BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang dilakukan dengan pendekatan deskriptif. Jenis penelitian ini secara keseluruhan merupakan penelitian dan pengembangan (Research
and
Development
(R&D)). Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan pendidikan (Educational Development Research) yang menggariskan langkah-langkah tertentu dengan tujuan untuk
menghasilkan bahan ajar berupa modul
pengayaan materi Keanekaragaman Hayati. Model penelitian pengembangan yang digunakan adalah adaptasi dari langkah-langkah pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development and Production, Implementation dan Evaluation). Model ADDIE merupakan model penyusunan dan pengembangan bahan ajar.
B. Waktu dan Tempat Penelitian Proses pengambilan data beberapa tumbuhan berbiji dilaksanakan pada bulan April 2016 bertempat di Kebun Raya Baturaden sedangkan proses penyusunan naskah modul pengayaan dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2016 bertempat di FMIPA UNY sedangkan penilaian kualitas modul dilaksanakan pertengahan September 2016 di SMA Negeri 1 Sumpiuh.
51
C. Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian adalah modul pengayaan yang digunakan sebagai bahan ajar tentang materi Keanekaragaman Tumbuhan Berbiji untuk kelas X.Subjek penelitian ini terdiri dari responden.
Responden terdiri dari 2 (dua) guru
biologi dan 15 siswa. Responden terdiri dari 2 (dua) orang guru dan 15 (lima belas )siswa. Guru dan siswa yang menjadi subjek penelitian ditentukan secara purposive sampling berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria untuk guru yang menjadi subjek
penelitian
didasarkan
pada
kualifikasi
yaitu
seorang
yang
berprofesi sebagai guru biologi serta mengajar materi Keanekaragaman Hayati. Sedangkan siswa yang menjadi subjek penelitian didasarkan pada siswa yang telah tuntas dalam materi Keanekaragaman Hayati, dalam hal ini berarti siswa memiliki nilai ulangan harian diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar/sekitar 75. Hal ini bertujuan supaya siswa dapat menilai dengan baik dan memberikan masukan mengenai kualitas modul.
D. Setting Penelitian Penyusunan
modul
pengayaan
materi
keanekaragaman
hayati
menggunakan adaptasi dari model pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Developmentand Production, Implementation dan Evaluation). Model ini merupakan model penyusunan dan pengembangan bahan ajar. Menurut Purwanto dan Ida Malati (dalam Dewi Padmo,2004:418), prosedur penyusunan bahan ajar adalah identik dengan kegiatan mengajar. Prosedur
52
yang ditempuh dalam menulis bahan ajar identik juga pula dengan prosedur yang ditempuh dalam kegiatan mengajar. Dalam kegiatan mengajar,tenaga pengajar biasanya menerapkan prosedur pengembangan sistem pembelajaran. Setiap model pengembangan sistem pembelajaran tersebut ternyata terdapat lima tahapan besar. Lima tahapan tersebut adalah tahap analisis,perancangan, pengembangan dan produksi, uji coba, dan evaluasi. Penulisan bahan ajar dilakukan melalui berbagai tahapan berikut: 1. Tahap Analisis (Analysis) Tahap ini meliputi analisis kompetensi, analisis karakteristik siswa dan analisis instruksional. a. Analisis kompetensi (analisis kurikulum) Analisis dilakukan pada kurikulum dengan mengidentifikasi kompetensi yang ada untuk memahami kedalaman dan keluasan kompetensi yang harus dikembangkan. Standar Kompetensi (SK) pada materi Keanekaragaman Hayati ialah menjelaskan tentang prinsip pengelompokan makhluk hidup. Sedangkan Kompetensi Dasar (KD) ialah mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen, jenis, ekosistem, melalui kegiatan pengamatan. b. Analisis karakteristik siswa Pada analisis ini dilakukan analisis untuk mengetahui kondisi siswa yang akan menggunakan modul. Siswa yang akan menggunakan modul ini adalah siswa yang sudah memenuhi KKM, jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan awal peserta didik dapat dikatakan
tinggi
karena
53
sudah
memenuhi
KKM
materi
Keanekaragaman Hayati. c. Analisis instruksional Analisis ini disebut juga analisis pembelajaran. Analisis ini dilakukan dengan cara menjabarkan kompetensi umum yang ada pada kurikulum menjadi kompetensi-kompetensi khusus dan kemudian menentukan
urutannya. Hasil dari analisis instruksional ini
ialah
seperti apa topik atau pokok bahasan yang menjadi judul bab dari modul yang akan ditulis. 2. Tahap Perancangan (Design) Tahap ini dilakukan setelah tahap analisis selesai. Pada tahap ini meliputi penyusunan kerangka modul (outline),penentuan sistematika dan perencanaan alat evaluasi. a. Penyusunan kerangka modul(outline) Berdasarkan peta kompetensi yang disusun suatu kerangka isi modul. Kerangka ini sudah menggambarkan keseluruhan isi materi yang tercakup dalam modul tersebut, serta urutan penyajiannya yang memuat antara lain: 1) Judul bab atau bagian modul. 2) Komponen-komponen modul lengkap seperti pendahuluan,urutan dan penutup. 3) Aspek-aspek pembelajaran yang meliputi tujuan, materi, metode, dan evaluasi yang ada dalam modul tersebut.
