BAB II ZAKAT FTRAH DAN KESADARAN BERAGAMA A. ZAKAT FITRAH 1. Pengertian Zakat Fitrah Zakat Fitrah Menurut Bahasa ialah membersihkan atau mensucikan yang berkaitan dengan asal kejadian manusia. Zakat Fitrah istilah Sejumlah harta yang yang wajib di tunaikan oleh setiap mukallaf (orang Islam, baligh, dan berakal) dan setiap orang yang nafkahnya di tanggung olehnya dengan syarat-syarat tertentu.28 Dengan kata lain zakat fitrah adalah kewajiban setiap agama yang merata kepada setiap orang islam. 29 2. Hukum Zakat Fitrah Dalam pembahasan zakat fitrah ini ada beberapa ayat Al-Qur’an dan juga Hadits Rasulullah SAW yang bisa dijadikan dasar hukum diwajibkannya zakat fitrah.Salah satu ayat Al-Qur’an yang menerangkan kewajiban zakat adalah Surat Al-Baqarah ayat 110.
َو َمـاتُقَ ّد ِ ُم ْىا ِِلَ ْوفُ ِس ُك ْم ِم ْه,ََواَقِ ْي ُم ْى اانصهَىةَ َواَتُ ْىاانس َك ْىة )ٔٔٓ
: صيْر (انبقرة ِ َ اِن للاَ اِ َماتَ ْل َمهُ ْى َن ا,َِخي ٍْرتَ ِج ُد ْويُ ِع ْى َدللا
Artinya :“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan apaapa yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akanmendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Baqarah : Ayat 110).30 28
Ahmad Saifudin, fiqh zakat lengkap, (Jogjakarta: diva press, 2013), hlm.139 Nurzaman dan Abus Shobur, fiqih, ( emarang: Toha Putra, 1993), hlm. 33 30 Departemen Agama,Al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta : Pelita II,1978)hlm.30 29
24
25
Adapun dalil yang berasal dari hadits Rasulullah SAW adalah hadits seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar ra.,
ُصهً للا َ ِض َرس ُْى ُل للا َ فَ َر: ال َ َض ًَ للاُ َع ْىهُ َما ق ِ َع ِه اا ِْه ُع َم َر َر ْ َِعهَ ْي ًِ َو َسه َم َز َكاةَ ْانف ًَصاعًا ِم ْه َش ِلي ٍْر َعه َ صاعًا ِم ْه تَ ْم ٍر اَ ْو َ ط ِر ُوج ِ ْان َل ْب ِد َو ْانح ِ َواَ َم َر اِهَا اَ ْن تُ َؤدي قَ ْب َم ُخر, َو ْان َكبِي ِْر ِم َه ْان ُم ْسهِ ِمي َْه,ُر )نً انصالَ ِة (متفق عهيت َ ِاش ا ِ انى Artinya :Dari Ibnu Umar, ra., ia berkata : “Rasulullah saw. telah mewajibkan mengeluarkan zakat fitrah satu sha’ kurma atau satu sha’ sya’ir atas hamba sahaya ataupun orang merdeka, laki-laki maupun perempuan, anak kecil atau dewasa, dari orang-orang (yang mengaku) Islam. Dan beliau menyuruh menyerahkan sebelum orang-orang keluar dari shalat Hari Raya Fithrah”.(HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).31 3. Syarat-Syarat Wajib Zakat Fitrah a. Islam. Artinya orang yang tidak beragama Islam tidak wajib membayar fitrah. b. Lahir sebelum terbenamnya matahari pada hari penghabisan bulan Ramadhan. c. Anak yang lahir setelah terbenamnya matahari malam idul fitri tidak wajib dikeluarkan zakat fitrah. Sebaliknya jika seorang anak lahir
d. sebelum terbenamnya matahari di hari terakhir bulan Ramadhan maka wajib dikeluarkan zakat fitrah.
31
Sulaiman, Rasjid, Fiqih Islam,( Bandung: Sinar Biru Algensindo,2012), hlm. 207
26
e. Mempunyai kelebihan harta. Yaitu memiliki kelebihan biaya hidup baik untuk dirinya maupun orang-orang yang wajib dinafkahinya pada siang dan malam hari idul fitri.Apabila tidak memiliki lebihan maka tidak wajib baginya membayar fitrah.32 Harta yang terhitung adalah harta yang tidak perlu baginya sehari-hari. Sedangkan harta yang diperlukan sehari-hari seperti rumah, perabotan, pakaian, dan lain sebagainya tidak termasuk perhitungan jadi tidak perlu dijual untuk membayar fitrah. 4. Syarat- Syarat benda yang digunakan untuk Zakat Fitrah a. Bahan makanan pokok yang bisa dimakan oleh orang yang membayar zakat fitrah, atau yang menjadi bahan makanan pokok di daerahnya, seperti beras, jagung, gandum, sagu dan lain-lain. b. Uang sebahai pengganti harga bahan makanan pokok. Harganya adalah yang berlaku atau sesui pada saat di keluarkan zakat fitrah.33 5. Jumlah dan Waktu Zakat Fitrah a. Jumlah Zakat Fitrah Imam Malik, Imam Syaf’i, Imam Ahmad dan para ulama lain sepakat bahwa zakat fitrah ditunaikan sebesar satu sha’ (di Indonesia, berat satu sha’ dibakukan menjadi 2,5 kg) kurma, gandum, atau makanan lain yang menjadi makanan pokok negeri yang bersangkutan. 32 33
Ibid.,hlm. 208 Nurzaman dan Abus Shobur, fiqih, ( emarang: Toha Putra, 1993), hlm. 34
27
Imam Hanafi membolehkan membayar zakat fitrah dengan uang senilai bahan makanan pokok yang wajib dibayarkan. Namun, ukuran satu sha’ menurut mazhab Hanaf’i lebih tinggi dari pada pendapat para ulama yang lain, yakni 3,8 kg. Menyikapi perbedaan pendapat tentang
kadar
zakat
fitrah,
ada
pandangan
yang
berusaha
mengombinasikan seluruh pendapat. Jadi, sekiranya bermaksud membayar zakat fitrah dengan beras, sebaiknya mengikut pendapat yang mengatakan 2,5 kg beras. Tetapi seandainya bermaksud membayar zakat fitrah dengan menggunakan uang, gunakanlah patokan 3,8 kg beras. Langkah seperti ini di ambil demi kehati-hatian dalam menjalankan ibadah34 b. Ketentuan Waktu Mengeluarkan Zakat Fitrah. 1) Waktu yang diperbolehkan (mubah) yaitu mulai awal Ramadhan sampai akhir Ramadhan, disebut ta’jil. 2) Waktu Wajib, yaitu mulai terbenamnya matahari di penghabisan bulan Ramadhan. 3) Waktu Afdol, yaitu waktu yang paling baik, yaitu setelah fajar tiba sebelum Shalat Idul Fitri. 4) Waktu Makruh, yaitu membayar zakat fitrah sesudah sholat hari raya, tetapi sebelum terbenam matahari pada hari raya. 5) Waktu Haram, yaitu setelah terbenam matahari pada hari raya.35 6. Doa Ijab Qabul Mengeluarkan Zakat Fitrah 34
