7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. ISPA 1. Definisi ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernafasan atas. Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut. ISPA meliputi saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Istilah ISPA diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan, dan akut, dengan pengertian sebagai berikut: a. Infeksi adalah suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil menyerang tubuh manusia, kemudian berkembang baik dalam tubuh dan menyebabkan penyakit. (Depkes RI, 1985) b. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencangkup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringa paruparu) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan. (Dinkes, 2002) c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
7
8
beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. (Dinkes, 2002) ISPA adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh masuknya kuman mikroorganisme (bakteri dan virus) kedalam organ saluran pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. (Dinkes, 2002) 2. Etiologi Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab
ISPA
antara
lain
Streptokokus,
Stapilokokus,
Pnemokokus, Hemofillus, Bordetella dan Korinobakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Mikosovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus. (Dinkes, 2002) 3. Tanda dan Gejala ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian saluran pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan dan edema mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi muskus serta perubahan struktur dan fungsi silia. Tanda dan gejala ISPA sangat bervariasi antara lain myalgia (badan pegal-pegal), rhinorrhea (beringus), batuk, sakit kepala, sakit pada tengorokan., demam, pusing, malaise (lemas), anokresia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah), keluar secret, gelisah, hipoksia (kurang oksigen). (Nelson,1999)
9
4. Klasifikasi ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) meliputi saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. ISPA terbagi dalam 2 golongan yaitu yang bukan Pnemonia
dan Pnemonia, berikut
penjelasannya: a. Bukan Pnemonia (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) Saluran
pernafasan
atas
berfungsi
menghangatkan,
melembabkan, dan menyaring udara. Bersama udara masuk berbagai pathogen, yang dapat tersangkut di hidung, faring, laring atau trakea dan dapat berproliferasi, bila daya tahan tubuh menurun. Penyakit infeksi saluran pernafasan atas meliputi sinusitis, rhinitis, pharingitis, tonsilitis dan laringitis, memiliki pola-pola yang khusus dan khas. 1). Sinusitis Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi/peradangan pada suatu atau lebih dari sinus pranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga/ruang berisi udara dengan dinding yang terdiri dari membran mukosa. Meskipun tipe sinusitis akut yang sering terjadi adalah disebabkan oleh virus dan alergi akan tetapi diagnosa sinusitis fungal atau bakterial yang akurat sangatlah penting bagi kebaikan pasien dan pencegahan komplikasi yang mungkin terjadi seperti sinusitis kronis atau menyebarnya infeksi ketempat lain (misal meningitis).
10
Infeksi saluran pernafas atas biasanya diikuti sinusitis bakterial akut. Bakterial patogen yang biasa menjadi penyebab penyakit ini meliputi Haemophilus Influenza, Streptococcus Pyogenes, dan Streptococcus Pnemonal. Adanya infeksi yang berulang pada sinusitis kronis maka akan terjadi sikatrik yang berakibat
pada
penebalan
membran-membran
dan
aliran
pembuangan sekret menjadi terhambat. Selanjutnya pada keadaan ini sangat kondusif bagi tumbuhnya bakteri dan berkembang dengan subur di lingkungan ini. Keluhan utama dari pasien bervariasi, akan tetapi semuanya berkaitan dengan nyeri dan tekanan pada sinus yang disertai dengan sakit kepala. Pada sinusitis akut, pasien akan mengalami nyeri yang amat sangat dan sifatnya menetap. Tekanan dan nyeri yang dirasa akan semakin memberat dalam 3-4 jam setelah bangun tidur, karena akumulasi eksudasi pada sinus. Gejala lainnya menunjukkan adanya demam, sakit tenggorok, postnasal drip, dan aliran sekret dari nasal. 2). Rhinitis Rhinitis didefinisikan sebagai penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan nasopharyng. Sama halnya dengan sinusitis, rhinitis bisa berupa penyakit akut dan kronis yang kebanyakan disebabkan oleh virus dan alergi. Keluhan utama yang dirasakan pasien meliputi hidung berair (rhinorrhea). Rhinitis
11
paling sering akan menyertai infeksi virus akut pada saluran pernafasan atas, yang sering dikenal dengan influenza (common cold). Virus disebarkan melalui droplet (titik-titik) yang berasal dari bersin. Phatofisiologi rhinitis adalah terjadinya inflamasi dan pembengkakan mukosa hidung, sehingga menyebabkan edema dan mengeluarkan
sekret
hidung.