54
b. Penentuan sistematika Penulis harus menentukan sistematika modul pengayaan yang akan ditulis. Pada tahap ini penulis juga menentukan urutan strategi penyajian materi dan jenis ilustrasi atau visualisasi yang digunakan untuk acuan pembuatan modul yang akan dikembangkan. c. Perencanaan alat evaluasi Menentukan jenis dan alat evaluasi yang digunakan serta jenis, latihan dan uji kompetensi yang
akan digunakan dalam modul.
Evaluasi ini berupa tes yang berbentuk pilihan ganda dan uraian terdiri dari item soal dan pilihan item jawaban serta dilengkapi dengan kunci jawaban. 3. Tahap Pengembangan dan Produksi (Developmentand Production) Tahap ini terediri dari empat langkah spesifik yaitu pra penulisan, penyusunan draft, penyuntingan, dan revisi. a. Pra penulisan Pengumpulan referensi yang mendukung dari segi materi dengan mengambil fakta dan konsep yang merupakan hasil penelitian tentang keanekaragaman tumbuhan berbiji. Referensi juga diperoleh dari buku dan internet. Setelah itu mengadakan kajian referensi atau pustaka untuk memilih referensi yang cocok dimasukkan kedalam draft. Pada tahap ini penulis juga menyiapkan segala keperluan menulis. b. Penyusunan draft Kegiatan penulisan draft ini dilakukan bagian demi bagian
55
sesuai dengan kerangka yang telah disusun. Bahan ajar dalam bentuk modul disusun sehingga didapatkan produk awal modul pengayaan yang sebelumnya sudah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. c. Penyuntingan (review-edit) Produk awal tersebut kemudian dikaji oleh beberapa reviewer, Reviewer yang berperan dalam penyuntingan adalah ahli media dan ahli materi atau dosen yang terkait. Keterlibatan ahli media ialah untuk mengkaji dari aspek media dengan mengisi instrumen berupa angket pengembangan modul. Sedangkan keterlibatan ahli materi ialah mengkaji dari aspek materi berupa kesalahan-kesalahan konsep yang terdapat pada modul tersebut dengan mengisi instrumen berupa angket pengembangan modul. Penilaian dan pengkajian tersebut melihat dari empat aspek yaitu aspek desain pembelajaran, aspek materi, aspek bahasa dan visualisasi modul. Pengkajian ini diarahkan untuk penilaian formatif dengantujuan untuk memperoleh saran dan masukan untuk penyempurnaan sehingga modul pengayaan ini terhindar dari kesalahan penulisan maupun konsep. Sesuai dengan arahan dosen pembimbing pertama dan ketua jurusan pendidikan biologi, bagian ini dilaksanakan oleh dosen pembimbing kedua. d. Revisi Berdasarkan hasil penyuntingan dilakukan revisi atau perbaikan. Penyempuranaan atau revisi dilakukan oleh peneliti sesuai masukan serta saran yang sesuai dari reviewer.
56
4. Tahap Implementasi (Implementation) Pada tahap ini naskah modul yang telah dihasilkan selanjutnya dapat digunakan langsung atau dicobakan secara terbatas. Menurut Arif Sudiman (2003:11), ujicoba kelompok kecil dilakukan pada 10-20 orang. Uji coba terbatas ini mengandung maksud untuk memperoleh masukan dari pihak-pihak yang berkepentingan (responden) terhadap kualitas modul pengayaan tersebut. Pihak yang berpartisipasi dalam ujicoba terbatas ini ialah guru biologi dan calon pengguna. Uji coba dilakukan secara terbatas oleh siswa adalah dengan cara one to one. Cara one to one merupakan cara yang dilakukan dengan cara memilih siswa yang sudah memenuhi ketuntasan belajar pada materi Keanekaragaman Hayati, kemudian mereka diberikan waktu untuk mempelajari, menggunakan serta menjawab pertanyaan yang ada. Mereka boleh mempelajari modul disekolah ataupun dirumah. Setelah itu mereka diberi angket penilaian untuk mengetahui kualitas modul pengayaan tersebut. 5. Evaluasi (Evaluation) Setelah diuji cobakan secara terbatas sebaiknya modul pengayaan dievaluasi untuk mengetahui keefektivitasannya. Kegiatan evaluasi ini biasanya dilakukan oleh pihak ketiga yang
independen. Karena
keterbatasan penelitian ini, tahap evaluasi tidak dilakukan. Tahap evaluasi ini memerlukan pihak penilai yang
independen secara luas. Tahap
prosedur penelitian pengembangan ini dapat dilihat dilembar sebaliknya.
