41: Ruang Staff museum polri) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:71)
15. Perpustakaan
(Foto 3.42 : Ruang Perpustakaan museum polri) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:71)
76
• Benda Koleksi - Koleksi perlengkapan polisi - Motor patroli Polisi - Koper Identifikasi Sidik Jari (2 buah) - Lie Detector - Kamera Single Yashica 635 - Kamera Polaroid 195 Land Camera - Kamera Tersamar Chinon. - Koleksi senjata - Baju segaram - Pet polisi - Piagam
3.1.3 Observasi Lapangan Museum Manggala Wanabakti • Sejarah Gedung Manggala Wanabakti yang semula dikenal sebagai Gedung Pusat Kehutanan lahir dari gagasan dan cita-cita mulia Korps Rimbawan Senior yang pada umumnya adalah Rimbawan angkatan '45, yang dipelopori oleh Almarhum Bapak DR. Soejarwo pada sekitar tahun tujuh-puluhan. Gagasan dan cita-cita tersebut muncul dari kesadaran para Rimbawan Indonesia bahwa kepemimpinan nasional dalam bidang Hutan dan Kehutanan yang kuat dan berwibawa, perlu ditunjang dengan sarana kerja yang memadai. Kantor instansi kehutanan yang terpencar-pencar dipandang sulit untuk melakukan koordinasi secara optimal, karena itu Korps Rimbawan mendambakan adanya gedung Forestry Center yang berfungsi sebagai Pusat Pembinaan Kegiatan Hutan dan Kehutanan dan pusat komunikasi, baik antara instansi pusat dan swasta maupun pusat dengan seluruh kegiatan di daerah-daerah. Gagasan tersebut mendapatkan tanggapan yang
luas
sehingga
rumusan
gagasan
dan
rencana
global
pembangunan Forestry center di sambut baik oleh pemerintah, dengan diterbitkannya Keppres No. 43 Tahun 1974 sebagai dasar hukum yang berisi penugasan kepada Direktur Jendral Kehutanan Departemen
77
Pertanian untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan Gedung Pusat Kehutanan/Taman Hutan. Nama yang digunakan untuk gedung Pusat Kehutanan (Forestry Center) yaitu Manggala Wanabakti yang artinya Gedung tempat berkiprahnya dalam
para
memberikan
Manggala/Pimpinan/Rimbawan komando,
bimbingan
dan
Cendikiawan pengawasan
pengelolaan/pemanfaatan hutan seisinya dengan sebaik mungkin tanpa meninggalkan Azaz Kelestarian Hutan itu sendiri yang merupakan dharma bakti Rimbawan kepada sesama manusia dengan rela berkorban, iklas tanpa pamrih. Wujud dari Gedung Manggala Wanabakti ini terdiri dari gugusan-gugusan (block) untuk perkantoran pemerintah (Departemen Kehutanan) perkantoran swasta, bangunan fasilitas umum yang terdiri dari ruang Auditorium dan sekitarnya untuk
penyelenggaraan
berbagai
acara,
bangunan
mechanical/electrical, sarana olahraga beserta kelengkapannya dan bangunan khusus yaitu Museum dan Perpustakaan Kehutanan. Gugusan bangunan tersebut dikelilingi oleh Taman Hutan yang luasnya sepadan dan memiliki areal parkir kendaraan yang mencukupi. • Lokasi - Museum Manggala Wanabakti beralamat di Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta 10270
(Peta 3.3 : Site Plan Lokasi Museum Manggalawa Wanabakti) Sumber : Documen Museum Manggala Wanabakti
78
- Museum Manggala Wanabakti terletak di dalam kompleks Kementerian Kehutanan yang terletak di samping kompleks Gedung MPR/DPR/DPD. Museum ini hanya berjarak kurang lebih 15–20 menit jalan kaki dari Halte TransJakarta Slipi Petamburan. Alamat resmi museum ini adalah: Jl. Jend. Gatot Subroto, Kel. Gelora, Kec. Tanah Abang, Kota Administrasi Jakarta Pusat. Meskipun begitu, pintu masuk ke kompleks ini bukanlah di jalan utama Gatot Subroto, melainkan di persimpangan jalan ke arah Jl. Gelora VII. - Untuk
mengunjungi
museum
Manggala
Wanabakti
dapat
menggunakan taksi atau kendaraan umum seperti Bus, kopaja. Bila menggunakan Bus Umum bisa gunakan bus yang kearah Slipi bawah dan bisa turun di sebelum jembatan arah slipi bawah atau setelah gedung MPR/DPR. • Eksterior Bangunan
(Foto 3.43 Tampak Bangunan Museum Manggala Wanabakti) Sumber : Documen Museum Manggala Wanabakti
Gedung Manggala Wanabakti yang semula dikenal sebagai Gedung Pusat Kehutanan lahir dari gagasan dan cita-cita mulia Korps Rimbawan Senior yang pada umumnya adalah Rimbawan angkatan '45, yang dipelopori oleh Almarhum Bapak DR. Soejarwo pada sekitar tahun tujuh-puluhan. Bangunan khusus Museum Manggala Wanabakti besar ukurannya dengan lahan parkir luas bergabung dengan kantor kementrian perhutanan. Arsitekturnya tampil dalam gaya monumental
79
yang mencerminkan keselarasan Lembaga Kehutanan yang dapat mengiringi gedung Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara. • Denah Layout Museum Manggalawa Wanabakti Museum ini terdiri dari 2 lantai yang berfungsi sebagai ruang artifak di lantai 1 dan di lantai 2 terdapat ruang perpustakaan, ruang koleksi foto dan informasi.
Entrance
(Gambar 3.17 : Denah Lantai 1 museum Manggala Wanabakhti) Sumber : Document Museum Manggala Wanabhakti
Lantai 1 terdiri dari ruangan: - Entrance dan Receptionis
(Foto 3.44 : Receptionis dan pintu masuk museum Manggala Wanabakhti) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:75)
80
- Ruang Pamer Utama Ruang pamer utama sebagai tempat koleksi-koleksi tentang kehutanan.
(Foto 3.45 : Replika Pohon jati dan ptongan-potongan kayu jati dalam Pameran Tetap museum Manggala Wanabakhti) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:76)
(Foto 3.46 : area display contoh-contoh kayu dan perawatannya dalam Pameran Tetap museum Manggala Wanabakhti) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:76)
81
(Foto 3.47 : area display alat-alat dan Kayu-kayu yang sudah di jadikan mamble dalam Pameran Tetap museum Manggala Wanabakhti) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:77)
- Ruang Khusus Rimbawan Pejuang Ruangan kecil yang dijadikan museum mini, yakni Museum Rimbawan Pejuang. Karena hanya menempati ruangan kecil, tidak banyak yang dipamerkan. Hanya terdapat foto-foto para veteran pejuang serta kopian piagam penghargaan dan buku-buku mengenai pejuang itu.
(Foto 3.48 : area Ruang Khusus Rimbawan pejuang museum Manggala Wanabakhti) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:77)
82
- Ruang Gudang Dimuseum Manggala Wanabakti terdapat 2 ruang gudang, yaitu: Gudang 1 : Gudang ini di gunakan untuk menyimpan koleksikoleksi museum sekaligus gudang untuk konservasi. Gudang 2 : Gudang ini dugunakan untuk menyimpan benda-benda semasa pameran di luar (Contoh: Banner, kayu, panel) - Ruang Gamelan Ruangan
ini
digunakan
para
pensiunan
kehutanan
untuk
menyalurkan hobi gamelan, dan ruangan ini juga di gunakan karena terdapat value untuk daya tarik wisatawan asing. Gamelan tersebut terbuat dari kayu jati maka masih ada hubungannya dengan museum kehutanan tersebut.
