BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Pengukuran Kerja Pengukuran kerja ialah penerapan teknik yang direncanakan untuk menerapkan waktu bagi pekerja yang memenuhi syarat untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada tingkat prestasi yang ditetapkan. Faktor yang menyebabkab menurunnya produktivitas perusahaan ialah: sifat dan keadaan barang, proses yang berjalan tidak semestinya, waktu tidak efektif yang bertumpuk selama produksi berlangsung, kekurangan pihak manajemen atau kelalaian para buruh. Penelitian Kerja ialah teknik utama untuk mengurangi kerja teruatama dengan meniadakan gerak tidak perlu pada bahan maupun tenaga dan dengan menggantikan metode yang tidak memenuhisyarat. Pengukuran kerja berusaha menyelidiki, mengurangi dan selanjutnya meniadakan waktu tidak efektif, yakni waktu yang tidak efektif dalam melakukan sesuatu, apapun sebabnya. Pengukuran kerja memberi cara kepada manajemen untuk mengukur waktu yang diperlukan untuk menjalankan suatu operasi atau rangkaian operasi, sehingga waktu tidak efektif diketemukan dan dapat dipisahkan dari waktu efektif. Dengan cara ini akan diketahui bahwa ada waktu tidak efektif, sifatnya serta seberapa banyak sebelumnya terdapat waktu tidak efektif tersembunyi dalam keseluruhan waktu pembuatan atau proses. Di sini pengukuran kerja mempunyai peranan lain lagi. Bukan saja dapat mengungkapkan waktu tidak efektif tetapi pengukuran kerja juga dapat digunakan untuk menetapkan standar waktu pelaksanaankerja.
Akibat pelanggaran terhadap standar waktubersangkutan segera terlihatkarenanya menjadi perhatian langsung 1. Wignjosoebroto, Sritomo, Teknik TataCara Kerja dan Pengukuran Kerja Hal 170 pihak manajemen. Faktor yang menyebabkan waktu tidak efektif diakibatkan lebih banyak pada manajemen daripada yang terdapat di kalangan pekerja. Lagi pula sebab lain waktu tidak efektif seperti penghentian karena tidak ada bahan baku atau kemacetan pada pabrik yang sering terjadi tanpa adanya usaha sungguh-sungguh untuk memperbaiki keadaan. 3.2. Kegunaan Pengukuran Kerja Dalam proses penetapan standar itu, mungkin akan diperlukan pengukuran kerja : a.
Membandingkan efisiensi beberpa metode yangharus dipilih. Apabila dalam keadaan yang lain sama maka metode yang terbaik ialah yang paling sedikit memerlukan waktu.
b.
Mengimbangi pekerjaan masing-masing anggota kelompok, dengan disertai menggunakan bagan aktivitas berganda, sehingga sedapat mungkin masingmasing anggota menjalankan pekerjaanyang memerlukan waktu yang sama untuk menyelesaikannya.
c.
Menentukan mesin dan manusia yang turut menggunakan bagan aktivitas berganda, untuk sejumlah mesin yang dapat dilayani oleh seorang petugas. Jika standar waktu telah ditetapkan, maka penggunaannya ialah: memberi keterangan mengenai dasar perencanaan dan pembagian waktu produksi, termasuk yang diperlukan oleh pabrik dan tenaga kerja dalam rangka pelaksanaan rencana kerja serta pemanfaatan kapasitas yang tersedia.
d.
Memberi keterangan sebagai dasar taksiran untuk penawaran harga penjualan serta janji penyampaian barang.
e.
Menetapkan standar penggunaan mesin serta prestasi tenaga kerja yang selanjutnya dapat dipakai untuk maksud tersebut di atas dan sebagai penentuan perangsang.
f.
Memberi keterangan untuk pengawasan biaya tenaga kerja dan untuk dapat menetapkan dan mempertahankan biaya standar.
