BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pengertian Laporan Keuangan Sebelum kita membahas mengenai apa yang dimaksudkan dengan laporan keuangan, lebih baik jika pertama kita mengerti terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan akuntansi itu sendiri. Munawir (1995) mendefinisikan, “Akuntansi adalah seni daripada pencatatan, penggolongan dan peringkasan daripada peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang setidak-tidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara yang setepat-tepatnya dan dengan penunjuk atau dinyatakan dalam uang, serta penafsiran terhadap hal-hal yang timbul daripadanya“ (h. 5). Smith dan Skousen yang diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Penerbit Erlangga (1997) menyatakan, “Akuntansi adalah aktivitas jasa, fungsinya adalah untuk menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas (kesatuan) usaha yang dipandang akan bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam menetapkan pilihan yang tepat diantara berbagai alternatif tindakan“ (h. 3). Tunggal (1995) mendefinisikan, “Akuntansi adalah suatu sistem informasi, yaitu data keuangan dari suatu bisnis dicatat, dikumpulkan, dan dikomunikasikan yang akan digunakan untuk mengambil suatu keputusan. Akuntansi adalah suatu bahasa bisnis ( language of business ). Sebagai suatu bahasa, maka akuntansi harus mempunyai sifat yang komunikatif, agar dapat dimengerti oleh pihak yang menggunakannya” (h. 1).
6
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi merupakan suatu ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi dalam suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu, yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi informasi ekonomi untuk bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dan menetapkan pilihan yang tepat diantara berbagai alternatif tindakan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Produk akhir dari suatu proses Sistem Akuntansi ialah terciptanya suatu laporan keuangan. Oleh karena itu sebelum membahas lebih lanjut mengenai laporan keuangan akan lebih baik jika sudah mengetahui pengertiannya. Fess dan Warren yang diterjemahkan oleh Sirait, A. Dan Gunawan, H. (1995) mendefiniskan, “Laporan Keuangan adalah laporan akuntansi yang menghasilkan informasi” (h. 18). Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) (2002) menyatakan, “Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan” (h. 2). Munawir (1995) mendefinisikan, “Laporan Keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagi alat untuk berkomunikasi antara data keuangnan atau aktifitas perusahaan tersebut” (h. 2). Tunggal (1995) mendefinisikan, “Laporan Keuangan adalah pertanggungjawaban pimpinan suatu perusahaan kepada pemegang saham atau kepada masyarakat umum tentang pengelolaan yang dilaksanakan olehnya dalam suatu masa tertentu, biasanya satu tahun” (h. 79). Dari definisi tentang laporan keuangan tersebut diatas, maka dapat ditarik simpulan bahwa suatu laporan keuangan merupakan hasil ringkasan data keuangan yang
7
dapat memberikan informasi keuangan tentang keadaan perusahaan pada suatu periode tertentu yang dapat dijadikan sebagai salah satu dasar di dalam pengambilan keputusan.
II.2. Jenis-Jenis dan Bentuk Laporan Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) (2002) menyatakan, “Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan Keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan” (h. 2).