Ahmad Hadi Yasin, Panduan Zakat Praktis (jakarta: Dompet Dhuafa Republika,1433H), hlm. 47-48 35 Nurzaman dan Abus Shobur, fiqih,( semarang: Toha Putra, 1993), hlm. 36
28
a. Niat zakat Fitrah untuk diri sendiri ْ ِوَ َىيْتُ أَنْ أُ ْخ ِر َج زَ َكاةَ ا ْلف ضا ِهللِ تَ َعالَى ً س ْى فَ ْر ِ ط ِر عَهْ وَ ْف Artinya: Sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah atas diri saya sendiri, Fardhu karena Allah Ta’ala b. Niat zakat Fitrah untuk diri sendiri dan untuk semua orang yang ia tanggung nafkahnya ْ ِوَ َىيْتُ أَنْ أُ ْخ ِر َج زَ َكاةَ ا ْلف ْط ِر َعىِّ ْى َوعَه ضا ِهللِ تَ َعا َل ً َج ِم ْي ِع َما يَ ْل َس ُمىِ ْى وَفَقَاتُ ُه ْم ش َْرعًا فَ ْر Artinya: Sengaja saya mengeluarkan zakat atas diri saya dan atas sekalian yang saya dilazimkan (diwajibkan) memberi nafkah pada mereka secara syari’at, fardhu karena Allah Ta’aala36 7. Pembagian Harta zakat Fitrah A. Orang Yang Berhak Menerima Zakat Fitrah a. Fakir Fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta dan usaha atau mempunyai harta atau usaha yang kurang dari seperdua kebutuhannya, dan tidak ada orang yang berkewajiban memberi belanja.
b. Miskin
36
Ibid.,37-38
29
Miskin adalah orang yang mempunyai harta seperdua kebutuhannya atau lebih tetapi tidak mencukupi.Atau orang yang biasa berpenghasilan, tetapi pada suatu ketika penghasilannya tidak mencukupi.Mereka diberikan harta zakat untuk mencukupi kebutuhan
primer
dan
sekundernya
selama
satu
tahun,
sebagaimana dikemukakan oleh pendapat yang paling unggul dari kalangan ahli fiqih. c. Amil Amil adalah orang yang diangkat penguasa atau wakilnya untuk
mengurus
zakat.Tugasnya
meliput
penghimpunan,
pengelolaan dan pendistribusian zakat. Golongan ini tetap berhak menerima dana zakat meskipun seorang yang kaya, tujuannya agar agama mereka terpelihara. Sebagian ulama berpendapat bahwa bagian amil dari harta zakat adalah seperdelapan dari total yang terhimpun. d. Mualaf Yang termasuk mualaf adalah: 1) Orang yang baru masuk Islam sedang imannya belum teguh. 2) Orang Islam yang berpengaruh pada kaumnya. Apabila ia diberi zakat, orang lain atau kaumnya akan masuk Islam. 3) Orang Islam yang berpengaruh terhadap orang kafir. Kalau ia diberi zakat, orang Islam akan terhindar dari kejahatan kafir yang ada di bawah pengaruhnya.
30
4) Orang yang menolak kejahatan terhadap orang yang anti zakat. e. Hamba Hamba adalah hamba yang telah dijanjikan oleh tuannya bahwa dia boleh menebus dirinya.Hamba itu diberikan zakat sekadar untuk menebus dirinya. f. Berutang Berutang ada tiga macam, yaitu: 1) Orang yang berutang karena mendamaikan antara dua orang yang berselisih. 2) Orang yang berutang untuk dirinya sendiri, untuk kepentngan mubah ataupun tdak mubah, tetapi ia sudah bertobat. 3) Orang yang berutang karena jaminan utang orang lain, sedang ia dan jaminannya tidak dapat membayar utang tersebut. g. Sabîlillâh Sabilillâh
adalah
balatentara
yang
membantu
dengan
kehendaknya sendiri, sedang ia tidak mendapatkan gaji yang tertentu dan tdak pula mendapat bagian dari harta yang disediakan untuk keperluan peperangan dalam dewan balatentara. Orang ini diberi zakat meskipun ia kaya sebanyak keperluannya untuk memasuki medan perang, sepert membeli senjata dan lain sebagainya. h. Musafir
31
Musafir adalah orang yang dalam perjalanan yang halal, dan sangat membutuhkan bantuan ongkos sekadar sampai pada tujuannya. 8. Golongan yang Haram Menerima Zakat a. Orang kafir dan atheis Orang kafir tidak berhak (haram) menerima bagian harta zakat, tetapi boleh menerima sedekah (sunah), kecuali mereka termasuk dalam kategori mualaf. b. Orang kaya dan orang mampu berusaha Seseorang dikatakan kaya apabila ia memiliki sejumlah harta yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok diridan keluarganya, sampai ia mendapatkan harta berikutnya. Atau seseorang yang memiliki harta yang cukup untuk menjamin kelangsungan hidupnya dari waktu ke waktu. c. Keluarga Bani Hasyim dan Bani Mutalib (Ahlulbait) Keluarga Bani Hasyim adalah keluarga Ali bin Abi Talib, keluarga Abdul Mutallib, keluarga Abbas bin Abdul Mutalib, dan keluarga Rasulullah saw. Hal ini berlaku apabila negara menjamin kebutuhan hidup mereka, tetapi apabila negara tdak menjaminnya, kedudukan mereka sama dengan anggota masyarakat yang lain, yaitu berhak menerima zakat manakala termasuk dalam kategori mustahiq. d. Orang yang menjadi tanggung jawab para wajib zakat (muzakki) Muzakki adalah orang kaya. Ia masih memiliki kelebihan harta setelah digunakan untuk mencukupi diri dan ke-luarganya (orang yang menjadi tanggung jawabnya). Maka dari itu, jika ia melihat anggota
32
keluarganya masih ada yang kekurangan, ia berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan keluarganya terlebih dahulu. Dan jika masih memiliki kelebihan (mencapai nisab), barulah ia terkena kewajiban zakat. Jadi, tdak dibenarkan seorang suami berzakat kepada istri atau orang tuanya.37
9. HIKMAH ZAKAT Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, transendental dan horizontal.Oleh sebab itu, zakat memiliki banyak art dalam kehidupan umat manusia, terutama umat Islam. Zakat memiliki banyak hikmah, baik yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun hubungan sosial kemasyarakatan di antara manusia yaitu antara lain: a. Menolong, membantu orang miskin untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup mereka. Dengan kondisi tersebut, mereka akan mampu melaksanakan kewajiban-kewajibannya terhadap Allah swt. b. Memberantas penyakit iri hati, rasa benci, dan dengki dari diri manusia yang biasa timbul di kala ia melihat orang-orang di sekitarnya berkehidupan cukup, apalagi mewah. Sedang ia sendiri tdak punya apa-apa dan tidak ada uluran tangan dari mereka (orang kaya) kepadanya. c. Dapat menyucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa (menumbuhkan akhlak mulia, menjadi murah hati, memiliki rasa 37