57
Tahap Analisis Tahap Penyusunan Kerangka Modul Tahap Penentuan Sistematika Tahap Perancangan Alat Evaluasi Tahap Pengumpulan dan Kajian Referensi Tahap Penyusunan Draft
Dosen
Revisi I Produk Awal
Dosen Pembimbing
Revisi II Naskah Modul 2 Guru Biologi
Uji Coba
15 Siswa Kelas X
Analisis Data Revisi III Produk : Modul pengayaan materi Keanekaragaman Tumbuhan Berbiji
Gambar 6. Bagan Tahapan Prosedur Penelitian
58
E. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Proses Pengembangan Modul Proses pengembangan modul langsung dinilai dan dikoreksi oleh dosen pembimbing. Penyusun mendapatkan beberapa catatan yang terkait peningkatan kualitas modul. 2. Instrumen Penilaian Kualitas Modul Instrumen untuk menilai kualitas modul berupa lembar angket penilaian modul. Lembar angket penilaian ini menggunakan instrumen yang berupa lembar checklist. Instrumen penilaian kualitas modul ini menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengetahui persetujuan atau penolakan responden terhadap pernyataan-pernyataan yang tersedia (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009: 225). a. Angket penilaian untuk guru Angket penilaian untuk guru menggunakan 5 (lima) alternatif jawaban yaitu Sangat Kurang (SK),Kurang (K), Cukup (C), Baik (B), dan Sangat Baik (SB), Angket ini akan diisi oleh 2 orang guru biologi. b. Lembar tanggapan untuk siswa. Lembar tanggapan untuk siswa menggunakan 4 (empat) alternatif jawaban yaitu Sangat baik (SS), Baik (S), Kurang (K), dan Sangat Kurang (SK). Lembar tanggapan ini akan diisi oleh 15 (Lima Belas) siswa. Hasil penilaian dari guru dan siswa merupakan penelitian yang akan dianalisis.
59
Tujuan penilaian responden ialah untuk mengetahui apakah kualitas modul yang disusun telah memenuhi kriteria modul yang baik. Kriteria yang digunakan untuk penilaian kualitas modul ini merupakan modifikasi dari kriteria dalam mengevaluasi modul menurut Bambang Warsita dalam buku “Teknologi Pembelajaran”. c. Desain pembelajaran Kriteria yang berkaitan dengan desain pembelajaran yang ada dalam bahan ajar cetak (modul) adalah sebagai berikut: 1) Kejelasan tujuan. 2) Ketepatan format sajian. 3) Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik. d. Materi atau content Kriteria yang berkaitan dengan materi atau content yang ada dalam bahan ajar cetak (modul) adalah sebagai berikut: 1) Kebenaran materi. 2) Kedalaman dan keluasan materi. 3) Kekomprehensifan materi. 4) Kesesuian materi dengan kurikulum yang berlaku. 5) Kesesuaian contoh, ilustrasi dengan materi. 6) Tes, tugas, latihan mendukung penguasaan materi. e. Keterbacaan modul Kriteria yang berkaitan dengan keterbacaan modul yang ada dalam bahan ajar cetak (modul ) adalah sebagai berikut:
60
1) Struktur kalimat. 2) Kejelasan judul. 3) Sistematika penyajian. 4) Penggunaan kata dan istilah. 5) Kemudahan bahasa. 6) Kemenarikan dan kesesuaian bahasa dengan lingkungan peserta didik. f. Visualisasi modul Kriteria yang berkaitan dengan visualisasi modul yang ada dalam bahan ajar cetak (modul) adalah sebagai berikut: 1) Mempermudah pemahaman. 2) Mendorong minat peserta didik untuk belajar. 3) Memperkuat daya ingat. 4) Menyederhanakan informasi yang sulit. F. Cara Pengumpulan Data 1. Data mengenai masukan dan saran untuk pengembangan penyusunan modul berupa data deskriptif didapatkan dari angket pengembangan modul yang dipaparkan atau disampaikan oleh dosen pembimbing. 2. Data mengenai penelitian kualitas modul untuk mengetahui kualitas modul pengayaan didapatkan dari angket penilaian modul yang diberikan kepada guru dan tanggapan siswa. G. Validasi Instrumen Instrumen yang digunakan perlu diuji kesahihan atau validitasnya.