II.2.1. Neraca Benninga dan Sarig (1997) mendefinisikan, “The balance sheet is a double-sided listing of the assets of a business (the left-hand side) at a given point in time (yearended, quarter-end,etc) and the financing of these assets ( the right-hand side ). The balance sheet is a cumulative statement showing the cumulative effect of the firm’s actions up to a point in time, where as the income statement is a report of the flow of earnings during a given period” (p.33). Fess dan Warren yang diterjemahkan oleh Sirait, A. dan Gunawan, H. (1999) mendefinisikan, “Neraca adalah suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun” (h. 18). Fraser (1995) mendefinisikan, “The balance sheet is a summary of what the firm owns (assets) and what the firm owes to outsiders (liabilities) and to internal owners (stockholder equity)” (p. 44). Helfert yang diterjemahkan oleh Wibowo, H. menyatakan, “Neraca atau laporan kondisi keuangan atau laporan posisi keuangan menggambarkan kategori dan jumlah
8
aktiva yang digunakan oleh perusahaan (yakni, dana yang digunakan) pada tanggal tertentu” (h. 10). IAI
(2002) menyatakan, “Unsur yang berkaitan secara langsung dengan
pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban, ekuitas” (h. 12-13). 1. Aktiva (Assets) Fess dan Warren yang diterjemahkan oleh Sirait, A. dan Gunawan, H. (1995) mendefinisikan, “Aktiva (assets) adalah sumber daya yang dimiliki oleh entitas bisnis atau usaha. Sumber daya ini dapat berbentuk fisik ataupun hak yang mempunyai nilai ekonomis” (h. 44). IAI mendefinisikan, “Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan” (h. 13). Woelfer yang diterjemahkan oleh Limin, S. (1995) menyatakan, “Aktiva (assets) merupakan kemungkinan perolehan keuntungan ekonomis di masa depan yang dicapai atau dikendalikan oleh perusahaan tertentu, sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa di masa lalu” (h. 10). Aktiva digolongkan atas : a. Aktiva lancar (Current Assets) Munawir (1995) menyatakan, “Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dlam perputaran kegiatan perusahaan yang normal)” (h. 14).
9
IAI (2002) menyatakan, “Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, jika aktiva tersebut : 1) Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan ; atau 2) Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisir dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca ; atau 3). Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi” (h. 1.10). IAI (2002) menyatakan, “Aktiva lancar disajikan menurut ukuran likuiditas” (h. 1.9). Aktiva lancar umumnya tersusun sebagai berikut : -
Kas atau uang tunai ( cash )
-
Surat-surat berharga ( marketable securities )
-
Wesel tagih ( notes receivable )
-
Piutang usaha ( account receivable )
-
Persediaan barang dagangan ( merchandise inventory )
-
Biaya dibayar dimuka ( prepaid expense )
-
Perlengkapan toko ( store supplies )
-
Perlengkapan kantor (office supplies )
b. Investasi atau Penyertaan Jangka Panjang ( Investment ) Tunggal (1995) mendefinisikan, “Investasi yaitu penanaman modal untuk jangka panjang yang biasanya diwujudkan dalam bentuk investasi dalam saham-saham atau obligasi dari perusahaan lain atau kekayaan lainnya. Yang dapat digolongkan sebagai kelompok investasi jangka panjang adalah bentuk 10
penyertaan jangka panjang atau yang dimaksud untuk menguasai perusahaan lain dan tidak untuk dijual kembali dalam jangka waktu pendek” (h. 11). Contoh Investasi : -
Pemilikan saham jangka panjang, obligasi dan hipotek
-
Sekuritas dari perusahaan-perusahaan afiliasi dan uang muka kepada perusahaan tersebut
-
Aktiva dari dana pelunasan
-
Tanah yang dimiliki sebagai investasi
-
Uang pertanggungan asuransi jiwa
c. Aktiva tetap berwujud ( Fixed Assets atau Plant Assets) Munawir (1995) menyatakan, “Aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya nampak (konkrit)” (h. 17). Yang dimasukkan dalam kelompok aktiva tetap ini meliputi : -
Tanah ( Land )
-
Bangunan ( Building )
-
Mesin
-
Peralatan ( Equipment )
-
Inventaris
-
Kendaraan ( Automobile )
-
Mebel atau perabot
d. Aktiva tetap tidak berwujud ( Intangible fixed assets ) Munawir (1995) mendefinisikan, “Aktiva tetap tidak berwujud (Intangible fixed assets) adalah kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak nampak, tetapi
11
merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan” (h. 17). Yang termasuk dalam aktiva tetap tidak berwujud ini antara lain meliputi : -
