BAB II LANDASAN TEORI II.I
Analisis Saham Dalam melakukan investasi pada saham, seorang investor atau trader harus memiliki kemampuan dan pengetahuan dalam menganalisis saham. Dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki investor atau trader dapat meminimalkan resiko dari investasi tersebut. Karena jika tidak hal itu sama saja seperti seorang yang berjudi. Analisis pada saham dibutuhkan untuk menentukan resiko dan imbal hasil dari saham tersebut sebagai dasar keputusan investasi. Analisis tersebut dilakukan dengan dasar sejumlah informasi yang diterima investor dari saham tersebut. Secara garis besar analisis dalam memprediksi pergerakan harga saham dibagi menjadi dua, yakni analisis teknikal (technical analysis) dan analisis fundamental (fundamental anakysis).
II.2
Analisis Fundamental Menurut Vibby (2007:25) “Analisis fundamental adalah analisis untuk mengetahui kondisi perusahaan secara keseluruhan, baik analisis produk perusahaan dan pemasarannya, analisis pertumbuhan laporan keuangan dan kinerja manajemen perusahaan”. Sedangkanmenurut Tryfino (2009:8) “Analisis fundamental adalah metode analisis berdasarkan kinerja keuangan suatu perusahaan. Analisis ini bertujuan untuk memastikan bahwa saham yang dibeli merupakan perusahaan yang berkinerja baik”. Analisis fundamental juga dipakai untuk menganalisis tingkat kewajaran saham. Metode analsis fundamental yang
8
cukup efektif digunakan, diantaranya adalah book value, per book value, earning per share, dan price earning ratio.
II.3
Analisis Teknikal Menurut Susanto dan Sabardi (2010) “Analisis teknikal adalah suatu metode meramalkan pergerakan harga saham dan meramalkan kecenderungan pasar di masa mendatang dengan cara mempelajari grafik harga saham, volume perdagangan indeks harga saham gabungan”. Sedangkan pengertian menurut Wira (2010:3), ialah sebagai berikut : “Analisis tekhnikal adalah tekhnik yang menganalisa fluktuasi harga dalam rentang waktu tertentu atau dalam rentang waktu tertentu atau dalam hubungannya dengan faktor lain misalnya volume transaksi. Karena itu analisis tekhnikal banyak menggunakan grafik. Dari pergerakan tersebut alam terlihat pola tertentu yang dapat dipakai sebagai dasar untuk melakukan pembelian atau penjualan. Pada dasarnya Analisis Tekhnikal digunakan untuk menentukan apakah suatu harga mata uang sudah OVERBOUGHT (jenuh beli) atau OVERSOLD (jenuh jual). Hampir semua trader menggunakan analisa teknikal walaupun jumlahnya minimum. Bahkan pihak-pihak yang sangat mengacu pada analisa fundamental akan menggunakan atau melihat terlebih dahulu grafik harga sebelum melakukan transaksi.Penggunanya percaya bahwa tren dan sinyal transaksi suatu saham dapat diperoleh berdasarkan bentuk pola tertentu dari grafik harga saham. Beberapa istilah yang sering digunakan, antara lain : chart, trends, support, dan resistance.
9
II.3.1 Chart Menurut Vibby (2007: 61) “Chart atau grafik riwayat secara sederhana merupalan cerminan pergerakan nilai harga yang terjadi pada suatu saham dalam sebuah bursa / market yang mewakili data riwayat harga yang terjadi dalam suatu periode waktu”. Dengan menggunakan chart seorang investor ataupun trader akan lebih mudah dalam menganalisis pergerekan suatu saham. Secara garis besar chart dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1.
Line Chart Line chart adalah sebuah chart yang terbentuk dari nilai harga penutupan suatu saham pada periode tertentu. Pada line chart hanya diketahui nilai dari harga penutupan saja.
2.
Bar Chart Bar chart adalah grafik yang terbentuk dari garis-garis pergerakan harga pembukaan, harga penutupan, harga tertinggi, dan harga terendah dari gerakan suatu saham dalam periode waktu tertentu pada sebuah pergerakan di bursa saham.
3.
