22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Penjualan a. Pengertian Penjualan Berdasarkan Kamus Besar Ekonomi “penjualan adalah suatu transaksi yang melibatkan pengiriman atau penyerahan produk, hak, atau jasa dalam pertukaran kas, janji pembayaran, atau yang dapat disamakan dengan uang, atau kombinasinya”. Sedangkan Siegel dan Shim (2000) “Penjualan adalah penerimaan yang diperoleh dari pengiriman barang dagangan atau dari penyerahan pelayanan dalam bursa sebagai barang pertimbangan yaitu dapat dalam benuk tunai peralatan kas atau harta lainnya”. Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah suatu perjanjian antara penjual dan pembeli yang memindahkan hak kepemilikan barang kepada pembeli dengan kompensasi pembayaran uang kepada penjual. Penjualan tidak hanya menyangkut pemindahan kepemilikan atas barang atau jasa, tapi didalamnya juga terhadap pemindahan resiko-resiko yang timbul atas kepemilikan tersebut.
b. Klasifikasi Penjualan Yadati dan Wahyudi (2006) ”transaksi penjualan barang dagang dalam perusahaan dagang dapat dilakukan baik secara tunai maupun secara
Universitas Sumatera Utara
23
kredit, atau sebagian secara tunai dan sisanya dibayar secara kredit”. Secara umum transaksi penjualan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : - penjualan tunai yaitu penjualan yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga barang terlebih dahulu sebalum barang diserahkan kepada pembeli oleh perusahaan. - penjualan kredit yaitu penjualan yang dilaksanakan pleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut.
c. Pengakuan Pendapatan atas Penjualan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 menyatakan bahwa ”pendapatan merupakan arus masuk brutto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal” (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007). Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa pendapatan pada umumnya berasal dari aktivitas normal perusahaan. Aktivitas normal perusahaan terdiri transaksi pembelian dan penjualan. Transaksi penjualan yang terjadi di dalam perusahaan meliputi penjualan produk, pemberian jasa, pendapatan dari penggunaan aktiva perusahaan dan pelepasan aktiva selain barang dagangan.
Universitas Sumatera Utara
24
2. Tingkat Pertumbuhan Penjualan a. Pengertian Pertumbuhan Penjualan Swastha dan
Handoko
(2001),
“pertumbuhan
atas penjualan
merupakan indicator penting dari penerimaan pasar dari produk dan/atau jasa perusahaan tersebut, dimana pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan dapat digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan penjualan”. Dengan demikian dapat diketahui bahwa suatu perusahaan dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ke arah yang lebih baik jika terdapat peningkatan yang konsisten dalam aktivitas utama operasinya. Jadi, pertumbuhan yang terjadi dalam perusahaan dagang sering dikatakan sebagai tingkat pertumbuhan penjualan.
b. Tingkat Pertubuhan Penjualan Higgins (2003) mengatakan bahwa “growth comes from two sources: increasing volume and rising price. Because of all variable cost, most curren assets, and current liabilities have a tendency with sales, so it is a good idea to see the growth based on the sales of the company”. Berdasarkan pernyataan di atas dapat dilihat bahwa tingkat pertumbuhan suatu perusahaan dapat dilihat dari pertambahan volume dan peningkatan harga khususnya dalam hal penjualan karena penjualan merupakan suatu aktivitas yang umumnya dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan tujuan yang ingin dicapai yaitu tingkat laba yang
Universitas Sumatera Utara
25
diharapkan. Perhitungan tingkat penjualan pada akhir periode dengan penjualan yang dijadikan periode dasar. Apabila nilai perbandingannya semakin besar, maka dapat dikatakan bahwa tingkat pertumbuhan penjualan semakin baik. Home dan Machowicz (2005), tingkat pertumbuhan penjualan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
g = S1 – S0 x 100 % S0
Keterangan : g = Growth Sales Rate (tingkat pertumbuhan penjualan) S1 = Total Current Sales (total penjualan selama periode berjalan) S0 = Total Sales For Last Period (total penjualan periode yang lalu)
3. Piutang Usaha a. Pengertian Piutang Usaha Penjualan kredit yang dilakukan perusahaan tidak segera menghasilkan penerimaan kas tapi akan menimbulkan piutang usaha dan barulah kemudian pada hari jatuh tempo terjadi aliran kas masuk yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Menurut Kieso (2002) ”piutang usaha adalah klaim dalam bentuk uang yang dimiliki perusahaan terhadap
Universitas Sumatera Utara
26