Rhinitis
persisten
(menetap)
mengakibatkan sikatrik fibrosa pada jaringan pengikat dan atropi kelenjar yang mengeluarkan lendir atau ingus. Manifestasi klinis penyakit rhinitis ini meliputi bersin, batuk, hidung berair, demam ringan, sakit tenggorokan, dan tidak enak badan. 3). Pharingitis Pharingitis adalah proses peradangan pada tenggorokan. Penyakit ini juga sering dilihat sebagai inflamasi virus, namun juga disebabkan oleh bakterial, seperti Hemolytic Streptococcy, Staphylococci, atau bakteri lainnya. Manifestasi klinis yang ditimbulkan infeksi streptococcal meliputi sakit tenggorakan, nyeri dan dysphagia berat, demam, batuk kering, plak putih pada amandel, tenggorokan edema dan berwarna merah. Pada anak-anak gejala yang nampak meliputi demam, susah makan, susah tidur dan mual.
12
4). Amandel atau Tonsilitis Tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau amandel. Organisme penyebabnya yang utama meliputi Streptococcus atau Staphylococcus. Infeksi terjadi pada hidung atau pharyng menyebar melalui sistem limpa ke tonsil. Hiperthropi yang disebabkan oleh infeksi, bisa menyebabkan tonsil membengkak sehingga bisa menghambat keluar masuknya udara. Manifestasi klinis yang ditimbulkan meliputi pembengkakan tonsil; pharyng yang mengalami edema dan berwarna merah, sakit tenggorokan; sakit ketika menelan, demam tinggi dan eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil. Selain itu juga muncul abses pada tonsil. 5). Laryngitis Laryngitis adalah proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk laryng. Peradangan ini mungkin akut atau kronis sedang penyebabnya bisa berupa virus, bakteri, lingkungan maupun karena alergi. Gejala yang muncul diakibatkan oleh pembengkakan
pita
suara.
Bakteri
penyebabnya
adalah
Streptococcus Pneumoniae dan Beta Hemolytic Streptococcus. Akibat yang timbul bisa berupa suara serak atau kehilangan suara (aphonia), demam, tidak enak badan, sakit ketika menelan, batuk kering dan tenggorokan gatal. Bagi pasien yang mengidap
13
laryngitis, gangguan seperti stridor dan dyspnea ini juga bisa muncul. b. Pneumonia (Infeksi Saluran Pernafasan Bawah) Pnemonia didefinisikan sebagai penyakit infeksi saluran pernafasan bawah, yang meliputi parenkim paru-paru, termasuk alveoli dan struktur pendukungnya. Pnemonia disebabkan oleh virus phatogen yang masuk ke dalam tubuh melalui aspirasi, inhalasi atau penyebaran sirkulasi. Pnemonia inhalasi disebabkan melalui droplet batuk dan bersin. Agen penyebabnya biasanya adalah virus. Pnemonia
bacterial,
organisme
gram-positif
yang
menyebabkan pnemonia bacteri adalah Streptococcus Pneumonia, S.aureus, dan Streptococcuc Pyogenes. Insiden penyakit pnemonia ini paling tinggi terjadi dimusim dingin, dan biasanya merupakan akibat lajutan dari infeksi saluran pernafasan atas. Pnemonia Virus yang merupakan tipe pnemonia paling umum ini disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovius dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pnemonia virus. Pnemonia Fungal, infeksi yang disebabkan jamur seperti Histoplasmosis,
menyebar
melalui
penghirupan
udara
yang
mengandung spora. Infeksi histoplama terkadang hilang dengan sendirinya sehingga tidak memerlukan perawatan.