(Foto 3.49 : Ruang gamelan yang berada di sisi area Pameran Tetap museum Manggala Wanabakhti) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:78)
83
- Diorama Hutan
(Foto 3.50 : Diorama perhutanan dalam Pameran Tetap museum Manggala Wanabakhti) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:79)
Hutan yang di tempatkan di Museum Manggala Wanabakti untuk di representasi, yaitu: 1. Hutan Tropis Hutan tropis ini terdapat lukisan yang menggambarkan keadaan hutan tropis itu sendiri. Di hutan tropis ini teerdapat jenis binatangnya yaitu haarimau sumatra yang menggambarkan representasi dari hutan alam sumatera. Jenis tanaman di hutan ini juga disesuaikan dengan hutan tropis sesuai kondisi aslinya. 2. Hutan Produksi Yang biasa di produksi dari hutan ini adalah tanaman-tanaman yang komersil seperti jati yang banyak di tanam di pulau jawa, karena tanah di pulau tersebut cocok dengan tanaman jati. Diorama pada museum tersebut disesuaikan seperti kondisi hutan produksi, namun di hutan ini masih banyak beberapa binatang liar yang berada di daerah jawa dan di tempatkan karena masih ada hubungannya, antara lain macan tutul, Oa, dan lutung. Jadi selain mengekspor kayu hutan tersebut juga mengekspor hasil hutan non kayu yaitu getah kayu. Misal
84
pohon pinus yang di produksi diambil getahnya untuk pembuatan weks kelilin atau sebagai campuran pembuatan oli mesin, campuran pembuatan parfume yang di ambil dari getah pinus. 3. Hutan Mangruf Hutan Mangruf yaitu representasinya seperti kawasan muara angke untuk mencegah abrasi pantai agar tidak melebar dan daratannya terambil. Maka dari itu Hutan Mangruf ini di letakkan binatang yang terkait dengan pantai, seperti badak. Lantai ke-2 terdapat koleksi foto-foto beserta penjelasan mengenai berbagai jenis dan tipe hutan yang ada di bumi Indonesia. Terdapat pula ruangan yang difungsikan sebagai pusat informasi dan perpustakaan. Ruangan di lantai dua terdiri atas: - Ruang Koleksi Foto Ruang ini di gunakan sebagai tempat penyimpanan koleksi fotofoto kondisi hutan.
(Foto 3.51 : Koleksi Foto dalam Pameran Tetap museum Manggala Wanabakhti) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:80)
85
- Ruang Perpustakaan Ruang yang berfungsi sebagai penyimpanan buku-buku mengenai kehutanan, pepohonan kayu-kayuan yang berhubungan dengan kehutanan.
(Foto 3.52 : Ruang Perpustakaan museum Manggala Wanabakhti) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:81)
- Ruang Informasi dan Souvenir Ruang ini digunakan sebagai tempat informasi untuk para pengunjung museum Manggala Wanabakti dan tempat penitipan barang bagi pengunjung yang ingin masuk keperpustakaan, selain itu juga ruang informasi ini menyediakan tempat untuk fotocopy apabila pengunjung ingin mengopy buku. Dalam ruangan ini terdapat pula display Souvenir bagi pengunjung yang ingin memiliki cindramata.
(Foto 3.53 : Ruang Informasi museum Manggala Wanabakhti) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:81)
86
(Foto 3.54 : Ruang Informasi dan Souvenir museum Manggala Wanabakhti) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:82)
3.1.4 Survei Pabrik kopi aroma Bandung Kopi Aroma yang merupakan salah satu produsen kopi ternama, tidak hanya di Kota Bandung, tapi juga di Indonesia. Kesan oldies memang ditonjolkan oleh pabrik kopi yang sudah berdiri sejak tahun 1930 ini, dari bangunan pabriknya yang masih bangunan zaman belanda, kemasan, suasana toko bahkan proses penggilingan kopi yang katanya juga masih menggunakan cara lama. Membuat kopi aroma tetap dicintai oleh banyak peminat kopi. • Eksterior Bangunan
Lokasi : Jln. Banceuy No.51 (pertigaan Jln. Pecinan Lama)
(Foto 3.55 : Tampak Bangunan Pabrik Kopi Aroma) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:82)
87
• Proses pengolahan biji kopi di Pabrik Kopi Aroma dapat dibagi menjadi 8 tahap, yaitu: 1. penampungan biji kopi, pabrik membeli dan menampung biji kopi dari petani-petani kopi yang tersebar di seluruh Indonesia. Biji kopi yang ditampung umumnya baru berumur beberapa hari petik yang masih mencirikan warna hijau kekuning-kuningan. Di halaman belakang pabrik, biji kopi hijau yang baru datang dari daerahnya dijemur dengan cara tradisional di bawah sinar matahari selama 3-4 hari, sampai kadar air kopi mencapai 9-10%.
(Foto 3.56 : Proses penjemuran Biji Kopi) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:83)
2. Biji kopi yang terpilih akan disimpan dalam karung goni di gudang penyimpanan. untuk kopi Arabika disimpan selama 8 tahun dan kopi Robusta disimpan selama 5 tahun, Tujuan mengapa kopinya harus disimpan selama itu adalah agar asam yang ada di kopi bisa hilang, jadi meskipun kopinya diminum sebelum makan, tidak akan menyebabkan sakit perut. Proses penyimpanan selama itu juga membuat kadar kafein yang terdapat pada kopi semakin rendah dan cita rasa kopi semakin mantab.
88
(Foto 3.57 : Biji Kopi Arabika & Robusta) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:84)
3. Gudang
(Foto 3.58 : Gudang penyimpanan Pabrik Kopi Aroma) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:84)
Gudang biji kopi dengan ketinggian lantai gudang ±15 cm dari lantai utama. Dalam gudang yang masih menggunakan konstruksi rangka dan atap yang tinggi khas Belanda ini disimpan bermacammacam jenis kopi yang berasal dari banyak tempat di Indonesia, umumnya yang paling banyak adalah kopi berjenis Robusta dan Arabika. Untuk biji kopi berjenis Robusta dapat dikatakan layak jual dengan kualitas terbaik ketika sudah berusia 5 tahun penyimpanan, bahkan untuk Arabika yang biasa tumbuh di ketinggian 1300mdpl membutuhkan waktu lebih lama lagi, 8 tahun
penyimpanan.
Pabrik
Kopi
Aroma
hampir
selalu
menggunakan karung goni untuk menyimpan kopi, karena factor bahan goni yang memiliki ventilasi baik, sehingga biji kopi tidak
89
terlalu lembab/kering. Dengan sistem First In First Out (FIFO), biji kopi yang disimpan terlebih dahulu akan dikeluarkan lebih awal. Penyimpanan kopi yang memakan waktu bertahun-tahun ini bermaksud untuk mengurangi kadar asam dari kopi ketika dikonsumsi, sehingga konsumen terhindar dari kembung serta sakit maag (lambung). Kualifikasi kopi yang baik tidak hanya ditentukan dari pemilihan biji kopi yang unggulan, namun yang terpenting adalah bagaimana cara pabrik memproses kopi tersebut. Teknologi pengolahan biji kopi di pabrik ini masih tradisional, pure non-chemical serta tidak banyak berubah sejak pertama kali beroperasi di tahun 1930. 4. Setelah 5-8 tahun di gudang, kopi langsung di panggang (proses roasting) dengan menggunakan mesin roaster yang sudah dipakai sejak tahun 1936. Lama memanggang Kopi Aroma adalah sekitar 2 jam. Alat panggang ini masih menggunakan kayu sebagai bahan bakarnya. Kayu yang digunakan adalah kayu karet. Kayu karet ini digunakan karena asapnya memberikan efek berupa aroma khusus terhadap kopi yang dipanggang. Kopi yang di panggang harus yang berusia sama dan dari kebun yang sama juga.
(Foto 3.59 : Alat panggang Pabrik Kopi Aroma) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:85)
90
5. Proses pendinginan untuk beberapa saat 6. Biji kopi yang sudah dingin harus melewati proses inspeksi (QC) untuk memilah biji kopi yang baik dan yang rusak, proses ini memilah biji kopi berdasarkan spesifikasi bobot yang telah ditentukan.
(Foto 3.60 : Alat pemilah biji kopi di Pabrik Kopi Aroma) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:86)
7. Pembuangan kulit ari, satu-satunya proses pengolahan yang mengalami moderninasasi dari yang dulu nya menggunakan tangan (manual) dan sekarang diambil alih oleh mesin.
(Foto 3.61 : Alat Pembuangan kulit ari pada biji kopi di Pabrik Kopi Aroma) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:86)
91
8. Penggilingan biji kopi, atau disebut juga proses grinding ini menggunakan mesin. Untuk mmpertahankan kualitas terutama aroma kopi, biji kopi tidak dibiarkan terlalu lama, jarak waktu antara roasting dengan grinding tidak boleh terlampau jauh.
(Foto 3.62 : Alat Penggiling Biji kopi di Pabrik Kopi Aroma) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:87)
9. proses pengemasan/packaging. Konsistensi pabrik ini tercermin dari kemasan yang tidak pernah berubah dari segi design serta jenis bahan packaging yang selalu menggunakan kemasan berbahan kertas. Kertas dianggap media paling cocok karena tidak ada chemical yang mempengaruhi kualitas kopi.
