48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Model Pengembangan Model pengembangan yang dipakai adalah modal Four-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan (1974). Pemilihan model Four-D ini karena dalam proses pengembangan modul ini memerlukan beberapa kali pengujian dan revisi sehingga meskipun prosedur pengembangan dipersingkat namun di dalamnya sudah mencakup proses pengujian dan revisi sehingga produk yang dikembangkan telah memenuhi kriteria produk yang baik dan teruji secara empiris. Mulyatiningsih (2013: 195) bahwa model four-D terdiri dari empat tahapan yaitu 1. Pendefinisian atau Define. 2. Perancangan atau Design 3. Pengembangan atau Develop. 4. Penyebarluasan atau Disseminate. B. Tempat Dan Waktu Penelitian Tempat penelitian adalah SMP Negeri 6 Purwodadi
Kabupaten
Grobogan Propinsi Jawa Tengah. Waktu Penelitian adalah semester gasal tahun pelajaran 2014/2015. C. Subyek Penelitian 1. Subyek Pengembangan Proses pengembangan melibatkan para pakar untuk menilai da memberi masukan terhadap produk modul yang dikembangkan. Pakar atau validator yang dilibatkan dalam tahapan pengembangan produk adalah ahli materi, ahli media, ahli bahasa, guru IPA dan teman sejawat (peer review). commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Subyek Uji Coba Terbatas Subyek uji coba ini melibatkan 10 orang siswa kelas VIII di SMP Negeri 6 Purwodadi tahun pelajaran 2014/2015 yang diambil secara acak. 3. Subyek Uji Coba Luas Subyek uji coba pemakaian adalah siswa kelas VIII I di SMP Negeri 6 Purwodadi tahun pelajaran 2014/2015.
D. Prosedur Pengembangan 1. Tahap Pendefinisian (Define) Menurut Mulyatiningsih (2011 : 195), pada tahap ini terdiri dari a.
Analisis kurikulum Tujuan dilakukan analisis terhadap kurikulum adalah untuk mengetahui
kebutuhan sumber belajar dalam bentuk modul, mengetahui keterkaitan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang terintegrasi antara mata pelajaran fisika, biologi dan kimia, serta komponen silabus yang akan digunakan. Kurikulum yang berlaku di sekolah saat ini adalah kurikulum KTSP tahun 2006. Namun, dalam penelitian ini menggunakan kurikulum 2013 agar hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat untuk pembelajaran yang akan datang. Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi. Data yang dikumpulkan berupa catatan hasil analisis kurikulum KTSP tahun 2006. b.
Analisis Karakteristik siswa Tujuan dilakukan analisis karakteristik siswa adalah untuk mengetahui
kondisi siswa pada saat sebelum dilakukan penelitian. Minat baca dan minat untuk
commit to user belajar secara mandiri siswa masih rendah sehingga siswa mempunyai keinginan
perpustakaan.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
untuk membaca modul. Sekolah belum mempunyai buku modul IPA terpadu. Instrumen berupa lembar observasi. Obyek observasi adalah para siswa SMP di sekolah penelitian. Data yang dikumpulkan berupa angket jawaban para siswa. c.
Analisis Materi Tujuan dari analisis adalah untuk mengetahui bagian-bagian materi yang
dapat dipadukan ke dalam pembahasan, dan bentuk penyajian dalam pembelajaran. Materi kimia adalah membahas tentang reaksi kimia yang terjadi sistem respirasi pada metabolisme dan penggunaan energi kimia. Materi biologi membahas tentang struktur organ sistem respirasi dan mekanisme kerja organ respirasi serta penggunaan energi dalam metabolisme sistem respirasi. Materi fisika membahas tentang hukum Boyle yang berkaitan dengan sistem kerja organ pernafasan dalam mekanisme bernafas. Instrumen berupa lembar observasi berupa catatan analisis materi. d.
