BAB II KAJIAN TEORETIS
2.1
Hakikat Peran Pendidik Taman Kanak - Kanak
2.1.1 Pengertian Peran Muhammad (2010:125) mengemukakan peran dapat diartikan sebagai sebuah arahan berupa sikap pendidik dalam mendukung perkembangan anak. Selanjutnya Anwar (2007:18) menyatakan peran adalah tugas pendidik yang membantu anak agar mereka siap memasuki gerbang kehidupan mereka. Rich (2008:1) mengartikan peran adalah proses yang dijalani pendidik dalam membantu anak belajar guna mencapai potensi maksimum mereka. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010:54), dikemukakan bahwa peran yaitu perangkat tingkah yang diharapkan oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Peran ditentukan oleh ciri-ciri individual yang sifatnya khas dan istimewa. Uno (2007:25) menjelaskan bahwa dalam kehidupan nyata, setiap orang mempunyai cara yang unik dalam berhubungan dengan orang lain. Masing-masing dalam kehidupan memainkan sesuatu yang dinamakan peran. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa peran adalah fungsi pendidik dalam mendidik, membimbing anak agar mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. 2.1.2 Pengertian Pendidik Taman Kanak - Kanak Sujiono (2009:10) menjelaskan istilah pendidik pada hakikatnya terkait sangat erat dengan istilah pendidik secara umum. Pendidik diidentifikasi sebagai: 1) orang yang memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani; 2) dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing anak; 3) orang yang memiliki
kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas; 4) suatu jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Suyadi (2011:20) mengemukakan pendidik TK hendaknya benar-benar diampu oleh para pendidik yang mempunyai basic keilmuan yang sesuai. Merujuk pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, pendidik yang akan mengajar di Taman kanak-kanak harus berlatar belakang S1 PG-PAUD atau S1 PGTK. Rogers (dalam Sujiono, 2009:12) menguraikan peran pendidik anak usia dini meliputi: a) memberikan fasilitas untuk perkembangan anak menjadi manusia seutuhnya; b) membuat suatu pelajaran menjadi berharga dengan menerima perasaan anak dan kepribadian, serta percaya bahwa yang lain dasarnya layak dipercaya, membantu menciptakan suasana selama belajar, dan c) mengembangkan pemahaman empati bagi pendidik yang peka/sensitif untuk mengenal perasaan anak-anak. Isjoni (2009:127) menyatakan bahwa peran pendidik taman kanak-kanak
adalah
memberikan rangsangan terhadap seluruh aspek perkembangan yang dimiliki anak meliputi aspek fisik dan non fisik (motorik, emosional, sosial, dan kepribadian). Anwar (2007:4) mengemukakan peran pendidik taman kanak-kanak
melaksanakan pendidikan kepada anak
secara menyeluruh dan terpadu. Menyeluruh, artinya layanan yang diberikan kepada anak mencakup layanan pendidikan, kesehatan dan gizi. Terpadu mengandung arti layanan tidak saja diberikan kepada anak dini usia, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat sebagai satu kesatuan layanan.
Selanjutnya, Mariyana, dkk (2010:4) menjelaskan peran pendidik Taman kanak-kanak adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai kehidupan yang dianut. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan peran pendidik Taman kanak-kanak
adalah seseorang
yang bertanggung jawab penuh pada semua aspek
perkembangan anak. Di samping itu pendidik taman kanak-kanak
adalah pendidik yang
profesional dalam merancang dan memfasilitasi pembelajaran yang memberi stimulus pada pertumbuhan dan perkembangan anak. 2.1.3 Peran Pendidik Taman Kanak - Kanak Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pemberian yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam mmasuki pendidikan lebih lanjut. Berdasarkan hal ini, pendidik TK dalam proses pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip perkembangan anak. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1) bahwa anak akan belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasa aman dan nyaman dalam lingkungannya; 2) bahwa anak belajar terus menerus, dimulai dari membangun pemahaman tentang sesuatu, mengeksplorasi lingkungan, menemukan kembali suatu konsep. Depdiknas (2007:6) tentang kelembagaan TK, menyebutkan TK menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Tujuan penyelenggaraan TK adalah membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta anak didik untuk
pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. TK diperuntukkan bagi anak usia 4-6 tahun sebelum memasuki pendidikan dasar. Selama ini tugas TK adalah: 1) menyelenggarakan kegiatan belajar untuk kelompok A (4-5 tahun) dan kelompok B (5-6 tahun) sesuai dengan kurikulum yang berlaku; 2) memberikan bimbingan dn penyuluhan bagi anak-anak yang mengalami kesulitan dan bagi orangtua yang memerlukan; 3) upaya pelayanan gizi dan kesehatan melalui makan bersama dalam setiap kegiatan belajarnya. Depdiknas (2007:10) menjelaskan peran pendidik TK/PAUD pada proses pembelajaran TK/PAUD yang meliputi: 1) Berorientasi pada kebutuhan anak. Kegiatan pembelajaran pada anak dini usia harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak untuk mendapatkan layanan pendidikan, kesehatan dan gizi yang dilaksanakan secara integratif dan holistik; 2) Belajar melalui bermain. Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan anak dini usia, dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik agar mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi (penjajakan), menemukan, dan memanfaatkan benda-benda di sekitarnya; 3) Kreatif dan inovatif. Proses kreatif dan inovatif dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal baru; 4) Lingkungan
yang kondusif.