(Foto 3.63 : Proses Pengemasan di Pabrik Kopi Aroma) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:87)
92
3.1.5 Desain dan Kesimpulan Dari hasil survei lapangan yang dilakukkan secara langsung dari 3 museum yaitu, museum Bank Indonesia, Museum Polri dan Museum House of Sampoerna. Dari ketiga analisa tersebut penulis memilih hasil survei pada Museum Bank Indonesia, dikarenakan Desain dan sirkulasi yang baik dan jalur untuk koleksi sejarah sangat terarah sehingga membuat pengunjung tidak merasakan kebingungan ketika sedang melihat koleksi dan sejarah yang ada. Interior museum Bank Indonesia juga memiliki kapasitas yang baik dan mendukung dari segi fasilitas, pencahayaan, audio visual, ruang-ruang yang disediakan cukup mendukung sarana bagi permuseuman. Namun kelemahan dalam museum Bank Indonesia ini belum menyediakan sarana penunjang seperti Caffe sehingga pengunjung harus keluar area terlebih dahulu jika ingin mencari makan/minum.
3.2 Tinjauan Khusus Desain Interior Museum Bank Indonesia : 3.2.1 Pencahayaan Ruang Pamer
(Foto 3.64 : Pencahayaan yang digunakan museum Bank Indonesia pada panil dalam pameran tetap) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:88)
Pada museum Bank indonesia pencahayaan yang di pakai yaitu pencahayaan lampu sorot pada rel aliran listrik, pencahayaan ini mempunyai sudut penyinaran 90° (lampu sorot) perubahan kerucut cahaya pada penyinaran oleh lensa (lensa patung dan lensa fresnel), menggunakan perubahan spektrum oleh filter pelindung IR dan UV (daerah museum, pameran, penjualan) dan filter warna.
93
Pencahayaan yang digunakan selain lampu sorot pada rel aliran listrik yaitu pencahayaan lampu sorot penerangan langsung, yang diberikan oleh penerangan di area gambar peta Arsitektur museum.
(Gambar 3.18 : Lampu sorot pada rel aliran listrik & lampu sorot penerangan langsung) Sumber : buku data Arsitek jilid 1
3.2.2 Penghawaan Penghawaan dalam setiap ruang pamer menggunakan penghawaan buatan berupa AC sehingga udara segar pada siang hari dapat merata keseluruh ruangan dan membuat pengunjung akan terasa lebih nyaman saat melihat benda koleksi.
3.2.3 Pengamanan Dalam museum Bank Indonesia keamanan yang digunakan untuk ruang pamer ada dua jenis keamanan, yaitu : - Pengamanan terhadap vandalisme (ulah manusia) Dengan memberikan CCTV - Pengamanan terhadap kebakaran Dalam setiap ruang Bank Indonesia disediakan alat menditeksi asap kebakaran, water sprinkle dan disetiap sudut disediakan alat untuk meredakan kebakaran. 3.2.4 Display Bentuk Koleksi display pada museum Bank Indonesia berupa 3D dan 2D, dan di olah sangat menarik dengan sirkulasi yang baik untuk pengunjung
94
melintas, sehingga pengunjung merasakan kenyamanan saat sedang melihat-lihat koleksi. Selain itu museum Bank Indonesia juga menyediakan fasilitas monitor Lcd pada setiap ruang yang bertujuan untuk memudahkan pengunjung mendapatkan informasi yang lebih lengkap. Selain itu dalam setiap ruang ada audio suara sesuai dengan kondisi sejarah yang di tampilkan agar memberi kesan pengunjung yang seolah-olah mereka merasakan kondisi saat itu. 3.2.5 Elemen Interior a. Lantai Setaip ruang pamer di museum Bank Indonesia memiliki perbedaan lantai yang berguna untuk membedakan setiap periode dalam sejarah Bank Indonesia. Ada yang menggunakan granit berwarna abu-abu, granit hitam, parquet warna coklat tua dan karpet pada ruang auditorium. Dan pada ruangan numismatic, terdapat olahan lantai parquet di campur dengan batu coral, memberi kesan asri dan tetap elegant.
(Foto 3.65 : pengolahan lantai dan Material yang digunakan dalam museum Bank Indonesia) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:90)
b. Dinding Dalam pengolahan dinding museum Bank Indonesia menggunakan dinding beton dengan finishing yang berbeda dalam setiap ruang pamer. Ada yang menggunakan full cermin, furniture Built- in, kaca
95
finishing banner print sejarah Bank Indonesia dan finishing cat tembok hitam. Dalam ruang auditorium menggunakan dinding akustik agar tidak mengganggu aktivitas ruang lain.
(Foto 3.66 : Pengolahan Dinding Menggunakan finishing cat dan tempelan poster) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:91)
(Foto 3.67 : Pengolahan Dinding Menggunakan finishing tempelan poster bergambar) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:91)
(Foto 3.68 : Pengolahan Dinding menggunakan cermin dan kaca) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:91)
96
c. Ceiling Museum Bank Indonesia memiliki kombinasi ceiling yang beragam sesuai dengan konsep dan cerita sejarah setiap periode. Ceiling menggunakan material yang ringan, material yang digunakan gypsum board 9mm finishing warna hitam dan menggunakan ceiling akustik pada ruang auditorium.
(Foto 3.69 : Pengolahan Ceiling dalam pameran tetap museum Bank Indonesia) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:92)
d. Sirkulasi antar ruang Sirkulasi pada ruang pamer menggunakan sirkulasi Linier yaitu sirkulasi yang terbentuk berdasarkan ruang yang telah dilalui dan benda seni yang dipamerkan satu per satu menurut ruang pamer yang berbentuk ulir maupun memulai sampai akhirnya menuju area pintu masuk pertama.
97
Entrance
pengunjung (Gambar 3.19 : Sirkulasi Linier)
Keuntungan : + Sirkulasi bersequence/memiliki arah + Pemisahan koleksi jelas Kerugian : - Pengunjung tidak bebas memilih lokasi yang diinginkan - Sirkulasi ada kemungkinan terganggu oleh orang yang melihatlihat koleksi Alasan dari pemilihan pola sirkulasi linier dikarenakan materimateri koleksi yang ada pada museum Bank Indonesia merupakan materi koleksi yang harus dilihat secara berurutan, terutaman pada area Sejarah. Pengunjung akan kehilangan beberapa informasi atau kebingungan jika melihat materi koleksi secara tidak urut.
98
e. Diagram sirkulasi antar Ruang Museum Bank Indonesia
Ruang Pamer 2
Ruang Pamer 1
R. serba guna Ruang Numismatik
Auditorium
Perpustakaan Ruang peralihan
R. Souvenir
Lobby & Locket
Penitipan barang
Office
Entrance
Keterangan : Pengunjung Pengelola
(Gambar 3.20 : Diagram sirkulasi pada Museum Bank Indonesia) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:94)
99
3.3 Studi Fisik Bangunan dan Lingkungan 3.3.1 Analisa Makro bangunan dan lingkungan •
Tampak Bangunan
(Foto 3.70 : Tampak bangunan gedung KPAI) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:95)
•
Site Plan Area Lokasi Gedung Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sangat strategis, tepatnya berada di tengah kota Jakarta Pusat, yaitu Jalan Teuku Umar No.10-12 Menteng, Jakarta Pusat 10011, Indonesia
(Peta 3.4 : Site Plan gedung Komisi perlindungan anak Indonesia)
•
Akses : Dari toll arah ancol keluar pintu toll kuningan, setelah keluar toll ambil arah belok kiri lalu lurus trus sampai ketemu lampu merah
100
taman menteng belok kanan, setelah ketemu lampu merah pertama belok kiri, sekitar 200m gedung berada di sebelah kiri jalan. •
Cuaca dan Iklim : 1. Geografi Wilayah Jakarta Pusat Keadaan terletak antara 106 º .22 '.42 "BT sampai 106 º .58 Artikel Baru' .18" BT dan 5 º 19 ', 12 "LS sampai Artikel Baru 6 º .23 '54 "LS. Permukaan tanahnya relatif yang Datar, terletak sekitar 4 m di Atas permukaan laut Dan Luas wilayahnya 48,13 km 2 Dan memiliki 8 kecamatan yaitu Wilayah Utara Jakarta Utara Dan Barat (Jl. Duri Ry, Jl KH.. Zainul Arifin, Jl. Sukarjo Wiryopranoto, Rel Kereta Api, Jl. Raya Mangga Dua, Jl. Rajawali Selatan 12, Eks Pelud Kemayoran, Jl. Timur Jakarta Timur (Jl. Jend. Ahmad Yani / By Pass) Selatan Jakarta Selatan Dan Timur (Jl. Pramuka, Jl. Matraman, Kali Ciliwung / Banjir Kanala, Jl. Jend. Sudirman, Jl. Lekir) Barat Jakarta Barat Dan Selatan Jakarta Pusat tepat berada di Jantung Ibukota Jakarta mempunyai kekhususan, diantaranya sebagai Pusat pemerintahan Nasional, Pusat Dan bisnisdan keuangan. Posisi yang melengkapi wilayah ini dengan batasan-batasan: - Arah Timur berbatasan dengan kota jakarta timur - Arah Barat berbatasan dengan kota jakarta barat - Arah Utara berbatasan dengan kota jakarta utara dan kota jakarta barat - Area Selatan berbatasan dengan kota jakarta selatan dan jakarta timur 2. Iklim dan Cuaca Kawasan ini berada di daerah Menteng jakarta Pusat. Beriklim panas dengan suhu maksimal sebesar 29 derajat celcius dan minimal 24,5 derajat celcius. Dengan tingkat kelembapan antara 68-79%. Rata-rata Curah hujan pada tahun 2008 yaitu 151,1 mm.
