BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Interpersonal 2.1.1
Pengertian Komunikasi Kata komunikasi berasal dari kata latin cum yang kata depan yang berarti dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan yang berarti satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam bahasa Inggris menjadi communion dan berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. Menurut Hardjana (2003), dilihat dari sudut pandang pertukaran makna, komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian makna dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui media tertentu. Sedangkan menurut Lunandi (2003), komunikasi adalah usaha manusia dalam pergaulannya untuk menyampaikan kepada orang lain isi pikirannya, isi hatinya, kebutuhannya, serta untuk memahami isi hati serta kebutuhan orang lain yang berhubungan dengannya.
2.1.2
Pengertian Komunikasi Interpersonal Menurut DeVito (2011), komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain
8
atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik yang dicirikan oleh adanya keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. 2.1.3
Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal Menurut DeVito (2011), aspek-aspek komunikasi interpersonal antara lain : a. Keterbukaan (Openness) Keterbukaan mengacu pada tiga aspek yaitu sikap terbuka oleh komunikator kepada orang yang diajak berinteraksi, bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang, dan mengakui serta bertanggung jawab atas informasi yang disampaikan kepada orang lain. b. Empati (Empathy) Adalah menempatkan diri pada keadaan dan situasi orang lain, baik secara intelektual maupun secara emosional. Empati yang terjadi selama komunikasi berlangsung, menjadikan para pelakunya memiliki pemahaman yang sama mengenai perasaan masing-masing karena masing-masing pihak berusaha untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
9
c. Sikap Mendukung (Supportive-ness) Ada beberapa sikap yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dukungan kepada orang lain, antara lain dengan bersikap deskriptif, spontan, dan provisional. d. Sikap Positif (Positiveness) Kepositifan dapat diwujudkan melalui dua cara yaitu menyatakan sikap positif terhadap diri sendiri dan dorongan secara positif untuk lawan interaksi. Sikap positif dalam komunikasi menjadikan seseorang dapat menghargai dirinya secara positif. Dorongan secara positif menjadikan seseorang dapat menghargai orang lain secara positif. e. Kesetaraan (Equality) Kesetaraan antar pelaku merupakan suatu keharusan agar proses komunikasi dapat berjalan dengan baik. Kesetaraan berarti menerima dan mengakui bahwa kedua pihak dalam komunikasi adalah samasama bernilai dan berharga atau memberi orang lain penerimaan yang positif tanpa harus dikondisikan.
10
2.1.4
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal Menurut Lunandi (2003) ada enam faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal. Faktor-faktor tersebut adalah : 1. Citra Diri (Self Image) Setiap manusia merupakan gambaran tertentu mengenai dirinya, status sosialnya, kelebihan dan kekurangannya. Dengan kata lain citra diri menentukan ekspresi dan persepsi orang. Manusia belajar menciptakan citra diri melalui hubungannya dengan orang lain, terutama manusia lain yang penting bagi dirinya. 2. Citra Pihak Lain (The Image of The Others) Citra pihak lain juga menentukan cara dan kemampuan orang berkomunikasi. Di pihak lain, yaitu orang yang diajak berkomunikasi mempunyai gambaran khas bagi dirinya. Kadang dengan orang yang satu komunikatif lancar, tenang, jelas dengan orang lainnya tahu-tahu jadi gugup dan bingung. Ternyata pada saat berkomunikasi dirasakan campur tangan citra diri dan citra pihak lain. 3. Lingkungan Fisik Tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat lain, karena setiap tempat ada norma sendiri yang harus ditaati. Disamping itu suatu tempat atau disebut lingkungan fisik sudah barang tentu ada kaitannya juga dengan kedua faktor di atas.