3.3
Pengukuran Waktu Pada umumnya suatu organisasi bisnis didirikan untuk memperoleh keuntungan
atau laba. Untuk keperluan tersebut maka didalam perusahaan harus dibentuk berbagai fungsi, seperti fungsi produksi, keuangan, sumber daya manusia, informasi dan teknologi, dan juga fungsi pemasaran. Sistem kerja untuk setiap proses bisnis tersebut diatas dapat diukur performa kinerjanya dengan menggunakan beberapa criteria, yaitu kriteria ongkos, kualitas, kuantitas, maupun waktu. Kriteria waktu merupakan salah satu kriteria yang paling banyak dipergunakan dalam pengukuran, karena pengukuran waktu kerja merupakan kegiatan mengukur yang relative paling mudah untuk dilakukan. Sebagai contoh : lamanya pelayanan pemesanan tiket di suatu loket, merupakan hal yang paling mudah diukur dan dirasakan oleh calon penumpang kereta api. Contoh tersebut memberikan gambaran tingkat kemampuan suatu system kerja dalam menghasilkan keluaran. Di lain pihak dapat memberikan gambaran tingkat pelayanan terhadap pelanggan, sehingga hasil pengukuran waktu kerja termasuk pelayanan dan penggunaannya merupakan hal yang sangat penting. Pengukuran waktu (time study) pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator/pekerja yang terlatih untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik, pada tingkat kecepatan kerja yang normal, dan dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu. Pengukuran waktu tersebut merupakan suatu upaya proses kuantitatif yang diarahkan untuk mendapatkan suatu criteria objektif. Secara umum, proses pengukuran waktu dapat dikelompokkan atas dua kelompok besar, yaitu: 1.
Pengukuran waktu secara langsungPengukuran waktu dinyatakan langsung karena pengamat berada di tempat objek pengukuran yang sedang diamati secara langsung. Dengan demikian pengamatan langsung merupakan pengukuran atas waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator (objekpengamatan) dalam menyelesaikan pekerjaan. Pengukuran waktu secara langsung dapat dibagi atas dua jenis pengukuran, yaitu : a.
Jam henti.
b.
Sampling (uji detik) pekerjaan
Kedua pengukuran tersebut berbeda dari segi karakteristik pekerjaan yang diukur, serta lamanya pengamat dalam melakukan pengukuran. 2.
Pengukuran waktu secara tidak langsung Pengukuran waktu jenis ini disebut tidak langsung,
karena
pengamat
tidak
berada
secara
langsung
di
lokasi
(obyek)pengukuran dari awal hingga akhir. Pengukuran waktu kerja dilakukan dengan melakukan analisis berdasarkan perumusan serta berdasarkan data waktu yang telah tersedia. Pengukuran waktu secara tidak langsung dapat dibagi atas lima jenis pengukuran yaitu :
3.4
a.
Data waktu baku sintesis
b.
Data waktu gerakan MOST (Waktu Standar Urutan Operasi Maynard)
c.
Faktor kerja
d.
MTM (Pengukuran Waktu Metode)
e.
Gerakan Dasar
Melakukan Pengukuran Waktu Banyaknya pengukuran pendahuluan ditetapkan oleh pengamat setelah jumlah
pengukuran yang diperlukan terpenuhi maka dilakukan pengujian keseragaman data dengan cara mengelompokkannya ke dalam sub-sub grup.
3.1 Gambar Diagram Urutan Pengukuran Waktu Kerja Uji kecukupan data
waktu siklus
waktu siklus
waktu normal
waktu baku
rata-rata
Waktu siklus (Ws) merupakan data waktu sesungguhnya yang terukur oleh pengamat yang diawali dan diakhiri oleh suatu elemen operasi yang sama.
3.5
UrutanPengukuran Waktu Kerja
a.