101
3.3.2 Analisa Mikro bangunan dan lingkungan • Site Plan Area
(Peta 3.5 : Site plan area) Sumber : Internet
• Area Sekitar Gedung
Entrance
(Gambar 3.21 : Layout keseluruhan) Sumber : Document KPAI
102
•
Sebelah kiri Gedung merupakan jalan menuju perumahan warga sekitar jalan Teuku Umar.
(Foto 3.71 : Sebelah kiri gedung) Sumber : Document pribadi Rizki (2013 : 98)
•
Sebelah Kanan Gedung jalan menuju Tugu tani
(Foto 3.72 : Sebelah kanan gedung) Sumber : Document pribadi Rizki (2013 : 98)
•
Depan Gedung merupakan bundaran pertigaan jalan dan rumah warga.
(Foto 3.73 : depan gedung, butaran pertigaan dan rumah warga) Sumber : Document pribadi Rizki (2013 : 98)
103
3.4
Studi Aktifitas Manusia 3.4.1 Data Pemakai Terdapat dua kategori pengguna dalam sebuah museum yakni sebagai berikut : a. Pengelola Pengelola museum adalah petugas yang berada dan melaksanakan tugas museum dan dipimpin oleh seorang kepala museum. Kepala museum membawahkan dua bagian yaitu bagian administrasi dan bagian teknis. - Bagian administrasi Petugas administrasi mengelola ketenagaan, keuangan, suratmenyurat, kerumah tanggaan, pengamanan, dan registrasi koleksi. - Bagian teknis Bagian teknis terdiri dari tenaga pengelola koleksi, tenaga konservasi, tenaga preparasi, tenaga bimbingan dan humas. - Tenaga pengelola koleksi bertugas melakukan inventarisasi dan kajian setiap koleksi museum. - Tenaga
konservasi
bertugas
melakukan
pemeliharaan
dan
perawatan koleksi. - Tenaga preparasi bertugas menyiapkan sarana dan prasarana serta menata pameran. - Tenaga bimbingan dan humas bertugas memberikan informasi dan mempublikasikan koleksi untuk dimanfaatkan oleh masyarakat.
b. Pengunjung Berdasarkan intensitas kunjungannya dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: - Kelompok orang yang secara rutin berhubungan dengan museum seperti kolektor, seniman, desainer, ilmuwan, mahasiswa, dan pelajar. - Kelompok orang yang baru mengunjungi museum Berdasarkan tujuanya pengunjung dibedakan atas : - Pengunjung pelaku studi
104
- Pengunjung bertujuan tertentu - Pengunjung pelaku rekreasi 3.4.2 Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Museum
Sub bagian Tata Usaha
Kelompok Tenaga Fungsional Koleksi
Kelompok Tenaga Fungsional Preparasi/Konservasi
Kelompok Tenaga Fungsional Bimbingan/Edukatif
a. Kepala Museum Memimpin, mengkoordinator dan merupakan orang yang bertanggung jawab atas kelancaran dari seluruh kegiatan di museum untuk memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi museum yang dipimpinnya. Kepala Museum membawahi beberapa kepala bagian yang membantu lancarnya kerja museum b. Sub Bagian Tata Usaha Melakukan urusan tata usaha, rumah tangga, registrasi koleksi, perpustakaan dan ketertiban/keamanan. c. Kelompok Tenaga Fungsional Koleksi Mengumpulkan, meneliti dan mengelola semua jenis koleksi yang dimiliki oleh museum. d. Kelompok Tenaga Preparasi/Konservasi Melakukan konservasi, restorasi, dan refroduksi koleksi museum yang ada dan melaksanakan preparasi atau mempersiapkan pameran yang dilaksanakan didalam maupun diluar museum. e. Kelompok Tenaga Fungsional Bimbingan/Edukatif Melakukan bimbingan dengan metode dan sistem edukatif cultural untuk pengenalan koleksi dalam rangka menanamkan daya apresiasi
105
dan penghayatan nilai warisan budaya dan ilmu pengetahuan serta melakukan publikasi tentang koleksi museum.
3.4.3 Pola Aktifitas Pemakai Pengunjung
Masuk
Cari Informasi
Penitipan Barang
Beli tiket Lihat Tearter Film
Lihat Obyek Pamer
Souvenir
Perpustakaan
Caffe Coffee
Workshop
Keluar
Aktivitas berdasarkan Bagan diatas : a. Masuk ruang penerima, mencari informasi, membeli tiket dan menitipkan barang. b. Sebelum Menuju ruang pameran tetap pengunjung dapat melihat pemutaran film tentang sejarah-sejarah kopi pada ruang amphiteater, sehinnga pengunjung mendapatkan informasi tentang sejarah kopi seIndonesia. c. Setelah Pengunjung melihat pemutaran film, pengunjung dapat melihat ruang pameran benda koleksi dan dapat mencoba secara langsung cara pembuatan kopi.
106
d. Setelah melihat area pamer dan Untuk mencari data yang lebih sfesifik tentang kopi pengunjung dapat mencari referensi-referensi diruang perpustakaan. e. Sebelum dan sesudah melihat pameran pengunjung dapat beristirahat dengan membeli makanan pada ruang kafe serta dapat membeli cindera mata
seperti tiruan dari benda-benda
koleksi yang
dipamerkan. f. Pengunjung yang ingin belajar lebih dalam tentang kopi dapat memasuki ruang workhsop.
3.4.4 Pola Aktifitas Pengelola Pengelola Absensi
Tugas Masing-masing
Aktivitas
Pulang
Aktifitas pengelola Bagan diatas : a. Pengelola maupun karyawan melakukan absensi. b. Melakukan tugas masing-masing sesuai dengan bidangnya. c. Istirahat melanjutkan kegiatan dan tugas masing-masing lalu pulang. 3.4.5
Pola Aktifitas Barang Dibongkar Dikemas Dimuat
Dicatat Didata
Dibersihkan
Diawetkan
Didokumentasikan
Simpan Dipamerkan
107
Aktivitas Benda koleksi Bagan diatas : Benda koleksi yang dibawa kemuseum sebelum disimpan ke gudang koleksi dan dipamerkan harus melalui beberapa tahapan antara lain : a. Benda koleksi yang masuk kemuseum, dibongkar terlebih dahulu b. Dicatat dan didata untuk diregistrasi tentang keberadaan asal benda koleksi. c. Bila ada kerusakan benda tersebut akan diperbaiki, dan dibersihkan. d. Setelah mengalami perbaikan dan perawatan benda tersebut diawetkan untuk mempertahankan keaslian benda tersebut. e. Benda tersebut didokumentasikan baik berdasarkan tahun, tempat ditemukannya benda tersebut. f. Benda disimpan pada gudang koleksi , dan siapkan untuk dipamerkan berdasarkan program yang dibuat oleh bagian kurator.
3.5 Studi Fasilitas Ruang 3.5.1 Program Aktifitas dan Fasilitas 1.
2.
Lobby hall dan locket
Penitipan Barang
Berkumpul
Kursi
Menanyakan Informasi
Meja
Menaruh barang-barang
Meja Locker
3.
4.
Ruang pelayanan
Meletakkan brosur
Meja
pengunjung dan Locket
Membeli ticket
Kursi
Ruang Theater
Menonton
Big screen Kursi Proyektor
5.
Ruang Pameran
Mendisplay
Meja display Rack Display Lcd tv Proyektor Sound Lcd Informasi
108 6.
Toko Souvenir
Mendisplay barang
Display counter
Menyimpan barang
Lemari
Transaksi
Meja Kursi
7.
8.
Kedai Kopi
Office
memasak
Dapur
Makan
Meja
Minum
Kursi
Transaksi pembayaran
Meja kasir
Bekerja
Meja
Menyimpan file
Kursi Lemari
9.