Ahmad Hadi Yasin, Panduan Zakat Praktis (jakarta: Dompet Dhuafa Republika,1433H), hlm. 42-45
33
kemanusiaan yang tinggi) dan mengikis sifat-sifat kikir dan serakah yang menjadi tabiat manusia. Sehingga dapat merasakan ketenangan batn karena terbebas dari tuntutan Allah dan tuntutan kewajiban kemasyarakatan. d. Dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang berdiri di atas prinsip-prinsip umat yang satu, persamaan derajat, hak, dan kewajiban, persaudaraan Islam, dan solidaritas sosial. e. Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan distribusi harta, kepemilikan harta, dan tanggung jawab individu dalam masyarakat. f. Zakat adalah ibadah harta yang mempunyai dimensi dan fungsi ekonomi atau pemerataan karunia Allah dan merupakan perwujudan solidaritas
sosial,
pembuktian
persaudaraan
Islam,
pengikat
persaudaraan umat dan bangsa sebagai penghubung antara golongan kuat dan lemah. g. Dapat mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera sehingga hubungan seorang dengan lainnya menjadi rukun, damai, harmonis dan dapat menciptakan situasi yang tenteram, aman lahir dan batin.38 B. ZAKAT FITRAH DI INDONESIA Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia memiliki keanekaragaman suku, budaya, bahasa, dan agama. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Indoensia bukanlah negara berdasarkan agama tertentu.
38
Op,cit,.54
34
Walaupun demikian, negara ikut terlibat mengatur urusan umat Islam dan menjadikan ajarannya menjadi komponen penting dalam peraturan perundangundangan. Salah satunya adalah urusan zakat dengan amandemen UndangUndang Nomor 38 Tahun 1999 menjadi Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Perlukah negara mengambil alih pengelolaan zakat? Dalam pertanyaan yang lebih “lunak” seberapa jauh harusnya negara berperan dalam pengelolaan zakat? Masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim sekarang mulai sadar akan zakat, oleh sebab itu negara harus benar-benar melaksanakan isi UU zakat agar para muzakki tidak ragu pada pemerintah. Pemerintah harus memberikan bukti nyata dari hasail para mustahik dalam berzakat, agar bisa menarik para calon muzakki-muzakki baru untuk menngeluarkan zakat,jadi UU zakat yang baru tidak hanya menjadi slogan. 1. Pengelolaan Zakat Menurut UU RI Nomor 23 Tahun 2011 a.
Pengertian Pengelolaan Zakat Pengertian pengelolaan zakat menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011, terdapat pada pasal 1 ayat 1 yaitu suatu kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengkoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
b. Azas dan Tujuan Pengelolaan Zakat Azas dan tujuan pengelolaan zakat dijelaskan pada pasal 2 (dua) dan 3 (tiga). Pengelolaan zakat berasaskan pada: 1) Syariat islam
35
2) Amanah; pengelolaan zakat harus dapat dipercaya. 3) Kemanfaatan; pengelolaan zakat dilakukan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi mustahik 4) Keadilan: pengelolaan zakat dalam pendistribusiannya dilakukan secara adil. 5) Kepastian hukum: dalam pengelolaan zakat terdapat jaminan kepastian hukum bagi mustahik dan muzaki 6) Terintegrasi: pengelolaan zakat dilaksanakan secara hierarkis dalam upaya
meningkatkan
pengumpulan,
pendistribusian,
dan
pendayagunaan zakat. 7) Akuntabilitas: pengelolaan zakat dapat dipertanggung jawabkan dan diakses oleh masyarakat. Pengelolaan zakat bertujuan; - Meningkatkan
efektifitas
dan
efisiensi
pelayanan
dalam
pengelolaan zakat - Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. c. Lembaga Pengelola Zakat Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011, organisasi pengelola zakat yang diakui oleh pemerintah terdiri dari dua macam. Yaitu Badan Amil
Zakat
Nasional
(BAZNAS)
dan
Lembaga
Amil
Zakat
(LAZ).Badan Amil Zakat Nasional dibentuk oleh pemerintah, sedangkan Lembaga Amil Zakat didirikan oleh masyarakat. 1) Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
36
Badan Amil Zakat atau yang disingkat dengan BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional yang berkedudukan di ibu kota negara. BAZNAS adalah lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri. Dalam
melaksanakan
tugas,
menurut
pasal
6
BAZNAS
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a) Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat b) Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat c) Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat d) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat. Kepengurusan badan ini terdiri dari 11 (sebelas) orang anggota, 8 (delapan) orang dari unsur masyarakat dan 3 (tiga) orang dari unsur pemerintah. Unsur masyarakat terdiri atas unsur ulama, tenaga profesional, dan tokoh masyarakat Islam.Untuk unsur pemerintah ditunjuk dari kementerian/ instansi yang berkaitan dengan pengelolaan zakat. BAZNAS dipimpin oleh seorang ketua dan seorang wakil ketua. Masa kerja anggota BAZNAS dijabat selama 5 (lima) tahun
37
dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Anggota BAZNAS diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri.Anggota BAZNAS dari unsur masyarakat diangkat oleh Presiden atas usul Menteri setelah mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.Sedangkan ketua dan wakil ketua BAZNAS dipilih oleh anggota. Untuk menjadi anggota BAZNAS, dalam pasal 11 diatur persyaratan sebagai berikut: a) Warga negara Indonesia b) Beragama islam c) Bertakwa kepada Allah SWT d) Berakhlak mulia e) Berusia 40 (empat puluh) tahun f) Sehat jasmani dan rohani g) Tidak menjadi anggota partai politik h) Memiliki kompetensi di bidang pengelolaan zakat i) Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun. Dalam pasal 12 (dua belas) dijelaskan, anggota BAZNAS akan diberhentikan apabila: 1) Meninggal dunia 2) Habis masa jabatan 3) Mengundurkan diri
38
4) Tidak dapat melaksanakan tugas selama 3 (tiga) bulan secara terus menerus atau tidak memenuhi syarat lagi sebagai anggota. Dalam pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota
dibentuk
BAZNAS
provinsi
dan
BAZNAS
kabupaten/kota.BAZNAS provinsi dibentuk oleh Menteri atas usul gubernur
setelah
mendapat
pertimbangan
BAZNAS.BAZNAS
kabupaten/kota dibentuk oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas usul bupati/walikota setelah mendapat pertimbangan BAZNAS. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota dapat membentuk UPZ (Unit Pengumpul Zakat) pada instansi pemerintah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, perusahaan swasta, dan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri serta dapat membentuk UPZ pada tingkat kecamatan, kelurahan atau nama lainnya, dan tempat lainnya. 2) Lembaga Amil Zakat (LAZ) Seperti yang dijelaskan di atas bahwa salah satu organisasi pengelola zakat yang diakui oleh pemerintah adalah Lembaga Amil Zakat (LAZ) disamping Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu
pengumpulan,
pendistribusian,
dan
pendayagunaan
zakat.Dalam pasal 18 ayat 2, untuk membentuk LAZ maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
39
a) Terdaftar
sebagai
organisasi
kemasyarakatan
Islam
yang
mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial b) Berbentuk lembaga berbadan hukum c) Mendapat rekomendasi dari BAZNAS d) Memiliki pengawas syariat e) Memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk melaksanakan kegiatannya f) Bersifat nirlaba g) Memiliki
program
untuk
mendayagunakan
zakat
bagi
kesejahteraan umat h) Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala. 2. Pengelolaan Dana Zakat Fitrah di Indonesia Pasal 1 UU No. 23 Tahun 2011, yang dimaksud dengan pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dan pendayagunaan zakat. Selanjutnya dijelaskan bahwa tugas dari Lembaga Amil Zakat adalah membantu penghimpunan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Berdasarkan Undang-Undang di atas maka tugas pokok dari Lembaga Amil Zakat adalah :
a. Penghimpunan
40
Penghimpunan zakat dilakukan denga cara menerima zakat dan dana keagamaan lainnya dari masyarakat. Untuk mendorong masyarakat mengeluarkan zakatnya melalui Lembaga Amil Zakat b. Pendistribusian Pendistribusian atau pembagian zakat harus dilakukan sesuai dengan ketetapan yang berlaku.Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat Islam.Pendistribusian dilakukan dengan skala prioritas dengan memperhatikan prisip dalam pendistribusian zakat. Ada delapan golongan menurut syariat Islam yang
berhak
menerima zakat yaitu fakir, miskin, hamba sahaya, ibnu sabil, amil zakat, mualaf, ghorim serta orang yang berjuang di jalan Allah ( jihad fi sabillilah). c. Pendayagunaan Pendayagunaan dana zakat bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan umat dalam rangka mengentaskan kemiskinan melalui program-program yang telah dirancang oleh LAZ, meliputi bidang sosial, ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. 3. Bidang-bidang pengelolaan zakat Bidang Pendidikan, dana zis diarahkan dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui kemudahan akses pendidikan, pembinaan yang terpadu dan pengembangan potensi anak baik di dalam ataupun di luar ruang sehingga membentuk SDM yang mandiri dan berkualitas. Contoh program pengelolaan zis adalah sekolah gratis bagi yatim piatu dan dhuafa,
41
pemberian beasiswa asuh untuk kaum dhuafa, pengembangan potensi anak dan remaja, dll. Bidang Kesehatan, dana zis diarahkan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama kepada kesehatan ibu dan anak. Diantara program yang dilakukan adalah pemberian makanan tambahan gratis dan bergizi, khitanan massal, penanggulangan bencana, search and rescue, dll. Bidang
pengembangan
ekonomi
umat,
dana
zis
diarahkan
memberikan program pemberdayaan masyarakat miskin di bidang ekonomi sehingga tercipta kemandirian dan peningkatan kesejahteraan. Salah satu contohnya pemberian Program Pemberdayaan dan Pendampingan Usaha, pendampingan usaha lokal dengan pengembangan usaha mikro kecil dan menengah, dll. Bidang pengembangan pemuda, dana zis diarahkan memberikan program peningkatan peran pemuda melalui pengembangan karakter, pengetahuan dan keahlian. Program : pengembangan dan peningkatan kapasitas pemuda, mengenali potensi diri, motivasi, kewirausahaan, keahlian khusus, pembinaan akhlak, dll.39
4. Pelaksanaan Zakat Fitrah Masyarakat di Pekalongan
39
Urip Santoso. http://lot14.com/view-undang-undang-republik-indonesia-nomor-23-tahun2011_.html. (23 April 2012).Diakses 15 Desamber 2014.