Candlestick Chart Candlestick chart hampir sama dengan bar chart yang dibentuk dengan menggunakan harga pembukaan, harga penutupan, harga tertinggi, dan harga terendah dari gerakan suatu saham dalam periode waktu tertentu pada sebuah pergerekan di bursa saham. Hanya saja badan atau body dari candlestick dibedakan warnanya antara
harga yang naik (menguat) dengan harga yang turun (melemah), sehingga lebih
10
mudah untuk dilihat secara visual dibandingkan dengan bar chart. Disebut dengan “candlestick” karena bentuknya yang menyerupai “batang lilin”
II.3.2 Trend Menurut Ong (2008: 29) “ Trend adalah salah satu dari tiga butir pemikiran dasar di dalam technical analysis, yaitu: price move in trends. Secara ringkas trend bisa didefinisikan sebagai kecenderungan arah pergerakan harga pada suatu pasar”. Sehingga sangat penting untuk diketahui bagi investor bagaimana suatu trend terjadi di dalam pasar karena investor sangat tidak dianjurkan untuk melawan trend tersebut. Garis tren dapat d ibagi menjadi 3, yaitu : 1. Uptrend
ialah sebuah pola kecenderungan naik yang terbentuk dari
sekelompok data grafik niai harga yang selalu membentuk nilai harga tertinggi yang baru dan nilai harga terendah yang lebih tinggi dari pada nilai harga terendah sebelumnya.
Grafik II.1. Uptrend
11
2. Downtrend ialah sebuah pola kecenderungan turun yang terbentuk dari sekelompok data grafik nilai harga yang selalu membentuk nilai harga tertinggi yang lebih rendah dari pada nilai harga tertinggi sebelumnya dan nilai harga terendah yang lebih rendah daripada nilai harga terendah sebelumnya.
Grafik II.2. Downtrend 3. Sideways trend ialah sebuah pola kecenderungan menyamping terbentuk dari sekelompok data grafik nilai yang selalu membentuk nilai harga tertinggi yang sama rata dari pada nilai harga tertinggi sebelumnya dan nilai harga terendah yang sama rata dengan harga terendah sebelumnya.
Grafik II.3. Sideways Trend 12
II.3.3 Support and Resistance Support dan resistance, menurut Wira (2010:19) adalah: “Support adalah tingkat harga dimana seakan-akan tingkat harga ini menjaga supaya harga tidak jatuh lebih dalam. Saat menyentuh support ini harga seperti “membal” kembali. Jika support ini tembus (breakdown), maka harga akan turun ke bawah sampai menemukan titik support baru. Sedangkan ressitance adalah kebalikan dari support. Resistance adalah level di mana aksi jual cukup besar sehinga menghambat harga bergerak naik lagi. Jika resistance tembus (breakout) harga akan mencari resistance berikutnya”. Support & resistance sangat penting terutama untuk menentukan target point. support & resistance adalah level-level kritis yang merupakan level psikologis yang digunakan oleh para pelaku pasar dalam mengambil keputusan apakah harga akan berlanjut atau berbalik arah. Prinsip dasar support & resistance : Secara umum support & resistance dibentuk oleh harga tertinggi & harga terendah, biasanya bila harga berhasil menembus garis support & resistance atau dengan kata lain berhasil melampaui harga tertinggi atau terendah sebelumnya maka pergerakan harga akan berkelanjutan. Sedangkan Bila harga tidak dapat menembus garis support atau resistance maka harga akan berbalik arah. Prinsip inilah yang akan mendasari teori-teori lain mengenai support & resistance.