Metting room
Rapat
Meja Kursi Papan tulis
10.
Perpustakaan
Membaca
Coffe table
Duduk
Sofa Kursi
Mendisplay buku
Rak buku
kurator
Meja Kursi lemari
11.
Kelas Barista
Belajar
Meja Kursi
12.
Gudang
Menyimpan alat-alat
Lemari penyimpanan
(Tabel 3.1 : Program Aktifitas dan Fasilitas)
Keterangan : Tabel lengkap program Aktivitas dan Fasilitas terdapat dalam lampiran
109
3.5.2 Matriks Hubungan Antar Ruang
(Tabel 3.2 : Matriks Hubungan Antar ruang)
Keterangan : Tabel Matriks terdapat dalam lampiran
3.5.3 Diagram Sirkulasi Antar Ruang
(Gambar 3.22 : Diagram sirkulasi antar ruang)
Keterangan : Gambar lebih jelas Diagram sirkulasi terdapat dalam lampiran
110
3.5.4 Zoning
(Gambar 3.23 : Zoning area) Gambar lebih jelas terlampir
3.5.5 Gruping
(Gambar 3.24 : Grouping area) Gambar lebih jelas terlampir
Keterangan : Gambar lebih jelas zoning & Grouping terdapat dalam lampiran
3.6 Studi Permasalahan Khusus Interior 3.6.1 Tinjauan Karakteristik Garis dan Bentuk • Bentuk - Bujur Sangkar Bujur sangkar menunjukkan sesuatu yang murni dan rasional. Bentuk ini merupakan bentuk yang statis dan netral serta tidak memiliki arah tertentu. Bentuk-bentuk segi empat lainnya dapat dianggap sebagai variasi dari bentuk bujur sangkar yang berubah dengan penambahan tinggi atau lebarnya. Seperti juga segitiga, bujur sangkar tampak stabil jika berdiri pada salah satu sisinya dan dinamis jika berdiri pada salah satu sudutnya.
111
(Gambar 3.25 : Bentuk bujur sangkar pada pengaplikasian ruangan) Sumber : Buku komposisi arsitektur
- Lingkaran Lingkaran adalah suatu yang terpusat, berarah ke dalam dan pada umumnya bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi pusat dari lingkungannya. Penempatan sebuah lingkaran pada pusat suatu bidang
akan
memperkuat
sifat
dasarnya
sebagai
poros.
Menempatkan garis lurus atau bentuk-bentuk bersuduat lainnya disekitar bentuk lingkaran atau menempatkan suatu unsure menurut arah kelilingnya, dapat menimbulkan perasaan gerak putar yang kuat. Komposisi dari lingkaran bisa mencapai titik: •
Netral,
•
Stabil
•
Tidak stabil
•
Seimbang
•
Terpusat sendiri
•
Dinamis
•
Diam ditempat
112
(Gambar 3.26 : Bentuk Lingkaran pada pengaplikasian ruangan) Sumber : Buku komposisi arsitektur
- Segitiga Segitiga menunjukkan stabilitas. Apabila terletak pada salah satu sisinya, segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil. Jika diletakkan berdiri pada salah satu sudutnya, dapat menjadi seimbang bila terletak dalam posisi yang tepat pada suatu keseimbangan, atau menjadi tidak stabil dan cederung jatuh ke salah satu sisinya
(Gambar 3.27 : Bentuk segitiga pada pengaplikasian ruangan) Sumber : Buku komposisi arsitektur
113
• Garis - Garis Chevron Merupakan adaptasi dari pola grafis dari simbol segitiga yang berhubungan untuk menjadikan motif garis zig-zag. Garis ini menampilkan efek dalam waktu sekejap dengan menyertakan corak ini dapat menciptakan stimulasi visual untuk memberikan efek “kedalaman” pada furniture atau aksesoris lain.
( Gambar 3.28: garis chevron pada pengaplikasian kedalam ruangan) Sumber : internet
- Garis Horizontal Motif garis ini mampu “memperbesar” ruangan sempit menjadi lebar. Memberikan pandangan luas di sekitar ruangan.
( Gambar 3.29 : garis Horinsontal pada pengaplikasian kedalam ruangan) Sumber : internet
114
- Garis Vertikal Membuat ruangan terasa lebih tinggi. Garis vertikal yang diterapkan pada bagian atas dinding dan langit-langit membuat tampak lebih tinggi.
( Gambar 3.30 : garis vertikal pada pengaplikasian kedalam ruangan) Sumber : internet
3.6.2 Tinjauan sistem furniture Furniture sebagai fasilitas untuk memamerkan benda koleksi dirancang berdasarkan pada kebutuhan ruang benda koleksi, dan disesuaikan dengan tujuan ruang pamer. Furniture untuk penempatan benda koleksi desertai dengan tempat keterangan untuk menginformasikan tentang benda koleksi. Furniture dikelompokan berdasarkan sifat benda koleksi yaitu : - benda koleksi langka menggunakan furniture yang bertutup kaca, - benda koleksi yang dapat dilihat secara keseluruhan menggunakan furniture yang bergerak berputar. Perancangan furniture berdasarkan pada ukuran, proporsi dan volume benda koleksi yang dipamerkan, untuk memperoleh manfaat dan kenyamanan. Furniture pada ruang pameran ada yang dipasang secara built in untuk meminimalkan adanya celah pada setiap elemen furniture dan ada pula yang berupa panil, vitrin dan pedestal. a. Panil, merupakan sarana pokok pameran yang digunakan untuk menggantung atau menempelkan koleksi, terutama yang bersifat dua dimensi dan cukup dilihat dari sisi depan. Kadang-kadang panil hanya
115
digunakan untuk menempelkan label atau koleksi penunjang lain seperti peta, grafik dan lain sebagainya. b. Vitrin, merupakan salah satu jenis pokok pameran yang diperlukan untuk tempat meletakkan benda-benda koleksi yang umumnya 3D, dan relatif bernilai tinggi serta mudah dipindahkan. Vitrin mempunyai fungsi sebagai pelindung koleksi baik dari gangguan manusia, maupun dari gangguan lingkungan yang berupa kelembaban udara ruangan, efek negatif cahaya serta perubahan suhu udara ruangan. c. Pedestal atau alas koleksi, merupakan tempat meletakkan koleksi. Biasanya berbentuk 3D. Kalau koleksi yang diletakkan di pedestal bernilai tinggi dan berukuran besar, maka perlu mendapat ekstra pengamanan, yaitu paling tidak diberi jarak yang cukup aman dari jangkauan pengunjung. Alas koleksi yang berukuran kecil di letakkan di vitrin sebagai alat bantu agar benda dalam vitrin dapat disajikan dengan baik. Ukuran tinggi rendahnya harus disesuaikan dengan besar kecilnya yang diletakkan di atasnya. Tim pembinaan permuseuman. (1994). Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di museum. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
3.6.3 Tinjauan Material lantai, dinding, dan ceiling Material yang digunakan untuk mendukung tercapainya bentuk ruang yang dinamis, lentur dan fleksibel, selain untuk menciptakan kesan ruang material juga harus mampu menyerap suara, tahan terhadap getaran dinamis maupun statis. material yang digunakan pada ruang pamer adalah sebagai berikut : Material Dinding : Material
Kelebihan
Kekurangan
Beton
Dapat dengan mudah Bentuk
yang
dibentuk,
sulit
mampu dibuat
telah untuk
memikul beban yang diubah, lemah terhadap berat, tahan terhadap kuat tarik, mempunyai temperatur yang tinggi, bobot yang berat, daya
116
tahan
terhadap pantul
suara
besar,
pengkaratan/ pembusukan
yang
pelaksanaan
oleh pekerjaan
kondisi alam.
membutuhkan ketelitian yang tinggi.