14
Biasanya penderita pnemonia mengalami serangan berupa demam, gemetar, dingin yang menusuk, batuk-batuk, sputum yang purulen dan nyeri dada pleuristik. Manifestasi pnemonia yang paling utama adalah hipoksemia. Kemudian komplikasinya meliputi asidosis metabolisme. Penyakit multilobar, dehidrasi, dan gagal nafas. Organisme utama penyebabnya adalah Streptococcus Pneumoni, Haemophilus Influenza, dan Klepsiella Pneumonia. Organisme ini menyebabkan jumlah sel darah putih meningkat dan dengan sinar x dada maka akan nampak adanya infiltrat. Pnemonia biasanya menimbulkan serangan yang bertahap dan tidak jelas serta kurang dramatis dalam penampakan klinisnya. Pasien yang mengidap penyakit ini akan mengalami sakit kepala, radang tenggorakan, otot kaku, dan resah selain itu juga disertai dengan batuk-batuk dan suhunya tidak panas serta sel lekositnya tidak akan bertambah. (Reeves, 2001) 5. Faktor-faktor yang Mungkin Mempengaruhi a. Cuaca dan musim Di negara dengan empat musim, kejadian ISPA cenderung meningkat pada musim dingin, di negara tropis yang umumnya mempunyai 2 musim ISPA 2 atau 3 kali lebih sering terjadi pada musim hujan. b. Kepadatan Penduduk David Morley (1973) menekankan, yang paling bertanggung jawab terhadap terjadinya ISPA adalah kepadatan penghuni didalam
15
atau diluar rumah; dikatakannya meningkatnya kejadian ISPA pada musim-musim tertentu bukan diakibatkan perubahan cuaca atau musim. Di Inggris kejadian infeksi ISPA pada anak Lebih sering pada anak yang mempunyai saudara dibandingkan dengan yang tidak; disebut juga puncak kejadian ISPA berhubungan dengan masa masuknya anak sekolah kembali setelah masa libur. c. Umur dan Jenis Kelamin Anak berusia dibawah 2 tahun mempunyai resiko mempunyai resiko mendapatkan ISPA lebih besar dari pada anak yang lebih tua. Keadaan ini mungkin karena pada anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasanya relatif sempit. Kejadian ISPA atas tidak ada bedanya antara anak laki-laki dengan perempuan, sedang ISPA bawah pada umur kurang dari 6 tahun lebih sering pada anak-anak laki-laki. (Sinuhaji, 2000) d. Lingkungan Lingkungan dapat berperan terhadap kejadian ISPA, yaitu dari udara yang tercemar atau terpolusi. Menurut Chambers (1976) dan Masters (1991), yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi, dan material. Selain itu pencemaran udara dapat pula dikatakan sebagai
16
perubahan atmosfer oleh karna masuknya bahan kontaminan alami atau buatan ke dalam atmosfer tersebut (Parker, 1980). 6. Pencegahan ISPA a. Perilaku hidup bersih dan sehat. b. Peningkatan kualitas gizi. c. Mengikuti penyuluhan kesehatan. d. Menggalakan immunisasi. e. Jagalah kebersihan tubuh, makanan, dan lingkungan. f. Memproteksi diri terhadap paparan polusi atau pencemaran udara, khususnya pada pengendara sepeda motor, misal dengan menggunakan pelindung (masker). (Sinuhaji, 2000)
B. Pengendara Sepeda Motor 1. Definisi Menurut kamus bahasa Indonesia (2002) : a. Pengendara adalah orang yang mengendarai. b. Sepeda adalah kereta angin . c. Motor adalah alat untuk mengadakan kekuatan penggerakan (dengan mesin). d. Sepeda motor adalah sepeda yang dijalankan dengan mesin. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengendara sepeda motor adalah orang yang mengendarai sepeda yang dijalankan dengan mesin.
