BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Keterampilan Menjelaskan Guru 2.1.1 Pengertian Keterampilan Kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil. Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga tidak dapat dikatakan terampil (Soemarjadi, Muzni Ramanto, Wikdati Zahri,1991:2). Sedangkan ruang lingkup keterampilan sendiri cukup luas, meliputi kegiatan berupa perbuatan, berpikir, berbicara, melihat, mendengar, dan sebagainya. Schmidt (1991) mencoba menggambarkan definisi keterampilan tersebut dengan meminjam definisi yang diciptakan oleh E.R. Guthrie, yang mengatakan bahwa: "Keterampilan merupakan kemampuan untuk membuat hasil akhir dengan kepastian yang maksimum dan pengeluaran energi dan waktu yang minimum". Sedangkan Singer (1980) menyatakan bahwa "keterampilan adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efisien dan efektif". Dalam pembelajaran, keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk
7
mengubah perilaku siswa menjadi cekat, cepat, dan tepat dalam melakukan atau menghadapi sesuatu. Keterampilan dalam proses pembelajaran sangat penting dimiliki oleh seorang guru sebab guru memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu guru harus memiliki berbagai keterampilan dalam proses pembelajara antara lain: A. Keterampilan Bertanya Keterampilan bertanya adalah merupakan keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran, karena metode apapun, tujuan pengajaran apapun yang ingin dicapai dan bagaimana keadaan siswa yang dihadapi, maka bertanya kepada siswa merupakan hal yang tidak dapat ditinggalkan. Karena pertanyaan yang diajukan kepada siswa agar berpengaruh tidaklah mudah. Memberi pertanyaan perlu adanya latihan dari guru-guru. Sehingga diharapkan guru dapat menguasai dan melaksanakan keterampilan bertanya pada situasi yang tepat, sebab memberi pertanyaan secara efektif dan efisien akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku baik pada guru maupun dari siswa. Dari guru yang sebelumnya selalu aktif memberi informasi akan berubah menjadi banyak mengundang interaksi siswa, sedangkan dari siswa yang sebelumnya secara pasif mendegarkan keterangan guru akan berubah menjadi banyak berpartisipasi dalam bertanya, menjawab pertanyaan mengemukakan pendapat. Hal ini akan menimbulkan adanya cara belajar siswa aktif yang berkadar tinggi. Untuk lebih memudahkan 8
guru dalam menggunakan keterampilan bertanya hendaknya seorang guru mengetahui kegunaan dari penggunaan keterampilan bertanya. Adapun kegunaan dari penggunaan keterampilan bertanya adalah : a) Akan dapat membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap pokok bahasa yang akan dibahas. b) Dapat memusatkan perhatian siswa terhadap pokok bahasan c) Dapat mengembangkan keaktifan dan berfikir siswa d) Dapat mendorong siswa untuk dapat menggunakan pandanganpandangan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas e) Sebagai umpan balik bagi guru untuk mengetahui sejauhmana prestasi belajar siswa selama proses pembelajaran f) Dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menemukan, mengorganisir
dan
memberi
informasi
yang
pernah
didapat
sebelumnya.
B. Keterampilan Memberi Penguatan Yang dimaksud dengan keterampilan memberi penguatan adalah respon positif dari guru kepada siswa yang telah melakukan suatu perbuatan baik. Pemberian penguatan ini dilakukan oleh guru dengan tujuan agar siswa lebih giat berpartisiasi dalam interaksi pembelajaran dan siswa agar mengulangi lagi perbuatan yang baik walaupun pemberian penguatan sangat mudah
pelaksanaannya, namun kadang-kadang
9
banyak diantara guru yang tidak melakukan pemberian penguatan kepada siswanya yang melakukan perbuatan baik. Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa tujuan dan manfaat apabila dapat dilakukan dengan tepat antara lain: a) Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi b) Dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif c) Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri d) Dapat meningkatkan cara belajar siswa aktif e) Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri. Walaupun
pemberian
penguatan
sifatnya
sederhana
dalam
pelaksanaannya, namun dapat pula pemberian penguatan yang diberikan kepada siswa justru membuat siswa enggan belajar karena penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut, pemberian penguatan yang berlebihan akan berakibat fatal. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam pemberian penguatan antara lain: a) Hangat dan Antusias Guru dalam memberikan penguatan kepada siswa hendaknya menunjukkan sifat yang baik, menarik dan juga sungguh-sungguh sehingga siswa merasa senang dengan sikap guru di waktu memberi penguatan. Dalam pemberian penguatan diharapkan guru menunjukkan
10
