BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Hati Hati adalah organ yang paling besar di dalam tubuh kita, warnanya coklat dan beratnya ± 1 ½ kg. Letaknya dibagian atas dalam rongga abdomen di sebelah kanan bawah diafragma. Hati terbagi atas dua lapisan utama : 1.
Permukaan atas terbentuk cembung, terletak di bawah diafragma.
2.
Permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transfersus. Permukaanya diliputi oleh peritoneum viserial, kecuali daerah kecil pada
permukaan posterior yang melekat langsung pada diafragma. Beberapa ligamentum yang merupakan lipatan peritoneum terdapat jaringan penyambung padat yang dinamakan kapsula glisson, yang meliputi permukaan interior membentuk rangka untuk cabang-cabang vena porta, arteri hepatika dan saluran empedu. Selain merupakan organ yang mempunyai ukuran terbesar, hati juga mempunyai fungsi yang banyak dan paling komplek. Hati merupakan pertahanan hidup dan berperan pada hampir setiap fungsi metabolisme tubuh. Hati mempunyai kapasitas cadangan yang besar dan fungsi jaringan untuk mempertahankan tubuh, hati juga mempunyai kemampuan regenerasi yang mengagumkan. Kerusakan hati sebagian pada kebanyakan kasus sel yang mati atau sakit, maka akan diganti dengan jaringan hati yang baru.
1. Fungsi hati antara lain: a.
Mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan yang disimpan disuatu tempat dalam tubuh, dikeluarkan sesuai dengan pemakaian dalam jaringan.
b.
Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk disekresi dalam empedu dan urin, membersihkan darah sebelum zat-zat toksin tersebut mencapai organ tubuh yang peka misalnya otak fungsi, hal ini disebut detoksikasi.
c.
Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen, karbohidrat yang diabsorbsi sebagai glukosa disimpan dalam hati sebagai glikogen. glukosa dilepaskan sesuai dengan kebutuhan.
d.
Sekresi empedu.
e.
Pembentukan ureum, golongan asam amino diubah menjadi ureum yang diekskresi melalui ginjal, rantai karbon yang yang tersisa mengalami oksidase menjadi CO2 dan air. Sebagian asam amino akan masuk sirkulasi sistemik dalam jumlah kecil, kadar asam amino yang tinggi dalam peredaran darah dapat menjadi racun yang merusak fungsi otak. Asam amino yang berjumlah 22 macam dipergunakan dalam tubuh sebagai bahan–bahan dasar pembangunan protein. Beberapa asam amino ini tidak dapat dibuat dalam tubuh sehingga harus diperoleh dari makanan dan disebut sebagai asam amino esensial. Asam amino lainnya dapat diubah dari satu bentuk lain dengan bantuan enzim–enzim khusus dalam sel-sel tubuh, terutama dalam sel hati.
f.
Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat dan air, zat lemak yang dipadukan dengan lesitin akan membentuk fosfolipid, kolesterol dibuat dihati dari asam asetat, sedangkan esternya merupakan gabungan kolesterol dengan asam lemak. Lipoprotein plasma yang mengangkut trigliserida juga dibuat dihati. ( Syaifudin, 1999 ) Hati mempunyai multi fungsi yang berkaitan dengan metabolisme maka
gangguan faal hati dapat disebabkan oleh kelainan prahepatik, intra hepatik dan post-hepatik. Kelainan prehepatik misalnya pada anemi hemolitik, kelainan intrahepatik atau hepatoseluler misalnya pada hepatitis, cirrhosis dan karsinoma hepatis. Sedangkan kelainan post hepatik karena adanya tumor ( Hardjono, 2003 ).
B. Bilirubin Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping itu sekitar 20% bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tidak larut dalam air, bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan albumin untuk diangkut dalam plasma menuju hati. Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan dan mengkonjugasinya dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut air, sehingga disebut bilirubin direk
atau
bilirubin
terkonjugasi.
Proses
konjugasi
melibatkan
enzim
glukoroniltransferase, selain dalam bentuk diglukoronida dapat juga dalam bentuk
monoglukoronida atau ikatan dengan glukosa, xylosa dan sulfat.
Bilirubin
terkonjugasi dikeluarkan melalui proses energi kedalam sistem bilier. ( hpttp//lab kesehatan. blog spot. com /2009/ bilirubin-serum. html).
