BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Modal Kerja 2.1.1.1 Pengertian Pemahaman arti modal kerja sangat erat hubungannnya dalam rangka menghitung kebutuhan modal kerja. Pengertian modal kerja yang berbeda akan menyebabkan perhitungan kebutuhan modal kerja juga berbeda. Pada hakikatnya kebutuhan modal kerja adalah pemenuhan dan jangka pendek, tetapi beberapa literature, mengaitkan pula dengan pemenuhan jangka menengah. Modal kerja adalah nilai aktiva/ harta yang dapat segera dijadikan uang kas yaitu dipakai perusahaan industry/ jasa untuk keperluan sehari- hari misalnya, untuk membayar gaji pegawai, membeli bahan baku/ barang, membayar ongkos angkutan, membayar hutang dan sebagainya (Soeprihanto 1997: 27). Menurut Munawir (2004: 114) Ada tiga konsep atau defenisi modal kerja yang umum dipergunakan yaitu: a. Konsep Kuantitatif Konsep ini menitikberatkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital). Dalam konsep ini tidak mementingkan kualitas dari modal kerja, apakah modal kerja dibiayai dari pemilik, hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek, sehingga dengan modal kerja yang besar tidak mencerminkan margin of safety para kreditur jangka pendek yang besar juga bahkan modal kerja yang besar
Universitas Sumatera Utara
menurut konsep ini tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan yang bersangkutan. b. Konsep Kualitatif Konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik perusahaan. Defenisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya (hutang jangka pendek) dan menunjukkan pula margin of protection atau tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek, serta menjamin kelangsungan operasi dimasa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan aktiva lancarnya. c. Konsep Fungsional Konsep ini menitikberatkan fungsi dari dana yang memiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income) ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Misalnya bangunan, mesinmesin, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya. Dari aktiva tetap tersebut menjadi bagian dari modal kerja tahun ini adalah sebesar penyusutan aktiva-aktiva tersebut untuk tahun ini. Aktiva lancar sebagian besar merupakan unsur modal kerja, walaupun tidak seluruhnya, ada sebagian aktiva lancar yang bukan merupakan modal kerja, misalnya dalam piutang dagang yang timbul dari penjualan barang dagangan secara kredit. Dalam piutang tersebut terdiri dari dua unsur yaitu, harga pokok barang yang dijual tersebut merupakan unsur modal kerja, sedangkan keuntungannya bukan merupakan unsur modal kerja, tetapi merupakan modal kerja yang potensial. Tersedianya modal kerja yang cukup akan memberikan beberapa keuntungan, antara lain: a.
Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban- kewajiban tepat pada waktunya.
b.
Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya- bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
Universitas Sumatera Utara
c.
Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya.
d.
Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya.
e.
Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan. 2.1.1.2 Elemen Modal kerja Unsur atau komponen modal kerja dapat dilihat pada setiap neraca
perusahaan, yaitu pada semua perkiraan aktiva lancar dan kewajiban lancarnya (Ahmad 2002: 5). Elemen- elemen modal kerja adalah meliputi uang kas atau yang ada di bank, surat- surat berharga yang cepat dijadikan uang kas, piutang- piutang dagang, dan persediaan barang (Soeprihanto 1997: 27). a) Uang Kas Setiap perusahaan industry ataupun perusahaan jasa dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan uang kas. Kas meliputi koin, uang kertas, cek, wesel (money order atau kiriman uang melalui pos yang lazim berbentuk draft bank atau cek bank, hal ini selanjutnya diistilahkan dengan wesel), dan uang yang disimpan di bank yang dapat ditarik tanpa pembatasan dari bank bersangkutan (Warren, dkk 2005: 349). Uang kas diperlukan untuk belanja sehari-hari atau untuk membangun toko, membeli kendaraan angkutan dan sebagainya, semua itu adalah uang kas
Universitas Sumatera Utara
yang keluar atau yang kita bayarkan. Selain uang kas yang kelua, ada juga uang kas yang masuk atau yang kita terima, misalnya dari hasil penjualan barang/ jasa atau dari hasil penagihan piutang sebagai akibat dari penjualan secara kredit. Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya yang berarti semakin besar jumlah yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Antara besarnya kas masuk dan keluar akan terdapat selisih yang berupa kelebihan atau kekurangan, oleh karena itu perusahaan harus dapat memanajemen kasnya seefektif dan seefisien mungkin agar dapat mencapai keseimbangan antara kas masuk dan uang keluar.