Lingkungan
harus diciptakan sedemikian
menarik
dan
menyenangkan, dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain; 5) Menggunakan pembelajaran terpadu. Model pembelajaran terpadu yang beranjak dari tema yang menarik anak (center of interest) dimaksudkan agar anak mampu dan jelas sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak; 6) Mengembangkan keterampilan hidup. Mengembangkan keterampilan hidup melalui pembiasaan-pembiasaan agar mampu menolong diri sendiri (mandiri), disiplin, mampu bersosialisasi dan memperoleh bekal keterampilan dasar
yang berguna untuk kelangsungan hidupnya; 7) Menggunakan berbagai media dan sumber belajar. Media dan sumber belajar dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan; 8) Pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak. Menurut Yusuf (2010:85), Ciri-ciri pembelajaran anak taman kanak-kanak adalah: (a) anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tentram secara psikologis; (b) siklus belajar anak selalu berulang, dimulai dari membangun kesadaran, melakukan penjelajahan (eksplorasi), memperoleh penemuan untuk selanjutnya anak dapat menggunakannya; (c) anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan teman sebayanya; (d) minat anak dan keingintahuannya memotivasi belajarnya; (e) perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individual; (f) anak belajar dengan cara dari sederhana ke rumit, dari kongkrit ke abstrak, dari gerakan ke verbal, dan dari keakuan ke rasa sosial; g) Stimulasi terpadu. Stimulasi ini dapat dilakukan pada saat anak melakukan suatu kegiatan, anak dapat mengembangkan beberapa aspek pengembangan sekaligus. Contoh: ketika anak melakukan kegiatan makan, kemampuan yang dikembangkan antara lain: bahasa (mengenal kosakata tentang jenis sayuran, dan peralatan makan), motorik halus (memegang sendok, menyuap makanan ke mulut), daya pikir (membandingkan makan sedikit dan banyak), sosial-emosional (duduk rapih dan menolong diri sendiri), dan moral (berdoa sebelum dan sesudah makan). 2.2 Pengertian Kebangsaan Menurut Surahmad dalam sejarah pendidikan nasional (2010:45),Istilah bangsa adalah terjemahan dari kata nation, dan nation berasal dari bahasa Latin:natio yang artinya suatu yang lahir. Nation dalam istilah bahasa Indonesia artinya bangsa. Surahmad dalam sejarah pendidikan nasional (2010:45), konsep bangsa memiliki pengertian dalam arti sosiologis antropologis dan politis. 1. Bangsa Dalam Arti Sosiologis Antropologis Bangsa adalah perkumpulan orang yang saling membutuhkan dan berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama dalam suatu wilayah. Persekutuan hidup dalam suatu negara bisa merupakan persekutuan hidup mayoritas dan minoritas. Bangsa dalam arti sosiologis
antropologis diikat oleh ikatan - ikatan seperti ras, tradisi, sejarah, adat istiadat, agama atau kepercayaan, bahasa dan daerah. Ikatan ini disebut ikatan primordial. 2. Bangsa Dalam Arti Politis Bangsa adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan tunduk pada kedaulatan negara sebagai satu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Bangsa dan negara sudah bernegara dan mengakui serta tunduk pada kekuasaan negara yang bersangkutan. Bangsa dalam arti politik diikat oleh sebuah organisasi kekuasaan yaitu negara dan pemerintahannya. Mereka juga diikat oleh suatu kesatuan wilayah nasional, hukum, dan perundangan yang berlaku di negara tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010:35, pengertian bangsa adalah orang orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Dalam sejarah pendidikan nasional (2010:65), diuraikan beberapa pendapat beberapa pakar mengenai pengertian bangsa yaitu : 1. Menurut Benedict Anderson, bangsa adalah suatu komunitas politik yang terbayang dalam wilayah yang jelas batasnya dan berdaulat. Jadi ada tiga unsur pokok bangsa yaitu komunitas politik yang terbayang, batas wilayah jelas, dan berdaulat. 