ekspresi wajah yang menarik, sinar mata yang sejuk, suara yang jelas dan enak didengar. b) Bermakna Pemberian penguatan hendaknya disesuaikan dengan tingkat pencapaian keberhasilan siswa dan mempunyai arti bagi siswa yang melakukan perbuatan itu sehingga penguatan dapat diterima siswa dengan senang hati. c) Hindari Penggunaan Penguatan Negatif Walaupun pemberian kritik atau hukuman adalah efektif untuk dapat mengubah motivasi, penampilan dan tingkah laku siswa, namun pemberian itu memiliki akibat yang sangat kompleks, dan secara psikologis agak kontraversial, karena itu sebaiknya dihindari banyak akibat yang muncul yang tidak dikehendaki misalnya siswa menjadi frustasi, pemberani, hukuman dianggap sebagai kebanggaan, dan peristiwa akan terulang kembali. d) Penggunaan Bervariasi Pemberian penguatan seharusnya diberikan secara bervariasi baik komponennya maupun caranya dan diberikan secara hangat dan antusias. Penggunaan cara dan jenis komponen yang sama misalnya guru selalu menggunakan kata-kata “bagus” akan mengurangi efektivitas pemberian penguatan. Pemberian penguatan juga akan bermanfaat bila arah pemberiannya bervariasi, mula-mula keseluruhan anggota kelas,
11
kemudian kelompok kecil, akhirnya keindividu, atau sebaliknya tidak berurutan. C. Keterampilan Memberi Variasi Pemberian variasi dalam interaksi pembelajaran dapat diartikan sebagai perbuatan pengajaran dari yang satu ke yang lain, dengan tujuan untuk menghilangkan kebosanan dan kejenuhan siswa dalam menerima bahan pelajaran yang diberikan guru sehingga siswa dapat aktif lagi dan berpartisipasi dalam belajarnya. Keterampilan variasi yang tepat dalam proses pembelajaran akan dapat memberi manfaat bagi siswa antara lain:
a) Dapat menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa terhadap materi yang diberikan kepadanya. b) Dapat
memberi
motivasi
kepada
siswa
untuk
memusatkan
perhatiannya pada proses pembelajaran. c) Dapat menghindari kebosanan siswa dalam belajar. d) Dapat mendorong siswa untuk mengadakan diskusi dengan temannya. Ada tiga aspek dalam keterampilan memberi variasi yang harus dikuasai guru dalam proses pembelajaran yaitu: a) Variasi dan Gaya Mengajar Agar tidak terjadi kebosanan siswa dalam belajar maka guru dapat melakukan variasi dalam gaya mengajar yang mana dalam memberi gaya mengajar ini guru dapat melakukan dengan cara variasi suara, penekanan, kontak pandang, gerakan anggota badan dan pindah posisi.
12
b) Variasi Media dan Bahan Ajaran Tiap siswa memiliki kemampuan indra yang tidak sama baik pendengaran
maupun
penglihatannya
demikian
juga
kemampuan
berbicara. Ada yang lebih senang membaca, ada yang lebih senang mendengarkan, ada yang suka mendengarkan dulu baru membaca dan sebaliknya. Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indra yang dimiliki tiap siswa dapat dikurangi. Untuk menarik perhatian siswa misalnya, guru dapat memulai berbicara lebih dulu, kemudian menulis dipapan tulis dilanjutkan dengan melihat contoh kongkrit. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulus terhadap indra siswa. Ada tiga variasi penggunaan media yakni: a) Media Pandang Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi, seperti buku, majalah, globe, majalah dinding, film, film Strip, TV, recorder, gambar grafik, dan lain-lain. b) Variasi Media Dengar Media dengar yang dapat dipakai adalah pembicaraan siswa, rekaman bunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara yang semuanya itu dapat memiliki relevansi dengan pelajaran.
13
c) Variasi Media Taktil Variasi media taktil adalah penggunaan media yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran. d) Variasi interaksi Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan siswa memiliki rentangan yang bergerak dari dua kutub, yaitu: a) Siswa bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru. b) Siswa
mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru
dimana guru berbicara kepada siswa. Diantara dua kutub itu banyak kemungkinan dapat terjadi. Misalnya, guru berbicara dengan sekolompok kecil siswa melalui pengajuan beberapa pertanyaan atau guru berbincang dengan siswa secara individual, atau guru menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga antar siswa dapat saling tukar pendapat melalui penampilan diri, demonstrasi, atau diskusi. D. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup pelajaran adalah mengakhiri kegiatan inti pelajaran-pelajaran. Komponen keterampilan membuka dan menutup
pelajaran meliputi meningkatkan
14
perhatian,
menimbulkan
motivasi, memberi acuan melalui berbagai usaha, membuat kaitan atau hubungan
diantara
materi-materi
yang
akan
dipelajari
dengan
pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai siswa, review atau meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran den membuat ringkasan dan mengevaluasi. Siasat membuka pelajaran bertujuan pokok menyiapkan mental siswa agar siap memasuki persoalan yang akan dipelajari atau dibicarakan, menimbulkan minat serta pemusatan perhatian pada siswa yang akan dibicarakan dalam kegiatan interaksi edukatif. Ketika menutup pelajaran, kegiatan yang dilakukan guru adalah mengakhiri pelajaran atau mengakhiri kegiatan interaksi edukatif. Usaha menutup pelajaran dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses interaksi edukatif. E. Keterampilan Mengelola Kelas Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif. Termasuk dalam hal ini adalah penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.