Goodwill
-
Hak patent ( patent )
-
Merek dagang (trade mark)
-
Hak cipta (copy rights)
-
Biaya pendirian ( organization cost )
-
Hak monopoli ( franchises )
-
Biaya pengembangan software
e. Aktiva lain-lain ( Other asstes ) Munawir (1995) mendefinisikan, “aktiva lain-lain adalah menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya” (h. 18). Adapun yang tergolong aktiva lain-lain seperti : -
Piutang jangka panjang
-
Uang titipan kepada penjual sebagai jaminan kontrak jual beli
-
Bangunan dalam proses
-
Tanah dalam penyelesaian
-
Aktiva tetap yang tidak digunakan
-
Piutang kepada pemegang saham
-
Beban yang ditangguhkan
f. Aktiva yang belum pasti ( Contingent assets ) Merupakan aktiva yang belum pasti seperti klaim terhadap perusahaan asuransi. 12
2. Kewajiban ( Liabilities ) Benninga dan Sarig (1997) mendefinisikan, “Debt is any fixed income security that firms can issue, where the term fixed income m,eans that the income promised to the holders of debt is set by the term of the contract” (p.333). Fess dan Warren yang diterjemahkan oleh Sirait, A. dan Gunawan, H. (1999) menyatakan, “Kewajiban (Liabilities), adalah hutang kepada pihak luar atau kreditor” (h. 44-45). IAI (2002) mendefinisikan, “Kewajiban adalah hutang perusahaan masa kini yang timbuk di peristiwa masa lalu, menyelesaikannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi” (h. 13). IAI (2002) menyatakan, “Kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya” (h. 1.9). Kewajiban ini dapat digolongkan menjadi : a. Hutang atau kewajiban lancar ( Current Liabilities) Munawir (1995) mendefinisikan, “Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dal jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan “ (h. 18). IAI (2002) menyatakan, “Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika: 1). Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan ; atau 2). Jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca “ (h. 1.11). Adapun yang termasuk ke dalam kewajiban lancar ini antara lain : 13
-
Hutang wesel ( notes payable )
-
Hutang dagang ( account payable )
-
Pendapatan diterima dimuka (unearned revenues )
-
Biaya yang masih harus dibayar
-
Angsuran hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam periode akuntansi berjalan
b. Hutang atau kewajiban jangka panjang ( long term liabilities ) Munawir (1995) mendefinisikan, “hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca)” (h. 19). Adapun yang digolongkan ke dalam kewajiban jangka panjang antara lain : -
Hutang obligasi (bond payable)
-
Hutang hipotik (mortgage payable)
-
Pinjaman jangka panjang yang lain
c. Kewajiban lain-lain (other liabilities) Kewajiban lain-lain adalah kewajiban perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya. Pos-pos yang termasuk dalam golongan kewajiban lain-lain adalah : -
Kewajiban jangka panjang kepada pegawai staf perusahaan atau perusahaan afiliasi
-
Nilai pokok dan kewajiban bunga obligasi yang jatuh tempo tetapi belum diklaim
-
Kewajiban jangka panjang untuk program pensiun.
14
d. Hutang yang belum pasti (contingent liabilities) Smith dan Skousen yang diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Penerbit Erlangga (1997) mendefinisikan, “Kewajiban kontijen atau hutang bersyarat adalah aktivitas atau keadaan di masa lalu yang mungkin dapat menimbulkan kewajiban di masa depan, kendatipun tidak terdapat kewajiban yang sah pada tanggal neraca” (h. 173). Contoh-contoh kewajiban kontingen meliputi : -
Garansi produk
-
Jangka waktu proses pengadilan
3. Ekuitas (equity) Benninga dan Sarig (1997) mendefinisikan, “Equity is all investment in the firm made by its owners plus undistributed accumulated earnings” (p. 34). Fess dan Warren yang diterjemahkan oleh Sirait, A. dan Gunawan, H. (1999) mendefinisikan, “Ekuitas pemilik atau modal pemilik (owner equity) adalah hak pemilik terhadap aktiva bisnis” (h. 44-45). Fraser (1995) mendefinisikan, “Ownership equity is the residual interest in assets that remain after deducting liabilities” (p. 60). Untuk perusahaan yang berbentuk perseroan dinamakan hak pemegang saham (shareholder equity). Ekuitas pemegang saham (stockholder atau shareholder equity) terdiri dari : a. Modal saham (capital stock) Tunggal (1995) mendefinisikan, “Modal saham ialah modal yang merupakan kontribusi dari para persero (pemegang saham)” (h. 14).