Grafik II.4. Support dan Resistance 13
II.4
Candlestick Sejarah candlestick menurut Nison yang diterjemahkan oleh Purwanti dan Hermawan (2010) ialah sebagai berikut : Candlestick pertama kali ditemukan oleh Munehisa Homma seorang pedagang beras terkenal pada tahun 1700-an. Pada tahun 1750 setelah diberi kewenangan untuk mengatur usaha keluarganya dia memulai trading pada bursa komoditas beras lokal di kota pelabuhan Sakata. Sakata merupakan sebuah wilayah bagi pengumpulan dan pengiriman beras. Ketika ayah dari Munehisa Homma meninggal dia menggantikan posisi ayahnya tersebut sebagai pengelola aset keluarganya. Dengan uang ini Homma pergi ke bursa komoditas beras terbesar di Jepang yakni Bursa Beras Dojima di daerah Osaka dan memulai berdagang kontrak berjangka beras. Keluarga Homma yang memiliki lahan pertanian padi yang luas menjadi kekuatan Homma dalam melakukan trading di Bursa Beras Dojima karena dia memiliki informasi tentang pasar beras. Dan juga Homma selalu menyimpan catatan-catatan tentang kondisi cuaca tahunan. Dalam upayanya untuk mempelajari bagaimana psikologis dari investor, Homma melakukan analisis dengan mempelajari bagaimana pergerakan harga beras dimasa lampau dan Hommapun membuat sistem komunikasinya sendiri dengan kelompoknya. Pada saat menjelang waktu perdagangan dia menaruh orangorangnya di atas atap-atap rumah untuk memberikan sinyal dengan menggunakan bendera. Orang-orang tersebut terbentang dari daerah Osaka sampai ke Sakata. Dengan strategi perdagangan tersebut Homma telah mencatat keuntungan dalam trading sebanyak 100 kali secara berurutan.
14
Pada tahuun 1989 Steeve Nison mengarang m s sebuah artikkel sepanjangg dua halam man tentanng candlestick. Ini merupakan m informasi pertama p tenntang cand dlestick yangg ditulis oleeh seseorangg yang bukaan berasal dari d Jepang. Pada awal tahun 19900, sebagai bahan b tesisnnya yang unntuk mendappatkan charrtered markket techniciaan ( teknisi pasar p yang teregistrasi) t Steve Nisonn menulis seebuah artikeel tentang grafik g lilin. Dan D inilah untuknya u peertama kalinyya sebuah artikel a yang g dengan rincci menjelaskkan candlestiick. Untuk membuat graffik candlestick, diperlukan opening price, p high price, p p dan close pricee dari saham m tersebut. Bagian-baggian dalam suatu low price, cand dlestick yaituu: •
Body, B yaitu jarak j antara harga open dan close
•
Upper U shadoow, yaitu garris yang mennunjukkan posisi high
•
Lower L shadoow, yaitu garris yang mennunjukkan posisi low
Gambarr II.1. Bentukk Candlesticck Bagian-bbagian dari garis-garis g g grafik batangg lilin disebbut dengan tubuh t yang g sebenarnyaa (real body) y). Batang tuubuh yang sebenarnya tersebut t mew wakili jarak k antara bagiian-bagian pembukaan p d penutupaan. Ketika batang tubuh yang dan
15
sebenarnya tersebut berwarna hitam (yaitu, terisi), hal itu berarti bahwa bagian penutupan tersebut lebih rendah daripada harga pembukaannya. Garis tipis di atas dan di bawah batang tubuh yang sebenarnya merupakan bayangan-bayangan (nama-nama ini hampir senada batang tubuh yang nyata dan bayangan-bayangan dari batang tubuh yang nyata). Bayangan-bayangan ini mewakili bagian-bagian harga yang ekstrem. Bayangan di atas batang tubuh yang sebenarnya tersebut dinamakan bayangan di atas dan bayangan yang ada di bawah batang tubuh yang sebenarnya tersebut merupakan bayangan bawah. Begitu pula, puncak dari bayangan atas lebih tinggi dari bagian dan dasar dari bayangan bawah lebih rendah dari bagian tersebut. Sementara itu Nison yang diterjemahkan oleh Purwanti dan Hermawan (2010) menjelaskan: “Lilin yang berwarna putih menjelaskan bahwa pasar sedang bullish karena pada sesi tersebut pasar dibuka dekat dengan titik rendah dan ditutup dekat dengan titik tingginya. Sebaliknya lilin hitam merupakan sebuah perwakilan visual yang paling tidak pada sesi tersebut, pasar bearish atau lesu sedang merajai pasar oleh karena pasar dibuka pada titik dekat dengan titik tinggi dan ditutup dekat pada sesi yang rendah”. Menurut Vibby (2011) terdapat tiga hal penting yang harus dimengerti oleh investor dalam menggunakan candlestick, antara lain: 1. Ukuran dari candlestick. Hal pertama dari menggunakan candlestick yang harus diperhatikan adalah kemampuan dari investor dalam melihat ukuran dari candlestick. Misalnya terbentuknya sebuah long white candlestick maka menunjukkan besarnya keku/atan dari minat beli pada hari itu.