2. Menurut Otto Bauer, bangsa adalah kelompok manusia yang mempunyai kesamaan karakter yang tumbuh karena adanya kesamaan nasib. 3. Menurut Hans Kohn, bangsa adalah buah hasil tenaga hidup manusia dalam sejarah, suatu bangsa merupakan golongan yang beraneka ragam dan tidak bisa dirumuskan secara eksak. Sebagai ahli antropologi etnis, ia mengemukakan teori tentang bangsa bahwa bangsa dibentuk karena persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah, negara, dan kewarganegaraan. Namun, saat ini sepertinya teori kebangsaan yang
mendasarkan ras, bahasa, serta unsur lainnya yang sifatnya primordial sudah tidak mendapat tempat di kalangan bangsa dunia. Sebagai contoh, Serbia yang berupaya untuk membangun bangsa berdasarkan kesamaan ras, bahasa dan agama mengalami tantangan oleh dunia. 4. Menurut Ernest Renan, bangsa adalah kelompok manusia yang berada dalam suatu ikatan batin yang dipersatukan karena memiliki persamaan sejarah dan cita - cita yang sama. 5. Menurut Jalobsen dan Lipman, bangsa adalah suatu kebudayaan (cultural unity) dan kesatuan politik (political unity). Berdasarkan beberapa pendapat diatas disimpulkan bangsa adalah rakyat yang telah mempunyai kesatuan tekad untuk membangun masa depan bersama dan dari segi politik bangsa merupakan kelompok masyarakat yang mendiami suatu wilayah teritorial tertentu yang tunduk pada ketentuan hukum yang dibuat oleh kekuasaan Negara Semangat kebangsaan yang dimaksud dalam penelitian ini lebih ditekankan pada bagaimana anak-anak dibiasakan melakukan upacara bendera sendiri, dan sejauh mana anakanak mengenal nama-nama pahlawan, dan lagu-lagu kebangsaan, hal itu perlu dikenalkan kepada anak-anak sejak dini, sehingga pendidik berharap semua anak-anak memiliki semangat untuk mencintai bangsa ini 2.3
Peran Pendidik Dalam Menumbuhkan Semangat Kebangsaan Pengertian pendidik pada umumnya merujuk pada pendapat pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Pendidik memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kemampuan anak didiknya. Tanpa seorang pendidik seorang anak hanya akan menjadi seorang manusia tanpa pengetahuan. Peranan pendidik untuk mempersiapkan pengalaman belajar, merencanakan
pengalaman belajar selengkap mungkin tetapi bersedia terus mengevaluasi rencana itu demi pengalaman belajar yang lebih dalam bagi anak didik. Peran ini dimaksud agar anak usia dini akan menjadi para pemuda yang mendapatkan ilmu pengetahuan yang nantinya akan digunakan untuk membangun bangsa dan Negara. Perlu disadari untuk membangun suatu bangsa, kita tidak boleh hanya menitikberatkan pada satu bangunan yang terlihat seperti jalan, jembatan, bangunan perkantoran atau infrastuktur lainnya, tetapi kita juga harus memperhatikan suatu bangunan karakter kebangsaan yang tertanam dalam setiap individu generasi muda. Contohnya dimana nilai-nilai sumpah pemuda masih sangat dibutukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Hakim (2006:14), Pendidik-Pendidik taman kanak-kanak sangat berperan dalam pembentukan karakter peserta didiknya karena itu pendidik taman kanak-kanak harus memiliki kemampuan yang memadai untuk bisa membangun karakter anak, setidaknya pendidik memiliki standar kompetensi berikut ini: Kompetensi Pendidik Kompetensi, Subkompetensi, dan Indikator Kompetensi/ Subkompetensi Indikator 1. Kompetensi Kepribadian 1.1 Bersikap dan berperilaku sesuai dengan kebutuhan psikologis anak
1.2 Bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma agama, budaya dan keyakinan anak