42
a. Pelaksanaan Pakat Fitrah 1) Muzakki Masyarakat pekalongan adalah termasuk masyarakat yang taat
dengan
perintah
agama.Dengan
demikian
masyarakat
pekalongan selalu taat menjalankan perintah agama baik dalam hal beribadah ataupun kegiatan-kegiatan yang bernuansa islami termasuk kewajiban membayar zakat fitrah. Kesadaran masyarakat pekalongan 1mengenai kewajiban mengeluarkan zakat fitrah relatif tinggi, sebab telah menjadi adat kebiasaan setiap akhir bulan ramadhan menjelang hari raya idul fitri di pekalongan identik dengan membayar zakat fitrah. Sehingga tanpa disadari mereka menyambut datangnya hari raya idul fitri dengan membayar zakat fitrah. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa orang-orang yang membayar zakat fitrah (muzakki) di pekalongan adalah seluruh penduduk atau masyarakat baik laki-laki maupun perempuan, besar maupun kecil yang mempunyai kelebihan bahan makanan pada malam hari raya idul fitri. Pada umumnya masyarakat pekalongan. 2) Mustahik Zakat di pekalongan pembagian zakat fitrah setelah masyarakat membayar zakat semua atau zakat telah terkumpul semua.Pembagian zakat fitrah di desa Galang Pengampon di berikan kepada fakir miskin, guru ngaji dan ada juga masyarakat
43
yang memberikan secara langsung zakat fitrahnya di berikan kepada dukun bayi. 3) Amil Pelaksanaan zakat fitrah di pekalongan dilaksanakan dengan beberapa cara yang salah satunya adalah melalui panitia zakat (amil). Amil di pekalongan adalah sebuah kelompok yang bertugas mengurus masalah zakat (zakat fitrah).Panitia zakat (amil) di pekalongan ialah ustat atau guru ngaji yang tahu tentang penanganan Zakat Fitrah. b. Pengelolaan Zakat Fitrah Dalam pelaksanaan zakat fitrah ini panitia (amil) tidak memungut zakat kepada muzakki tetapi hanya mengumumkan, menerima dan menampung, serta membagikan hasil zakat dari muzakki yang membayar zakatnya melalui panitia (amil) zakat. 1) Penerimaan Dalam penerimaan zakat fitrah di pekalongan, panitia terlebih dahulu memberi pengumuman atau pengarahan kepada masyarakat agar dalam pelaksanaan zakat fitrah sedapat mungkin disampaikan melalui panitia minimal tiap kepala keluarga satu bagian Pada hari pelaksanaan zakat fitrah, menerima zakat dari para muzakki dengan bertempat di Masjid sebagai pusat peribadatan masyarakat pekalongan
44
2) Pendistribusian Pelaksanaan Zakat Fitrah di pekalongan pada dasarnya sama dengan yang dilakukan di tempat-tempat lain, yaitu dengan menyerahkan bahan makanan (beras) sebanyak 2,5 kg atau uang.Pengeluaran zakat fitrah ini dilakukan pada malam hari raya Idul Fitri atau pada malam akhir dari bulan puasa ramadhan. Setelah beras terkumpul para panitia zakat membagika zakatnya kepada masyarakat pekalongan termasuk yang Mustahik. 5. Pelaksanaan Zakat Fitrah di Sekolah Sebelum melaksanakan kegiatan pelaksanaan zakat fitrah para siswa dan siswi yang ikut organisasi siswa( OSIS) mereka bermusyawarah Sebelum siswa dan siswi melaksanakan kegiatan ini, jauh-jauh hari mereka memusyawarahkan bagaimana kegiatan ini berlangsung, sistem penerimaan zakat, waktu penerimaan, tempat, kepanitiaan, packing beras, transportasi, dan lain sebagainya yang harus kami persiapkan secara matang-matang. Setelah semua selesai dan seluruh kegiatan beserta teknis telah fix serta terucap kata sepakat, sekretaris membuat proposal yang terdiri dari nama kegiatan, latar belakang, tujuan kegiatan, ruang lingkup, tanggal pelaksanaan, teknis-teknis, anggaran kegiatan dan penutup, semua yang ada dalam proposal tersebut terlebih dahulu direvisi kemungkinan kata-kata yang salah dan ketidaktepatan kalimat, kemudian diajukan kepada Ketua Pelaksana dan Ketua OSIS, apabila telah di ACC, Saya mengajukan proposal kepada kepada Kepala Sekolah.
45
Setiap pulang sekolah para anggota osis memusyawarahkan secara lebih detail dengan cara berkumpul. Pada hari H sistem pelaksanaan yaitu sebagai berikut: Pada hari pelaksanaan yaitu tujuh hari sebelum Idul Fitri yaitu puasa ke dua puluh tiga hari. Pelaksanaan zakat fitrah di SMA antara lain: a. Bertempat di musolah sekolah, Panitia (Pengurus OSIS) menerima Zakat berupa beras 2,5 Kg maupun berupa uang, pada jam istirahat dan sepulang sekolah. b. Siswa dan siswi SMA menyalurkan zakat dengan menyerahkan lembar data diri yang tersemat pada surat pemberitahuan orang tua sebagai bukti sekaligus data untuk Pengurus OSIS, mengucapkan niat (untuk mempermudah, Panitia menyediakan lembar niat untuk zakat) c. Beras yang ada, kemudian di kumpulkan. d. Uang yang ada, kami belikan beras untuk dapat dibagikan kepada warga fakir miskin di lingkungan sekolah tersebut. C. Kesadaran Beragama 1. Pengertian Kesadaran beragama Secara bahasa, kesadaran berasal dari kata dasar “sadar” yang mempunyai arti: insaf, yakin, merasa, tahu dan mengerti. Kesadaran berarti keadaan tahu, mengerti dan merasa ataupun keinsafan.40Arti kesadaran yang dimaksud adalah keadaan tahu, ingat dan merasa ataupun keinsafan atas dirinya sendiri kepada keadaan yang sebenarnya. 40
Anton M. Moeliono, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), cet. III, hlm. 765.
46
Kata beragama berasal dari kata dasar “agama”. Agama berarti kepercayaan kepada Tuhan (dewa dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu, misalnya Islam, Kristen, Budha dan lain-lain, sedangkan kata beragama berarti memeluk (menjalankan) agama, beribadat, taat kepada agama baik hidupnya (menurut agama).41 Menurut Jalaludin bahwa pengertian agama berasal dari kata: aldin, religi (relegere, religare). Kata agama terdiri dari: a (tidak) dan gama (pergi), agama mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun-temurun.42 Sedangkan secara istilah, agama adalah ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul. 43Kata agama dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau hukum, dalam bahasa Arab (al-din) kata ini berarti: menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan.44 Agama memang membawa peraturan-peraturan yang merupakan hukum yang harus dipatuhi orang. Agama memang menguasai diri seseorang dan membuat mereka tunduk dan patuh terhadap Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran agama dan meninggalkan laranganNya.