15
Kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dan siswa dan siswa dengan siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. F. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil Yang dimaksud dengan diskusi kelompok kecil di sini adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok individu dalam suatu interaksi tatap muka secara kooperatif untuk tujuan membagi informasi, membuat keputusan, dan memecahkan masalah. Keterampilan
membimbing
diskusi
memilih
kelebihan
dan
keterbatasan antara lain : A. Kelebihannya a) Kelompok memiliki sumber daya yang lebih banyak dari pada individu. Pengetahuan dan pengalaman sekelompok orang yang jelas lebih banyak dari pengetahuan dan pengalaman seseorang. b) Anggota kelompok sering diberi masukan dan motivasi dari anggota lain, yang berusaha agar sumbangan pikiran bermanfaat untuk keberprestasian kelompok. c) Kelompok dapat mengprestasikan keputusan yang lebih baik d) Anggota kelompok memiliki ikatan yang kuat terhadap keputusan yang diambil dengan melalui keterklibatannya dalam diskusi.
16
e) Partisipasi dalam diskusi akan meningkatkan saling pengertian antar individu dalam satu kelompok dan dalam kelompok yang lain. B. Keterbatasan a) Diskusi memakan waktu b) Pemborosan waktu c) Diskusi dapat menekan pendirian G. Keterampilan menjelaskan Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang amat penting dari kegiatan guru dalam berinteraksi dengan siswa didalam kelas. Tujuan memberikan penjelasan antara lain: a) Membimbing siswa untuk mendapat dan memahami hukum, fakta, definisi dan prinsip secara obyektif. b) Melibatkan siswa untuk berfikir dengan memecahkan masalahmasalah atau pertanyaan. c) Untuk mendapat balikan dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
17
d) Membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti- bukti dalam pemecahan masalah. 2.1.2 Pengertian menjelaskan Adapun
istilah menjelaskan sering diartikan sebagai proses
menceritakan, misalnya pengalaman berkelana keberbagai daerah yang diceritakan kepada orang lain sering dianggap sebagai kegiatan menjelaskan. Dari segi etimologi, kata menjelaskan mengandung makna “membuat
sesuatu
menjadi
jelas”.
Dalam
kegiatan
menjelaskan
terkandung makna pengkajian informasi secara sistematis sehingga yang menerima penjelasan mempunyai gambaran yang jelas tentang hubungan informasi yang satu dengan informasi yang sudah diketahui, hubungannya sebab-akibat, hubungan antara teori dan praktik atau hubungan dalil-dalil dengan contoh. a) Penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan, misalnya hubungan sebabakibat, definisi-contoh, atau sesuatu yang belum diketahui. b) Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri kegiatan menjelaskan. c) Pemberian informasi merupakan salah satu aspek penting dari kegiatan guru dalam proses interaksi pembelajaran. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah suatu bentuk kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan
18
perbuatan dalam mengerjakan sesuatu secara efektif dan efisien. Dalam memberikan
pengertian
tentang
keterampilan
dalam
proses
pembelajaran, maka dalam hal ini penulis akan mengemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli: Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Suparno (2007:101) Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Menjelaskan merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki guru, mengingat sebagian besar proses pembelajaran menuntut guru untuk memberikan penjelasan. Oleh sebab itu keterampilan menjelaskan perlu ditingkatkan agar dapat mencapai basil yang optimal. Dalam kegiatan pembelajaran, pembicaraan guru yang dianggap berpengaruh langsung terhadap siswa, sering mendominasikan kelas. Sebagian besar dari pembicaran tersebut termasuk dalam kegiatan menjelaskan.
Agar
pembicaraan
yang
dianggap
guru
sebagai
menjelaskan dapat mempengaruhi siswa secara positif dan efektif maka sudah seharusnya seorang guru menguasai keterampilan memberi penjelasan. Sebagai salah satu keterampilan yang bersifat generik, keterampilan menjelaskan harus dikuasai oleh semua guru, terlepas dari tingkat/kelas maupun bidang studi diajarkan.