Pengujian Keseragaman Data Pengujian keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang kita peroleh menyebar seragam atau tidak. Rumus untuk menghitung keseragaman data adalah:
= =
Keterangan: t
: Waktu rata-rata : Simpangan baku
BKA : Batas Kontrol Atas BKB : Batas Kontrol Bawah Z
3.6
: Tingkat ketelitian
Penentuan Faktor Penyesuaian Faktor penyesuaian digunakan untuk menyesuaikan ketidakwajaran dan operator
yang sedang diukur waktu menyelesaikan pekerjaannya. Ketidakwajaran ini bisa terjadi karena bekerja tanpa kesungguhan, terlalu cepat atau atau terlau lambat. Beberapa factor seperti kondisi ruang, ketrampilan buruh dalam melakukan pekerjaan, dan lain-lain sangat berpengaruh terhadap hasil kerja. Bila pengukur berpendapat bahwa operator dalam melakukan pekerjaan terlalu cepat, maka harga faktor penyesuaian (p) akan lebih besar dari satu (p>1), sebaliknya bila operator bekerja terlalu lambat maka faktor penyesuaian (p) akan lebih kecil dari satu(p<1), dan bila operator bekerja secara normal, maka faktor penyesuaian sama dengan satu (p=1). Operator dianggap bekerja normal bila dianggap berpengalaman, bekerja tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari, menguasai cara kerja yang ditetapkan dan menunjuk kesungguhan dalam melakukan pekerjaannya.Beberapa cara menentukan faktor penyesuaian yaitu antara lain, (Sutalaksana; 1979):
a.
Cara Persentase Cara ini merupakan cara yang paling awam untuk digunakan dalam melakukan penyesuaian. Besarnya faktor penyesuaian sepenuhnya ditentukan oleh pengukuran melalui pengamatan selama melakukan pengukuran. Setelah mengukur pengamat menentukan faktor penyesuaian (harga p) yang menurutnya akan menghasilkan waktu normal bila harga ini dikalikan dengan waktu siklus. Bila p = 110%, waktu siklus (Ws) suatu pekerjaan telah dihitung sama dengan 14,6 menit, maka waktu normal pekerjaan tersebut sama dengan: Wn = Ws x P = 14,6 menit x 110% = 16,6 menit Penentuan faktor penyesuaian tersebut dilakukan dengan sangat sederhana. Di lain pihak kekurangan ketelitian hasil sebagai akibat dari kasarnya cara penilaian.
3.7
Penentuan Kelonggaran Kelonggaran
diberikan
untuk
tiga
hal,yaitu
untuk
kebutuhan
pribadi,
menghilangkan rasa lelah dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja, dan selama pengukuran waktu kerja tidak diamati, diukur, dicatat ataupun dihitung. Untuk mungukur waktu standar yang di butuhkan oleh seorang operator dalam menyelesaikan pekerjaannya, tidak cukup hanya dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata waktu siklus saja, melainkan banyak aspek yang masih harus diperhitungkan yang dapat mempengaruhi lama tidaknya waktu penyelesain suatu pekerjaan. Selama pengukuran berlangsung, pengukuran harus mengamati kewajaran kerja dari operator. Ketidakwajaran operator pada waktu yang dilakukan pengukuran akan mempengaruhi kecepatan kerja, misalnya terlalu singkat atau terlalu lamanya waktu penyelesaian pekerjaan. Metode-metode untuk menentukan penyesuaian antara lain sebagai berikut:
1.
The Westing House Sistem. Sistem ini merupakan sistem yang cukup lama dan sering digunakan dalam sistem rating. Sistem ini dikembangkan oleh WastingHouse Elektrik Corporation dengan mempertimbangkan empet foktor,antara lain keterampilan, usaha, kondisi, dan konsisten.
2.
Synthetic Rating. Rating ini dikembangkan oleh morrow.Synthetic Rating mengevaluasi kecepatan operator dari nilai waktu gerak yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.
3.
Speed Rating/Perpormance Rating. Sistem ini mengevaluasi perpormansi dengan mempertimbangkan tingkat keterampilan persatuan waktu saja.
4.
Objektive Rating. Metode ini dikembangkan oleh Munder dan Danner. Metode ini tidak hanya menentukan kecepatan aktivitas, tetapi juga mempertimbangkan
tingkat
kesulitan
pekerjaan.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi tingkat kerumutan kerja adalah jumlah anggota badan yang digunakan, pedal kaki, penggunaan kedua tangan, koordinasi mata dengan tangan, penanganan dan bobot.