15
b. Tambahan modal disetor atau agio saham atau premi (premium) Smith dan skousen yang diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Penerbit Erlangga (1997) menyatakan, “Tambahan modal setoran (additional paid-in capital) merupakan investasi pemegang saham yang melebihi jumlah modal saham dan juga modal investasi dari sumber-sumber lainnya” (h. 174). c. Laba yang ditahan (retained earnings) Tunggal (1995) mendefinisikan, “Laba yang ditahan yaitu laba-laba perusahaan yang belum dibagikan kepada para persero” (h. 14). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa neraca merupakan suatu daftar
mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas perusahaan pada tanggal
tertentu. Bentuk penyajian neraca antara perusahaan yang satu berbeda dengan perusahaan yang lainnya tergantung pada tujuannya. Munawir (1995) menyatakan “Bentuk neraca yang lazim digunakan ada dua bentuk, yaitu : 1. Bentuk Vertikal (report form) atau stafel, yaitu cara penyajian dengan menempatkan aktiva, kewajiban, dan modal secara berurutan ke bawah. Bentuk penyajian ini yang sebaiknya dipakai 2. Bentuk perkiraan T ( T account form ) atau skontro, yaitu cara penyajian dimana aktiva disajikan disisi kiri sedangkan kewajiban dan modal disisi kanan. 3. Bentuk neraca yang disesuaikan dengan kedudukan atau posisi keuangan perusahaan, bentuk ini bertujuan agar kedudukan atau posisi keuangan yang dikehendaki nampak jelas” (h. 20 - 21).
16
II.2.2. Laporan Laba-Rugi Benninga dan Sarig (1997) menyatakan, “The firm’s income statement gives periodic (e.g. quarterly and annual) reports of the profits or losses of the firm over yhe period” (p. 33). Fess dan Warren yang diterjemahkan oleh Sirait, A. dan Ginawan, H. (1999) mendefinisikan, “Laporan laba-rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun” (h. 18). Fraser (1995) menyatakan, “The income statement, also called the statement of earnings, present revenues, expenses, net income, and earnings per share for an accounting period, generally a year or a quarter” (p. 76). Helfert yang diterjemahkan oleh Wibowo, H. (1997) menyatakan, “Laporan operasi juga disebut sebagai perhitungan laba-rugi (income statement) atau laporan pendapatan (earning statement), atau laporan laba dan rugi (profit and loss statement) memuat pendapatan untuk periode tertentu serta biaya dan beban (expense) yang diperlukan, termasuk penghapusan (yakni, penyusutan dan amortisasi berbagai aktiva) dan pajak” (h. 17). IAI (2002) menyatakan,”Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban. Unsur penghasilan dan beban didefinisikan sebagai berikut : 1. Penghasilan (income) Adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
17
2. Beban (expenses) Adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal” (h. 17-18). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Laporan Laba – Rugi merupakan ringkasan dari pendapatan dan beban perusahaan pada periode waktu tertentu. Munawir (1995) menyatakan “Bentuk dari laporan rugi laba yang biasa digunakan adalah sebagai berikut : 1. Bentuk langkah-tunggal (Single-step form) Yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya biaya dalam satu kelompok, sehingga untuk menghitung laba atau rugi bersih hanya memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan 2. Bentuk langkah-bertahap (Multiple-step form) Dalam bentuk ini dilakukan pengelompokkan yang lebih teliti sesuai denngan prinsip yang digunakan secara umum” ( h. 26-27).