seseorang atau perusahaan yang timbul karena penjualan kredit”. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa piutang usaha adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yaitu badan usaha atau seseorang yang timbul akibat adanya penjualan barang atau jasa yang dilakukan secara kredit dan pembayaran dilakukan setelah jangka waktu yang ditentukan oleh kedua belah pihak. b. Tujuan dan Fungsi Piutang Usaha Adapun tujuan dan fungsi piutang usaha adalah : - menaikkan
volume
penjualan
yang
pada
akhirnya
akan
meningkatkan laba - usaha dalam menarik pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan lama - agar tidak kalah bersaing dengan perusahaan sejenis dan memperluas pangsa pasar. c. Faktor yang Mempengaruhi Piutang Usaha Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor : - volume penjualan kredit, makin besar jumlah penjualan kredit dari keseluruhan penjualan akan memperbesar jumlah piutang dan sebaliknya makin kecil jumlah penjualan kredit dari keseluruhan piutang akan memperkecil jumlah piutang. - syarat pembayaran, semakin panjang batas waktu pembayaran kredit berarti semakin besar jumlah piutangnya dan sebaliknya
Universitas Sumatera Utara
27
semakin pendek batas waktu pembayaran kredit berarti semakin kecil besarnya jumlah piutang. - ketentuan batas volume penjualan kredit, apabila batas maksimal volume penjualan kredit ditetapkan dalam jumlah yang relatif besar maka besarnya piutang juga semakin besar. - kebiasaan membayar para pelanggan, apabila kebiasaan membayar para pelanggan dari penjualan kredit mundur dari waktu yang dipersyaratkan maka besarnya jumlah piutang relatif besar. - kegiatan penagihan piutang, apabila kegiatan penagihan piutang dari perusahaan bersifat aktif dan pelanggan melunasinya maka besarnya jumlah piutang relatif kecil, tetapi apabila kegiatan penagihan piutang bersifat pasif maka besarnya jumlah piutang relatif besar.
4. Perputaran Piutang Menurut Stice dan Kieso (2003) “Perputaran Piutang merupakan sebuah ukuran analitis seberapa cepat akun/harta pelanggan dikumpulkan dengan menggunakan rumus penjualan kredit bersih dibagi dengan piutang dagang rata-rata selama satu periode”. Niswonger (2000) “perputaran piutang merupakan sebuah ukuran seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun dimana dengan ketentuan kredit, piutang usaha harus berputar sedikit diatas 12 kali dalam setahun”. Dengan demikian dapat disimpulkan
Universitas Sumatera Utara
28
bahwa perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya untuk mengubah piutang menjadi kas. Dari definisi diatas jelas bahwa perputaran piutang itu ditunjukan oleh suatu angka dimana angka tersebut merupakan indikator berapa kali piutang itu dapat ditagih selama periode akuntansi. Hal ini dapat menunjukan tingkat resiko dalam piutang. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang, semakin cepat piutang akan dapat tertagih dan sebaliknya jika semakin rendah tingkat perputaran piutang, semakin lama piutang akan tertahan dan semakin kecil kemungkinan piutang tersebut dapat tertagih. Berikut ini adalah rumus perputaran piutang : Accounts Receivable Turnover =
TotalSales AveregeAccounts Re ceivable
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat perputaran piutang diantaranya : - Net Credit Sales (Penjualan Piutang Bersih). Tinggi rendahnya receivable turnover mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin tinggi turnovernya, berarti makin cepat perputarannya, yang berati makin pendek waktu terikatnya modal dalam piutang, sehingga untuk mempertahankan net credit sales tertentu, dengan naiknya turnovernya, dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil yang diinvestasikan dalam piutang.
Universitas Sumatera Utara
29
- Average Receivable (Piutang Usaha Rata-Rata). Piutang usaha ratarata dapat ditentukan dengan menggunakan data-data bulanan ataudengan menambahkan saldo piutang awal tahun dan akhir tahun serta kemudian dibagi dengan dua. Piutang rata-rataa kadang diungkapkan dalam jumlah hari penjualan dalam rata-rata piutang. - Syarat Pembayaran Kredit. Makin lunak atau makin lama syarat pembayaran, makin lama modal terikat pada piutang, yang ini berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah. Penting untuk membandingkan hari rata-rata pengumpulan piutang dengan syarat pembayaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Apabila hari rata-rata pengumpulan piutang selalu lebih besar daripada batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan tersebut berarti bahwa cara pengumpulan piutangnya kurang efisien. Ini berarti bahwa banyak para langganan yang tidak
memenuhi syarat
pembayaran yang telah ditetapkan.
5. Likuiditas a. Pengertian Likuiditas Halim dan Hanafi (2003) “likuiditas menggambarkan kemapuan perusahaan danlam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya”. Riyanto (2002) “masalah likuiditas adalah masalah yang berhubungan dengan masalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi”.