3.8
Perhitungan Waktu Siklus, Normal dan Baku Jika pengukuran telah selesai dilakukan pengujian keseragaman data ternyata
seluruh data telah seragam dengan batas-batas yang telah diperoleh, disertai pula dengan jumlah pengukurandimana telah cukup memadai pada tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaanyang diinginkan, maka selesailah kegiatan pengukuran dilakukan. Datadata yang diperoleh kemudian diolah untuk mendapatkan waktu baku.
3.9
Waktu Siklus Waktu siklus merupakan waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai dari
bahan baku mulai diproses di tempat kerja. Merupakan jumlah waktu tiap-tiap elemen kerja. Adapun rumus untuk mencari waktu siklus ialah: Waktu siklus = ΣXi/N
3.10 Waktu Normal Pengertian dari waktu normal adalah waktu yang diperlukan oleh karyawan normal untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan dalam kondisi wajar dan kemampuan rata-rata. Dari pengertian ini waktu normal merupakan waktu yang benar-benar digunakan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya. Adapun rumus untuk mencari waktu normal ialah: WN = WS x p Dimana : P = faktor penyesuaian
3.11 Waktu Baku Waktu standar adalah waktu yang diperlukan bagi seorang karyawan normal untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan ditambah cadangan-cadangan waktu yang diperlukan sehingga karyawantersebut dapat melaksanakan tugas-tugasnya dari hari ke hari walaupun terdapat gangguan-gangguan kecil dalam proses produksinya atau dengan kata lain dapat disebutkan bahwa, waktu standar adalah waktu yang diperlukan oleh seorang karyawan normal guna menyelesaikan satu unit pekerjaan dari hari ke hari tanpa menimbulkan akibat yang negative. Adapun rumus yang digunakan ialah: WB = WN + 1 Dimana : 1= kelonggaran(allowance)
3.12 Referensi Jurnal Berdasarkan referensi jurnal dari Edi satriyanto & Wiratmoko Yuwono tahun 2008
dengan
judul
“PEMBUATAN
MEDIA
TEKNIK
PENGUKURAN
PRODUKTIVITAS PEKERJA TERINTEGRASI PADA PERANGKAT PENGAMAT WAKTU” Membantu pihak perusahaan dalam mendapatkan sebuah waktu standar tingkat produktivitas suatu pekerjaan dalam perusahaan serta mengetahui tingkatantingkatan nilai produktivitas para pekerja mereka sehingga perusahaan dapat memiliki para tenaga kerja yang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi disertai dengan tanggung jawab. Penelitian kerja dan analisa metoda pada dasarnya akan memusatkan perhatiannya pada bagian dimana suatu macam pekerjaan akan diselesaikan. Dengan mengaplikasikan prinsip dan teknik pengaturan cara kerja yang optimal dalam sistem kerja tersebut, makaakan diperoleh alternatif metoda pelaksanaan kerja yang dianggap memberikan hasil yang paling efektif dan efisien. Suatu pekerjaan akan dikatakan diselesaikan secara efisien apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu baku (standard time) penyelesaian pekerjaan guna memilih alternatif metoda kerja yang terbaik, maka perlu diterapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengukuran kerja (work measurement). Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Secara singkat pengukuran kerja adalah metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Sedangkan penelitian dari Nataya Charoonsri Rizani, Dian Mardi Safitri & Prita Ayu Wulandari tahun 2012 dengan judul “PERBANDINGAN PENGUKURAN WAKTU BAKU
DENGAN METODE STOPWATCH TIME STUDY DAN
METODE READY WORK FACTOR (RWF)
PADA DEPARTEMEN HAND
INSERT PT. SHARP INDONESIA” menyimpulkan bahwa perbedaan hasil perhitungan waktu baku dikarnakan faktor penyesuaian dan kelonggaran yang ditetapkan oleh perusahaan tidak sesuai dengan kondisi lapangan. Sehingga faktor penyesuaian dan kelonggaran yang ditetapkan oleh perusahaan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi
lapangan saat ini dan perlu dilakukan perbaikan metode kerja terhadap operator sehingga kemampuan operator untuk memproduksi barang meningkat.