19
Kegiatan menjelaskan bertujuan untuk: a)
Membantu siswa memahami berbagai konsep, hukum, dalil, dan sebagai secara objektif dn bernalar;
b)
Membimbing siswa menjawab pertanyaan “mengapa” yang muncul dalam proses pembelajaran;
c)
Meningkatkan keterlibatan siswa dalam memecahkan berbagai masalah melalui cara berpikir yang sistematis;
d) Mendapatkan balikan dari siswa tentang tngkat pemahaman terhadap konsep yang dijelaskan dan untuk mengatasi salah pengertian e)
Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penalaran dalam penyelesaian ketidakpastian. Sementara
itu
penguasaan
keterampilan
menjelaskan
akan
memungkinkan guru untuk: a)
Meningkatkan efektivitas pembicaraan dikelas sehingga benar-benar merupakan penjelasan yang bermakna bagi siswa
b)
Memperkirakan tingkat pemahaman siswa terhadap penjelasn yang diberikan
c)
Membantu siswa mengali pengetahuan dari berbagai sumber
d)
Menggunakan waktu secara efektif Keterampilan menjelaskan sangat penting bagi guru karena
sebagian besar percakapan guru yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa adalah berupa penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan guru akan memungkinkan siswa
20
memiliki pemahaman yang mantap tentang masalah yang dijelaskan, serta meningkatnya keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Menjelaskan merupakan aktivitas yang paling sering dilakukan oleh guru dalam menyampaikan informasi. Dalam kegiatan pembelajaran, menjelaskan berarti mengorganisasikan materi pembelajaran dalam tata urutan yang terencana secara sistematis sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Keterampilan menjelaskan mutlak perlu dimiliki oleh para guru. Seorang guru harus dapat menjelaskan berbagai hal kepada siswa. dan
penjelasan
yang
disampaikan
harus
sesuai
dengan
tingkat
kemampuan berpikir siswa. Misalnya guru akan menjelaskan konsep ”atas”. Jika siswanya adalah anak usia TK (4 – 5 tahun) maka guru harus menjelaskan konsep tersebut secara konkret dan nyata. 2.1.3 Prinsip-prinsip menjelaskan Terdapat
beberapa
prinsip
yang
harus
diperhatikan
dalam
memberikan suatu penjelasan. a) Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik di awal, di tengah maupun di akhir pembelajaran. b) Penjelasan harus menarik perhatian siswa dan sesuai dengan materi standar dan kompetensi dasar. c) Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan siswa atau menjelaskan
materi
standar
yang
sudah
direncanakan
untuk
membentuk kompetensi dasar dan mencapai tujuan pembelajaran.
21
d) Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan kompetensi dasar, dan bermakna bagi siswa. e) Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan siswa. 2.1.4 Komponen Menjelaskan Keterampilan
memberikan
penjelasan
dapat
dikelompokkan
menjadi 2 bagian besar, yaitu keterampilan merencanakan penjelasan dan keterampilan menyajikan penjelasan. Keberhasilan suatu penjelasan sangat tergantung dari tingkat penguasaan guru terhadap kedua jenis komponen keterampilan tersebut. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk mampu merencanakan dan menyajikan penjelasan: A. Keterampilan Merencanakan Penjelasan Merencanakan penjelasan mencakup 2 subkomponen, yaitu yang berkaitan dengan isi pesan atau materi pembelajaran yang akan dijelaskan dan yang berkaitan dengan siswa sebagai penerima pesan. Merencanakan isi pesan atau materi penjelasan merupakan tahap awal
dalam
proses
menjelaskan.
tidak
dapat
dipungkiri
bahwa
perencanaan yang matang tentang materi yang akan dijelaskan merupakan awal keberhasilan dari kegiatan menjelaskan. Perencanaan ini mencakup 3 hal, penting, yaitu: a) Menganalisis masalah yang akan dijelaskan secara keseluruhan, termasuk unsur-unsur yang terkait dalam masalah itu. Misalanya penjelasan tentang perkembangan kosakata bahasa Indonesia, tidak
22
dapat
dilepaskan
dari
unsur-unsur
komunikasi
dan
informasi