II.2.3. Laporan Arus Kas Fess dan Warren yang diterjemahkan oleh Sirait, A. dan Gunawan, H. (1999) mendefinisikan, “Laporan arus kas adalah suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun” (h. 18).
18
Helfert yang diterjemahkan oleh Wibowo, H. (1997) mendefiniskan, “Laporan arus dan adalah tinjauan dinamis yang menekankan perubahan bersih pada perkiraan aktiva, kewajiban, dan kepemilikan dalam periode tertentu” (h. 19). Munawir (1995) menyatakan, “Laporan perubahan kas (cash flow statement) atau laporan sumber dan penggunaan kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya” (h. 157). Smith dan Skousen yang diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Penerbit Erlangga (1997) mendefinisikan,”Laporan arus adalah laporan yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk memenuhi tujuan yaitu memperkirakan jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas dimasa mendatang” (h. 489). Woelfel yang diterjemahkan oleh Limin, S. (1995) menyatakan,”Laporan arus kas melaporkan arus kas sehubungan dengan kegiatan operasi, pembiayaan, dan investasi sebuah perusahaan. 1. Kegiatan operasi sebuah perusahaan mencakup arus kas dari : a. Arus masuk kas dari penjualan barang, pemberian layanan, pendapatam deviden, pendapatan bunga. b. Arus keluar kas unuk persediaan, gaji, pengeluaran pajak, pengeluaran bunga, dan pengeluaran lainnya. 2. Kegiatan pembiayaan yang meliputi perkiraan kewajiban dan modal pemilik dan mencakup : a. Arus masuk kas dari penjualan modal saham dan penerbitan obligasi, wesel, hipotik, serta pinjaman jangka pendek dan jangka panjang lainnya
19
b. Arus keluar kas untuk membeli saham perbendaharaan, pembiayaan pokok pinjaman, dan dividen kas. 3. Kegiatan investasi yang mencakup : a. Arus masuk kas dari penjualan aktiva tetap dan sekuritas-sekuritas (surat berharga) investasi atau penagihan pinjaman yang diberikan perusahaan b. Arus keluar kas untuk pembelian aktiva tetap, pembelian investasi atau surat berharga, dan pinjaman yang diberikan perusahaan” (h. 148-149). IAI (2002) menyatakan, “Perusahaan harus melaporkan arus kas dari aktivitasoperasi dengan menggunakan salah satu dari metode berikut ini: a. Metode langsung (direct methods) Dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan; atau b. Metode tidak langsung (indirect methods) Dengan metode ini laba atau rugubersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (deferral) atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi dimasa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan” (h. 2.5 – 2.6). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Laporan Arus Kas merupakan laporan mengenai jumlah kas yang diterima dan jumlah kas yang dikeluarkan dalam satu periode tertentu.
II.2.4. Laporan Perubahan Ekuitas Fess dan Warren yang diterjemahkan oleh Sirait, A. dan Gunawan, H. (1999) mendefinisikan, “Laporan ekuitas pemilik adalah suatu ikhtisar perubahan ekuitas
20
pemilik yang terjadi selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun” (h. 18). Fraser (1995) menyatakan, “The statement of retained earnings documents the changes in the balance sheet retained earnings account from one accounting period to the next” (p. 76). Helfert yang diterjemahakn oleh Wibowo. H. (1997) menyatakan , “Laporan perubahan ekuitas pemilik memberikan lebih banyak rincian mengenai perubahan perkiraan kepemilikkan seperti dicatat dalam neraca awal dan akhir” (h. 23). Munawir (1995) menyatakan, “Laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan dana penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan” (h. 5). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Laporan Perubahan ekuitas merupakan ringkasan atas perubahan yang timbul dalam ekuitas pemilik perusahaan selama periode tertentu.