1.1.1 Menyayangi anak secara tulus 1.1.2 Berperilaku sabar, tenang, ceria, serta perhatian 1.1.3 Memiliki kepekaan, responsif, dan humor terhadap perilaku anak 1.1.4 Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan bijaksana 1.1.5 Berpenampilan bersih, sehat, dan rapi 1.1.6 Berperilaku sopan santun, menghargai, dan melindungi anak 1.2.1 Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, budaya, dan jender 1.2.2 Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum, dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat 1.2.3 Mengembangkan sikap anak didik
untuk menghargai agama dan budaya lain 1.3 Menampilkan diri sebagai pribadi yang berbudi pekerti luhur 1. Kompetensi Profesional 2.1 Memahami tahapan perkembangan anak
2.2 Memahami pertumbuhan dan perkembangan anak
2. 3. Memehami pemberian rangsangan pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan
2.4 Membangun kerjasama dengan orang tua dalam pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak
1.3.1 Berperilaku jujur 1.3.2 Bertanggung jawab terhadap tugas 1.3.3 Berperilaku sebagai teladan
2.1.1 Memahami kesinambungan tingkat perkembangan anak usia 0-6 tahun 2.1.2 Memahami standar tingkat pencapaian perkembangan anak 2.1.3 Memahami bahwa setiap anak mempunyai tingkat kecepatan pencapaian perkembangan yang berbeda 2.1.4 Memahami faktor penghambat dan penduking tingkat pencapaian perkembangan 2.2.1 Memahami aspek-aspek perkembangan fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosialemosi, dan moral agama 2.2.2 Memahami faktor-faktor yang menghambat dan mendukung aspekaspek perkembangan diatas 2.2.3 Memahami tanda-tanda kelainan pada setiap aspek perkembangan 2.2.4 Mengenal kebutuhan gizi anak sesauai dengan usia 2.2.5 memahami cara memantau nutrisi, kesehatan dan keselamatan anak 2.2.6 Menghetahui pola asuh yang sesuai dengan usia anak 2.2.7 Mengenal keunikan anak 2.3.1 Mengenal cara-cara pemberian rangsangan dalam pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan secara umum 2.3.2 Memiliki keterampilan dalam melakukan pemberian rangsangan pada setiap aspek perkembangan 2.4.1 Mengenal faktor-faktor pengasuhan anak, sosial ekonomi keluarga, dan sosial kemasyarakatan yang mendukung dan menghambat perkembangan anak 2.4.2 Mengkomunikasikan program lembaga (pendidikan, pengasuhan, dan
perlindunagn anak) kepada orang tua 2.4.3 Meningkatkan keterlibatan orang tua dalam program lembaga 2.4.4 Meningkatkan kesinambungan program lembaga dengan lingkungna keluaraga 3.Kompetensi Pedagogik 3.1 Merencanakan kegiatan program pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan
3.2 Melaksanak proses pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan
3.3 Melaksanakan penilaian terhadap proses dan hasil pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan
4. Kompetensi Sosial 4.1 Beradaptasi dengan lingkungan
3.1.1 Menyusun rencana kegiatan tahunan, semesteran, bulanan, minguuan, dan harian 3.1.2 Menetapkan kegiatan bermain yang mendukung tingkat pencapaian perkembangan anak 3.1.3 Merencanakan kegiatan yang disusun berdasarkan kelompok usia 3.2.1 Mengelola kegiatan sesuai dengan rencana yang disusun berdasarkan kelompok usia 3.2.2 Menggunakan metode pembelajaran melalui bermain sesuai dengan karakteristik anak 3.2.3 Memilih dan menggunakan media yang sesuai dengan kegiatan dan kondisi anak 3.2.4 memberikan motivasi untuk meningkatkan keterlibatan anak dalam kegiatan 3.2.5 Memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan anak 3.3.1 Memilih cara-cara penilaian yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai 3.3.2 Melakukan kegiatan penilaian sesuai dengan cara-cara yang telah ditetapkan 3.3.3 Mengolah hasil penilaian 3.3.4 Menggunakan hasil-hasil penilaian untuk berbagai kepentingan pendidikan 3.3.5 Mendokumentasikan hasil-hasil penilaian
4.1.1 Menyesuaikan diri dengan teman sejawat 4.1.2 Menaati aturan lembaga 4.1.3 Menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar 4.1.4 Akomodatif terhadap anak didik, orang tua, teman sejawat dari berbagai latar
belakang budaya dan sosial ekonomi 4.2 Berkomunikasi secara efektif