17
C. Masker 1. Definisi Menurut kamus bahasa Indonesia (2005) masker adalah alat penutup muka. 2. Manfaat Untuk menghindari pengaruh langsung dari udara yang tidak bersahabat (Polusi). (Sugiarto, 2004)
D. Pencemaran Udara 1. Definisi Menurut Kumar (1987), pencemaran udara adalah adanya bahan polutan di atmosfer yang dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik di atmosfer dan mempunyai efek pada manusia dan lingkungannya. 2. Klasifikasi Polusi Udara Bahan pencemaran udara atau polutan dapat dibagi menjadi dua bagian: a. Polutan Primer Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu, dan dapat berupa: 1) Polutan Gas terdiri dari: a) Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan karbon oksida (CO atau CO2).
18
b) Senyawa sulfur, yaitu sulfur oksida. c) Senyawa nitrogen, yaitu nitrogen oksida dan amoniak. d) Senyawa halogen, yaitu flour, klorin, hidrogen klorida, hidrokarbon terklorinasi, dan bromin. Penyebab terjadinya pencemaran lingkungan di atmosfer biasanya berasal dari sumber kendaraan bermotor dan atau industri. Bahan pencemaran yang dikeluarkan antara lain adalah gas NO2, SO2, SO3, ozon, CO, HC, dan partikel debu. Gas NO2, SO2, HC, dan CO dapat dihasilkan oleh proses pembakaran dari mesin yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari bahan fosil 2) Partikel Partikel yang di atmosfer mempunyai karakteristik yang spesifik, dapat berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair di atmosfer. Bahan partikel tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses dipersi (misalnya proses menyemprot/spraying) maupun proses erosi bahan tertentu. Asap (smoke) seringkali dipakai untuk menunjukkan campuran bahan partikulat (partikulate matter), uap (fumes), gas, dan kabut (mist). b. Polutan Sekunder Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia. Sebagai contoh adalah disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses
19
kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: 1) Konsetrasi relatif dari bahan reaktan 2) Derajat fotoaktivasi 3) Kondisi iklim 4) Topografi lokal dan adanya embun Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik kimia yang tidak stabil. Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy Acyl Nitrat (PAN), dan formaldehid. 3. Efek Bahan Pencemaran Udara Terhadap Lingkungan Adapun efek dari bahan pencemaran uadara. Efek bahan pencemaran udara terhadap lingkungan antara lain: a. Efek terhadap kondisi fisik Atmosfer Efek negatif bahan pencemaran udara terhadap kondisi fisik atmosfer antara lain adalah: 1) Gangguan jarak pandang (visibility) 2) Memberikan warna tertentu pada atmosfer 3) Mempengaruhi struktur dari awan 4) Mempengaruhi keasaman air hujan 5) Mempercepat pemanasan atmosfer b. Efek terhadap Faktor Ekonomi Efek negatif pencemaran udara terhadap faktor yang berhubungan dengan ekonomi antara lain:
20
1) Meningkatkan biaya rehabilitas karena rusaknya bahan (keropos) 2) Meningkatnya biaya pemeliharaan (pelapisan, pengecatan) 3) Kerugian akibat kontaminasi bahan pencemaran udara pada makanan/minuman oleh bahan beracun (kontaminasi oleh Dioksin) 4) Meningkatnya
biaya
perawatan/pengobatan
penyakit
yang
disebabkan oleh pencemaran udara. c. Efek terhadap Vegetasi Efek negatif bahan pencemaran udara terhadap kehidupan vegetasi antara lain ialah: 1) Perubahan morfologi, pigmen, dan kerusakan fisiologi sel tumbuhan terutama pada daun 2) Mempengaruhi pertumbuhan vegetasi 3) Mempengaruhi proses reproduksi tanaman 4) Mempengaruhi komposisi komunitas tanaman 5) Terjadi akumulasi bahan pencemar pada vegetasi tertentu (misal limut kerak (lichen) dan mempengaruhi kehidupan serta morfologi vegetasi tersebut) d. Efek terhadap Kehidupan Binatang Efek terhadap kehidupan binatang, baik binatang peliharaan maupun bukan (binatang liar), dapat terjadi karena adanya proses bioakumulasi dan keracunan bahan berbahaya. Sebagai contoh adalah terjadi migrasi burung karena udara ambien terpapar oleh gas SO2.