Gypsum
Tahan
terhadap
murah,
tidak
api, Tidak tahan terhadap terlalu air,
mudah
rusak,
berat, memiliki banyak memerlukan keahlian fleksibel, khusus dalam
pilihan, meredam
suara,
pemasangan cepat Kayu
Bahan alami yang dapat Mudah menyerap air, diperbarui, kuat tarik mudah yang
mengalami
dapat kembang-susut, kurang
tinggi,
dibuat dengan berbagai tahan macam
desain
warna, efek
terhadap
dan pengaruh cuaca, rentan
memberikan terhadap rayap. hangat,
dapat
meredam suara. Bambu
Bahan
alami,
sangat Rentan terhadap rayap,
cepat
jarak ruas dan diameter
pertumbuhannya(mudah yang tidak sama dari didapat), ringan, murah.
ujung
sampai
pangkalnya. Batako
Tiap
m2
pasangan Mudah terjadi retak Tebal spesi : 20-
semen/
tembok
Batako
lebih sedikit batako jika Mudah dilubangi dan (kebutuhan)
Press
dibandingkan
membutuhkan rambut pada dinding, 30 mm, jumlah
dengan mudah pecah karena batako press per
menggunakan batu bata, terdapat lubang pada 1m² : 20-25 buah pembuatan mudah dan bagian sisi dalamnya, tanpa ukuran
dapat
dibuat Kurang
sama, Ukurannya besar insulasi sehingga
waktu
dan suara.
baik panas
untuk construction dan waste
117
ongkos juga
pemasangan lebih
Khusus
hemat,
jenis
yang
berlubang,
dapat
berfungsi
sebagai
isolasi udara, Apabila pekerjaan
rapi,
tidak
perlu diplester, Lebih mudah dipotong untuk sambungan yang
tertentu
membutuhkan
potongan,
Sebelum
pemakaian tidak perlu direndam air, Kedap air sehingga sangat kecil kemungkinan terjadinya rembesan
air,
Pemasangan cepat,
lebih
Penggunaan
rangka
beton
pengakunya lebih luas, antara 9 – 12 m2. Bata merah
Tidak
memerlukan Sulit untuk membuat Tebal spesi : 20-
keahlian khusus untuk pasangan
bata
yang 30mm
memasang, ukurankecil, rapi, menyerap panas Jumlah mudah membentuk
untuk pada musim panas dan kebutuhan
bata
bidang meyerap dingin pada merah per 1m² :
kecil, murah, mudah di musim dapat, tahan panas.
dingin, 30-35 buah tanpa
sehingga suhu ruangan contruction tidak
dapat waste.
dikondisikan atau tidak stabil, kualitas kurang beragam dan ukuran
118
jarang
sama,
waktu
pemasangan
lebih
lama, berat, sehingga membebani
struktur
yang menopangnya.
(Tabel 3.3 : Tinjauan Material Dinding)
material yang digunakan pada dinding ruang pamer Sebaiknya menggunakan Dinding partisi dengan menggunakan material gypsum board 12 mm dan multipleks 9 mm yang dilapis dengan plywood 3 mm, dengan menggunakan rangka sistem modul 60 x 60 cm. Material Lantai : Jenis
Ciri-ciri
Kelebihan
Kelemahan
material Tegel
Warna abu-abu dan
Pemasangan mudah
tekstur kasar
Jika terkena asam/cuku akan membekas bernoda yang sulit untuk dibersihkan
Teraso
Keramik
Tekstur kasar, warna
Memiliki motif yang
Mudah berumut
putih, kuning, hijau, dll
beragam
jika terkena air
Permukaan halus,
Perawatan mudah,
Mudah berlumut
warna dan motif sangat
tidak mudah tergores,
untuk lantai yang
bervariasi
mudah dibersihkan,
basah khususnya
tahan lama, tidak
nat antara keramik
tembus air. Marmer
Warna putih agak
Mudah dan mewah,
Jika terkena cairan
kekuningan
tahan api, mampu
akan meresap dan
menahan beban berat.
tidak mudah hilang/bisa berlumut, mahal.
Granit
Terdapat bintik-bintik
Indah & menarik,
Jika terkena cairan
119
putih, warna & motif
tahan api, kuat
berwarna akan
tersedia dalam berbagai
terhadap getaran,
meresap tidak
variasi.
keras, mampu
akan hilang, harga
menahan beban yang
relatif mahal.
berat. Kayu
Kayu
Berkesan alami dan
Mudah terbakar,
hangaat, bernilai
tergores, dapat
estetika tinggi
menyusut dan memui terhadap cuaca.
Vinyl
Bermotif anyaman,
Tahan lama, mudah
Mudah tergores,
coklat
dibersihkan, tahan air,
kurang tahan sinar
kesan natural, hangat,
matahari.
modern, anti rayap. Bambu
(Tabel 3.4 : Tinjauan Material Lantai)
material yang digunakan pada Lantai ruang ruang pameran tetap sebaiknya menggunakan material keramik ,dan material teraso.sebagai pembatas ruang semu memilih lantai dengan material kayu parquet jati untuk memberi kesan hangat serta mudah dalam perawatan, dan pemeliharaan. Material Ceiling : Material Tripleks
Kelebihan
Kelemahan
ukuran
Proses pengerjaannya
Tidak tahan terhadap
122x244 cm,
lebih mudah, mudah
api, apabila terkena air
ketebalan :
didapat dipasaran,
atau rembesan maka
3mm,4mm,6mm
bahan ringan.
akan mudah rusak.
Rangka balok : 4/6 atau 5/7 dengan ukuran
120
kayu 60 x 60 cm Eternit
Mudah didapat
Tidak tahan terhadap
100 x 100 cm,
atau Asbes
dipasaran, proses
goncangan dan
50x100 cm.
pengerjaan mudah,
benturan, Mudah patah
Ukuran rangka
bahan ringan.
dan retak.
kayu : 60x60 cm.
Fiber
Tahan terhadap api dan
Tidak tahan terhadap
60 x 120 cm,
air, lebih kuat, ringan
benturan. Masih jarang
ketebalan :
dan luwes, pengerjaan
untuk dijumpai
4mm,
cukup mudah.
dipasaran.
rangka balok : 4/6 atau 5/7. Besi hollow : 40x40 mm.
Gypsum
Saat terpasang
Tidak tahan terhadap
sambungan pada
air, mudah rusak,
permukaan ceiling
memerlukan keahlian
tidak terlihat, proses
khusus dalam
pengerjaan cepat,
pemasangannya.
122x244 cm. Ketebalan : 9mm
mudah diperoleh, diperbaiki dan diganti. Akustik
Meredam kebisingan,
Tidak tahan ai, di
60x60 cm,
ringan, mudah untuk
daerah tertentu masih
60x120 cm.
diperbaiki atau diganti,
jarang dijumpai, harga
proses pengerjaan
relatif mahal.
cepat.
(Tabel 3.5 : Tinjauan Material Ceiling)
material yang digunakan pada ceiling ruang pamer sebaiknya menggunakan material yang ringan, material yang digunakan gypsum board 9mm dengan kombinasi penaikan dan penurunan katinggian
121
ceiling. Pada ceiling tidak diperlihatkan sambungan gysum sehingga tidak terlalu banyak garis. Untuk pemilihan material yang digunakan untuk elemen pembentuk ruang Pameran dan furniture berdasarkan pada kriteria fungsional antara lain material yang dapat menyerap suara dan cahaya, mudah dalam pemeliharaan, tahan lama, mudah dalam pemasangan.
3.6.4 Tinjauan karakteristik warna Warna merupakan aspek yang dapat mempengaruhi visualisasi suatu ruang. Warna juga dapat mengkamuflasekan sesuatu, misalnya ruang yang sempit dapat kelihatan lebih luas dan sesuatu yang mempunyai proporsi kurang bagus menjadi bagus.
(Gambar 3.31 : Skema Warna) Sumber : Internet
Setiap warna memiliki karakteristik yang berbeda, di antaranya yaitu :
Tabel Karakteristik Warna Warna Merah
Ceiling
Dinding
Lantai
Keterangan
Memberikan
Memberikan
Memberikan
Pengaplikasian warna
kesan berat,
semangat,
kesan siaga,
merah pada dinding
menolak, dan
agresif,
waspada dan
interior sebaiknya tidak
mengganggu.
mencolok
mesti hati-hati.
diterapkan sepenuhnya. Tetapi digunakan sebagai
122
mata.
aksen yang membuat ruangan tampak mengagumkan.
Pink
Memberikan
Memberikan
Memberikan
cocok untuk ruang
kesan santai.
ketenangan
kesan bersih
santai tetapi dapat
dan perasaan
dan feminim
memberi kesan lesu
damai.
pada ruangan.
dan kurang bersemangat.
Kuning
Memberikan
Memberikan
mengangkat
Meskipun warna
kesan
kesan hangat
barang yang ada
kuning cerah namun
Terang,berped
dan
di atasnya,
hindari penggunaan
ar, dan
semangat.
memecahkan
secara dominan karena
merangsang
konsentrasi dan
akan memunculkan
semangat.
mencolok mata.
kesan perasaan berat pada mata serta secara psikologis membuat orang senang berdebat. Warna kuning cocok diterapkan pada ruang belajar maupun ruang kerja karena warna kuning bagus untuk meningkatkan konsentrasi.