11
4. Lingkungan Sosial Sebagaimana lingkungan, yaitu fisik dan sosial mempengaruhi tingkah laku dan komunikasi, tingkah laku dan komunikasi mempengaruhi suasana lingkungan, setiap orang harus memiliki kepekaan terhadap lingkungan tempat berada, memiliki kemahiran untuk membedakan lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain. 5. Kondisi Kondisi fisik punya pengaruh terhadap komunikasi yang sedang sakit kurang cermat dalam memilih kata-kata. Kondisi emosional yang kurang stabil, komunikasinya juga kurang stabil, karena komunikasi berlangsung
timbal
balik.
Kondisi
tersebut
bukan
hanya
mempengaruhi pengiriman komunikasi juga penerima. Komunikasi berarti peluapan sesuatu yang terpenting adalah meringankan kesesalan yang dapat membantu meletakkan segalanya pada proporsi yang lebih wajar. 6. Bahasa Badan Komunikasi tidak hanya dikirim atau terkirim melalui kata-kata yang diucapkan. Badan juga merupakan medium komunikasi yang kadang sangat efektif kadang pula dapat samar. Akan tetapi dalam hubungan antara orang dalam sebuah lingkungan kerja tubuh dapat ditafsirkan secara umum sebagai bahasa atau pernyataan.
12
2.2 Layanan Bimbingan Kelompok 2.2.1
Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok Menurut Romlah (2001), bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa. Sedangkan menurut Prayitno (1995) bimbingan kelompok adalah memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling, bimbingan kelompok lebih menekankan suatu upaya bimbingan kepada individu melalui kelompok.
2.2.2
Tujuan Bimbingan Kelompok Bennet (dalam Romlah, 2001) mengemukakan tujuan bimbingan kelompok yaitu sebagai berikut : a. Memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yang berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial. b. Memberikan
layanan-layanan
penyembuhan
melalui
kegiatan
kelompok. c. Untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan secara ekonomis dan efektif dari pada melalui kegiatan bimbingan individual.
13
d. Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebih efektif. 2.2.3
Tahap-tahap Bimbingan Kelompok Menurut Hartinah (2009), tahap-tahap bimbingan kelompok dibagi menjadi 4 tahap, yaitu: 1. Tahap pembentukan Kegiatan awal dari sebuah kelompok dapat dimulai dengan pengumpulan para (calon) anggota kelompok dalam rangka kegiatan kelompok
yang
direncanakan,
meliputi:
(a)
Pengenalan
dan
pengungkapan tujuan. (b) pelibatan diri. (c) pemasukan diri. 2. Tahap peralihan Tahap ini merupakan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga. 3. Kegiatan kelompok Tahap ini merupakan tahap dimana tujuan akan dicapai yaitu penyelesaian tugas, jika bimbingan kelompok yang digunakan adalah topik tugas. Jika yang digunakan adalah topik bebas, maka tahap ini juga akan menentukan topik serta penyelesaiannya sekaligus. 4. Pengakhiran Setelah kegiatan kelompok memuncak pada tahap ketiga, kegiatan kelompok kemudian menurun dan selanjutnya kelompok akan mengakhiri kegiatannya pada saat yang dianggap tepat. 14
2.2.4
Teknik-teknik dalam Bimbingan Kelompok Romlah (2001) menyebutkan terdapat beberapa teknik yang dapat diterapkan
atau
dilakukan
dalam
kegiatan
bimbingan
kelompok
diantaranya : a. Teknik pemberian informasi (expository techiques) b. Diskusi kelompok c. Teknik pemecahan masalah (problem-solving techniques) d. Permainan peran (role play) e. Permainan simulasi f. Karyawisata (field trip) g. Teknik penciptaan suasana kekeluargaan (homeroom) 2.3 Teknik Sosiodrama 2.3.1
Pengertian Sosiodrama Sosiodrama berasal dari kata sosio yang artinya sosial dan dram. Kata drama adalah suatu kejadian atau peristiwa dalam kehidupan manusia yang mengandung konflik kejiwaan, pergolakan, benturan antara dua orang atau lebih (dalam Pratiwi, 2011).