antarsuku bangsa dan antar bangsa serta ciri khas bahasa Indonesia itu sendiri. b) Menetapkan jenis hubungan antara unsur-unsur yang berkaitan tersebut. Jenis hubungan dapat berupa perbedaan, pertentangan, saling menunjang atau hubungan persyaratan. Sebagai contoh perbedaan tekanan udara menyebabkan terjadinya angin atau udara yang mengalir. c) Menelaah hukum rumus, prinsip atau generalisasi yang mungkin dapat digunakan dalam menjelaskan masalah yang ditentukan. Termasuk dalam perencanaan ini kemungkinan penerapan huskum tersebut dalam peristiwa atau situasi lain. Dalam merencanakan suatu penjelasan karakteristik siswa sebagai penerima pesan perlu dipertimbngkan dengan cermat. Sasaran utama penjelasan yang diberikan guru adalah pemahaman siswa. Mampu tidaknya siswa memahami penjelasan guru sangat tergantung dari kemampuan guru menganalisis karakteristik siswa, kemudian menerapkan hasil analisis tersebut dalam merencanakan dan menyajikan penjelasan. Karakteristik siswa yang perlu dianalisis adalah antara lain mencakup usia, jenis kelamin, jenjang kemampuan, latar belakang keluarga dan lingkungan belajar. Dalam
merencanakan
penjelasan,
perbedaan-perbedaan
karakteristik siswa yang satu dengan yang lain harus selalu terbayang di
23
benak guru. Agar penjelasan yang direncanakan sesuai dengan karakteristik. B. Keterampilan Menyajikan Penjelasan Keterampilan menyajikan penjelasan memegang peranan penting dalam pelaksanaan rencana yang baik. Keterampilan menyajikan penjelasan terdiri dari komponen-komponen berikut. a) Kejelasan Kejelasan dari suatu penjelasan tergantung dari berbagai faktor seperti kelancaran dan kejelasan ucapan dalam berbicara, susunan kalimat yang baik dan benar, penggunaan istilah-istilah yang sesuai dengan perbendaharaan bahasa siswa, serta penggunaan waktu “diam sejenak” untuk melihat reaksi siswa terhadap penjelasan yang diberikan. Kelancaran dan kejelasan ucapan dalam
berbicara
sangat
menentukan kualitas suatu penjelasan. Pembicaraan yang tersendatsendat, terlalu banyaknya bunyi yang tidak berfungsi seperti eee, ah, eh atau apaya?, apa ya?”, serta ketidak jelasan ucapan sangat mengganggu suatu penjelasan. Istilah-istilah baru yang masih asing bagi siswa hendaknya diberi definisi yang mudah dipahami oleh siswa. Akhirnya susunan kalimat dengan tata bahasa yang baku akan membantu siswa memahami penjelasan yang diberikan. b) Penggunaan contoh dan ilustrasi Suatu penjelasan akan menjadi lebih menarik dan mudah dipahami jika disertai dengan ilustrsi yang tepat. Konsep yang sulit dan kompleks
24
dapat dipermudah dengan pemberian contoh dan ilustrasi yang diambil dari kehidupan nyata para siswa. Contoh-contoh dapat berupa contoh konkret dalam kehidupan, dapat juga berupa ilustrasi yang diambil dari bidang lain yang kira-kira mudah dipahami oleh siswa. Pemberian contoh mutlak perlu dalam penjelasan berbagai hukum dan dalil atau pernyataan umum. Pola pemberian contoh dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu pola induktif dan pola dedukatif. Dalam pola induktif contoh-contoh diberikan terlebih dahulu kemudian berdasarkan contoh-contoh tersebut, dalil, hukum, atau generalisasi disusun. Sementara itu dalam pola dedukatif, dalil, hukum, atau generalisasi diberikan terlebih dahulu kemudian baru diikuti oleh contohcontoh. Pola yang dianut tentu harus sesuai dengan studi, topik yang dibahas, serta karakteristik siswa. Akhirnya perlu diperhatikan bahwa penggunaan kata-kata yang menunjukkan keterkaitan antara konsep, dalil, hukum dengan contohcontoh sangat perlu diperhatikan oleh guru. Kata atau ungkapan tersebut, misalnya “jika…maka…”, akibatnya, sehingga, jadi, di samping itu atau selanjutnya. Jika kata atau ungkapan penghubung itu dipakai dengan tepat, penjelasan yang akan diberikan guru akan menjadi sangat jelas serta siswa akan memahami keterkaitan konsep-konsep yang dijelaskan. C. Pemberian tekanan Dalam memberikan penjelasan, sering terjadi guru berbicara panjang lebar tentang hal-hal sebenarnya sangat tipis kaitannya dengan
25
masalah pokok yang dijelaskan. Akibatnya, setelah berakhir penjelasan, siswa tidak tahu apa sebenarnya yang dijelaskan oleh guru. Dengan perkataan lain, siswa tidak dapat menangkap inti permasalahan yang dijelaskan. Untuk menghindari terjadinya hal-hal tersebut, guru hendaknya memberikan tekanan pada “inti masalah” yang dijelaskan, serta membatasi diri dalam menyampaikan cerita-cerita sampingan. Ada dua subketerampilan yang harus dikuasai guru dalam memberikan tekanan yaitu variasi gaya mengajar dan membuat struktur sajian. Variasi gaya mengajar memberikan peluang bagi guru untuk mengubah suara ketika mengucapkan butir-butir penting disertai mimik dan