21
e. Efek Estetik Efek estetik yang diakibatkan adanya bahan pencemaran udara antara lain timbulnya bau dan adanya lapisan debu pada bahan yang mengakibatkan perubahan warna permukaaan bahan dan mudahnya terjadi kerusakan bahan tersebut. f. Efek terhadap Kesehatan Manusia pada Umumnya Baik gas maupun partikel yang berada di atmosfer dapat menyebabkan kelainan pada tubuh manusia. Secara umum efek pencemaran udara terhadap individu atau masyarakat dapat berupa: 1) Sakit, baik yang akut maupun yang kronis 2) Penyakit yang tersembunyi, yang dapat memperpendek umur, menghambat pertumbuhan, dan perkembangan 3) Mengganggu fungsi fisiologis dari: a) Paru b) Saraf c) Transpor oksigen oleh hemoglobin d) Kemampuan sensorik 4) Kemunduran penampilan, misal pada: a) Aktifitas atlet b) Aktifitas motorik c) Aktifitas belajar
22
5) Iritasi sensorik 6) Penimbunan bahan berbahaya dalam tubuh 7) Rasa tidak nyaman (bau) g. Efek terhadap Saluran Pernafasan Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan terjadinya: 1) Iritasi pada saluran pernafasan yang
dapat menyebabkan
pergerakan silia menjadi lambat bahkan dapat terhenti, sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan. 2) Peningkatan produksi lendir, akibat iritasi oleh bahan pencemar 3) Produksi
lendir
dapat
menyebabkan
penyempitan
saluran
pernafasan 4) Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan 5) Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan sel, sehingga saluran pernafasan mnjadi menyempit 6) Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir 7) Akibat dari semua hal tersebut di atas, akan menyebabkan terjadinya kesulitan bernafas, sehingga benda asing termasuk bakteri/mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan. (Mukono, 2000)
23
E. Kerangka Teori
Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi: Cuaca dan musim Kepadatan penduduk Umur dan jenis kelamin lingkungan Gaya Hidup: perilaku hidup bersih dan sehat. Memperhatikan gizi Melakukan immunisasi Mempertahankan lingkungan bersih Menggunakan masker
Gejala ISPA Batuk Sakit tenggorokan (suara serak) Rhinorrhea (beringus) Bersin Sakit ketika menelan
Pencemaran udara Polusi primer Polusi sekunder
F. Kerangka Konsep
Penggunaan masker pada pengendara sepeda motor
Frekuensi munculnya gejala ISPA
24
G. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu: Variabel Bebas atau independen adalah faktor yang diduga sebagai faktor yang mempengaruhi variabel terikat atau variabel dependen (srikandi,1997, yang dikutib olek nursalam & pariani, 2003). Variabel bebas pada penelitian ini adalah penggunaan masker pada pengendara sepeda motor . Variabel terikat atau variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas atau varibel independen (Notoatmojo, 2002). Variabel terikat pada penelitian ini adalah frekuensi munculnya gejala ISPA.
H. Hipotesa Hipotesa dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan antara penggunaan masker pada pengendara sepeda motor dengan frekuensi munculnya gejala ISPA pada mahasiswa fikkes UNIMUS”.