Sedangkan jika
terbentuk long black candlestick maka menunjukkan kekuatan dari tekanan jual yang sangat besar pada hari itu. 16
2. Bentuk dari candlestick Hal kedua yang harus diperhatikan dari penggunaan candlestick ialah bentuk dari candlestick tersebut. Misalnya terbentuk sebuah white candle yang memiliki upper shadow dan lower shadow yang sama panjang. Hal tersebut menandakan pada hari itu terdapat keseimbangan kekuatan antara penjual dan pembeli. 3. Posisi dari candlestick Hal ketiga atau terkahir yang harus diperhatikan adalah posisi dari candlestick. Posisi dari candlestick sangat penting untuk dipahami karena posisi tersebut nantinya akan menentukan trend dari pergerakan saham. Misalnya terdapat sebuah candle dengan lower shadow yang panjang pada akhir dari suatu downtrend. Candle tersebut akan menjadi sebuah sinyal bullish reversal dari pergerakan saham tersebut.
II.4.1 Bentuk Dasar Candlestick Menurut Sinaga (2010:45) terdapat 12 bentuk dasar candlestick, yakni: 1. White Marubozu White marubozu adalah candlestick berbadan penuh tanpa bayangan dan ekor. Dimana harga penutupan berada pada harga tertinggi, sehingga bisa dipastikan setelah munculnya white marubozu trend meningkat akan berlanjut.
17
Gambar II.2. White Marubozu 2. White Opening Marubozu Kemunculan white opening marubozu, mengindikasikan market bullish, meski karakternya tidak sekuat marubozu putih berbadan penuh
Gambar II.3. White Opening Marubozu 3. White Closing Marubozu Kemunculan white closing marubozu, mengindikasikan market yang kuat untuk terus melanjutkan bullish, meski tidak sekuat white marubozu.
Gambar II.4. White Closing Marubozu
18
4. White Spinning Top Bentuk candlestick seperti spinning top sering kali, muncul kurang kuat memberi sinyal, dan bisa diabaikan, market sedang berusaha melakukan konsolidasi, kadang bisa juga memberikan sinyal bullish
Gambar II.5. White Spinning Top 5. Black Marubozu Black marubozu merupakan kebalikan dari white marubozu. Kemunculan dari black marubozu merupakan indikasi kuat market melanjutkan bearish.
Gambar II.6. Black Marubozu 6. Black Closing Marubozu Kemunculan black closing marubozu mengindikasikan market akan melanjutkan trend bearish, meski karakternya tidak sekuat kemunculan marubozu hitam.
19
Gambar II.7. Black Closing Marubozu 7. Black Opening Marubozu Kemunculan black opening marubozu mengindikasikan market sedang bearish.
Gambar II.8. Black Opening Marubozu 8. Black Spinning Top Kebalikan dari white spinning top.
Gambar II.9. Black Spinning Top
20
9. Doji Merupakan tipe candlestick kurus dimana harga pembukaan hampir sama dengan harga penutupan.
Gambar II.10. Doji 10. Gravestone Doji Kemunculan gravestone menunjukkan bahwa batas harga terendah telah tercapai dan mengindikasikan pembalikan harga.
Gambar II.11. Gravestone Doji 11. Dragonfly Doji Kemunculan dragonfly doji mengindikasikan pembalikan dari trend kebearish.
21
Gambar II.12. Dragonfly Doji 12. Long Legged Doji Biasanya juga disebut dengan long legged doji. Pola ini menunjukkan doji tanpa badan dengan sumbu dan ekor yang panjang, sebuah pola yang menunjukkan keseimbangan antara tekanan bearish dan buliish.