gerak yang sesuai. Misalnya, guru mengucapkan inti masalah dengan nada berat dan dalam, sambil menunjukkan kepada gambaran/tulisan yang berkaitan dengan inti maslah tersebut. Struktur sajian yang dibuat guru akan membantu siswa memahami arah sajian/penjelasan yang diberikan. Struktur sajian dapat dibuat dalam bentuk ikhtisar, pengulangan, paraphrase (menyatakan kembali dengan kata-kata/kalimat lain), serta dengan memberikan isyarat lisan seperti pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Cara ini mencerminkan tertatanya secara sistematis masalah yang dijelaskan guru sehingga siswa mudah memahaminya. Di samping itu dalam memberikan tekanan, guru dapat menggunakan isyarat ungkapan lain, seperti “perhatikan ini baik-baik” “yang terpenting adalah…” atau “ puncak dari semua ini adalah…”
26
D. Balikan Tujuan utama guru dalam
memberikan penjelasan adalah agar
siswa memahami masalah yang akan dijelaskan oleh guru. Oleh karena itu selama memberikan penjelasan guru hendaknya meluangkan waktu untuk
memeriksa
pertanyaan
pemahaman
siswa
dengan
cara
mengajukan
atau melihat ekspresi wajah siswa setelah mendengarkan
penjelasan guru. Dengan cara seperti ini, guru akan mendapatkan balikan dari penjelasan yang diberikan. Berdasarkan balikan tersebut, guru hendaknya mengubah teknik penjelasannya, misalnya dengan member lebih banyak contoh, meminta siswa mencari contoh sendiri menggunakan bahan yang lebih sederhana atau mengulangi penjelasan tentang maslah yang belum dipahami oleh siswa. Perlu ditambahkan bahwa tingkat pemahaman siswa tidak dapat dipisahkan dari minat dan sikap siswa terhadap hal yang dijelaskan. Hal atau masalah yang menarik dan dianggap bermafaat oleh siswa akan lebih mudah dipahami dibandingkan dengan hal-hal yang membosankan dan dianggap tidak bermanfaat. Oleh Karen itu dalam menjaring balikan, guru hendaknya juga menjaring sikap dan minat siswa terhadap masalah atau topic yang dijelaskan. 2.2
Hasil Belajar Nasution (2005: 73) berpendapat bahwa kita sebagai pengajar
perlu mengetahui apa hasil usaha kita bagi siswa. Untuk itu kita perlu
27
mengadakan evaluasi atau penilaian dengan mengumpulkan keteranganketerangan secara sistematis tentang pengaruh usaha kita untuk dianalisis agar dapat kita ketahui kebaikan dan kekurangan usaha kita yang memperkaya pengalaman kita sebagai pengajar yang dapat kita gunakan untuk masa-masa mendatang dengan anggapan bahwa keberhasilan sekarang juga akan memberi hasil yang baik bagi siswasiswa lain dikemudian hari. Evaluasi
untuk
suatu
tujuan
tertentu
penting,
tetapi
ada
kemungkinan tidak menjadi bermanfaat lagi untuk tujuan lain. Oleh karena itu, seorang guru harus mengenal beberapa macam tujuan evaluasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar dapat merencanakan dan melakukan evaluasi dengan bijak dan tepat. Menurut Sukardi (2009: 8) suatu evaluasi perlu memenuhi beberapa syarat sebelum diterapkan kepada siswa yang kemudian direfleksikan dalam bentuk tingkah laku. Evaluasi yang baik harus mempunyai syarat seperti berikut: (1) valid, (2) andal, (3) objektif, (4) seimbang, (5) membedakan, (6) norma, (7) fair, (8) praktis. Sedangkan beberapa tahapan dalam menyelenggarakan evaluasi pembelajaran adalah: (1) langkah persiapan, (2) langkah penyusunan instrumen, (3) pelaksanaan evaluasi, (4) pengolahan hasil evaluasi, (5) pemberitahuan hasil evaluasi. Evaluasi dapat memberikan gambaran keberhasilan seseorang dalam mencapai sasarannya atau suatu tingkat tujuan-tujuan yang akan dicapai atau tingkat pencapaian tujuan. Selain itu keberhasilan dalam
28
belajar dapat pula dari perubahan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran khusus yang berkaitan dengan pola berperilaku. Dengan demikian, hasil belajar siswa adalah tingkat pencapaian tujuan Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pendidikan. Pencapaian tujuan tersebut berupa penigkatan pengetahuan dan
keterampilan
serta
pengembangan
sikap
melalui
proses
pembelajaran. Belajar adalah suatu aktifitas yang sadar akan tujuan. Tujuan dalam belajar adalah tercapainya suatu perubahan dalam diri individu. Perubahan dalam menuju perkembangan pribadi individu seutuhnya. Namun, untuk memperoleh penjelasan yang lebih terarah penulis akan menjelaskan berbagai pendapat tentang belajar.
