BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian Sesuai dengan masalah penelitian yang dikemukakan sebelumnya, maka jenis
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini adalah perpaduan antara tindakan dan penelitian yang dilakukan di dalam kelas. Penelitian ini terdiri dari tahapan-tahapan tertentu tiap siklus yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, Observasi dan evaluasi dan Analisis dan refleksi. (Kemmis dalam Tukiran, 2012)
3.2
Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI IPA 2 SMA Xaverius 2
Kota Jambi pada semester I tahun ajaran 2015/2016.
3.3
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA Xaverius 2 Kota
Jambi tahun ajaran 2015/2016. Jumlah siswa 29 orang siswa, 15 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan.
31
32
3.4
Teknik Pengumpulan Data
3.4.1
Jenis Data Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah: 1.
Data Kualitatif, yaitu data tentang aktivitas siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.
2.
Data kuantitatif, yaitu data tentang tes hasil belajar siswa setiap akhir siklus.
3.4.2
Cara Pengambilan Data Pengambilan data kualitatif dengan menggunakan lembar observasi aktivitas
siswa dan lembar observasi aktivitas guru selama kegiatan proses belajar mengajar berlangsung. Pengambilan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan seperangkat alat tes (ulangan formatif) yang berupa tes objektif yang diadakan disetiap akhir siklus pembelajaran. Sebelum soal tes digunakan dalam penelitian, perlu dilakukan uji coba dan analisa untuk memperoleh validitas soal, tingkat kesukaran, tiap butir soal, daya beda tiap butir soal dan reliabilitas tiap akhir soal yang memenuhi kriteria tertentu. 1.
Validitas Tes Validitas tes adalah tingkat ketepatan soal atau tes. Sehubungan dengan
penelitian ini maka validitas yang digunakan adalah validitas isi. Untuk mengukur validitas isi, butir-butir soal disesuaikan dengan kurikulum SMA. Tujuan digunakan validitas isi yakni untuk menguji ketepatan isi dan keabsahan soal sebagai instrumen penelitian sehingga data yang diperoleh dari hasil tes tersebut dapat dipercaya
33
kebenarannya. Oleh sebab itu, penulis membuat kisi-kisi soal dan tes yang sesuai dengan materi yang telah diberikan berdasarkan kurikulum SMA. 2.
Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran tes soal adalah seberapa besar kesukaran butir-butir soal
tes jika suatu tes soal memiliki tingkat kesukaran seimbang maka soal tes tersebut baik. Dengan kata lain suatu butir soal hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesukaran soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2013), yaitu:
P=
(3.1)
Dengan: P = Indeks Kesukaran B = Banyak Siswa yang menjawab soal dengan benar = Jumlah seluruh siswa peserta tes Arikunto (2013) mengklasifikasikan indeks kesukaran soal pada tabel sebagai berikut: Tabel 3.1. Nilai Indeks Kesukaran P ( Tingkat Kesukaran ) Keterangan 0.00 < P ≤ 0.30 0.31 < P ≤ 0.70 0.71 < P ≤ 1.00
Soal sukar Soal sedang Soal mudah (Sumber Arikunto: 2013)
Berdasarkan hasil uji coba yang dilaksanakan pada siswa kelas XII IPA 1 di SMA Xaverius 1 Kota Jambi di peroleh tingkat kesukaran soal dari 50 soal yang diuji cobakan. Hasil yang diperoleh adalah 2 soal memiliki tingkat kesukaran sukar, 37
34
soal memiliki tingkat kesukaran sedang dan 11 soal memiliki tingkat kesukaran mudah. 3.
Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Sehingga, menurut Arikunto (2013) untuk menentukan daya pembeda suatu soal digunakan rumus berikut ini:
D= Dengan: D
−
(3.2)
= Daya pembeda
JA
= Jumlah peserta kelompok atas
JB
= Jumlah peserta kelompok bawah
BA
= Banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB
= Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
Besarnya indeks diskriminasi (daya beda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00 dan mengenal tanda negatif (-) dengan kriteria menurut Arikunto (2013), berdasarkan daya pembeda suatu soal, maka setiap soal dapat dikategorikan pada tabel berikut: D ( daya beda ) 0.00
Tabel 3.2. Nilai Daya Beda Keterangan Jelek Cukup Baik Baik Sekali (Sumber Arikunto: 2013)
D: negatif (semuanya tidak baik), jadi semua soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang.
35
Berdasarkan hasil uji coba soal yang dilaksanakan di kelas XII IPA 1 SMA Xaverius 1 Kota Jambi diperoleh daya pembeda soal yang terdiri dari 16 soal jelek, 27 soal cukup, 7 soal baik. 4.