Merumuskan tujuan Tujuan dilakukan perumusan tujuan adalah untuk mengetahui tujuan
pembelajaran, metode, model pembelajaran, alat evaluasi, dan butir soal. Hal ini bertujuan agar modul yang dibuat beserta kelengkapan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. Instrumen penelitian berupa lembar observasi. Data penelitian berupa tabel hasil perumusan tujuan. 2. Tahap Perancangan (Design) Menurut Mulyatiningsih (2011 : 197), pada tahap ini terdiri dari : a. Penyusunan tes kriteria. Bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang materi
to user sebelum penggunaan modul yangcommit akan dikembangkan dan sebagai alat evaluasi
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
setelah implementasi kegiatan menggunakan modul. Instrumen berupa tes soalsoal pilihan ganda. Data berupa skor tes siswa. Subyek instrumen adalah para siswa. b. Pemilihan Media Bertujuan untuk memilih media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik siswa. Instrumen berupa daftar pemilihan media dan materi pembelajaran. Data berupa daftar hasil pemilihan media dan materi pembelajaran. Sasaran instrumen adalah media dan materi pembelajaran. c. Pemilihan bentuk Bertujuan untuk memperoleh bentuk penyajian pembelajaran disesuaikan dengan media pembelajaran yang digunakan. Instrumen berupa daftar pemilihan bentuk penyajian materi pembelajaran. Data berupa hasil pemilihan bentuk penyajian materi pembelajaran. Instrumen digunakan untuk mendapatkan kesimpulan pemilihan bentuk penyajian materi pembelajaran. d. Desain awal produk Bertujuan untuk membuat bentuk awal produk modul sesuai dengan kerangka isi hasil analisis kurikulum dan materi. Hasil tahap ini adalah berupa draft awal modul yang akan dikembangkan. 3. Tahap Pengembangan (Develop) Bertujuan untuk mendapatkan modul pembelajaran IPA terpadu yang mendapatkan validasi dari para ahli dan masukan dari pihak lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
Menurut Mulyatiningsih (2011 : 198), pada tahap ini terdiri dari: a. Validasi dan revisi perangkat modul Dilakukan oleh para ahli untuk validasi modul dan masukan dari guru teman sejawat dan kepala sekolah. Validasi dari ahli meliputi validasi ranah materi, ranah konstruksi, ranah bahasa, dan aspek komponen yang ada dalam soal test. b. Uji coba terbatas Dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Purwodadi dengan jumlah terbatas (10 orang siswa). Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kemampuan operasional modul sebelum uji coba luas. Instrumen berupa draft modul yang sudah divalidasi oleh ahli dan Instrumen penilaian yang sudah divalidasi. Data berupa angket pendapat para siswa tentang draft modul yang diujicobakan dan respon berpikir kritis siswa yang dituliskan dalam modul. c. Uji coba skala luas Ujicoba luas diterapkan pada satu kelas dari sekolah yang sama. Pada tahap ini dilakukan pembelajaran dan observasi. Kegiatan yang dilakukan serupa dengan kegiatan yang dilakukan pada ujicoba terbatas. Perbedaannya yaitu pada ujicoba ini, subyek ujicoba lebih banyak dan lebih luas. Selain itu dilakukan penilaian pretest dan posttest siswa selama menggunakan modul dalam pembelajaran. Dilakukan pula analisis dan penilaian berpikir kritis. Desain penelitian yang dipergunakan dalam pengembangan modul IPA terpadu berbasis berpikir kritis adalah pre-Exsperimental Design dengan tipe OneGroup pretest-postest Design. Desain penelitian sangat diperlukan dalam
commit toPada userdesain One-Group pretest-postest perencanaan dan pelaksanaan penelitian.
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Design, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan postest setelah diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Menurut Sugiyono, (2010:110-111) desain Pre Eksperimental Design dengan tipe One-Group pretest-postest Design dapat digambarkan pada gambar 3.1. O1 X O2 Gambar 3.1. Desain Eksperimen One-Group pretest-postest Design O 1 : nilai pretest O 2 : nilai posttest X : pembelajaran menggunakan modu IPA terpadu berbasis berpikir kritis tema ventilator 4. Tahap Penyebarluasan (Disseminate) Menurut Mulyatiningsih (2011 : 199), tahap diseminasi dilakukan dengan cara sosialisasi modul melalui pendistribusian dalam jumlah terbatas kepada guru lain dalam satu sekolah maupun sekolah lain. Tujuan dari pendistribusian ini adalah untuk memperoleh respon, umpan balik terhadap modul yang dikembangkan. Apabila respon sasaran pengguna modul sudah baik maka selanjutnya dilakukan pencetakan dalam jumlah yang banyak. Tahapan-tahapan pengembangan semuanya dilakukan untuk mengetahui karakteristik modul IPA terpadu berbasis berpikir kritis dengan tema ventilator yang dikembangkan, mengetahui kelayakan modul, dan mengetahui efektifitas modul. Langkah-langkah prosedur pengembangan tersebut dapat digambarkan pada Gambar 3.2.
commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pendefinisian Pra penelitian
Analisis siswa, kurikulum dan materi
Tujuan Pengembangan
Perancangan
Produk Desain/ Draf 1
Revisi Desain
Desain awal modul
Penilaian format berdasarkan pemilihan modul
Pengembangan
Pengembangan materi dalam modul Validasi ahli (Ahli media, materi, bahasa, guru IPA dan peer review Uji coba kecil
Draft II
Revisi 1
Revisi II
Draft III
Uji coba luas
Revisi III
Analisis hasil
Produk Modul IPA Terpadu Berbasis Berpikir Kritis
Penyebaran Penyebaran Modul IPATerpadu berbasis berpikir kritis ke guru-guru IPA SMP
Gambar 3.2. Prosedur pengembangan
commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan meliputi 1. lembar observasi awal kegiatan 2. lembar validasi modul, 3. angket tanggapan siswa dan guru terhadap modul, 4. tes 5. Lembar penilaian kemampuan berpikir kritis siswa dalam modul. Adapun rincian instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data sebagai berikut : 1. Lembar observasi awal kegiatan Digunakan untuk memperoleh data masukan tentang perlu dan tidak menyusun modul IPA terpadu. Lembar observasi diberikan kepada guru IPA dan siswa. 2. Lembar Validasi Modul Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang penilaian dari para ahli terhadap modul. Hasil penilaian ini dijadikan dasar untuk perbaikan modul sebelum diujicobakan. 3. Angket respon siswa dan guru Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran sains dengan modul IPA terpadu. Pengisian angket ini dilakukan setelah berakhirnya seluruh prosedur pembelajaran. Angket juga diberikan kepada guru untuk mengetahui tanggapan dan masukan tentang modul yang dibuat dengan penelitian ini. 4.
Tes Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Budiyono (2011:8) tes merupakan seperangkat pertanyaan dimana setiap butir pertanyaan mempunyai jawaban yang dianggap benar. commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest pada awal kegiatan pembelajaran dan postest pada akhir kegiatan pembelajaran diperlukan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum dan sesudah ujicoba modul. Tipe soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban soal. Untuk mendapatkan hasil pengukuran suatu tes yang baik dan dapat diandalkan kebenarannya, maka harus digunakan alat ukur yang tepat, dan penggunaan alat ukur yang benar, sehingga dalam penelitian ini instrumen penelitian pretest-postest divalidasi oleh validator, dilakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda dengan menggunakan software Anates. a. Uji Validitas Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 160), validitas tes adalah kecermatan suatu alat ukur melakukan fungsi ukurnya sehingga memberikan hasil ukur sesuai yang hendak diukur. Hasil uji validitas soal tes hasil belajar yang diujicobakan di SMP Negeri 6 Purwodadi dapat dilihat pada lampiran 6 hal. 218. b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan kemampuan alat ukur memberikan hasil yang konsisten dan stabil. Hasil uji reliabilitas soal tes hasil belajar yang diujicobakan di SMP Negeri 6 Purwodadi dapat dilihat pada lampiran 6 hal. 192.
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Uji Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran suatu soal merupakan suatu proporsi atau presentase subyek yang menjawab tentu dengan benar. Hasil uji tingkat kesukaran soal tes hasil belajar yang diujicobakan di SMP Negeri 6 Purwodadi dapat dilihat pada lampiran 6 hal 192. 5. Lembar Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Lembar penilaian kemampuan berpikir kritis siswa merupakan salah satu bentuk instrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Tujuan melakukan pengukuran adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh dari 3 kali pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Lembar penilaian kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat pada lampiran 11 hal. 332. D. Teknik Analisis Data 1. Analisis hasil validasi modul IPA Terpadu yang dikembangkan. Teknik analisis data untuk kelayakan modul IPA terpadu dan respon peserta didik, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Tabulasi semua data yang diperoleh dari para validator untuk setiap komponen, sub komponen dari butir penilaian yang tersedia dalam instrumen penilaian. b. Menghitung
skor
total
rata-rata
dari
menggunakan rumus:
commit to user
setiap
komponen
dengan
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
X = skor rata-rata
Keterangan
ΣX = jumlah skor n = jumlah skor maksimal c. Mengubah skor rata-rata menjadi nilai dengan kriteria Untuk mengetahui kualitas modul IPA terpadu hasil pengembangan maka data yang mula-mula berupa skor, diubah menjadi data kualitatif (data interval) dengan skala empat. Data-data tersebut untuk mengetahui kualitas keberhasilan modul yag disusun. Adapun acuan pengubahan skor menjadi skala empat tersebut menutur Direktorat Pembinaan SMA (2010) adalah : pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Kriteria Skor Rata-rata Menjadi Nilai Dengan Kriteria Rentang Skor (i) Nilai Kriteria Mi + 1,5 SDi ≤ X ≤ Mi + 3SDi A Sangat Baik Mi ≤ X ≤ Mi + 1,5SDi B Baik Mi - 1,5SDi ≤ X ≤ Mi C Cukup Mi - 3SDi ≤ X ≤ Mi – 1,5SDi D Kurang Sumber: Direktorat Pembinaan SMA (2010) Keterangan: Mi