41
Ibid, hlm. 9. Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), cet. III, hlm.12. 43 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), Jilid I, hlm.10. 44 Jalaluddin, Opcit., hlm.12. 42
47
Agama lebih lanjut membawa kewajiban-kewajiban yang jika tidak dijalankan oleh seseorang menjadi hutang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula kepada paham balasan, yang menjalankan kewajiban dan yang patuh akan mendapatkan balasan yang baik, sedangkan yang tidak menjalankan kewajiban dan yang tidak patuh akan mendapatkan balasan yang tidak baik.45 Agama juga berarti: religi, religi berasal dari bahasa Latin yang berasal dari kata relegere yang mengandung artimengumpulkan, membaca. Agama memang kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan, ini terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Religi juga berasal dari
kata
religare
memang mempunyai
yang berarti:
mengikat.
sifat mengikat bagi
Ajaran-ajaran
manusia.
Dalam
agama agama,
selanjutnya terdapat pula ikatan antara roh manusia dengan Tuhan, dan agama lebih lanjut memang mengikat antara manusia dengan Tuhan.46 Intisari yang terkandung dalam istilah-istilah di atas adalah ikatan. Agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia, ikatan ini mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap hidup manusia sehari-hari, ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, satu kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera. Menurut Jalaluddin agama dapat didefinisikan sebagai: 45
Harun Nasution, Opcit., hlm. 9. Ibid., hlm. 10
46
48
a. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi. b. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia. c. Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia. d. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu. e. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari sesuatu kekuatan gaib. f. Pegakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang bersumber pada suatu kekuatan gaib. g. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia. h. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul. Dengan demikian unsur-unsur terpenting yang terdapat dalam agama ialah: a. Kekuatan gaib: manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan gaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh karena itu manusia harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan
49
gaib tersebut, hubungan baik ini
dapat
diwujudkan
dengan
mematuhi perintah dan larangan kekuatan gaib itu. b. Keyakinan manusia: bahwa kesejahteraan manusia di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung adanya hubungan baik dengan
kekuatan gaib
yang
dimaksud.
Dengan
hilangnya
hubungan baik itu, maka kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari akan hilang pula. c. Respons yang bersifat emosionil dari manusia: respons itu bisa mengambil bentuk perasaan takut atau perasaan cinta terhadap Tuhan,
sehingga respons
penyembahan
atau
tersebut
dapat mengambil
pengabdian terhadap Tuhan,
dan
bentuk juga
respons tersebut dapat mengambil bentuk cara hidup tertentu bagi orang yang bersangkutan. d. Adanya faham yang suci dalam bentuk kekuatan gaib: dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama bersangkutan dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.47 Fakta menunjukkan bahwa agama berpusat pada Tuhan sebagai ukuran yang menentukan yang tak boleh diabaikan. Dalam istilahnya ia juga menyebutkan sebagai keyakinan (tentang dunia lain), bahwa definisi agama adalah sikap atau cara penyesuaian diri terhadap lingkungan lebih luas dari pada lingkungan dunia fisik
47
Op.cit,
50
yang terikat ruang dan waktu. (Dalam hal ini yang dimaksud adalah dunia spiritual). Pengertian kesadaran beragama meliputi rasa keagamaan, pengalaman
ke-Tuhanan,
keimanan,
sikap
dan
tingkah
laku
keagamaan, yang terorganisasi dalam sistem mental dari kepribadian. Karena agama melibatkan seluruh fungsi jiwa dan raga manusia, maka kesadaran beragamapun mencakup aspek-aspek afektif, konatif, kognitif dan motorik. Aspek afektif dan konatif terlihat di dalam pengalaman keTuhanan, rasa keagamaan dan kerinduan kepada Tuhan. Aspek kognitif terlihat pada keimanan dan kepercayaan sedangkan aspek motorik terlihat pada perbuatan dan gerakan tingkah laku keagamaan.48 Dalam penulisan ini, pengertian kesadaran beragama yang dimaksud adalah segala perilaku yang dikerjakan oleh seseorang dalam bentuk menekuni, mengingat, merasa dan melaksanakan ajaran-ajaran
agama (mencakup
aspek-aspek
afektif,
konatif,
kognitif dan motorik) untuk mengabdikan diri terhadap Tuhan dengan disertai perasaan jiwa tulus dan ikhlas, sehingga apa yang dilakukannya sebagai perilaku keagamaan dan salah satu pemenuhan atas kebutuhan rohaniahnya. 2. Dimensi Agama
48
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama,(Kepribadian Muslim Pancasila),(Bandung: Sinar Baru Algensindo,1995),cet.III,h.37.
51
Kelengkapan seseorang
yang
sempurna
mencapai tingkat
yang
kesadaran
dapat
agama
mengarahkan
adalah
dengan
terpenuhinya semua dimensi keagamaan. Dimensi-dimensi keagamaan ini seperti yang dikemukakan Glock and Stark ada lima49, yaitu: a). Keyakinan beragama (belief) Keyakinan beragama (belief) adalah kepercayaan atas doktrin teologis, seperti percaya terhadap adanya Tuhan, malaikat, hari akhirat, surga, neraka, takdir,dan lain-lain. Ancok dan Surosa menyatakan bahwa orang religi berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. b). Pengetahuan agama (knowledge) Pengetahuan agama (knowledge) merupakan dimensi yang mencakup
informasi
keyakinannya.Ancok
yang dan
dimiliki
Suroso
seseorang
mengatakan
mengenai
bahwa
dimensi
pengetahuan berkaitan erat dengan keyakinan, karena pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat bagi penerimaannya. c). Praktik Agama (practical) Praktik agama (practical) merupakan dimensi yang berkaitan dengan seperangkat perilaku yang dapat menunjukkan seberapa besar komitmen seseorang terhadap agama yang diyakininya.