Universitas Sumatera Utara
30
b. Rasio-rasio Likuiditas Tingkat likuiditas perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan rasio-rasio likuiditas diantaranya : i.
Rasio Lancar (Current Rasio) Rasio Lancar (Current Ratio) adalah kemampuan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dengan kata lain, membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendeknya. Rasio ini merupakan salah satu rasio finansial yang paling umum dan paling sering digunakan. Hal ini disebabkan karena salah satu komponen aktiva lancar, yaitu persediaan memiliki dua kemungkinan untuk dijual, yakni dapat dijual secara langsung tanpa menurunkan nilainya, dan dalam hal rasio lancar ini, persediaan (inventory) dapat dijual dengan segera tanpa harus menurunkan nilainya terlebih dahulu. Rumusnya adalah : Current Ratio =
TotalCurrentAssets CurrentLiabilities
Rumus tersebut menunjukkan hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Semakin tinggi rasio lancar, maka akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar berbagai kewajiban finansialnya. Apabila dinyatakan bahwa rasio lancar suatu perusahaan adalah dua(2), artinya setiap satu rupiah kewajiban lancar akan dijamin oleh dua rupiah aktiva lancar.
Universitas Sumatera Utara
31
Syamsuddin (2004), “tidak ada suatu ketentuan mutlak tentang berapa tingkat rasio lancar yang dianggap baik atau yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan, karena biasanya tingkat rasio lancar ini juga sangat tergantung jenis usaha dari masing-masing perusahaan”. Untuk mengetahui apakah rasio lancar perusahaan baik, hasil perhitungannya harus dibandingkan dengan perhitungan tahun sebelumnya. Selain itu, menurut Simamora (2005), factor lain yang juga harus diperhatikan untuk mengevaluasi rasio lancar antara lain praktik yang berlaku dalam industri, lamanya siklus operasi dalam perusahaan, serta bauran aktiva lancar perusahaan.
ii.
Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio Cepat (Quick ratio) adalah rasio yang hampir sama dengan rasio lancar, hanya saja jumlah persediaan (inventory) sebagai salah satu komponen dari aktiva lancar harus dihilangkan/ dikeluarkan.Penghilangan
persediaan
disebabkan
karena
persediaan memerlukan waktu yang agak lama untuk dikonversi menjadi kas. Dengan kata lain, bahwa persediaan (inventory) merupakan komponen aktiva lancar yang paling tidak likuid untuk diuangkan dengan segera tanpa menurunkan nilainya, sementara maksud dari rasio cepat disini adalah untuk membandingkan aktiva yang lebih lancar dengan utang lancar. Pembayaran di muka kadang – kadang juga tidak isa dikonversi menjadi kas.
Universitas Sumatera Utara
32
Rumusnya adalah :
Quick Ratio =
TotalCurrentAsset − TotalInventory TotalCurrentLiabilities
Rasio cepat (Quick Ratio) sebesar 1 pada umumnya sudah dianggap baik tetapi seperti halnya dengan current ratio, berapa besar rasio cepat ini yang seharusnya, sangat tergantung pada jenis usaha masing – masing perusahaan. . iii.
Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio
Kas
(Cash
Ratio)
adalah
rasio
yang
hanya
membandingkan pos-pos yang sangat likuid yaitu kas dan suratsurat berharga dengan kewajiban lancar perusahaan.Rasio ini mengukur jaminan yang diberikan oleh pos “tunai” dan “surat – surat berharga” terhadap kewajiban lancar. Semakin besar komposisi pos tersebut, berarti semakin besar likuid suatu perusahaan. Untuk menghitungnya dilakukan dengan rumus sebagai berikut Cash Ratio =
TotalCash + TotalMarketableSecurities TotalCurrentLiabilities
Universitas Sumatera Utara
33
iv.