Reliabilitas Soal Reliabilitas adalah suatu ukuran apakah tes tersebut dapat dipercaya dan
bertujuan untuk melihat apakah soal yang akan diberikan tersebut dapat diberikan skor yang sama setiap digunakan. Menurut Arikunto (2013) untuk menentukan reliabilitas suatu soal yang berbentuk obyektif maka dapat digunakan rumus KuderRichardson (K-R21) di bawah ini:
=
1 −
(3.3)
Dengan:
S t2 =
∑Χ2 −
(∑ Χ )2
Ν
M=
Ν
∑
Keterangan: r11
= Reliabilitas instrumen
n
= Banyaknya butir soal atau butir pertanyaan
N
= Jumlah Peserta tes
M
= Mean atau rata-rata skor soal = Varians skor total
(3.4)
(3.5)
36
∑x
= Jumlah skor yang dijawab oleh seluruh siswa
∑x2
= Jumlah skor total yang dikuadratkan
(∑x)2 = Nilai penguadratan jumlah skor total Koefisien reliabilitas tes berkisar antara 0,00 sampai 1,00 dengan perincian korelasi seperti pada tabel berikut: Tabel 3.3. Koefisien Reliabilitas Nilai r Keterangan 0,81 < r < 1,00 Sangat Tinggi
No 1 2 3 4 5
0,61 < r < 0,80 0,41 < r < 0,60 0,21 < r < 0,40 0,00 < r < 0,20 (Sumber Arikunto: 2013)
Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Reliabilitas yang diuji cobakan di SMA Xaverius 1 Kota Jambi adalah 0,95 dimana angka 0,95 ini terletak antara 0,8-1,0 yang berarti reliabilitas soal tergolong pada kategori sangat tinggi.
3.5
Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus yang terdiri dari siklus I, siklus II
dan siklus III. Pada setiap siklus memiliki tahapan-tahapan tertentu sesuai dengan tahapan dalam tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dalam Tukiran (2012). Dimana tahapan-tahapan yang dimaksud adalah: 1.
Perencanaan
2.
Pelaksanaan tindakan
3.
Observasi (pengamatan) dan evaluasi
4.
Analisis dan refleksi
37
1.
Perencanaan Sebelum pelaksanaan tindakan sangat penting membuat perencanaan terlebih
dahulu dan bentuk kegiatan yang termasuk dalam perencanaan yakni: 1.
Membuat rencana pembelajaran.
2.
Mempersiapkan alat-alat pendukung yang diperlukan di kelas sesuai dengan perencanaan pembelajaran.
3.
Membuat lembar observasi aktivitas siswa.
4.
Membuat lembar observasi aktivitas gutu.
5.
Mendesain alat evaluasi berupa soal tes dan kunci jawaban.
2.
Pelaksanaan Tindakan Dalam pelaksanaan tindakan ini pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah disiapkan pada persiapan tindakan. Secara umum tahapan dalam pelaksanaan tindakan ini adalah: 1. Membuat suasana belajar mengajar sebaik mungkin. 2. Memberikan semangat dan memotivasi siswa untuk belajar. 3. Melaksanakan kegiatan inti sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disiapkan dalam perencanaan tindakan. 4. Melakukan evaluasi. 5. Menganalisis hasil evaluasi. 6. Merefleksi pelaksanaan tindakan untuk menentukan perbaikan pada kegiatan pembelajaran pada siklus berikutnya.
38
3.
Observasi (pengamatan) dan evaluasi a. Observasi Observasi adalah cara untuk mengadakan penelitian dengan jalan
mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis. Pemantauan terhadap pembelajaran menggunakan lembar observasi yang hasilnya digunakan untuk menentukan jenis tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. b. Evaluasi Evaluasi digunakan untuk dapat mengetahui hasil yang telah dicapai dari proses pelaksanaan tindakan. Dimana hasil yang dimaksud dapat berupa perubahan kinerja guru dan hasil belajar siswa. Evaluasi ini dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar dan pada setiap akhir siklus dengan memberikan tes akhir untuk melihat tingkatan keberhasilan siswa dalam memahami materi pembelajaran yang telah diberikan. 4.
Analisis dan refleksi Analisis kualitatif diambil dari data hasil observasi tentang situasi belajar
mengajar, yaitu untuk data hasil observasi aktivitas siswa dihitung dengan menggunakan persamaan: A= Keterangan: A
= Aktivitas siswa
Na = Jumlah siswa yang Aktif N
= Jumlah siswa keseluruhan
× 100%
(3.6)
39
Dengan perhitungan penilaiannya sebagai berikut: 0 – 20 = Tidak Aktif 21 –40 = Kurang aktif 41 – 6 = Cukup aktif 61 – 80= Aktif 81 –100 = Sangat aktif Sedangkan data untuk hasil lembaran observasi guru dihitung dengan menjumlahkan seluruh data sesuai dengan kriteria sesuai yang telah ditentukan. Untuk menganalisis data hasil belajar siswa pada tahap evaluasi dilakukan dengan perhitungan yang dikemukakan oleh Arikunto (2013), dengan menggunakan persamaan berikut: "
S=R− #
Keterangan:
S
= Skor
R
= Jumlah Jawaban yang benar
W
= Jumlah jawaban yang salah
O
= Jumlah Option ( banyaknya pilihan jawaban )
(3.7)
Hasil analisis dan refleksi akan menentukan apakah tindakan yang dilakukan dapat mengatasi masalah. Melihat bagaimana hasil yang telah didapatkan pada siklussiklus yang telah dilaksanakan sehingga apabila terdapat kelemahan atau kendala yang dialami pada siklus yang telah dilakukan untuk dijadikan revisi pada siklus berikutnya.
40
3.6
Indikator Kerja Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan tindakan kelas
yang dilakukan adalah hasil belajar yang diperoleh siswa. Seorang siswa dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai skor 70% atau nilai 70 dan suatu kelas dikatakan telah mencapai keberhasilan secara klasikal bila di kelas tersebut telah terdapat 70% siswa yang telah mencapai daya serap ≥ 70%. Bila kriteria tersebut terpenuhi, maka penguasaan materi pelajaran dengan model pembelajaran AIR dapat dijadikan usaha dalam peningkatan hasil belajar fisika, khususnya pada materi Hukum Gravitasi Newton.