15
Menurut Romlah (2001) sosiodrama adalah permainan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia. Konflik-konflik sosial yang disosiodramakan adalah konflik-konflik yang tidak mendalam, yang tidak menyangkut gangguan kepribadian. 2.3.2
Tujuan Sosiodrama Menurut Azwan dan Djamarah (2010), tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode sosiodrama antara lain adalah : a. Agar individu dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain. b. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab. c. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan. d. Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.
2.3.3
Manfaat Sosiodrama Manfaat sosiodrama (dalam Pratiwi, 2009) antara lain : a. Individu dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan memperdalam pengertian mereka tentang orang lain b. Dapat mempertinggi perhatian individu melalui adegan-adegan, hal mana tidak selalu terjadi dalam metode ceramah atau diskusi.
16
c. Individu tidak saja mengerti persoalan sosial psikologis, tetapi mereka juga ikut merasakan perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan denan sesama manusia. 2.3.4
Langkah-langkah Penggunaan Sosiodrama Menurut Romlah (2001) pelaksanaan sosiodrama secara umum mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : 1. Persiapan. Fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang disosiodramakan, dan tujuan permainan. Kemudian diadakan tanya jawab untuk memperjelas masalah dan peranan-peranan yang akan dimainkan. 2. Membuat skenario sosiodrama 3. Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan kebutuhan skenarionya, dan memilih individu yang akan memegang peran tertentu. Pemilihan pemegang peran dapat dilakukan secara suka rela. Setelah fasilitator mengemukakan ciri-ciri atau rambu-rambu masing-masing peran, usulan dari anggota kelompok yang lain, atau berdasarkan kedua-keduanya. 4. Menentukan
kelompok
penonton
dan
menjelaskan
tugasnya.
Kelompok penonton adalah anggota kelompok lain yang tidak ikut menjadi
pemain.
Tugas
kelompok
penonton
adalah
untuk
17
mengobservasi pelaksanaan permainan. Hasil observasi kelompok penonton merupakan bahas diskusi setelah permainan selesai. 5. Pelaksanaan sosiodrama. Setelah semua peran terisi, para pemain diberi kesempatan untuk berembug beberapa menit untuk menyiapkan diri bagaimana sosiodrama itu akan dimainkan. Setelah siap, dimulailah permainan. Masing-masing pemain memerankan perannya berdasarkan imajinasinya tentang peran yang dimainkannya. Pemain diharapkan dapat
memperagakan konflik-konflik
yang terjadi,
mengekspresikan perasaan-perasaan, dan memperagakan sikap-sikap tertentu sesuai dengan peranan yang dimainkannya. Dalam permainan ini diharapkan terjadi identifikasi yang sebesar-besarnya antara permainan maupun penonton dengan peran-peran yang dimainkannya. 6. Evaluasi dan diskusi. Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan tanggapan-tanggapan membicarakan
penonton.
tanggapan
Diskusi
mengenai
diarahkan
bagaimana
para
untuk pemain
membawakan perannya sesuai dengan ciri-ciri masing-masing peran, cara pemecahan masalah, dan kesan-kesan pemain dalam memainkan perannya. Balikan yang paling lengkap adalah melalui rekaman video yang diambil pada waktu permainan berlangsung dan kemudian diputar kembali.
18
7. Ulangan permainan. Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah perlu diadakan ulangan permainan atau tidak. Ulangan permainan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut : a. Bertukar peran (role reversal). Bertukar peran terjadi bila seorang pemain diminta untuk memainkan peran yang sebelumnya diperankan oleh orang lain. b. Peran ganda (doubling). Peran ganda terjadi apabila ada orang ketiga yang ikut bermain dalam permainan peranan dengan mengisi suara salah seorang pemain. c. Teknik cermin (the mirror technique). Anggota kelompok yang lain diminta menirukan peran yang dibawakan oleh salah seorang
pemain
seperti
pada
waktu
pemain
itu
memerankannya. d. Teknik kursi kosong (the empty chair technique). Teknik ini digunakan bila anggota kelompok mengalami kesulitan untuk berinteraksi secara langsung dengan anggota kelompok yang lain. e. Bermain
peranan
sendiri
(monodrama).