Modal Kerja Bersih (Net Working Capital) Rasio modal kerja bersih digunakan untuk mengetahui rasio modal bersih terhadap kewajiban lancar. Jumlah modal kerja bersih (net working capital) ini akan lebih berguna untuk kepentingan pengawasan intern di dalam suatu perusahaan daripada digunakan sebagai angka pembanding dengan perusahaan lain. Tidak jarang terjadi apabila perusahaan bermaksud untuk mencari pinjaman jangka panjang, maka kreditur menetapkan beberapa persyaratan dimana salah satu diantaranya adalah penetapan jumlah minimum modal kerja bersih (net working capital) yang harus tetap dipertahankan. Hal ini digunakan untuk memaksa perusahaan agar teyap mempertahankan jumlah “operating liquidity” pada tingkat tertentu serta untuk menjamin pinjaman – pinjaman yang dilakukan perusahaan. Pembandingan modal kerja bersih (net working capital) dari tahun ke tahun juga bisa memberikan gambaran tentang jalannya perusahaan. Jumlah modal kerja bersih (net working capital) yang semakin besar menunjukkan tingkaat likuidlitas yang semakin tinggi pula. Rumusnya adalah :
Net Working Capital =
TotalCurrentAssets − TotalCurrentLiabilities CurrentLiabilities
Universitas Sumatera Utara
34
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu 1. Penelitian Paula (2008) Judul penelitian adalah “Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Piutang Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur Bidang Industri Barang Konsumen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Hasilnya variabel tingkat pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap tingkat likuiditas. 2. Penelitian Muhailil (2009) Judul penelitian adalah “Analisis Tingkat Perputaran Piutang Dan Pengaruhnya Terhadap Likuiditas Pada PT. Setra Sari Surabaya”. Hasilnya variabel tingkat perputaran piutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat likuiditas perusahaan.
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama
Judul
Variabel
Hasil
Dian Paula (2008)
Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Piutang Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur Bidang Industri Barang Konsumen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta
Tingkat Pertumbuhan Penjualan (X) dan Tingkat Likuiditas (Y)
Umi Muhailil (2009)
Analisis Tingkat Perputaran Piutang Dan Pengaruhnya Terhadap Likuiditas Pada PT. Setra Sari Surabaya
Tingkat Perputaran Piutang (X) dan Tingkat Likuiditas (Y)
Tingkat pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap tingkat likuiditas, dengan koefisien korelasi (R) sebesar 0,023 menunjukkan tingkat pertumbuhan penjualan hanya mampu menjelaskan tingkat likuiditas sebesar 2,3 % Perputaran piutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap likuiditas, dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,697 menunjukkan besarnya pengaruh tingkat perputaran penjualan terhadap tingkat likuiditas
Universitas Sumatera Utara
35
B. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Variabel Independen
Variabel Dependen
Tingkat Pertumbuhan Penjualan (X1)
Tingkat Likuiditas (Y)
Tingkat Perputaran Piutang (X2) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber : Peneliti, 2010
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Untuk membayar kewajiban jangka pendek tersebut akan digunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, salah satu diantaranya adalah piutang yang diperoleh dari penjualan kredit. Porsi piutang dalam aktiva lancar biasanya cukup besar berkisar antara 50%-70%. Jumlah piutang yang cukup besar ini diperoleh dari penjualan yang dilakukan perusahaan. Untuk menghitung tingkat pertumbuhan penjualan, dilakukan dengan mengurangkan penjualan tahun berjalan dengan tahun sebelumnya lalu dibagi
Universitas Sumatera Utara
36
dengan penjualan tahun sebelumnya. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan berarti semakin tinggi penerimaan kas ataupun piutang perusahaan. Dalam melakukan pembayaran atas kewajiban lancar dibutuhkan realisasi kas atas piutang tersebut. Untuk mengetahui sejauh mana piutang usaha perusahaan dapat direlisasikan menjadi kas dihitung dengan menggunakan rumus perputaran piutang. Dengan demikian apabila tingkat perputaran piutang tinggi yang artinya semakin besar kas yang direalisasikan atas piutang tersebut maka tingkat likuiditas perusahaan juga akan tinggi. Untuk proxy dari likuiditas digunakan rasio lancar (current ratio) dengan alasan pada rasio lancar, perhitungan likuiditas didasarkan pada perbandingan total nilai aktiva lancar dan total nilai kewajiban lancar perusahaan. Penjualan sangat berpengaruh terhadap tingkat likuiditas perusahaan karena komponen penjualan yang berupa aktiva lancar (kas dan piutang) merupakan komponen dalam menghitung tingkat likuiditas. Piutang diperoleh melalui penjualan kredit yang dilakukan perusahaan. Seyogianya, semakin banyak penjualan semakin tinggi pula nilai aktiva lancar sehingga tingkat likuiditas turut mengalami kenaikan. Piutang pada akhirnya akan direalisasikan menjadi kas yang akan dipergunakan dalam memenuhi berbagai kewajiban perusahaan. Oleh karena itu tingkat perputaran piutang dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
37
2. Hipotesis Penelitian Menurut Erlina, Mulyani (2007) “Hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris.” Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Tingkat
pertumbuhan
penjualan
dan
tingkat
perputaran
piutang
berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara simultan maupun secara parsial.
Universitas Sumatera Utara