BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Risk Taking Behaviour Risk Taking Behaviour merupakan aspek psikologis yang ada pada diri seseorang yang dalam bahasa indonesia ini bisa berarti “perilaku pengambil resiko”. Menurut Steinberg (1999) tingkah laku adalah hasil dari rangkaian proses yang terbagi menjadi beberapa identifikasi diantaranya sebagai berikut: Identifikasi alternatif pilihan, identifikasi dari setiap konsekuensi dari setiap pilihan, evaluasi terhadap kemungkinan dari setiap konsekuensi, mengecek segala sesuatu yang bisa terjadi pada setiap konsekuensi, mengkombinasikan seluruh informasi yang didapat untuk membuat keputusan. Kenyataannya perilaku bisa berlangsung secara spontan, dan pada dasarnya rangkaian proses tersebut berlangsung secara cepat dalam menghasilkan sebuah produk tingkah laku seseorang. Fischoff dkk. (dalam Yates, 1992) menyebutkan risk sebagai adanya ancaman terhadap nyawa atau kesehatan seseorang. Yates (1992) menyatakan bahwa risk itu subjektif karena setiap individu mempunyai persepsi berbeda mengenai hal-hal yang mereka anggap beresiko. Gullone dkk (2000) mendefinisikan risk sebagai akibat tidak pasti dari suatu tingkah laku yang diasosiasikan dengan kemungkinan terjadinya konsekuensi negatif, akan tetapi kemungkinan terjadinya konsekuensi positif
7 http://digilib.mercubuana.ac.id/
juga ada, sehingga keadaaan menjadi seimbang dan jika konsekuensi negatif melebihi konsekuensi positif maka tingkah laku dianggap sebagai risk taking behaviour.
2.1.1.
Tipe-tipe Risk Taking Behaviour Menurut (Gullone & Moore, 2000), Risk taking behaviour dapat dibagi menjadi empat tipe yaitu: Perilaku mencari tantangan (Thrill-seeking behaviour) Yaitu perilaku mencari sensasi yang diasosiasikan dengan perasaan naiknya kadar adrenalin di tubuh/excitement yang berupa perilaku mencari tantangan tetapi secara relatif dapat diterima secara sosial, contohnya adalah olahraga ekstrem atau berbahaya (bermain skeatboard, panjat tebing, sepatu roda, outbond, terjun payung, arum jeram, dll).
Perilaku Memberontak (Rebellious Behaviour) Yaitu mencari tantangan dengan melanggar aturan-aturan yang ada dimasyarakat, biasanya kerap dilakukan remaja antara lain
minum
alkohol,
merokok,
berkelahi/tawuran, dll.
8 http://digilib.mercubuana.ac.id/
melanggar
lalu
lintas,
Perilaku berbahaya (Reckless behaviour) Hampir serupa dengan perilaku mencari tantangan namun kadar resikonya lebih tinggi karena akibat yang ditimbulkan biasanya juga dipersepsikan secara negatif oleh masyarakat luas. Misalnya kebut-kebutan di jalan, tawuran, melakukan hubungan seks sebelum nikah, bergaul dengan pemakai narkoba, berkelahi dan lain sebagainya. Perilaku Antisosial (Antisocial behaviour) Merupakan tingkah laku yang paling rendah konsekuensi negatifnya secara langsung, namun sama-sama tidak disukai, baik dikalangan dewasa atau remaja sekalipun, salah satu contohnya adalah rakus, berjudi, berlaku curang, mengganggu dan menghina orang lain.
2.2. Validitas Tes 2.2.1.
Definisi Validitas Validitas adalah kualitas esensial yang menunjukan sejauh mana suatu tes sungguh-sungguh mengukur atribut psikologis yang hendak diukurnya (Supratiknya, 2014). Menurut pengertian terbaru, validitas adalah taraf sejauh mana evidensi atau bukti-bukti empiris maupun teoritis mendukung dalam arti membenarkan cara menafsirkan skor sesuai tujuan penggunaan tes (Supraktiknya, 2014).
9 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.2.2.
Evidensi Validitas Menurut Supratiknya (2014), pengertian terbaru mengenai validitas ada 5 jenis evidensi yang perlu dikumpulkan dalam rangka memerika Terdapat tiga tipe validitas, yaitu : 1. Evidensi Terkait Isi Tes Evidensi kesesuaian antara isi dan konstruk yang diukurnya dapat diperoleh melalui analisis logis atau empiris terhadap seberapa memadai isi tes mewakiliki ranah isi serta seberapa relevan ranah isi tersebut sesuai dengan interpretasi skor tes yang dimaksudkan. 2. Evidensi terkait Proses Respon yang diberikan oleh Subjek Evidensi ini didasarkan pada penilaian terhadap kesesuaian antara konstruk yang diukur dengan kinerja atau respon yang diberikan oleh subjek. 3. Evidensi terkait Struktur Internal Tes Evidensi ini didasarkan pada penilaian tentang sejauh mana hubungan antar item dan hubungan antar komponen tes sesuai dengan konstruk yang diukur. 4. Evidensi terkait Hubungannya dengan Variabel Lain
10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Evidensi
validitas
juga
bisa
diperoleh
dengan
menganalisis hubungan antara skor tes dan variabelvariabel lain di luar tes itu sendiri. 5. Evidensi terkait Konsekuensi Pengetesan Konsekuensi,
dampak,
atau
akibat
baik
yang
direncanakan maupun yang tidak direncanakan dari penerapan tes juga dapat digunakan sebagai evidensi validitas.
2.3. Kerangka Pemikiran Menurut Steinberg (1999), risk taking behaviour adalah tingkah laku yang di hasilkan dari rangkaian proses dari beberapa identifikasi yang dimana setiap indentifikasinya memiliki konsekuensinya setiap pilihannya. Menurut Gullone dan Moore (2000), risk taking behaviour dibagi menjadi beberapa tipe yaitu diantaranya: perilaku mencari tantangan (Thrill-seeking behavior), perilaku memberontak (Rebellious behavior), perilaku berbahaya (reckless behavior), perilaku antisosial (Antisocial behavior). Risk taking behaviour merupakan aspek psikologis yang ada pada diri seseorang yakni perilaku pengambil resiko ( Steinberg, 1999). Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi risk taking behaviour menurut Gullone dkk (2000) yaitu: Kepercayaan tentang resiko, jenis kelamin, usia dan kepribadian. Menurut Shope dan Raymond (2008) dari penelitian sebelumnya, resiko kecelakaan berkendaraan motor pada pengemudi pemula
11 http://digilib.mercubuana.ac.id/
sangat tinggi resikonya. Diantaranya ada beberapa faktor kategori yang mempengaruhinya, yaitu: kemampuan mengemudi, faktor perkembangan, faktor perilaku, faktor kepribadian, demografi, lingkungan yang dirasakan, dan lingkungan mengemudi. Untuk melihat bagaiman validitas alat ukur Risk Taking Behaviour dapat disimpulkan dalam suatu kerangka sebagai berikut.
Rebellious behavior Thrillseeking behavior
Reckless behavior
Risk Taking Behaviour Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
12 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Antisocial behavior
2.4. Hipotesis 2.4.1.
Hipotesis Alternatif (Ha) Bahwa setiap dimensi adalah fit atau memiliki nilai P diatas 0.05. Bahwa setiap item dalam masing-masing sub faktor adalah secara signifikan/menghasilkan informasi tentang gambaran kepribadian pada sub faktor tersebut.
13 http://digilib.mercubuana.ac.id/