II.3. Tujuan, Manfaat, dan Peranan Laporan Keuangan Mengacu pada pendapat IAI (2002) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pemakai laporan keuangan meliputi :
21
a. Investor Mereka membutuhkan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen dan dapat membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. b. Karyawan Mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa manfaat pensiun dan kesempatan kerja c. Pemberi pinjaman Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Mereka tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo e. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan f. Pemerintah Mereka membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusuri statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya
22
g. Masyarakat Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. Jadi disimpulkan bahwa Laporan Keuangan sangat bermanfaat bagi para pemakai Laporan Keuangan karena menyediakan informasi yang menyangkut posisi dan kinerja perusahaan.
II. 4. Sifat dan keterbatasan laporan keuangan Karena laporan keuangan adalah dasar bagi kebanyakan upaya analisis tentang suatu usaha, pertama-tama kita harus mengerti sifat, cakupan, dan batasannya sebelum kita menggunakan data dan observasi yang diturunkan dari laporan itu untuk penilaian analisis kita. Munawir (1995) menyatakan, “Laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report laporan keuangan terdiri dari dat-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara : 1. Fakta yang telah dicatat ( recorded fact ) Berarti bahwa laporan keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan dibank, jumlah piutang, persediaan barang dagangan, hutang maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan.
23
2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan didalam akuntansi ( accounting convention and postulate ) Berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim (General Accepted Accounting Principles); hal ini dilakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan atau untuk keseragaman. 3. Pendapat pribadi ( personal judgement ) Dimaksudkan bahwa walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensikonvensi atau dalil-dalil dasar yang sudah ditetapkan yang sudah menjadi standar praktek pembukuan, namun penggunaan dari konvensi-konvensi dan dalil dasar tersebut tergantung daripada akuntan atau management perusahaan yang bersangkutan” (h. 6-8). Munawir (1995) menyatakan, “Dengan mengingat atau memperhatikan sifat-sifat laporan keuangan tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan itu mempunyai beberapa keterbatasan antara lain : 1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report ( laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara ) dan bukan merupakan laporan yang final. 2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. 3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun24
tahun sebelumnya, sehingga kenaikkan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga. 4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang (dikwantifisir); misalnya reputasi dan prestasi perusahaan, adanya beberapa pesanan yang tidak dapat dipenuhi atau adanya kontrak-kontrak pembelian maupun penjualan yang telah disetujui, kemampuan serta integritas managernya dan sebagainya” (h. 9-10).
II.5. Metode Analisis Laporan Keuangan Mengacu pada pendapat Munawir dan Tunggal, ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisa laporan keuangan, yaitu : 1. Analisis horizontal atau analisis dinamis atau time series analysis Analisis horizontal adalah analisis dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya. Digunakan kata dinamis, oleh karena yang dipelajari adalah perkembangan dari tahun ketahun jadi bukan situasi pada suatu saat saja, sehingga dapat dipelajari perubahan tertentu. 2. Analisis vertikal atau analisis statis Analisis vertikal yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya dalam laporan keuanngan tersebut, sehingga hanya akan
25
diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Analisis vertikal ini disebut juga sebagai metode analisis yang statis karena kesimpulan yang dapat diperoleh hanya untuk periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya.