1. Macam dan sifat bilirubin : a. Bilirubin terkonjugasi /direk Bilirubin terkonjugasi /direk adalah bilirubin bebas yang bersifat larut dalam air sehingga dalam pemeriksaan mudah bereaksi. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin ) masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen. Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi membentuk azobilirubin. Peningkatan kadar bilirubin direk atau bilirubin terkonjugasi dapat disebabkan oleh gangguan ekskresi bilirubin intrahepatik antara lain Sindroma Dubin Johson dan Rotor, Recurrent (benign) intrahepatic cholestasis, Nekrosis hepatoseluler, Obstruksi saluran empedu. Diagnosis tersebut diperkuat dengan pemeriksaan urobilin dalam tinja dan urin dengan hasil negatif. b. Bilirubin tak terkonjugasi/ indirek Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) merupakan bilirubin bebas yang terikat albumin, bilirubin yang sukar larut dalam air sehingga untuk memudahkan bereaksi dalam pemeriksaan harus lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek.
Peningkatan kadar bilirubin indirek mempunyai arti dalam diagnosis penyakit bilirubinemia karena payah jantung akibat gangguan dari delivery bilirubin ke dalam peredaran darah. Pada keadaan ini disertai dengan tanda-tanda payah jantung, setelah payah jantung diatasi maka kadar bilirubin akan normal kembali dan harus dibedakan dengan chardiac chirrhosis yang tidak selalu disertai bilirubinemia. Peningkatan yang lain terjadi pada bilirubinemia akibat hemolisis atau eritropoesis yang tidak sempurna, biasanya ditandai dari anemi hemolitik yaitu gambaran apusan darah tepi yang abnormal,umur eritrosit yang pendek. ( http// lab kesehatan .blog spot yahoo. com /2009/ bilirubin-serum. html).
2. Metabolisme Bilirubin Bilirubin merupakan suatu senyawa tetrapirol yang dapat larut dalam lemak maupun air yang berasal dari pemecahan enzimatik gugus heme dari berbagai heme protein seluruh tubuh. Sebagian besar ( kira- kira 80 % ) terbentuk dari proses katabolik hemoglobin, dalam proses penghancuran eritrosit oleh RES di limpa, dan sumsum tulang. Disamping itu sekitar 20 % dari bilirubin berasal dari sumber lain yaitu non heme porfirin, prekusor pirol dan lisis eritrosit muda. Dalam keadaan fisiologis pada manusia dewasa, eritrosit dihancurkan setiap jam. Dengan demikian bila hemoglobin dihancurkan dalam tubuh, bagian protein globin dapat dipakai kembali baik sebagai protein globin maupun dalam bentuk asam- asam aminonya. (E. N. Kosasih, 2008). Metabolisme bilirubin diawali dengan reaksi proses pemecahan heme oleh enzim hemoksigenase yang mengubah biliverdin menjadi bilirubin oleh enzim
bilirubin reduksitase. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tak larut air, bilirubin yang sekresikan ke dalam darah diikat albumin untuk diangkut dalam plasma. Hepatosit adalah sel yang dapat melepaskan ikatan, dan mengkonjugasikannya dengan asam glukoronat menjadi bersifat larut dalam air. Bilirubin yang larut dalam air masuk ke dalam saluran empedu dan diekskresikan ke dalam usus . Didalam usus oleh flora usus bilirubin diubah menjadi urobilinogen yang tak berwarna dan larut air, urobilinogen mudah dioksidasi menjadi urobilirubin yang berwarna. Sebagian terbesar dari urobilinogen keluar tubuh bersama tinja, tetapi sebagian kecil diserap kembali oleh darah vena porta dikembalikan ke hati. Urobilinogen yang demikian mengalami daur ulang, keluar lagi melalui empedu. Ada sebagian kecil yang masuk dalam sirkulasi sistemik, kemudian urobilinogen masuk ke ginjal dan diekskresi bersama urin (Widman F.K,1995).
C. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Stabilitas Bilirubin Total Dalam suatu pemeriksaan bilirubin total, sampel akan selalu berbubungan langsung dengan faktor luar. Hal ini erat sekali terhadap kestabilan kadar sampel yang akan diperiksa, sehingga dalam pemeriksaan tersebut harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas kadar bilirubin total dalam serum diantaranya yaitu: 1. Sinar Stabilitas bilirubin dalam serum pada suhu kamar tidak stabil dan mudah terjadi kerusakan terutama oleh sinar, baik sinar lampu ataupun sinar matahari. Serum atau plasma heparin boleh digunakan, hindari sampel yang hemolisis dan
sinar matahari langsung. Sinar matahari langsung dapat menyebabkan penurunan kadar bilirubin serum sampai 50% dalam satu jam, dan pengukuran bilirubin total hendaknya dikerjakan dalam waktu dua hingga tiga jam setelah pengumpulan darah. Bila dilakukan penyimpanan serum hendaknya disimpan di tempat yang gelap, dan tabung atau botol yang berisi serum di bungkus dengan kertas hitam atau aluminium foil untuk menjaga stabilitas serum dan disimpan pada suhu yang rendah atau lemari pendingin. (Carl.E.Speicher, dkk, 1999). 2. Suhu Penyimpanan Suhu merupakan faktor luar yang selalu berhubungan langsung terhadap sampel, baik saat penyimpanan maupun saat pemeriksaan. Pemeriksaan kadar bilirubin total sebaiknya diperiksa segera, tapi dalam keaadaan tertentu pemeriksaan kadar bilirubin total bisa dilakukan penyimpanan. Dengan penyimpanan yang benar stabilitas serum masih stabil dalam waktu satu hari bila disimpan pada suhu 15 ºC-25ºC, empat hari pada suhu 2ºC-8ºC, dan tiga bulan pada penyimpanan -20ºC . (DialineDiagnostik ). Lamanya sampel kontak dengan faktor-faktor di atas berpengaruh terhadap kadar bilirubin didalam sampel sehingga perlu upaya mengurangi pengaruh tersebut serta mengoptimalkan kadar bilirubin total di dalam serum agar dapat bereaksi dengan zat pereaksi secara sempurna, sedangkan reagen bilirubin total akan tetap stabil berada pada suhu 2-8ºC dalam keadaan tertutup, terhindar dari kontaminan dan sinar.
Dalam hal ini dapat dimungkinkan bahwa penurunan kadar bilirubin dipengaruhi oleh kenaikan suhu dan pengaruh sinar yang berintensitas tinggi .
D. Kesalahan-kasalahan Dalam Pemeriksaan Laboratorium 1. Kesalahan Kasar Merupakan kesalahan yang dapat timbul akibat kekeliruan pada penanganan sampel, pipetasasi, reagensia, panjang gelombang dan lain lain. Hasil yang diukur biasanya tidak sesuai yang diharapkan maka kesalahan yang demikian dapat segera diketahui. 2. Kesalahan Acak Pengukuran suatu zat pada kondisi yang sama untuk beberapa kali pada suatu sampel, kita mendapatkan hasil yang tidak sama, hasil-hasil yang didapat pasti berdeviasi satu sama lain. Hasil nilai yang didapat pada kesalahan acak tidak dapat dihindari tapi bisa diatasi dengan melakukan pemeriksaan yang cermat dan teliti serta reagensia dan peralalatan yang baik. 3. Kesalahan Sistemik atau Sistematik Biasanya disebabkan oleh pipet yang kurang akurat, penyimpanan serum yang kurang baik, suhu yang tidak sesuai waktu pemeriksaan, reagensia yang rusak dan photometer yang tidak terkalibrasi. (Marsetio Donosaputro,2000)
E. Metode Pemeriksaan Bilirubin Total Dalam pemeriksaan bilirubin total metode yang dipakai antara lain: 1. Metode Jendrasik- Grof Prinsip : Bilirubin bereaksi dengan DSA ( diazotized sulphanilic acid) dan membentuk senyawa azo yang berwarna merah. Daya serap warna dari senyawa ini dapat langsung dilakukan terhadap sampel bilirubin pada panjang gelombang 546 nm. Bilirubin glukuronida yang larut dalam air dapat langsung bereaksi dengan DSA, namun bilirubin yang terdapat di albumin yaitu bilirubin terkonjugasi hanya dapat bereaksi jika ada akselerator. Total bilirubin bilirubin direk + bilirubin indirek. 2. Colorimetric Test - Dichloroaniline (DCA) Prinsip :Total bilirubin direaksikan dengan dichloroanilin terdiazotisasi membentuk senyawa azo yang berwarna merah dalam larutan asam, campuran khusus (detergen enables ) sangat sesuai untuk menentukan bilirubin total. Reaksi : Bilirubin + ion diazonium membentuk Azobilirubin dalam suasana asam (Dialine Diagnostik ).