Ungu
Memberikan
Memberikan
Memberikan
memberi kesan
kesan sedikit
kesan santai
kesan rileks dan
romantis pada interior.
berat dan
dan tenang.
lembut.
Untuk
menjadikan
mengaplikasikan,
ruangan
sebaiknya padukan
terlihat
dengan warna lain
pendek.
sebagai aksen sehingga ruang akan terlihat semakin indah.
123
Hijau
Memberikan
Memberikan
Memberikan
warna yang segar dan
kesan yang
suasanan
kesan natural,
digunakan hampir di
melindungi
yang dingin,
lembut,
setiap ruangan. Selain
ruangan.
aman, dan
merilekskan,
berkesan ringan di
lembut
dan dingin
mata, efek warna hijau juga mampu memperbaiki penglihatan karena menimbulkan esensi alam ke dalam interior ruangan.
Biru
Memberikan
Memberikan
Memberikan
biru warna kedamaian,
Suasana
suasanan
suasana yang
akrab, dan tenang.
langit,dingin,
jauh,
menginspirasika
Nuansa biru
gerakan yang
mendorong
n dan tenang.
merupakan pilihan
kurang jelas.
dan
yang sesuai untuk
memperdala
diterapkan pada ruang
m ruangan.
tengah tempat berkumpul.
Coklat
Memberikan
Memberikan
Memberikan
coklat membuat kita
efek kuat pada
suasana yang
suasana yang
merasa mewah,elegan,
ceiling.
tenang dan
menginspirasi.
bijaksana, dan kuat.
bijaksana.
Penggunaan warna coklat yang berlebihan pada interior akan menimbulkan efek kesedihan.
124
Putih
Memberikan
Memberikan
Memberikan
efek tinggi
kesan luas
kesan yang
pada ruangan.
dan bersih.
bersih.
warna putih digunakan untuk
ruang
dengan
area yang sempit dan kurang
pencahayaan
sehingga
dapat
memunculkan suasana yang cerah dan luas pada
interior.
Putih
merupakan
warna
netral
dapat
kita
menambah dengan
aksen berbagai
warna. Orange
Memberikan
Memberikan
Memberikan
Warna Orange lebih
efek yang
suasanan
suasanan yang
lembut dan tidak
merangsang
Hangat.
mengaktifkan,
primitif jika
semangat, dan
berorientasi
dibandingkan dengan
mencari
pada gerakan.
warna merah. Tidak
perhatian.
ada asosiasi emosional maupun kultural yang negatif. Secara estetis oranye yang murni tampak murah dan tidak berharga. Pengaplikasian ke dalam Interior memberikan semangat yang enerjik.
(Tabel 3.6 : Tabel Karakteristik Warna)
125
3.6.5 Tinjauan Sistem pencahayaan - Penerangan simetris, langsung Diutamakan untuk penerangan umum pada ruang kerja, ruang rapat. Untuk mencapai suatu tingkat penerangan yang telah ditentukan diperlukan daya kerja listrik yang relatif tidak begitu besar. Sudut untuk mengurangi penyilauan lampu di ruang rapat dan kerja 30°, untuk keamanan penglihatan yang sangat tinggi sudutnya pada 40° atau lebih besar. Untuk merencana penerangan harus dimulai dari suatu sudut penyinaran antara 70° dan 90°.
(Gambar 3.32 : Penerangan lansung simetri) Sumber : Buku Data arsitek jilid 1
- Lampu sorot dinding-cahaya yang menghadap kebawah Untuk pemasangan pada bidang dinding untuk penerangan dinding yang merata. Efeknya terhadap dinding adalah penerangan dari suatu penerangan langsung.
(Gambar 3.33 : Penerangan Lampu sorot penerangan lansung) Sumber : Buku Data arsitek jilid 1
126
- Lampu sorot dengan komponen ruang pada rel aliran Penerangan dinding yang merata dengan bagian ruang, Tergantung pada jarak yang dipilih antar lampu, kuat penerangan dapat dicapai hingga 500 lx. Pemasangan lampu bahan bercahaya dan lampu pijar halogen dimungkinkan.
(Gambar 3.34 : Lampu sorot dengan komponen ruang pada rel aliran) Sumber : Buku Data arsitek jilid 1
- Sorot untuk instalasi langit-langit Pada bagian ruang yang kurang untuk penerangan dinding yang eksklusif, penggunaan menggunakan lampu pijar halogen dan lampu bahan bercahaya.
(Gambar 3.35 : Lampu sorot dinding) Sumber : Buku Data arsitek jilid 1
127
- Lampu sorot terarah cahaya mengarah ke bawah Suatu penerangan yang dibeda-bedakan sesuai dengan ruangnya. Pemantulan 40° dan diputar 360°. Pemasangan lampu pijar halogen, terutama lampu halogen voltase rendah.
(Gambar 3.36 : Lampu sorot terarah) Sumber : Buku Data arsitek jilid 1
- Penerangan tidak langsung Kesan ruang yang terang, Juga pada tingkat penerangan yang kecil, dan tidak adanya penyilauan pantulan merupakan konsep cahaya. Tinggi ruangan yang cukup merupakan persyaratan, penyelarasan penerangan yang hati-hati diperlukan untuk arsitektur langit-langit. Untuk penerangan tempat kerja harus diperhatikan batasan kerapatan lampu langit-langit sebesar 400 cd/m². Sampai ke pemakaian energi yang lebih tinggi 3 kali lipat terhadap suatu penerangan yang langsung.
(Gambar 3.37 : Penerangan tidak langsung) Sumber : Buku Data arsitek jilid 1
128
- Penerangan tidak langsung-langsung Kesan ruang yang terang dan pemakaian energi yang dapat dibenarkan (70% langsung, 30% tidak langsung), diutamakan pada tinggi ruang yang memadai (h ≥ 3m). Suatu penerangan yang tidak langsung-langsung terutama pemasangan lampu bahan bercahaya, pada struktur cahaya juga dalam kombinasi dengan lampu pijar.
(Gambar 3.38 : Penerangan tidak langsung - langsung) Sumber : Buku Data arsitek jilid 1
- Lampu sorot langit-langit dan Lampu sorot Lantai Untuk penerangan bidang langit-langit atau bidang lantai, penggunaan lampu pijar halogen atau lampu bahan bercahaya dapat digunakan, juga dimungkinkan lampu pengosongan tekanan tinggi.
(Gambar 3.39 : Lampu sorot langit-langit dan lampu sorot lantai) Sumber : Buku Data arsitek jilid 1
129
- Lampu sorot dinding Untuk penerangan dinding dekorasi juga dengan efek cahaya, misalnya dengan filter warna dan prisma. Dalam kondisi terbatas dapat juga untuk penerangan langit-langit atau lantai.
(Gambar 3.40 : Lampu dinding penerangan tidak langsung-langsung) Sumber : Buku Data arsitek jilid 1
- Lampu sorot dinding – rel aliran Dipasang pada bagian ruangan, terutama di ruang pameran dan museum. Tingkat penerangan yang vertikal sebesar 50 lx. 150 lx dan 300 lx harus dicapai sebagai sepesifikasi yang khusus di daerah pameran. Dekorasi yang diutamakan dengan lampu pijar dan lamp bahan bercahaya.
(Gambar 3.41 : Lampu sorot dinding pada rel aliran listrik) Sumber : Buku Data arsitek jilid 1
- Lampu sorot rel aliran
130
Sudut penyinaran yang lebih disukai 10° (bintik), 30° (banjir), 90° (lampu sorot). Perubahan kerucut cahaya pada penyinaran oleh lensa (lensa patung dan lensa fresnel), perubahan spektrum oleh filter pelindung IR dan UV (daerah museum, pameran, penjualan) dan filter warna. Pelindung diafragma terjadi karena raster dan klep pelindung diafragma.
(Gambar 3.42 : Lampu sorot pada rel aliran listrik) Sumber : Buku Data arsitek jilid 1
Geometri susunan lampu - Jarak lampu satu dengan yang lain dan ke dinding ada hubungannya dengan tinggi ruang.
(Gambar 3.43 : Lampu sorot cahaya ke bawah) Sumber : Buku Data arsitek jilid 1
131
- Masuknya cahaya yang lebih disukai pada obyek dan zona dinding antara 30° (optimum) dan 40°
(Gambar 3.44 : Lampu penyinar terarah) Sumber : Buku Data arsitek jilid 1
- Sudut yang mengurangi cahaya yang menyilaukan pada cahaya kebawah terletak antara 30° (cahaya yang memancara lebar, batas penyilauan yang tinggi. Pada lampu raster antara 30° dan 40°.