Manajemen kas mengandung pengertian mengelola uang perusahaan sedemikian rupa sehingga dapat dicapai kesediaan kas maksimum dan pendapatan bunga yang maksimum dari uang tunai yang menganggur (Ahmad 2002: 5). Manajemen kas dengan kata lain berkaitan dengan optimalisasi tanpa adanya ketidakefisienan atau berlebihan dari sejumlah uang kas di tangan pada waktu yang tepat. b) Surat Berharga Surat- surat berharga dimaksud adalah surat berharga yang segera dapat dijual, merupakan bentuk penyertaan sementara dalam pemanfaatan dana yang tidak digunakan. Sedangkan kepemilikannya mempunyai sifat, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Mempunyai pasaran dan dapat diperjualbelikan dengan segera. 2. Dimaksudkan untuk dijual dalam jangka waktu dekat bila kebutuhan dana untuk kegiatan umum perusahaan. 3. Tidak dimaksudkan untuk menguasai perusahaan lain. Dengan demikian alasan perusahaan menyimpan surat berharga yaitu kebutuhan sebagai pengganti kas dan alat investasi sementara. Pengaturan penanaman modal dalam surat-surat berharga dimaksudkan agar perusahaan dapat menggunakan kelebihan dananya atau saldo kasnya, dengan maksud untuk penjagaan likuiditas ataupun dengan tujuan untuk mendapatkan pendapatan dari dana yan ditanamkan dalam surat-surat berharga tersebut. Dalam tujuan penjagaan likuiditas, maka penanaman uang kas dalam surat-surat berharga, merupakan investasi yang bersifat sementara, yaitu dalam hal perusahaan membutuhkan uang tunai guna memenuhi kewajiban- kewajiban yang mendesak, perusahaan dapat menjual kembali surat-surat berharga tersebut. Tetapi apabila perusahaan menanamkan saldo kasnya dengan maksud mendapatkan pendapatan untuk jangka panjang, maka investasi tersebut bersifat permanen, sehingga investasi tersebut tidak termasuk untuk modal kerja. c) Piutang Piutang timbul karena perusahaan melakukan penjualan barang/ jasa secara kredit. Penjualan kredit memperbesar
volume
penjualan.
dilaksanakan dalam rangka
Penjualan
kredit
tidak
segera
menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang, dan kemudian
Universitas Sumatera Utara
pada hari jatuhnya pembayaran piutang tersebut terjadilah penerimaan kas. Dengan demikian piutang merupakan unsure modal kerja yang terus berputar. Pengaturan piutang ditujukan agar penerimaan kredit kita betulbetul dapat membayar hutangnya, sehingga tidak ada jumlah piutang yang tidak tertagih karena penerimaan kredit tidak membayar. Untuk itu pengaturan piutang dilakukan sebelum piutang diberikan, dan sesudah piutang diberikan. d) Persediaan Barang Persediaan digunakan untuk mengindikasikan (1) barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan (2) bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu (Warren, dkk 2005: 349). Persediaan barang dagang merupakan persediaan yang selalu dalam perputaran, yang selalu dibeli dan selalu dijual lagi tanpa mengalami proses lebih lanjut di dalam perusahaan, yang mengaibatkan perusahaan bentuk dari barang yang bersangkutan. Masalah penentuan/ pengaturan macam dan besarnya persediaan barang dagangan merupakan masalah yang urgent karena mempunyai pengaruh langsung pada besarnya keuntungan yang akan diterima perusahaan. Pengaturan tentang persediaan barang dagangan ini ditujukan untuk mengusahakan agar barang dagangan yang ada dalam perusahaan tidak kurang dan berlebihan. Kalau barang kurang, berarti ada sebagian
Universitas Sumatera Utara