Gambar II.13. Long Legged Doji
II.4.2 Pola Bearish Reversal 1. Hanging Man Terdiri dari satu candle, pola ini diawali dengan uptrend, candle tersebut memiliki lower shadow yang panjang, opening dan closing price dari candle tersebut berdekatan sehingga candle tampak memiliki body yang kecil, dan candle tersebut boleh berwarna hitam ataupun putih.
22
Gambar II.14 Hanging Man 2 Shooting Star Terdiri dari satu candle, diawali uptrend, candle memiliki upper shadow yang panjang, opening dan closing price berdekatan sehingga candle tampak memiliki body yang kecil dan candle boleh berwarna hitam ataupun putih.
Gambar II.15. Shooting Star 3 Bearish Belt Hold Terdiri dari satu candle, diawali dengan uptrend, opening price dari candle ini gap-up dari closing price candle sebelumnya, tapi kemudian closing price ditutup melemah jauh di bawah opening price, sehingga body candle berwarna hitam dan panjang mirip black marubozu.
23
Gambar II.16. Bearish Belt Hold 4 Bearish Enfulging Terdiri dari dua candle, diawali uptrend, candle pertama berwarna putih dan candle kedua berwarna hitam, dan body candle pertama berada di dalam body candle kedua.
Gambar II.17. Bearish Enfulging 5 Bearish Harami Terdiri dari dua candle, di awali uptrend, candle pertama berwarna putih dan candle kedua berwarna hitam, dan body candle kedua berada di dalam body candle kedua.
24
Gambar II.18. Bearish Harami 6 Dark Cloud Cover Format dua candle, diawali uptrend, candle pertama berwarna putih dan candle kedua berwarna hitam, opening price candle kedua berada di atas closing price candle pertama, dan kemudian closing candle kedua melewati pertengahan body candle pertama.
Gambar II.19. Dark Cloud Cover 7 Bearish Abandoned Baby Format tiga candle, di awali uptrend, candle pertama berwarna putih, candle kedua gap-up dari candle pertama boleh berwarna hitam atau putih, dan candle ketiga berwarna hitan dan gap-down dari candle kedua.
25
Gambar II.20. Bearish Abandoned Baby 8 Evening Star Format tiga candle, diawali uptrend, candle pertama berwarna putih, candle kedua memiliki body yang kecil dan gap-up dari candle pertama boleh berwarna putih ataupun hitam, dan candle ketiga harus melemah atau berwarna hitam.
Gambar II.21. Evening Star 9 Three Black Crows Terdiri dari tiga candle yang diawali dengan adanya uptrend, ketiga candle tersebut memiliki body yang panjang dan berwarna hitam, opening price dari candle kedua dan ketiga berada di atas dari closing price dari candle sebelumnya, namun closing price dari candle kedua dan ketiga ditutup di bawah closing price candle sebelumnya.
26
Gambar II.22Three Black Crows
II.4.3 Pola Bullish Reversal 1. Hammer Terdiri dari satu candle, diawali dengan downtrend, candle tersebut memiliki lower shadow yang panjang, opening dan closing price tidak berjauhan sehingga candle tampak memiliki body yang kecil, candle boleh berwarna hitam ataupun putih.
Gambar II.23Hammer 2. Inverted Hammer Terdiri dari satu candle, diawali dengan downtrend, candle tersebut memiliki upper shadow yang panjang, dimana opening dan closing price tersebut berdekatan sehingga candle tersebut terlihat memiliki body yang kecil, dan candle tersebut boleh berwarna hitam ataupun putih.
27
Gambar II.24Inverted Hammer 3. Bullish Belt Hold Terdiri dari satu candle, pola ini diawali dengan uptrend, opening price dari candle ini gap-down dari candle sebelumnnya, tapi kemudian closing price dari candle ini ditutup menguat jauh di atas opening price, sehingga body candle berwarna putih dan panjang (mirip seperti white marubozu).
Gambar II.25.Bullish Belt Hold 4. Bullish Enfulging Terdiri dari dua candle, diawali dengan downtrend, candle pertama berwarna hitam dan candle kedua berwarna putih, dan candle pertama berada di dalam body candle kedua.