(Gambar 3.45 : Lampu pengurung cahaya yang menyilaukan) Sumber : Buku Data arsitek jilid 1
132
Dalam perancangan museum sebaiknya menggunakan pencahayaan buatan, pencahayaan buatan yang digunakan merupakan perpaduan antara lampu TL, downlight, dan spotlight. Pencahayaan pada display koleksi banyak menggunakan lampu spotlight karena cahaya dapat difokuskan pada obyek dan lampu pijar yang ditempatkan di dalam vitrin. Lampu-lampu TL yang digunakan untuk menyinari benda yang peka cahaya seperti lukisan, kain-kain serta cetakan berwarna lainnya berjarak ±40cm. Untuk menyajikan koleksi 3D yang besar seperti alatalat pembuat kopi menggunakan lampu TL dan lampu spot-light dari sudut-sudut tertentu. 3.6.6 Tinjauan Sistem Penghawaan Penghawaan sangat berperan pada pengaturan suhu dalam museum. Untuk mengatur suhu udara dalam museum digunakan penghawaan buatan yaitu dengan menggunakan AC central agar mudah dilakukan pengontrolan.
Adapun
ruang
pamer
museum
harus
memenuhi
persyaratan : - Suhu udara pada ruang pamer antara 20°-40°C - Kelembaban udara pada ruang pamer antara 40%-60% Oleh karena itu untuk mengatur kelembaban udara digunakan Dehumidifyer, sedangkan untuk mengurangi kekeringan digunakan Humidifayer.
3.6.7 Tinjauan Sistem Akustik Ruang Akustik ruang terdefinisi sebagai bentuk dan bahan dalam suatu ruangan yang terkait dengan perubahan bunyi atau suara yang terjadi. Akustik sendiri berarti gejala perubahan suara karena sifat pantul benda atau objek pasif dari alam. Akustik ruang sangat berpengaruh dalam reproduksi suara, misalnya dalam gedung rapat akan sangat mempengaruhi artikulasi dan kejelasan pembicara. Akustik ruang banyak dikaitkan dengan dua hal mendasar. Yaitu : 1. Perubahan suara karena pemantulan dan 2. Gangguan suara ketembusan suara dari ruang lain.
133
Pengukuran jangka frekuensi dan besarnya, dapat dilakukan dengan bantuan sebuah RTA (Real Time Analyzer) untuk mengetahui dan menentukan frekuensi pantulan atau ketembusan, sehingga dapat ditentukan jenis material penyerap suara yang digunakan.
(Gambar 3.46 : Akustik Ruang) Sumber : internet
•
Perilaku Bunyi (Behaviour of Sound) di Ruang Tertutup ruang tertutup (enclosed space) memiliki perilaku (behaviour) tertentu jika menumbuk dinding-dinding dari ruang tertutup tersebut yakni energinya akan dipantulkan (reflected), diserap (absorbed), disebarkan (diffused), atau dibelokkan (diffracted) tergantung pada sifat akustik dindingnya.
-
Refleksi Bunyi (Pemantulan Bunyi) Bunyi akan memantul apabila menabrak beberapa permukaan sebelum sampai ke pendengar. Pemantulan dapat diakibatkan oleh bentuk ruang maupun bahan pelapis permukaannya. Permukaan pemantul yang cembung akan menyebarkan gelombang bunyi sebaliknya permukaan yang cekung seperti bentuk dome (kubah) dan permukaan yang lengkung menyebabkan pemantulan bunyi yang mengumpul dan tidak menyebar sehingga terjadi pemusatan bunyi. Permukaan penyerap bunyi dapat membantu menghilangkan permasalahan gema maupun pemantulan yang berlebihan. Permukaan cembung
Sumber bunyi
(Gambar 3.47 : Akustik ruang) Sumber : Buku Data arsitek jilid 1
Permukaan cekung
134
-
Absorbsi Bunyi (Penyerapan Bunyi) Saat bunyi menabrak permukaan yang lembut dan berpori maka bunyi akan terserap olehnya sehingga permukaan tersebut disebut penyerap bunyi. Bahan-bahan tersebut menyerap bunyi sampai batas tertentu, tapi pengendalian akustik yang baik membutuhkan penyerapan bunyi yang tinggi. Adapun yang menunjang penyerapan bunyi adalah lapisan permukaan dinding, lantai, langit-langit, isi ruang seperti penonton dan bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan lunak, karpet serta udara dalam ruang.
-
Diffusi Bunyi (Penyebaran Bunyi) Bunyi dapat menyebar menyebar ke atas, ke bawah maupun ke sekeliling ruangan. Suara juga dapat berjalan menembus saluran, pipa atau koridor.ke semua arah di dalam ruang tertutup.
-
Difraksi Bunyi (Pembelokan Bunyi) Difraksi bunyi merupakan gejala akustik yang menyebabkan gelombang bunyi dibelokkan atau dihamburkan di sekitar penghalang seperti sudut (corner), kolom, tembok dan balok.
(Gambar 3.48 : Prinsip kerja diffuser untuk meminimalkan flutter-echoes bila dibandingkan dengan bahan-bahan lain yang memantul biasa atau menyerap) Sumber : Buku akustika bangunan.
135
3.6.8 Tinjauan Sistem Keamanan dan signage Sistem Keamanan : 1. Pengamanan yang ditujukan untuk bahaya akibat ulah manusia dilakukan dengan pencurian dilakukan dengan cara memberikan : a.
Sistem perlindungan dalam ( interior protection system ), Dengan peralatannya adalah: - Untuk display pedestal keamanan menggunakan perbedaan material lantai, menggunkan lantai terasso yang kasar. - Control panel, sebagai pusat dari semua kegiatan pada suatu sistem pengamanan elektronik, bekerja sesuai dengan program yang telah diatur sebelumnya. - Kontak magnetik, alat ini akan bekerja jika jendela, pintu atau vitrin rusak, maka alarm akan berbunyi. - Kawat (wiring), aliran melalui kawat diletakkan di pintu atau penutup dan tombol akan bergerak bila pintu terbuka. - Detektor getak, alarm akan berbunyi apabila jendela atau vitrin memperoleh tingkat getaran yang tidak normal. - Detektor kaca pecah, alat ini akan mendeteksi pada frekuensi kaca pecah, seperti jendela atau vitrin. - Dual tone sounder, berfungsi untuk memberikan peringatan bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di dalam ruangan yang telah diproteksi alam. - Close circuit television (CCTV) terdiri dari camera, video switcher, TV monitor, stabilizer, video recorder. Alat ini tidak dapat dijadikan sebagai petugas satpam, tetapi harus tetap dipantau secara kesinambungan, bila terjadi hal yang mencurigakan, pemantau harus segera menghubungi petugas satpam terdekat lokasi yang dicurigai.
b.
Pengamanan terhadap bahaya kebakaran yang digunakan adalah: - Alat pendeteksi panas ( thermal detector ) - Alat pendeteksi asap ( smoke detector ), sensor ini mendeteksi asap jika terjadi kebakaran dan membunyikan
136
alarm. Biasanya dilengkapi alat penyemprot air (water sprinkle) dan sistem prevensi gas. Jenis-jenis alat kebakaran : - Sistem penyemprotan ( sprinkler system ) - Tabung pemadam api ( portable fire extingusher ) - Sensor infra merah pasif, sensor ini didesain untuk mendeteksi panas tubuh dan ditempatkan di sekitar koridor atau galeri dengan sensor layar alarm. c.
Akibat lingkungan mikro klimatologi Berdasarkan
standar
internasional,
standar
untuk
tinggi
rendahnya suhu, kelembaban udara relatif, dan intensitas cahaya yang disarankan pada kopi untuk koleksi museum adalah sebagai berikut : Suhu
: 24 ± 0.5 °C
Kelembaban udara relatif
: 50 ± 5 %
Intensitas cahaya
: < 300 lux
Sensor pendeteksi aktivitas, sensor gelombang mikro atau ultra sonic dapat mendeteksi gerakan di sekitar area deteksi. Alat ini dapat digunakan bersamaan dengan sensor infra merah pasif untuk pengecekan silang dalam sistem pengamanan. 2. Signage : Petunjuk Informasi Uuntuk pengunjung dibuat agar pengunjung mengetahui petunjuk untuk memperoleh informasi yang jelas. Sangat pentingnya informasi dimuseum maka disetiap koleksi diberikan label keterangan. Petunjuk informasi dapat dibuat dengan penambahan lampu agar pengunjung meyadari adanya petunjuk arah dan iformasi yang mereka inginkan. Selain itu di sediakan pula lcd monitor untuk petunjuk informasi.
(Gambar 3.49 : Signage) Sumber : Internet