permintaan langganan yang mungkin tidak dapat kita penuhi, ini akan berakibat kita akan kehilangan pelanggan, yang pada akhirnya akan menurunkan penjualan dan akan mempengaruhi jumlah profit yang akan diterima perusahaan. Sebaliknya bila barangnya terlalu banyak, di samping ongkos pemeliharaan/ pergudangannya harus kita tanggung, juga modal kita yang mati tidak berputar sejumlah kelebihan barang tersebut. Dengan melihat hal ini, maka persediaan barang dagangan perusahaan harus diatur agar cukup, sehingga keuntungan yang diharapkan dapat dicapai. 2.1.1.3 Perputaran Modal Kerja Seperti yang telah dikemukan sebelumnya, salah satu fungsi modal kerja adalah “menutup” jarak antara saat dikeluarkan uang tunai (kas) untuk membayar/ membeli persediaan/ bahan baku dan biaya lainnya dengan saat diterimanya hasil penjualan (Ahmad 2002: 5). Jarak yang dimaksud disebut periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) atau suatu kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai kembali lagi menjadi kas. Arus dana kas pertama melalui beberapa tahapan dan kembali lagi ke kas kedua
disebut
perputaran
modal
kerja
(working
capital
turnover)
(Soeprihanto 1997: 27). Semakin pendek periode tersebut berarti semakin cepat perputarannya atau semakin tinggi tingkat perputarannya. Lama periode perputaran tergantung sifat atau kegiatan operasi suatu perusahaan, lama atau cepatnya perputaran ini akan menentukan pula besar kecilnya kebutuhan modal kerja.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.4 Rasio Modal Kerja Tidak hanya bank dan para kreditor jangka pendek saja yang tertarik terhadap angka-angka rasio modal kerja, yaitu rasio yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan, juga penting bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham yang akhirnya atau setidak-tidaknya ingin mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran bunga di masa yang akan datang. Beberapa ratio modal kerja, antara lain: a. Current Ratio Rasio yang paling umum digunakan untuk menganalisa posisi modal kerja suatu perusahaan adalah current ratio yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Formulanya adalah sebagai berikut: Current Ratio = Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo Karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan tingkat taksiran penjualan yang akan datang sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunujukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit untuk ditagih.
Universitas Sumatera Utara
b. Acid Test Ratio Ratio ini sering disebut juga sebagai Quick ratio yaitu perbandingan antara (aktiva lancar- persediaan) dengan hutang lancar. Formulanya adalah sebagai berikut: Acid Test Ratio = Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera dapat direalisir sebagai uang kas. Ratio ini lebih tajam daripada current ratio karena hanya membandingkan aktiva yang sangat likuid (mudah dicairkan atau diuangkan) dengan hutang lancar. c. Perputaran Piutang Piutang yang dimiliki suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut (turnover receivable), yaitu dengan membagi total penjualan kredit neto dengan piutang rata-rata. Formulanya adalah sebagai berikut: Receivable Turnover = Makin tinggi rasio menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau ratio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa yang lebih lanjut, mungkin karena
Universitas Sumatera Utara
bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit. d. Perputaran Persediaan Dalam mengevaluasi posisi persediaan, maka prosedur yang sama seperti dalam mengevaluasi piutang dapat digunakan yaitu dengan menghitung turnover atau tingkat perputaran persediaan. Turnover persediaan adalah merupakan ratio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Formulanya adalah sebagai berikut: Inventory Turnover = Turnover ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun (dijual atau diganti). e. Perputaran Modal Kerja Untuk menilai kefektifan modal kerja dapat digunakan ratio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata tersebut (working capital turnover). Formulanya adalah sebagai berikut: Working Capital Turnover = Rasio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Piutang 2.1.2.1Pengertian Banyak perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa. Piutang yang timbul dari penjualan semacam ini biasanya diklasifikasikan sebagai piutang usaha atau wesel tagih. Istilah piutang meliputi semua klaim dalam bentuk
uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu,
perusahaan, atau organisasi lainnya (Waren, dkk 2005: 392). Piutang biasanya memiliki bagian yang signifikan dari total aktiva lancar perusahaan. Sedangkan menurut Niswonger, dkk (1992: 162), Piutang adalah “semua klaim uang kepada perorangan, organisasi, atau debitur-debitur”. Piutang tersebut diperoleh dari bermacam-macam transaksi, yang paling sering adalah penjualan barang atau jasa secara kredit. Pentingnya piutang usaha dan wesel tagih bagi suatu perusahaan tertentu akan tergantung pada besarnya jumlah penjualan kredit dan lamanya jangka waktu kredit. Untuk beberapa perusahaan, pendapatan yang berasal dari penjualan kredit merupakan faktor utama yang mempengaruhi laba bersih. Klaim dalam bentuk uang kepada langganan dengan demikian juga akan merupakan presentase yang cukup tinggi terhadap jumlah aktiva lancar. 2.1.2.2 Klasifikasi Piutang Waren,dkk (2005: 392) mengklasifikasikan piutang usaha ke dalam tiga jenis, antara lain : a) Piutang Usaha Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Piutang dicatat dengan mendebit akun piutang usaha. Piutang usaha (account receivable) semacam ini normalnya akan tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30 atu 60 hari.
Universitas Sumatera Utara
b) Wesel tagih Wesel Tagih (notes receivable) adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat pelanggan disaat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam setahun, maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari enam puluh hari. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang usaha berasal dari transaksi penjualan, maka hal itu kadang- kadang disebut piutang dagang (trade receivable). c) Piutang Lain-lain Piutang lain- lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya dilakukan lebih dari satu tahun, maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan di bawah judul investasi. Piutang lain- lain (other receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.
2.1.2.3 Perputaran Piutang Perusahaan yang memberikan jangka waktu kredit yang panjang cenderung memiliki jumlah piutang usaha yang relatif tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang memberikan jangka waktu kredit yang pendek. Namun, dalam kedua situasi di atas adalah penting untuk menagih piutang secepat mungkin. Kas yang diperoleh dari penagihan piutang akan meningkatkan solvensi dan mengurangi resiko kerugian dari piutang tak tertagih. Dua ukuran keuangan yang sangat
berguna
dalam
mengevaluasi
efisiensi
penagihan
piutang
(Waren, dkk 2005: 407) adalah: a. Perputaran piutang usaha, dan b. Jumlah hari penjualan dalam piutang
Universitas Sumatera Utara
Perputaran piutang usaha (account receivable turnover) mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun. Piutang usaha dapat diukur sebagai berikut:
Perputaran piutang usaha =