= Mean ideal (½)(skor maksimal + skor minimal)
SDi
= Standar Deviasi Ideal (1/3)(½)(skor maksimal + skor minimal)
Skor Maksimal = Jumlah butir soal x skor maksimal Skor minimal = Jumlah butir soal x skor minimal Dalam penelitian ditetapkan nilai kelayakan produk minimal “C” kriteria cukup. Dengan demikian, hasil penilaian ahli media dan ahli materi jika memberi hasil akhir “C” atau cukup, maka produk pengembangan layak
commit to user digunakan sebagai media pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id
59 digilib.uns.ac.id
2. Analisis Data Tes Pengetahuan Analisis hasil tes yang digunakan adalah data hasil belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan pretest (Q 1 ) dan posttest (Q 2 ) yang berbentuk pilihan ganda. Desain eksperimen one group pretest – postest ini hanya memiliki 2 set data hasil pengukuran yaitu pretest (Q 1 ) dan pengukuran posttest (Q 2 ) (Mulyatiningsih, 2011:96). Uji statistik yang digunakan adalah t-test. Penggunaan t-test memerlukan prasyarat yang harus dipenuhi antara lain: uji normalitas data dan uji homogenitas. a) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing data memiliki sebaran yang normal. Penelitian tes satu sampel Kolmogorov-Smirnov umumnya digunakan untuk menguji normalitas data. (Sofyan Yamin & Heri Kurniawan, 2009:242). Menerima atau menolak hipotesis dengan cara membandingkan pvalue dengan taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Jika pvalue ≥ 0.05, maka data berdistribusi normal, sebaliknya apabila pvalue < 0.05, data berdistribusi tidak normal. b) Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan variansi data. Pada penelitian ini uji homogenitas menggunakan uji Levene (Sofyan Yamin & Heri Kurniawan, 2009:54). Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu : Ho
: variasi data homogen
Ha
: variasi data tidak homogen commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data dikatakan homogen jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari α = 0.05 9Sign. > 0.05) sehingga Ho diterima. c) Uji t-Test Pada desain One Group Pretest-Posttest Design, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan. Hipotesis yang diberikan untuk pengujiannya adalah sebagai berikut : Ho
: tidak ada perbedaan rata-rata prestasi belajar siswa sebelum
menggunakan modul IPA terpadu berbasis berpikir kritis dengan tema ventilator. Ha
: ada perbedaan rata-rata prestasi belajar siswa sebelum menggunakan
modul IPA terpadu berbasis berpikir kritis dengan tema ventilator. Kriteria pengujian yang diberikan yaitu jika signifikan (Asymp sign) kurang dari 0.05 (Sign. < 0.05) maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan rata-rata prestasi belajar siswa sebelum menggunakan modul IPA terpadu berbasis berpikir kritis dengan tema ventilator dan setelah menggunakan modul IPA terpadu berbasis berpikir kritis. Sebaliknya jika signifikansi lebih dari 0.05 (sign > 0.050) maka Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan rata-rata prestasi belajar siswa sebelum menggunakan modul IPA terpadu berbasis berpikir kritis dengan tema ventilator dan setelah menggunakan modul IPA terpadu berbasis berpikir kritis. d) Uji Gain Score Untuk menghitung efektifitas penerapan modul IPA terpadu berbasis berpikir kritis dapat menggunakan normalized gain atau sering disebut gain score (Hake, 1998: 4) dengan persamaan : S𝑝𝑜𝑠𝑡 − S𝑝𝑟𝑒 (𝑔) = to user commit S𝑚𝑎𝑘𝑠 − S𝑝𝑟𝑒
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan: g
: gain
S post
: skor postes
S pre
: skor pretes
S maks : skor maksimum Kriteria gain (𝑔) ternormalisasi adalah (𝑔) ≥ 0.70 = gain score ternormalisasi tinggi, 0.70 > (𝑔) > 0.30 = gain score ternormalisasi sedang dan (𝑔) ≤ 0.30 = 𝑔𝑎𝑖𝑛 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒 ternormalisasi rendah.
3. Analisis Data Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Lembar penilaian kemampuan berpikir kritis terdiri dari 5 aspek berpikir kritis dan 13 sub indikator dengan rentang skor penilaian 1,2,3,4. Setiap aspek berpikir kritis tersebut dianalisis secara deskriptif dengan persentase (%). Sedangkan cara pemberian kategori atau kriteria pada tingat penguasaan kecakapan ini adaah dengan menggunakan sistem 100. Kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut (Purwanto N., 1994: 103) a. ≤ 54 % = kurang sekali b. 55 – 59 % = kurang c. 60 – 75 % = cukup d. 76 – 85 % = Baik e. 86 – 100 % = Sangat baik
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perhitungan persentase digunakan rumus sebagai berikut (Purwanto N., 1994: 103): NP = R/SM X 100 NP : Nilai persentase yang diharapkan R
: Nilai mentah yang diperoleh
SM : Skor maksimum
commit to user