28
Gambar II.26. Bullish Enfulging 5. Piercing Line Teridiri dari dua candle, diawali dengan downtrend, candle pertama berwarna hita dan candle kedua berwarna putih, opening candle kedua berada di bawah closing price candle pertama, kemudian closing price candle keuda melewati 50 % dari body candle pertama.
Gambar II.27. Piercing Line 6. Bullish harami Terdiri dari dua candle, diawali dengan downtrend, candle pertama berwarna hitam dan candle kedua berwarna putih, dan body candle kedua berada di dalam body candle pertama.
29
Gambar II.28. Bullish Harami 7. Morning Star Terdiri dari tiga candle, diawali dengan downtrend, candle pertama berwarna hitam, candle kedua memiliki body yang kecil dan terdapat gap-up dari candle pertama dimana candle kedua boleh berwarna hitam ataupun putih, dan candle ketiga harus ditutup menguat atau berwarna putih.
Gambar II.29.Morning Star 8. Bullish Abandoned Baby Terdiri dari tiga candle, diawali downtrend, candle pertama berwarna hitam, candle kedua terdapat gap-down dari candle pertama dimana candle kedua boleh berwarna hitam ataupun putih, dan candle ketiga berwarna putih dan terdapat gap-up dari candle kedua.
30
Gambar II.30.Bullish Abandoned Baby 9. Three White Soldiers Pola ini terdiri dari tiga candle dengan diawali downtrend, ketiga candle tersebut berwarna putih dan biasanya body dari candle tersebut panjang, opening price dari candle kedua dan ketiga berada dibawah closing price candle sebelumnya, namun closing price candle kedua dan ketiga ditutup di atas closing price dari candle sebelumnya.
Gambar II.31. Three White Soldiers
II.4.4 Pola Bearish Continuation 1. Downside Tasuki Gap Terdiri dari dua candle, diawali dengan downtrend, candle pertama berwana hitam dan gap-down dari candle sebelumnya, candle kedua berwarna putih,
31
high price candle kedua tidak menembus low price dari candle sebelum candle pertama.
Gambar II.32. Downside Tasuki Gap 2. Falling Three Terdiri dari lima candle, diawali dengan downtrend, candle pertama berwarna hitam dan memiliki body yang panjang, lalu diikuti dengan tiga candle yang lebih pendek di dalan range dari candle pertama, ketiga candle tersebut boleh berwarna hitam maupun putih, candle kelima harus berwarna hitam dan memiliki body yang panjang, closing price candle kelima dibawah dari low price candle pertama.
Gambar II.33. Falling Three
32
II.4.5 Pola Bullish Continuation 1. Upside Tasuki Gap Format dua candle, diawali dengan uptrend, candle pertama berwarna putih dan gap-up dari candle sebelumnya, candle kedua berwarna hitam, low price candle kedua tidak menembus high price candle sebelum candle pertama.
Gambar II.34. Upside Tasuki Gap 2. Rising Three Format lima candle, diawali uptrend, dimana candle pertama berwarna putih dan memiliki body yang panjang, diikuti tiga candle lebih pendek dan berada di dalam rangecandle pertama, dimana ketiga candle tersebut boleh berwarna hitam ataupun putih, candle kelima harus berwarna putih dan memiliki body yang panjang. Closing price candle kelima di atas high price dari candle pertama.
Gambar II.35. Rising Three
33
II.4.6 Level Konfirmasi Untuk menentukan konfirmasi atas kemunculan dari sebuah pola candlestick maka digunakanlah metode berdasarkan teori menurut Syamsir (2008). Pada dasarnya, setiap pola candlestick memiliki empat kemungkinan rekomendasi, antara lain : 1. Bullish reversal. 2. Bearish reversal. 3. Bullish continuation. 4. Bearish continuation. Walaupun kita telah mengetahui pola tersebut termasuk kedalam kelompok apa dan menghasilkan suatu rekomendasi tetapi kita tetap harus membutuhkan konfirmasi yaitu batasan dan kondisi yang harus dipenuhi agar peluang kebenaran dari rekomendasi itu menjadi lebih besar. Menurut Syamsir terdapat dua level konfirmasi yaitu form confirm dan stop loss(false signal). Form confirm adalah kondisi yang menguatkan rekomendasi yang dihasilkan oleh sebuah pola candlestick. Sedangkan stop loss / false signal adalah kondisi yang membatalkan rekomendasi yang dihasilkan oleh pola candlestick. Dalam menentukan level konfirmasi yang digunakan adalah upper body danlower body dari candlestick.Dalam white candlelower body adalah opening price dari candle tersebut dan upper body adalah closing price. Sedangkan pada black candlelower body adalah closing price dari candle tersebut dan upper body adalah closing price. Level konfirmasi dari pola candlestick ialah sebagai berikut : 34
1.