2.1.3 Aktiva Tetap 2.1.3.1 Pengertian Perusahaan adalah organisasi modern yang mempunyai kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan yang dibebankan kepadanya. Biasanya disamping mencari laba tujuan perusahaan mencakup : pertumbuhan yang terus- menerus kelangsungan hidup, dan kesan positif di mata publik. Untuk mencapai tujuan tersebut manajemen sebagai pihak yang diserahi hak dan tanggung jawab memiliki atau menguasai factor produksi yang diramu seperti Money, Man, Material, dan Method. Proses ini sering disebut proses produksi. Proses ini dimaksudkan untuk menghasilkan penerimaan kas melalui penjualan produksi tersebut menjadi salah satu sumber dana utama bagi pelaksanaan kegiatan tersebut. Untuk menghasilkan produk maupun jasa dalam suatu perusahaan maka peranan aktiva tetap sangat besar, seperti lahan sebagai tempat berproduksi bagi usaha pertambangan, pertanian, perkebunan, dan perikanan. Bangunan sebagai tempat pabrik, kantor, dan kegiatan lainnya. Mesin dan peralatan sebagai alat untuk berproduksi. Kendaraan pengangkutan sebagai alat untuk mengangkut
Universitas Sumatera Utara
produk atau hasil lainnya. Inventaris berupa inventaris kantor, perabot meja, kursi, lemari, dan lain- lain sebagai alat yang mendukung kegiatan perusahaan semuanya Aktiva tetap menurut Harahap (2002: 20) adalah “aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan”. Menurut Riyanto (2001 : 19) “Aktiva tetap adalah aktiva yang tahan lama yang tidak atau yang secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi”. Menurut Waren, dkk (2005: 492), aktiva tetap (fixed assets) merupakan “aktiva jangka panjang atau aktiva yang relative permanen, seperti peralatan, perabotan, alat- alat, mesin- mesin, bangunan, dan tanah”. Dalam perusahaan, aktiva tetap bisa menempati bagian yang sangat signifikan pada total perusahaan secara keseluruhan. 2.1.3.2 Penggolongan Aktiva Tetap Menurut Harahap (2002: 22) aktiva tetap dapat dikelompokkan dalam berbagai sudut antara lain: a) Sudut Substansi, Aktiva tetap dapat dibagi: 1. Tangible Assets atau aktiva berwujud seperti lahan, mesin, gedung, dan peralatan. 2. Intangible Assets atau aktiva tidak berwujud seperti hak guna usaha, hak guna bangunan, goodwill- patents, copyright, hak cipta, franchise, dan lain- lain. b) Sudut Disusutkan atau Tidak 1. Depreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti building (bangunan), equipment (peralatan), machinary (mesin), inventaris, jalan dan lain- lain. 2. Undepreciated Plant Assets, aktiva tetap yang tidak disusutkan seperti land (lahan). c) Berdasarkan Jenis Aktiva tetap berdasarkan jenis dapat dibagi sebagai berikut: 1. Lahan
Universitas Sumatera Utara
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Lahan adalah bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong. Bangunan Gedung Gedung adalah bangunan gedung yang berdiri di atas bumi ini baik di atas lahan/ air. Mesin Mesin termasuk peralatan- peralatan yang menjadi bagian dari mesin yang bersangkutan. Kendaraan Semua jenis kendaraan seperti alat pengangkutan, truck, grader, tractor, forklift, mobil, kendaraan roda dua, dan lain- lain. Perabot Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium, perabot pabrik, yang merupakan isi dari suatu bangunan. Inventaris/ Peralatan Peraltan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik, inventarid laboratorium, inventaris gudang, dan lain- lain. Prasarana Di Indonesia adalah merupakan kebiasaan bahwa perusahaan membuat klasifikasi khusus prasarana seperti : Jalan, Jembatan, Riol, Pagar dan lain- lain.