II.6. Teknik Analisis Laporan Keuangan Ada bermacam-macam teknik analisis laporan keuangan yang dikemukakan oleh para ahli. Namun sebenarnya semua teknik analisis tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk menyederhanakan data keuangan sehingga bisa lebih dimengerti, untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan sehingga dapat diketahui perubahan dari masing-masing pos tersebut bila dibandingkan dengan laporan keuangan dari beberapa periode. Mengacu pada pendapat Munawir, Tunggal, dan Woelfel ada beberapa macam teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan yaitu sebagai berikut : 1. Analisis perbandingan laporan keuangan (comparative financial statement ) Adalah teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih. Teknik analisis tersebut sering juga disebut dengan analisis naik turun karena dengan analisis tersebut diketahui kenaikkan atau penurunan dari masing-masing pos. 2. Trend atau Tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan (trend ratio) Dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis), adalah suatu teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun. Dalam menghitung persentase,
26
umumnya dipergunakan tahun pertama sebagai dasar pengukuran. Data dalam tahun tersebut dinyatakan dengan angka 100 %. 3. Laporan dengan persentase per komponen (common size statement atau common size percentages atau component percentages ) Adalah suatu teknik analisis untuk mengetahui prosentase investasi pada masingmasing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi pengeluaran yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. 4. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja Adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu. 5. Analisis sumber dan penggunaan kas ( cash flow statement analysis ) Adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu. Analisis ini khususnya digunakan dalam mengevaluasi keputusan kredit dan investasi karena ia memfokuskan pada hubungan likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas. 6. Analisis rasio Adalah suatu teknik analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Analisis rasio dapat mengungkapakan hubungan yang menyatakan kondisi dan trend yang sering tidak diperhatikan dalam pemeriksaan komponen tersendiri dari rasio tersebut. 27
7. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis) Adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut. Analisis ini memberikan sudut pandang khusus terhadap performa operasi sebuah perusahaan. 8. Analisis titik impas (break-even analysis) Adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tapi juga belum memperoleh keuntungan. Analisis ini mengungkapkan hubungan antara pendapatan dengan pola tindak-tanduk biaya untuk pengeluaran-pengeluaran tetap dan variabel.
II.7. Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan alat yang biasa dipergunakan untuk menganalisis serta menginterpretasikan kinerja keuangan dan kondisi suatu perusahaan. Karena rasio menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lainnya yang terdapat dalam laporan keuangan baik itu neraca maupun laporan laba-rugi. Adapun rasio-rasio keuangan yang biasanya dipakai berbedaantara yang satu dengan yang lainnya, tergantung dari sumber buku dan pengarangnya. Berikut akan diuraikan rumusan rasio yang umumnya digunakan dalam analisis laporan keuangan menurut Helfert, Munawir, Smith, Tunggal dan Woelfel.
28
II.7.1. Analisis Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam membiayai operasi dan memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Yang termasuk dalam rasio likuiditas adalah : 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio Lancar biasanya dipergunakan sebagai alat untuk mengukur keadaan likuiditas suatu perusahaan, dan juga dipergunakan sebagai alat petunjuk untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancarnya yang sudah jatuh tempo Current Assets Rumus : Current Ratio = Current Liabilities 2. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio) Rasio cepat merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibankewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang kas.
Current Assets - Inventory Rumus : Quick Ratio atau Acid Test Ratio = Current Liabilities
29
II.7.2. Analisis Rasio Leverage (Rasio Pengelolaan Utang) Rasio Leverage yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besarnya kebutuhan keuangan perusahaan dibelanjai dengan modal asing atau pinjaman dan menunjukkan kemempuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio Leverage terdiri dari : 1. Rasio Hutang (Debt Ratio) Rasio hutang menunjukkan besarnya modal asing yang dipergunakan dalam perusahaan atas keseluruhan modal yang tertanam didalam perusahaan. Rasio ini semata-mata menunjukkan bagian dari “uang orang lain” dibandingkan dengan hak keseluruhan terhadap aktiva perusahaan.
Total Liabilities Rumus : Debt Ratio = Total assets 2. Rasio Kemampuan Membayar Bunga (Time Interest Earned Ratio/ TIER) Rasio kemampuan membayar bunga menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi pembayaran bunga dan menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia bagi para kreditor.