Untuk pola candlestick yang mengandung informasi bullish reversal maupun bullish continuation baik yang terdiri dari satu candle maupun lebih, maka level konfirmasinya adalah nilai terbesar dari upper body yang terdapat dalam pola tersebut. Konfirmasi terjadi ketika terlihat sebuah white candle yang memiliki closing price di atas level konfirmasi.Sedangkan level stop loss atau false signal adalah nilai terkecil dari lower body yang digunakan dalam pola tersebut. Dan false signal terjadi bila terlihat candle dengan warna apapun dengan closing price di bawah dari level false signal.
2.
Untuk pola candlestik yang mengandung informasi bearish reversal maupun bearish continuation baik yang terdiri dari satu candle maupun lebih, maka level konfirmasinya adalah sama dengan nilai terkecil dari lower body yang terdapat dalam pola tersebut. Konfirmasi terjadi ketika terlihat sebuah black candle yang memiliki closing price di bawah level konfirmasi. Sedangkan level stop loss atau false signal adalah nilai terbesar dari upper body yang digunakan dalam pola tersebut. Dan false signal terjadi bila terlihat candle dengan warna apapun dengan closing price di atas dari level false signal.
35
II.5
Moving Average Menurut Wira (2010) “Moving average, sering disebut MA, adalah salah satu indikator yang cukup populer dikalangan trader. Bahkan banyak trader yang sangat menggantungkan diri pada satu jenis indikator ini saja”. Sedangkan menurut Sinaga (2010:109) “ Dari semunya, moving average merupakan indikator paling sederhana dan simpel. Begitu luas penerapannya hampir pada seluruh bentuk trading yang menyediaka grafik harga. Meski sederhana moving average cukup efektif menentukan tren market yang sedang berlangsung”. Fungsi dari moving average menurutOngialah: “Garis ini digunakan untuk mendeteksi tren pergerakan harga saham, yaitu memberikan sinyal suatu tren baru atau sebagai konfirmasi bahwa tren yang sedang berlangsung akan reversal. Garis moving average (MA) juga dapat digunakan sebagai pengganti garis tren konvensional dalam fungsi menentukan support dan resistance. Fungsi lain pada moving average (MA) adalah untuk meredam fluktuasi yang terlalu liar pada harga saham maupun indikator lainnya”. Sedangkan menurut Appel yang diterjemahkan oleh Wibowo (2009:39) fungsi dari moving average “Moving averege digunakan untuk melembutkan “kebisingan” dari fluktuasi harga jangka pendek sehingga lebih mudah dibaca untuk mengidentifikasi dan menjelaska trend peting yang mendasarinya”. Jadi secara garis besar moving average digunakan sebagai : a. Sebagai penentu trend yang sedang berlangsung. Untuk menentukan trend yang sedang berlangsung seorang trader dapat menggunakan satu ataupun lebih dari moving average. Jika dengan satu moving averag maka cukup melihat letak garis moving average dengan harga saham. Apabila harga saham berada di bawah garis moving average maka trend yang terjadi ialah bearish. Dan jika harga saham berada di atas garis 36
moving average maka trend yang sedang terjadi ialah bullish. Tapi jika seorang trader menggunakan lebih dari satu buah garis moving average maka yang dilihat ialah posisi dari moving average tersebut. Misalnya bila MA-5 berada di atas MA-20 maka trend yang sedang berlangsung adalah bullish dan sebaliknya bila MA-5 berada di bawah MA-20 maka trend yang sedang berlangsung ialah bearish.