2.1.3.3 Biaya Perolehan dan Penyusutan Aktiva Tetap Biaya perolehan aktiva tetap meliputi semua jumlah yang dikeluarkan untuk
mendapatkan
aktiva
tetap
dan
memuatnya
siap
digunakan
(Waren,dkk 2005 : 494). Sebagai contoh, biaya pengangkutan dan pemasangan peralatan termasuk sebagai bagian dari total biaya aktiva tetap. Tanah memiliki usia yang tidak terbatas dan dengan demikian mampu memberikan manfaat yang tidak terbatas. Sementara itu aktiva lainnya seperti peralatan, bangunan, dan pengembangan tanah (land improvement) akan kehilangan kemampuan mereka seiring dengan berlalunya waktu, untuk menyediakan manfaat kepada perusahaan. Karenanya, biaya peralatan, bangunan, dan pengembangan tanah harus ditransfer ke akun beban dengan cara yang sistematis sepanjang umur manfaatnya. Transfer
Universitas Sumatera Utara
periodik ini, dari biaya ke beban dinamakan dengan penyusutan atau depresiasi (depreciation) (Waren, dkk 2005: 495). Faktor- faktor yang menyebabkan penurunan kemampuan aktiva tetap untuk menyediakan manfaat bisa diidentifikasi sebagai penyusutan fisik atau penyusutan fungsional. Penyusutan fisik terjadi dari kerusakan dan keausan ketika digunakan dan karena pengaruh cuaca. Penyusutan fungsional terjadi jika aktiva tetap yang dimaksud tidak lagi mampu menyediakan manfaat dengan tingkat seperti diharapkan. Tiga metode umum yang sering digunakan dalam menghitung penyusutan aktiva tetap adalah metode garis lurus, metode unit produksi, dan metode saldo menurun. 2.1.4 Profitabilitas 2.1.4.1 Pengertian Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan (Bringham, dkk 2006: 107). Sedangkan menurut Sartono (2001:119) profitabilitas adalah “kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”. Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Rasio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh dari modal kerja, penjualan dan investasi. Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka
Universitas Sumatera Utara
panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin. 2.1.4.2 Rasio Profitabilitas Pada dasarnya rasio profitabilitas yang digunakan sebagai kriteria penilaian hasil operasi perusahaan mempunyai tujuan pokok dan dapat dipakai sebagai: a. Kriteria yang sangat diperlukan dalam menilai kesuksesan suatu perusahaan dalam hal kapabilitas dan motivasi manajemen, b. Alat untuk membuat proyeksi laba perusahaan karena menggambarkan korelasi antara laba dengan jumlah modal yang ditanamkan, c. Alat pengendali bagi manajemen Profitabilitas dapat dimanfaatkan oleh pihak internal untuk menyusun target, budget, koordinasi, evaluasi hasil pelaksanaan operasi perusahaan dan pasar pengambilan keputusan penanaman modal. Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek- efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil- hasil operasi (Bringham dan Houston 2006: 107). Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur profit yang diperoleh dari modal- modal yang digunakan untuk operasi tersebut atau mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan.
Universitas Sumatera Utara
Rasio Profitabilitas meliput i: a) Ratio Operating Income dengan Operating Assets Profitabilitas suatu perusahaan dapat diuukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau assets yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut (operating assets). Yang dimaksud dengan operating assets adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva- aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan. Formulanya adalah sebagai berikut: Ratio Laba Usaha dengan Aktiva Usaha = b) Turnover dari Operating Assets Rasio ini merupakan ukuran tentang seberapa jauh aktiva ini telah dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan berapa kali operating assets berputar dalam periode tertentu, biasanya satu tahun. Formulanya adalah sebagai berikut: Perputaran Aktiva Usaha = c) Return on Investment Analisa Return on Investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Analisa ROI ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk
Universitas Sumatera Utara
mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return on Investment itu sendiri adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Formulanya adalah sebagai berikut: ROI (Return on Investment) =
x
d) Gross Margin Ratio Ratio ini mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap rupiah penjualan, atau bila ratio ini dikurangkan terhadapa angka 100% maka akan menunjukkan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya operasi dan laba bersih. Formulanya adalah sebagai berikut: Gross Margin Ratio = e) Operating Ratio Operating ratio mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan, sehingga ratio yang tinggi menunjukkan keadaan kurang baik karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba kecil. Formulanya adalah sebagai berikut: Operating Ratio =