Sering
terjadi
seseorang dapat meningkatkan penghayatannya terhadap peran yang dimainkannya dengan bermain peran sendiri dengan
19
berpindah-pindah tempat duduk pemeran yang lain dan melakukan monolog. 2.3.5
Kelebihan dan Kelemahan Sosiodrama Menurut Azwan dan Djamarah (2010) metode sosiodrama mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan tersebut antara lain sebagai berikut : a. Individu melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama. b. Individu akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main drama, para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia. c. Bakat yang terdapat pada individu dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama. Jika seni drama mereka dibina dengan baik, kemungkinan besar mereka akan menjadi pemain yang baik kelak. d. Kerja sama antarpemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaikbaiknya. e. Individu memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.
20
f. Bahasa lisan individu dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain. Selain itu, metode sosiodrama juga memiliki kelemahan dalam pelaksanaannya, antara lain sebagai berikut : a. Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif. b. Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman
isi
bahan
pelajaran
maupun
pada
pelaksanaan
pertunjukan. c. Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas. d. Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan sebagainya. e. Kurang adanya kesungguhan para pemain dapat menyebabkan tujuan tidak tercapai. f. Kadang-kadang individu tidak mau mendramatisasikan karena malu. 2.4 Penelitian yang Relevan Penelitian mengenai komunikasi interpersonal dan teknik sosiodrama akan membantu memperkuat, menambahkan, membandingkan, bahkan membenarkan terhadap penelitian dengan judul “Meningkatkan Komunikasi
21
Interpersonal Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama Pada Remaja Karang Taruna Citra Suara Muda Soka Salatiga”. Berikut mengenai penelitian-penelitian yang terdahulu yang menjadi landasan bagi penelitian ini : a. Desi Wijayanti (2012) dengan judul Efektivitas Teknik Sosiodrama dalam Meningkatkan Hubungan Interpersonal Remaja di SMAN 1 Lembang Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik sosiodrama efektif dalam meningkatkan hubungan interpersonal remaja. b. Fifin Fadhilatul Umroh (2009) dengan judul Efektivitas Penggunaan Teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Krembung Sidoarjo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik sosiodrama efektif untuk meningkatkan kepercayaan diri subyek penelitian pada kelompok eksperimen. c. Lilik Muyassaroh (2009) dengan judul Efektivitas Teknik Permainan Simulasi dalam Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Ketrampilan Hubungan Interpersonal Siswa Kelas VII di SMP Negeri 20 Malang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa treatment permainan simulasi terbukti efektif untuk meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal siswa.
22
2.5 Kerangka Berpikir Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Post-Test
Kelompok Eksperimen
Treatment
Hasil
Dibandingkan Pre-Test Kelompok Kontrol
Tanpa Treatment
Hasil
Penelitian ini memiliki beberapa tahan, yang pertama dilakukan adalah melakukan pre test pada subjek penelitian sebagai test awal untuk mengetahui komunikasi interpersonal subjek penelitian, sehingga subjek penelitian dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok control. Kedua kelompok ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan dibuktikan dengan hasil uji homogenitas yang dilakukan. Namun, kedua kelompok tidak mendapatkan perlakuan yang sama, kelompok eksperimen mendapatkan treatment berupa layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama, sedangkan kelompok kontrol tidak mendapatkan treatment. Setelah treatment selesai diberikan, kedua kelompok melakukan post test skala komunikasi interpersonal untuk dibandingkan hasilnya.
23
2.6 Hipotesis Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: Layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama dapat meningkatkan komunikasi interpersonal pada remaja Karang taruna Citra Suara Muda Soka Salatiga.
24