MA‐5 di bawah MA‐20 = Bearish
MA‐5 di atas MA‐20 = Bullish
Grafik II.5. Moving Average Sebagai Trend b. Mengetahui pembalikan arah trend (reversal) Untuk menentukan pembalikan arah trend dari pergerakan harga saham setidaknya dibutuhkan dua garis moving average. Caranya dengan melihat perpotongan dari kedua garis moving average tersebut. Apabila garis moving average periode pendek “memotong ke atas” garis moving average periode panjang maka akan memberikan sinyal bullish atau sering disebut dengan golden cross. Sebaliknya bila /garis moving average periode pendek “memotong ke bawah” garis moving average periode panjang maka akan memberikan sinyal bearish atau sering disebut dengan death cross.
37
Death cross = jual
Golden cross = beli
Grafik II.6. Moving Average Sebagai Sinyal Beli dan Jual c. Moving average sebagai support dan resistance Kegunaan lain dari moving average adalah sebagai support dan resistance. Bila harga bergerak mendekati moving average maka sering kali harga kembali memantul sehingga seolah-olah moving average bertindak sebagai support dan resistance. Dengan begitu seorang trader harus berhati-hati jika menetukan pembalikan arah dari trend dan sebaiknya trader harus menunggu konfirmasi beberapa candle untuk membuat keputusan.
MA sebagai resistance
MA sebagai support
Grafik II.7. Moving Average Sebagai Support dan Resistance 38
Moving average (MA) terbagi menjadi tiga jenis yaitu : 1. SMA (simple moving average) 2. WMA (weighted moving average) 3. EMA (exponential moving average) Namun dalam skripsi ini hanya dibahas mengenai metode simple moving average
II.5.1 SMA (Simple Moving Average) Simple moving average menurut Ong (2008:277) ialah: “Sesuai dengan namanya, Simple moving average mencerminkan harga rata-rata dari nilai pergerakan suatu saham di dalam rentang waktu tertentu secara sederhana. Harga rata-rata yang paling umum digunakan adalah harga penutupan. Namun parameter ini bisa saja diganti dengan menggunakan harga pembukaan, harga tertinggi dan lain-lain. Rentang waktu yang dimaksud juga bisa bervariasi sesuai dengan setting yang ditentukan oleh trader sendiri. Namun yang paling umum digunakan adalah antar 10, 20, 30, 50, 100, dan 200 hari. Semakin singkat periode waktu yang digunakan maka akan menghasilkan sinyal yang semakin senstif. Sisi negatifnya akan terdapat lebih banyak whipsaws. Sedangkan semakin panjang periode waktu yang digunakan sebaliknya akan menghasilkan sinyal yang lebih lambat namun efektif meredam whipsaws. Sementara itu Nison yang diterjemahkan oleh Purwanti dan Hermawan (2010:233) mendefinisikan simple moving average, sebagai berikut “Moving average yang paling mendasar adalah, sebagaimana ditunjukkan oleh namanya, moving average sederhana. Ini merupakan rata-rata dari semua titik harga yang dipergunakan" Contoh perhitungan dari Moving Average 5 (MA5) Rumusan umumnya adalah :
(P1+P2+P3+P4+P5) 5
39
Dimana: P1= harga penutupan hari pertama P2= harga penutupan hari kedua P3= harga penutupan hari ketiga P4= harga penutupan hari keempat P5= harga penutupan hari kelima Nilai-nilai perhitungan tersebut ditampilkan menjadi sebuah “garis” dalam charts yang dapat memberikan sinyal kepada traders. Sinyal tersebut bisa berupa sinyal beli ataupun sinyal jual tergantung pada pergerakan harga saham yang melintasi garis SMA tersebut. Bila harga bergerak dari bawah memotong keatas garis SMA maka menghasilkan sinyal beli. Sebaliknya bila harga bergerak dari atas memotong ke bawah garis SMA makam menghasilkan sinyal jual. Moving average dinyatakan telah tertembus (valid break) bila harga penutupan telah berada diluar garis MA Ong (2008 :278)
Grafik II.8. Contoh MA5 dan MA-20
40