d). Rasa/pengalaman keberagamaan (Experiential)
49
Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama, (Bandung: Pustaka Setia), hlm.122
52
Rasa/pengalaman keberagamaan (Experiential) adalah dimensi yang berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami oleh seseorang perasaan yang dialami oleh orang beragama, seperti rasa tenang, tenteram, bahagia, syukur, patuh, taat, takut, menyesal, bertobat, dan lain-lain. Menurut Ancok, dalam kacamata Islam dimensi ini berkaitan dengan pengalaman-pengalaman yang unik dan yang merupakan keajaiban. Contohnya, doa yang dikabulkan, diselamatkan dari suatu bahaya, dan lain-lain. e). Konsekuensi keberagamaan (Consequential) Konsekuensi
keberagamaan
(Consequential)
merupakan
dimensi yang mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Dimensi konsekuensi ini mestinya merupakan kulminasi dari dimensi lain. Menurut Ancok, dalam Islam dimensi ini memiliki arti sejauh mana perilaku seseorang dalam kehidupan seharihari didorong oleh ajaran agama. Kenyataannya dimensi itu tidak selalu lengkap ada pada seseorang, sedangkan sikap, ucapan dan tindakan seseorang tidak selalu atas dorongan ajaran agama. 3. Jiwa Beragama Remaja a. Perkembangan Jiwa Beragama Pada Remaja Dalam peta psikologi remaja terdapat tiga bagian :
53
1) Fase Pueral: Pada masa ini remaja tidak mau dikatakan anakanak, tetapi juga tidak bersedia dikatakan dewasa. Pada fase pertama ini merasa tidak tenang. 2) Fase Negative: Fase kedua ini hanya berlangsung beberapa bulan saja, yang ditandai oleh sikap ragu- ragu, murung, suka melamun dan sebagainya. 3) Fase Pubertas: Masa ini yang dinamakan dengan Masa Adolesen. Dalam pembahasan ini, Luella Cole sebagaimana disitir kembali oleh Hanna Jumhanna Bastaman, membagi peta remaja menjadi empat bagian: a) Preadolescence : 11-13 tahun (perempuan) dan 13-15 tahun (laki- laki) b) Early Adolescence : 13-15 tahun (perempuan) dan 15-17 tahun (laki- laki) c) Middle Adolescence : 15-18 tahun (perempuan) dan 17-19 tahun (laki- laki) d) Late Adolescence : 18-21 tahun (perempuan) dan 19-21 tahun (laki- laki)50. b. Perasaan Beragama Pada Remaja Gambaran remaja tentang Tuhan dengan sifat- sifatnya merupakan
bagian
dari
gambarannya
terhadap
alam
dan
lingkungannya serta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari
50
Raharjo, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Semarang: Pustaka Riski Putra,2001),hlm.34-35
54
remaja itu sendiri.Keyakinan agama pada remaja merupakan interaksi antara dia dengan lingkungannya. Misalnya, kepercayaan remaja akan kekuasaan tuhan menyebabkannya pelimpahan tanggung jawab atas segala persoalan kepada tuhan, termasuk persoalan
masyarakat
yang
tidak
menyenangkan,
seperti
kekacauan, ketidak adilan, penderitaan, kezaliman, persengkataan, penyelewengan dan sebagainya yang terdapat dalam masyarakat akan
menyebabkan
mereka
kecewa
pada
tuhan,
bahkan
kekecewaan tersebut dapat menyebabkan memungkiri kekuasaan tuhan sama sekali. Perasaan remaja kepada Tuhan bukanlah tetap dan stabil, akan tetapi adalah perasaan yang yang tergantung pada perubahanperubahan emosi yang sangat cepat, terutama pada masa remaja pertama. Kebutuhan akan allah misalnya, kadang- kadang tidak terasa jika jiwa mereka dalam keadaan aman, tentram dan tenang. Sebaliknya, Allah sangat dibutuhkan apabila mereka dalam keadaan gelisah, karena menghadapi musibah atau bahaya yang mengancam ketika ia takut gagal atau merasa berdosa.51 c. Motivasi Beragama Pada Remaja Menurut Nico Syukur Dister Ofm, motivasi beragama dibagi menjadi empat motivasi, yaitu:
51
Ibid,hlm.35
55
1) Motivasi yang didorong oleh rasa keinginan untuk mengatasi frustasi yang ada dalam kehidupan, baik frustasi karena kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan alam, frustasi social, frustasi moral maupun frustasi karena kematian. 2) Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat. 3) Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia atau intelek ingin tahu manusia. 4) Motivasi beragama karena ingin menjadikan agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan.52 d. Sikap Remaja dalam Beragama Terdapat empat sikap remaja dalam beragama, yaitu: 1) Percaya ikut-ikutan Percaya ikut-ikutan ini biasanya dihasilkan oleh didikan agama secara sederhana yang didapat dari keluarga dan lingkungannya. Namun demikian ini biasanya hanya terjadi pada masa remaja awal (usia 13-16 tahun). Setelah itu biasanya berkembang kepada cara yang lebih kritis dan sadar sesuai dengan perkembangan psikisnya.
52
Ibid,hlm.36
56
2) Percaya dengan kesadaran Semangat keagamaan dimulai dengan melihat kembali tentang masalah- masalah keagamaan yang mereka miliki sejak kecil. Mereka ingin menjalankan agama sebagai suatu lapangan yang baru untuk membuktikan pribadinya, karena ia tidak mau lagi beragama secara ikut-ikutan saja. Biasanya semangat agama tersebut terjadi pada usia 17 tahun atau 18 tahun. Semangat agama tersebut mempunyai dua bentuk: a) Dalam bentuk positif: Semangat agama yang positif, yaitu berusaha melihat agama dengan pandangan kritis, tidak mau lagi menerima hal- hal yang tidak masuk akal. Mereka ingin memurnikan dan membebaskan agama dari bid’ah dan khurafat, dari kekakuan dan kekolotan. b) Dalam bentuk negative: Semangat keagamaan dalam bentuk kedua ini akan menjadi bentuk kegiatan yang berbentuk khurafi, yaitu kecenderungan remaja untuk mengambil pengaruh dari luar kedalam masalah- masalah keagamaan, seperti bid’ah, khurafat dan kepercayaankepercayaan lainnya 3) Percaya, tetapi agak ragu- ragu Keraguan kepercayaan remaja terhadap agamanya dapat dibagi menjadi dua:
57
a) Keraguan disebabkan kegoncangan jiwa dan terjadinya proses perubahan dalam pribadinya. Hal ini merupakan kewajaran. b) Keraguan disebabkan adanya kontradiksi atas kenyataan yang dilihatnya dengan apa yang diyakininya, atau dengan pengetahuan yang dimiliki. 4) Tidak percaya atau cenderung ateis Perkembangan kearah tidak percaya pada tuhan sebenarnya mempunyai akar atau sumber dari masa kecil. Apabila seorang anak merasa tertekan oleh kekuasaan atau kezaliman orang tua, maka ia telah memendam sesuatu tantangan terhadap kekuasaan orang tua, selanjutnya terhadap kekuasaan apa pun, termasuk kekuasaan Tuhan.53 e. Faktor-Faktor Keberagamaan Robert
H.