EBIT Rumus : TIER = Interest Expenses
30
II.7.3. Analisis Rasio Aktivitas atau rasio pengelolaan aktiva (Assets Management Ratio) Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif dan efisien suatu perusahaan dalam mengolah atau mengoperasikan dananya atau aktivanya dan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari atau kemampuan perusahaan dalam penjualan, penagihan, piutang, maupun pemanfaatan aktiva yang dimiliki. Rasio aktivitas terdiri dari : 1. Perputaran Piutang Usaha (Account Receivable Turnover) Perputaran piutang usaha berapa kali piutang rata-rata ditagih dalam periode tersebut. Net Credit Sales Rumus : Account Receivable Turnover = Average Account Receivable 2. Rata-rata Waktu Pencairan Piutang Dagang (Average Collection Period) Rasio ini menunjukkan berapa lama waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menerima pembayaran piutang dagang.
Average Account Receivable x 365 Rumus : Average Collection Period = Net Credit Sales 365 = Account Receivable Turn Over 31
3. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) Rasio ini menunjukkan berapa kali jumlah dana yang ditanam dalam persediaan barang dagangan ini berputar dalam satu tahun atau periode. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan perusahaan, maka semakin cepat dana yang tertanam dalam persediaan berputar kembali menjadi uang kas.
Cost of Goods Sold Rumus : Inventory Turnover = Average Inventory 4. Rata-rata Lamanya Persediaan (Average Day’s Inventory) Rasio ini mengukur waktu rata-rata yang diperlukan untuk menjual atau memutar persediaan.
Average Inventory x 365 Rumus : Average Day’s Inventory = Cost of Goods Sold 5. Perputaran Aktiva Tetap ( Fixed Assets Turnover) Rasio ini menggambarkan sampai berapa efektif perusahaan menggunakan dana yang tertanam di dalam aktiva tetap perusahaan (pabrik dan peralatannya)
Net Sales Rumus : Fixed Assets Turnover = Average Net Fixed Assets
32
6. Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover) Rasio perputaran total aktiva merupakan ukuran untuk memperoleh gambaran tentang tingkat efektivitas dan efesiensi menyeluruh dari pendayagunaan seluruh dan yang tertanam didalam harta perusahaan dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini menunjukkan jumlah rupiah penjualan yang dihasilkan dari setiap rupiah yang ditanamkan dalam aktiva .
Net Sales Rumus : Total Assets Turnover = Average Total Assets II.7.4 Analisis Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio-rasio yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan siatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan selama periode tertentu dan mengukur sejauh mana tingkat keefektifan dan efesiensi pengelolaan perusahaan. Ini tercermin dari hasil yang dicapai perusahaan dalam penjualan dan investasi yang dilakukan. Rasio profitabilitas terdiri dari : 1. Margin Laba Kotor atas Penjualan (Gross Profit Margin) Rasio ini menggambarkan persentase laba lotor yang dapat dicapai setiap rupiah penjualan dan berguna untuk mengevaluasi performa dan laba operasi.
Net Sales - COGS Rumus : Gross Profit Margin = Net Sales
33
2. Margin Laba Operasi atas Penjualan ( Operating Margin on Sales ) Rasio ini menggambarkan tingkat laba operasi yang diperoleh dari hasil penjualan (rate of return) dan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengendalikan biaya dan pengeluaran sehubungan dengan kegiatan perusahaan. Operating Margin Rumus : Operating Margin on Sales = Net Sales 3. Pengembalian atas Total Aktiva (Return on Total Assets / ROA) atau Pengembalian atas Investasi (Return on Investment / ROI) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana perusahaan (modal asing dan modal sendiri) yang diinvestasikan dalam aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan menunjukkan efesiensi dan produktivitas perusahaan secara keseluruhan.
Net Income Rumus : ROA = Total Assets 4. Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity / ROE) Hasil Pengembalian atas Ekuitas menunjukkan produktivitas dari dana-dana pemilik perusahaan di dalam perusahaannya sendiri. Rasio ini menunjukkan profitabilitas dan efisiensi modal sendiri. Net Income Rumus : ROE = Total Equity 34