Belajar adalah suatu
aktifitas yang sadar akan tujuan. Menurut Abdurrahman, mengatakan bahwa : “Belajar adalah suatu perubahan pada diri individu dengan lingkungannya yang menjadikannya mendapat kemampuan yang lebih tinggi untuk hidup secara damai dalam lingkungannya Menurut M. Ngalim Purwanto, mengatakan bahwa“Belajar adalah tingkah laku yang mengalami perubahan, karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian pemecahan masalah/berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan,ataupun sikap”.
29
Setelah kita mengetahui dan memahami pengertian diatas, maka dapat dipahami kata “Hasil” dan “belajar” Hasil pada dasarnya prestasi yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar pada dasarnya adalah proses yang mengakibatkan perubahan pada diri individu yaitu perubahan tingkah laku. Dengan demikian dapat diambil pengertian yang sangat sederhana mengenai hal ini. Hasil belajar adalah prestasi yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai prestasi dari aktivitas dalam belajar. 2.2.1 Kegagalan Pencapaian Hasil Belajar Menurut Sukardi (2999: 230-234)0 dalam usaha pencapaian hasil belajar siswa kadang mengalami kegagalan. Kegagalan hasil belajar disebabkan oleh beberapa faktor yang timbul secara individual atau melalui cara berinteraksi. Beberapa faktor penyebabnya, yaitu faktor internal pribadi siswa, lingkungan pribadi, dan mungkin gabungan dari keduanya, juga faktor eksternal yag berkaitan erat dengan siswa. A.
Faktor Penyebab Internal Faktor penyebab internal diantaranya adalah perkembangan fisik
dan kesehatan, yang utamanya mencakup kemampuan melihat dan mengembangkan keterampilan, di samping juga kemampuan beradaptasi secara individu. a) Kesehatan Kondisi fisik siswa secara umum dapat mempengaruhi kemampuan mencapai suatu tujuan. Pencapaian hasil belajar, pada dasarnya
30
merupakan usaha yang hanya dapat dicapai dan dapat dilakukan dengan komitmen yang tinggi. Kurang energi yang disebabkan kondisi fisik yang kurang sehat dapat menutup kemugkinan siswa memiliki kemampuan disebutkan di atas. Selain itu, siswa yang kurang sehat juga tidak bisa mencapai potensi yang sebenarnya. Hal ini termasuk juga dalam beberapa usaha pencapaian tugas belajar yang kompleks yang dituntut oleh sekolah. Kurang sehatnya fisik seseorang siswa dapat menyebabkan stamina cepat menurun, cepat lelah sehingga usaha menguasai materi pembelajaran tidak tercapai secara maksimal. b) Problem penyesuaian diri Faktor lain yang juga termasuk faktor internal siswa yaitu problem penyesuaian diri. Walaupun problem ini erat kaitannya dengan faktor eksternal misalnya siswa lain, atau masyarakat di sekitar, namun sumber utama adalah berasal dari dalam diri siswa. Sebagai contoh, siswa yang memiliki gangguan emosi, pada awalnya menghambur-hamburkan energi mereka
sebelum akhirnya dapat menggunakannya untuk kegiatan
belajar. Siswa yang mengalami gangguan emosianal, pada umumnya juga memiliki kesulitan dalam belajar. Menurut Sukardi (2009: 232), beberapa tanda siswa memiliki kesulitan dalam belajar (1) kesiapan belajar yang buruk, (2) kesulitan menghadapi tes, (3) kemampuan bahasa yang buruk, (4) lebih senang mengikuti belajar fisik dan praktis dari pada belajar skolastik atau mental
31
learniang, (5) penguasaan materi belajar yang lambat, dan (6) kurang perhatian dalam mengikuti kegiatan sekolah. B. Faktor penyebab Eksternal Faktor eksternal siswa diantaranya lingkungan disekitar siswa, seperti teman pergaulan di luar sekolah, kondisi orang tua siswa, dan juga kegiatan siswa di luar sekolah. a) Lingkungan Faktor lingkungan pada umumnya muncul di luar situasi siswa. Faktor ini
juga merupakan kesulitan dasar yang mudah untuk
diidentifikasi. Problem lingkungan muncul sebagai hasil reaksi atau perubahan dalam diri siswa terhadap keluarga dan lingkungannya, misalnya kondisi orang tua yang tidak harmonis. Penolakan lingkungan terhadap diri siswa pun dapat menjadi problem kesulitan belajar. Siswa sulit belajar karena cacat fisik dapat mengakibatkan kehilangan interes intelektual di rumah. b) Cara guru mengajar yang tidak baik Guru kelas dapat dikategorikan faktor eksternal karena guru yang tidak baik dalam mengajar dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa. Agar hal ini tidak terjadi maka guru perlu melakukan perbaikan secara berkala, baik dalam penguasaan metode mengajar maupun dalam penguasaan materi yang hendak diajarkan.