61
Validitas mempunyai arti sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Arief Furchan, 2007: 293). Suatu instrumen dikatakan valid bila instrumen tersebut benar-benar mengukur aspek atau segi yang diukur. Hasil validitas menunjukkan derajat validitas tinggi, sedang, dan rendah (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009: 228). Instrumen penelitian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dengan menggunakan validasi konstruk yaitu validasi yang digunakan untuk mengetahui apakah hasil pegukuran benar-benar bermakna, atau dapat diinterpretasikan, atau dengan kata lain apakah alat ukur yang digunakan benar-benar
mampu mengukur.
Peneliti berkonsultasi atau
menerima
masukkan dari dosen pembimbing. Hasil validasi tersebut adalah instrumen yang siap digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. H. Teknik Analisis Data 1. Data Proses Pengembangan Modul Pengayaan Data proses pengembangan modul yang didapatkan berupa data masukan dan saran. Data ini diperoleh dari hasil penilaian dosen pembimbing. Data masukkan dan saran merupakan data deskriptif. Data tersebut dianalisis. Saran yang dianggap relevan digunakan sebagai acuan untuk revisi modul. 2. Data Kualitas Modul Pengayaan Data kualitas modul pengayaan merupakan data kualitatif. Data tersebut diperoleh dari lembar angket penilaian guru dan angket tanggapan siswa. Jika guru menilai sangat baik terhadap pernyataan yang disajikan
62
dalam instrumen pada tiap aspek, berarti guru menilai tingkat kualitas modul sangat baik. Jika guru menilai kurang atau sangat kurang terhadap pernyataan yang disajikan dalam instrumen pada tiap aspek, berarti guru menilai tingkat kualitas modul kurang atau sangat kurang. Penilaian dengan kategori kurang dan sangat kurang akan disajikan penulis sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan akhir modul. Kualitas modul pengayaan terdiri dari 5 (lima) kriteria yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Untuk mendapatkan kualitas modul perlu dilakukan analisis dengan langkah sebagai berikut: a. Pengubahan hasil penilaian dari guru dari bentuk kualitatif ke bentuk kuantitatif berupa skor tertentu dengan ketentuan sebagai berikut: SK (Sangat Kurang) =
1
K (Kurang)
= 2
B (Baik)
= 3
SB (Sangat Baik)
= 4
b. Menghitung skor rata-rata dari tiap sub aspek yang dinilai dengan rumus kemudian menjumlahkan skor rata-rata sub aspek sehingga didapatkan skor rata-rata tiap aspek (Sumanto, 1995: 210):
Keterangan: = skorrata-rata = jumlah skor
63
= jumlah reviewer c. Menghitung skor rata-rata tiap aspek kualitas menjadi nilai kuantitatif sesuai kriteria penilaian. Penjabaran konversi nilai tiap aspek kriteria menjadi nilai kuantitatif
terlihat pada
tabel 1 berikut ini (Anas
Sudijono, 1997: 157-161).
Tabel 1. Kriteria Kategori Penilaian Ideal TiapAspek
Keterangan: Mi =Mean Ideal
SB i=Simpangan Baku ideal
Skor tertinggi ideal = Jumlah butir kriteria X skor tertinggi. Skor terendah ideal = Jumlah butir kriteria X skor terendah. 3. Data Tanggapan Siswa Terhadap Modul Pengayaan Siswa memiliki peran dalam memberikan tanggapannya. Terdapat 4 (empat) aspek yang dinilai yaitu kemudahan pemahaman, kemandirian belajar, penyajian, dan pelaksanaan. Kriteria tanggapan yang akan dipilih
64
siswa untuk tiap aspek yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju, dan tidak setuju. Data tanggapan yang terkumpul dari siswa dihitung dengan cara menghitung frekuensi atau banyaknya kriteria yang muncul untuk tiap aspek, kemudian mempresentasekannya. Setelah itu menentukan nilai ratarata
tiap kriteria
pada keempat aspek. Data tanggapan tiap kriteria
kemudian dijabarkan dalam bentuk diagram batang. Cara perhitungan presentase tiap aspek ialah sebagai berikut:
65