Thouless
mengemukakan
empat
faktor
keberagamaan yang dimasukkan dalam kelompok utama, yaitu: 1) Pengaruh-pengaruh sosial Faktor sosial mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap keberagamaan, yaitu: pendidikan orang tua, tradisi- tradisi sosial dan tekanan- tekanan lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan.
53
Ibid,hlm.36-37
58
2) Berbagai pengalaman 3) Kebutuhan Faktor lain yang dianggap sebagai sumber keyakinan agama adalah kebutuhan- kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi secara sempurna, sehingga mengakibatkan terasa adanya kebutuhan akan kepuasan agama. Kebutuhan- kebutuhan tersebut dapat dikelompokkan dalam empat bagian, antara lain kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan cinta, kebutuhan untuk memperoleh harga diri dan kebutuhan yang timbul karena adanya kematian. 4) Proses pemikiran Faktor terakhir adalah pemikiran yang agaknya relevan untuk masa remaja, karena disadari bahwa masa remaja mulai kritis dalam menyikapi soal-soal keagamaan, terutama bagi mereka yang mempunyai keyakinan secara sadar dan bersikap terbuka. Mereka akan mengkritik guru agama mereka yang tidak rasional dalam menjelaskan ajaran- ajaran agama islam, khususnya bagi remaja yang selalu ingin tahu dengan pertanyaan- pertanyaan kritisnya. Meski demikian, sikap kritis remaja juga tidak menafikkan faktor-faktor lainnya, seperti faktor berbagai pengalaman.54
54
Ibid, hlm.38
59
Ada beberapa ciri-ciri kesadaran beragama yang menonjol pada masa remaja. Diantaranya adalah: a. Pengalaman ke-Tuhanannya makin bersifat individual Remaja makin mengenal dirinya.Ia menemukan “diri”nya bukan hanya sekadar badan jasmaniah, tetapi merupakan suatu kehidupan psikologis rohaniah berupa “Pribadi”.Remaja bersifat kritis terhadap dirinya sendiri dan segala sesuatu yang menjadi milik pribadinya.Ia menemukan pribadinya terpisah dari pribadipribadi lain dan terpisah pula dari alam sekitarnya.Pemikiran, perasaan, keinginan, cita-cita dan kehidupan psikologis rohaniah lainnya adalah milik pribadinya. Penghayatan penemuan diri pribadi ini dinamakan “individuasi”, yaitu adanya garis pemisah yang tegas antara diri sendiri dan bukan diri sendiri, artara aku dan bukan aku, antara subjek dan dunia sekitar. Penelusuran diri pribadinya sebagai sesuatu yang berdiri sendiri menimbulkan rasa kesepian dan rasa terpisah dari pribadi lainnya.Dalam rasa kesendiriannya, si remaja memerlukan kawan setia atau pribadi yang mampu menampung keluhan-keluhannya, melindungi, membimbing, mendorong dan mmberi petunjuk jalan yang dapat mengembangkan kepribadiannya. Keadaan labil yang menekan menyebabkan si remaja mencari ketentraman dan pegangan hidup. Penghayatan kesepian, perasaan tidak berdaya, perasaan yang tidak dipahami oleh orang
60
lain dan penderitaan yang dialaminnya, menjadikan si remaja berpaling kepada Tuhan sebagai satu-satunya pegangan hidup, pelindung, dan penunjuk jalan dalam kegoncangan psikologis yang dialaminya. Si remaja menemukan semua yang dibutuhkan itu dalam keimanan kepada Tuhan. b. Keimanannya semakin menuju realitas sebenarnya Terarahnya perhatian ke dunia dalam menimbulkan kecenderungan yang besar untuk merenungkan, mengkritik dan menilai diri sendiri. Introspeksi diri ini dapat menimbulkan kesibukan untukbertanya-tanya pada orang lain tentang drinya. tentang keimanan dan kehidupan agamanya. Si remaja mulai mengenali bahwa kehidupan ini tidak hanya seperti yang dijumpai secara konkret, tetapi mempunyai makna lebih dalam. Gambaran tentang dunia pada masa remaja menjadi lebih luas dan kaya, karena tidak saja meliputi realitas yang fisik, tetapi mulai melebar ke dunia dalam yang psikis dan rohaniah. c. Peribadatan mulai disertai penghayatan yang tulus. Agama adalah pengalaman dan penghayatan dunia-dalam seseorang
tentang
ke-Tuhanan
disertai
keimanan
dan
peribadatan.Pengalaman dan penghayatan itu merangsang dan mendorong individu terhadap hakikat pengalaman kesucian, penghayatan “kehadiran” Tuhan atau sesuatu yang dirasakannya supernatural dan di luar batas jangkauan dan kekuatan manusia.
61
Pengalaman ini bersifat subjektif yang sukar diterangkan kepada orang lain. Keimanan akan timbul menyertai penghayatan ke-Tuhanan, sedangkan penibadatan, yakni sikap dan tingkah laku keagamaan merupakan efek dari adanya penghayatan ke-Tuhanan dan keiman. Beribadah, berarti melaksanakan semua perintah Tuhan sesuai dengan kemampuan dan meninggalkan seluruh laranganNya dengan niat yang ikhlas.Unsur niat atau kesengajaan merupakan salah satu penentu berpahala tidaknya perbuatan dan tingkah laku sehari-hari.Tingkah laku keagamaan yang tidak disertai
niat
atau
tanpa
kesadarn
beragama
bukanlah
ibadah.Sebaliknya tingkah laku sosial dan pekerjaan sehari-hari, apabila disertai niat karena Allah adalah termasuk ibadah. Pada masa remaja dimulai pembentukan dan perkembangan suatu
sistem
pengalaman beragama
moral
pribadi
keagamaan yang dan
akanmenemukan
pengalaman Tuhannya,
sejalan
dengan
individual.Melalui ke-Tuhanan, yang
pertumbuhan kesadaran
akhirnya
berarti
remaja
menemukan
kepribadiannya.Ia pun akan menemukan prinsip dan norma pegangan hidup, hati nurani, serta makna dan tujuan hidupnya. Kesadaran beragamanya menjadi otonom, subjektjf dan mandiri, sehingga sikap dan tingkah lakunya merupakan pencerminan
62
keadaan dunia dalanmya, penampilan keimanan dan kepribadian yang mantap.55
55
Abdul aziz ahyadi, psikologi agama (kepribadian muslim pancasila), Bandung: Sinar baru Algesindo, cet V 2005, hlm 44.