32
c) Orang tua siswa Sumber eksternal lain adalah orang tua yang tidak mau atau tidak mampu mmenyediakan buku atau fasilitas belajar yang memadai bagi anak-anaknya atau mereka yang tidak mau mengawasi anak-anaknya agar belajar di rumah. Dengan adanya pengawasan, minimal mereka bisa mengetahui ketika anak mempunyai kesulitan belajar. Di samping itu, orang tua yang peduli terhadap pengawasan belajar anaknya di rumah, juga bisa membantu mengatasi kesulitan belajar lainnya. d) Masyarakat Masyarakat di sekitar siswa dapat mmenjadi sumber masalah, ketika keberadaan masyarakat tidak kondusif terhadap kebutuhan siswa secara individual maupun kelompok. Siswa akan merasa berhasil atau bermanfaat yang nyata dari hasil belajar di sekolah dengan keadaan masyarakat di tempat mereka berada. Sebaliknya siswa tidak akan merasa hasil belajarnya, jika yang ia pelajari tidak bermanfaat atau memberi pengaruh, baik langsung maupun tidak langsung dalam kehidupan siswa. 2.3 Kerangka Berfikir Tugas guru yang utama adalah mengajar, mengajar adalah sebagai satu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaikbaiknya dan menghubungkan dengan siswa, sehingga terjadi proses belajar, atau di katakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan pembelajaran bagi para
33
siswa. kondisi itu di ciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental. salah satu aspek penunjang proses pembelajaran tersebut adalah bagaimana fungsi dan peran guru dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka
hal
ini
tidak
lepas
pula
dari permasalahan
mengenai tugas guru dalam menjelaskan materi pembelajaran secara profesional. untuk tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien, maka bagi seorang guru dan calon guru diperlukan adanya berbagai keterampilan dasar dalam mengajar. Penguasaan keterampilan
ini
memungkinkan
guru
terhadap
mampu mengelola kegiatan
pembelajaran secara lebih efektif. di awali dengan keterampilan mengajar, langsung mengatakan pada aspek menjelaskan. Adapun keterampilan dasar mengajar yang dimaksud adalah seperti yang dikemukakan oleh Suparno (1992: 91-101) yakni terdiri atas : a). Keterampilan
bertanya
dasar dan
lanjut, b).
Keterampilan
menjelaskan, c). Keterampilan memberi penguatan, d). Keterampilan menggunakan variasi, e). Keterampilan membuka dan menutup pelajaran, f).
Keterampilan
mengajar
kelompok
kecil
dan
perorangan,
g).
Keterampilan mengelola kelas, h). Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Dari delapan keterampilan tersebut di atas, maka keterampilan menjelaskan merupakan salah satu keterampilan yang wajib dikuasai oleh seorang guru karena tidak semua siswa dapat menggali sendiri
34
pengetahuan dari buku atau sumber lainnya. Untuk menanggulangi hal ini guru membantu mereka dengan cara menjelaskan hal-hal tersebut. Kurang tersedianya sumber yang dapat dimanfaatkan siswa dalam proses belajar mengajar menyebabkan guru perlu membantu siswa dengan cara pemberian informasi lisan berupa penjelasan yang cocok dengan materi yang diperlukan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh J. J. Hasibuan (1994:
87).
Bahwa
penjelasan
adalah
penyajian
informasi
yang
diorganisasikan secara sistematik dan bertujuan untuk menunjukkan hubungan, misalnya antara sebab dan akibat, antara yang diketahui dan belum diketahui, atau antara hukum (dalil, definisi) yang berlaku umum dengan bukti atau contoh sehari-hari. Dengan demikian penjelasan oleh guru yang kadang-kadang kurang atau tidak jelas bagi siswa dapat dihindari. Kompetensi
melaksanakan
penilaian
proses
mengajar
dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud-maksud yang telah ditetapkan.tujuan utama melaksanakan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak lanjut hasil belajar akan dapat diupayakan dan dilaksanakan. Dengan demikian, melaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan bagian tugas
35
guru yang harus dilaksanakan setelah proses pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dapat diupayakan tindak lanjut belajar siswa. Dari kajian teoritis
yang telah disampaikan, maka penulis akan
melakukan penelitian ini dengan konseptual sebagai berikut:
Ketrampilan menjelaskan guru
Proses belajar mengajar
Hasil belajar siswa
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Seorang guru diharapkan menggunakan keterampilan menjelaskan yang sesuai agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara optimal kepada siswa hingga tercapai tujuan dari pembelajaran. 2.4 Hipotesis Sugiyono (2004:306) menyatakan bahwa “ Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalaui data empirik yang terkumpul ”. Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “terdapat pengaruh yang signifikan antara keterampilan menjelaskan guru dengan hasil belajar siswa di SMK Gotong Royong Telaga Kabupaten Gorontalo.
36