4.2.1 Berkomunikasi secara empatik dengan orang tua peserta didik 4.2.2 Berkomunikasi efektif dengan anak didik, baik secara fisik, verbal, maupun non verbal
Sumber: Permendiknas No. 58 Tahun 2009 (2009:12) Menurut Santoso (2009:207) Pendidikan karaker bagi bangsa yang kehilangan jati dirinya memang sangat diperlukan. Pendidikan karakter dikembangkan untuk menguatkan identitas bangsa dan mencegah gejolak permasalahan di tanah air yang cenderung kian mengaburkan semangat nasionalisme. Untuk menciptakan pemuda pelajar yang memiliki karakter mulia diperlukan upaya dan kerjasama yang sinergis antara orang tua, sekolah, dan masyarakat. Kita sebagai pendidik merupakan ujung tombak di lapangan dalam mewujudkan pribadi anak yang mantap dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi dan harus senantiasa berperan aktif melalui berbagai upaya yang dapat dapat menggugah kembali semangat nasionalisme pemuda pelajar yang mulai luntur tergerus arus globalisasi. Ketika seorang pendidik memiliki standar kompetensi pendidik Indonesia maka akan menarik perhatian anak untuk mengikuti pembelajaran khususnya yang bertemakan kebangsaan. Menurut Hakim (2006:34), Selain faktor pendidik, faktor sekolah juga mempengaruhi karakter kebangsaan anak. Dimana karakter kebangsaan perlu dibina melalui pendidikan sekolah, seperti mendidik anak dalam penanaman ilmu pengetahuan. Kemajuan kapasitas berpikir manusia, yang umumnya diartikulasikan dalam bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan manusia yang berkarakter. Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran anak (atau "murid") di bawah pengawasan pendidik. Lembaga ini adalah wadah untuk menanamkan nilai – nilai kesatuan yang tertuang dalam sumpah pemuda karena sekolah diangap sebagai tempat berkumpulnya pemuda – pemuda yang sedang dipersiapkan sebagai pemimpin – pemimpin dimasa yang akan datang.
Sekolah sebagai bagian dari lingkungan memiliki peranan yang sangat penting. dimana setiap sekolah memilih pendisiplinan dan kebiasaan mengenai karakter yang akan dibentuk. Masalah yang paling mendasar adalah karakter atau ciri khas seseorang itu merupakan bawaan dari kelahiran. Pembentukan karakter itu dimulai dari fitrah yang diberikan Ilahi, yang kemudian membentuk jati diri dan prilaku. Dalam prosesnya sendiri fitrah Ilahi ini dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, sehingga lingkungan memiliki peranan yang cukup besar dalam membentuk jati diri dan prilaku.Hal pokok utama juga adalah karakter pendidik haruslah karakter yang baik karena jika pendidik memiliki karakter baik maka anak pun akan memiliki karakter yang baik. Ada pepatah mengatakan “buah jatuh tak jau dari pohonnya” bermakna bahwa karakter anak itu akan memiliki kedekatan dengan karakter orang tuanya baik di rumah maupun di sekolah. Sebagai pendidik disekolah juga merupakan orang tua terhadap peserta didik karena itu pendidik haruslah memberi contoh tentang dirinya sendiri mengenai karakter-karakter yang baik. Pendidik haruslah memahami nilai-nilai kebangsaan seperti sumpah pemuda agar anak juga memiliki semangat yang sama ketika mereka beranjak dewasa. Surakhmad (2007:29), mengutarakan bahwa dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi perkembangan karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan sendi-sendi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan norma sosial yang ada di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama. Surakhmad (2007:32), Nilai-nilai Sumpah pemuda merupakan satu percontohan bagi kehidupan masyarakat Indonesia saat ini, dimana peristiwa sumpah pemuda akan membuat pendidik berbenah diri menjadi pendidik yang profesional. Pendidik yang profesional bukanlah pendidik yang mendidik apa yang ia kuasai atau apa yang dia tahu, tapi pendidik mengajarkan