Universitas Sumatera Utara
f) Perputaran Hutang Dagang Hutang dagang mempunyai hubungan yang erat dengan pembelian barang dagangan karena perusahaan yang besar pada umumnya pembeliannya dilakukan secara kredit. Formulanya adalah sebagai berikut: Perputaran Hutang Dagang = 2. 2 Penelitian Terdahulu Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu Judul Penelitian
Peneliti
Variabel
Hasil Penelitian
Penelitian Pengaruh Marselina perputaran Sinaga modal kerja dan (2008) perputaran aktiva operasi terhadap rentabilitas pada industry otomotif dan komponennya yang terdaftar di BEJ
Variabel independen: Modal kerja dan Operating assets turn Over, variable dependen: rentabilitas
Perputaran modal kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas secara parsial, perputaran aktiva operasi secara partial berpengaruh secara signifikan. Secara simultan, perputaran modal kerja dan perputaran aktiva berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas. Analisis Corry Grace Variabel Rasio perputaran hubungan Lubis independen: piutang mempunyai efektivitas aktiva (2009) Rasio hubungan yang terhadap return signifikan, rasio perputaran on investment piutang perputaran persediaan pada PT. dagang, tidak memiliki Sumbetri Megah rasio hubungan yang perputaran signifikan, dan rasio persediaan, perputaran total aktiva dan rasio tidak memiliki
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh Tingkat Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Pada PT Gresik Cipta Sejahtera Cabang Medan. Pengaruh perputaran piutang dan persediaan terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan dagang yang terdaftar di BEI
Seprina Ruleta Sitanggang (2008)
Sonta Sianipar (2010)
Pengaruh rasio Rimbun lancar, Reka perputaran (2011) modal kerja, dan debt to equity ratio terhadap profitabilitas pada industry
perputaran total aktiva, variable dependen: ROI (return on investment) Variabel independen: Perputaran piutang variable dependen: Profitabilitas (ROA)
hubungan yang signifikan dengan ROI (return on investment)
Hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat perputaran piutang memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap profitabilitas
D Variabel independen: Perputaran piutang, dan perputaran, variable dependen: rentabilitas ekonomi (ROI)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomi.Perputaran persediaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomi. Secara simultan, perputaran piutang dan persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan dagang yang terdaftar di BEI. Variabel Secara parsial rasio T Independen: lancar tidak Rasio berpengaruh lancar, signifikan terhadap perputaran return on equity modal kerja, (ROE), perputaran debt to modal kerja tidak equity ratio, berpengaruh secara
Universitas Sumatera Utara
makanan dan minuman yang ada di BEI
variable dependen: return on equity (ROE)
signifikan terhadap ROE, debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE. Secara simultan rasio lancar, perputaran modal kerja, dan debt to equity ratio berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas dalam hal ini return on equity (ROE)
2. 3 Kerangka Konseptual Untuk memberikan landasan teori yang memadai bagi penelitian, diperlukan suatu kerangka pemikiran yang bersumber dari penalaran atas sejumlah teori dan temuan terdahulu. Kerangka pemikiran bersifat konseptual diperlukan agar penelitian menjadi lebih terukur dan mudah diinterprestasikan. Penelitian ini menggunakan variabel-variabel independen yaitu perputaran modal kerja, perputaran piutang, dan aktiva tetap. Sementara variabel dependen adalah return on investment. Oleh karena itu, kerangka konseptual yang digunakan dapat digambarkan pada model berikut :
Universitas Sumatera Utara
Perputaran Modal Kerja (X1)
H1 Profitabilitas
Perputaran Piutang (X2)
(ROI)
H2
(Y)
Aktiva Tetap (X3)
H3 H4 Gambar 2. 1 Kerangka Konseptual
2. 4 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan masalah dan tinjauan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan diawal, hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Perputaran modal kerja berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Cabang Belawan International Container Terminal (BICT). H2 : Perputaran piutang berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Cabang Belawan International Container Terminal (BICT).
Universitas Sumatera Utara
H3 : Aktiva Tetap berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas pada pada PT. Pelabuhan
Indonesia I (Persero) Cabang Belawan International
Container Terminal (BICT). H4 : Perputaran modal kerja, perputaran piutang, dan aktiva tetap berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas pada PT. Pelabuhan
Indonesia I
(Persero) Cabang Belawan International Container Terminal (BICT).
Universitas Sumatera Utara