tentang dirinya. Artinya pendidik harus menjadi percontohan, pendidik harus memiliki karakter yang baik agar anak juga memiliki karakter yang baik. Pendidik sebagai orang tua pada waktu anak berada di sekolah maka pendidik juga memiliki tanggungjawab untuk mendidik anak bukan hanya untuk mendapatkan kecerdasan intelektual tapi juga memiliki karakter dan keterampilan yang baik. Kadang dalam kelas ada anak yang memiliki kecerdasan intelektual tapi lebih menginginkan untuk berkelahi, tidak rapi, sering berbicara kasar ini adalah ciri-ciri anak yang memiliki karakter buruk. Nantinya mereka akan menjadi seorang yang pintar tetapi kepintaran yang dimilikinya akan dipergunakan untuk kejahatan. Ada contoh seperti Dr Azhari yang merupakan teroris berbahaya, ia merupakan seorang yang memiliki kecerdasan intelektual tapi tidak memiliki karakter baik. Masih juga banyak lagi tokoh-tokoh pintar di dunia yang salah mengunakan kecerdasan intelektual mereka karena tidak diimbangi dengan karakter baik. Mungkin saja orang yang seperti itu tidak mendapakan pemahaman tentang sumpah pemuda, pancasila dan UUD 1945. Sekarang ini banyak orang-orang yang pintar tetapi berkarakter buruk itu karena ketika mereka mengenyam pendidikan mereka hanya diarahkan untuk mendapatkan kecerdasan intelektual dengan mengesampingkan pendidikan karakter dan keterampilan. 2.3.1 Upaya Pendidik Dalam Menumbuhkan Semangat Kebangsaan Ali (2009:341),Semangat kebangsaan atau nasionalisme yang ada pada diri sesorang tidak datang dengan sendirinya tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah watak dan karakter bangsa serta pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan dicanangkannya “pendidikan berkarakter” saat ini maka peran pendidik menjadi lebih nyata dalam pembentukan karakter dan watak anak. Tanggung jawab pembentukan karakter anak bukan hanya tanggung jawab sebagian pendidik khususnya pendidik mata pelajaran PKn dan
Pendidikan Agama tetapi harus merupakan upaya bersama para pendidik, sehingga diharapkan segala upaya ini dapat menjadi pagar betis penangkal pengaruh negatif yang sedang marak berkembang belakangan ini. Ali (2009:343), upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam membangkitkan kembali semangat nasionalisme di kalangan anak didik di sekolah penjelasannya dapat dilihat dibawah ini dan pendapat tersebut menjadi indikator dalam penelitian ini. Upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam membangkitkan kembali semangat nasionalisme di kalangan anak didik di sekolah tersebut yaitu : Pertama, penguatan peran pendidik dan peserta didik agar terjalin sinergi antara implementasi kegiatan transfer ilmu yang tetap mengedepankan kualitas dengan terwujudnya peserta didik yang bermoral dan memegang teguh semangat nasionalisme. Dalam membangun karakter dapat dilakukan dengan menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik sehingga anak menjadi paham (domain kognitif), menanamkan tata nilai serta menanamkan mana yang boleh dan mana yang tidak (domain afektif), mampu melakukan (domain psikomotor) dan memberikan teladan hidup (living model). Kedua, peran pendidik dalam proses internalisasi nilai-nilai positif di dalam diri anak tidak bisa digantikan oleh media pendidikan secanggih apapun. Dalam menjalani amanah sebagai khalifah di muka bumi kita hendaknya mampu memberikan suri teladan yang baik yang akan dicontoh oleh anak didik kita. Diawali dari niat yang bersih dan tulus ikhlas dalam setiap mengawali pekerjaan, selalu bersyukur kepada-Nya dan memiliki hasrat untuk berubah melalui doa dan usaha. Dengan terciptanya hasrat untuk berubah ke arah yang lebih baik tentu akan menimbulkan manfaat yang positif terhadap perkembangan anak. Ketiga, dalam setiap kegiatan pembelajarannya pendidik harus senantiasa mengingatkan anak untuk senantiasa menanamkan dan menumbuhkan sikap mencintai dan bangga terhadap Tanah Air. Pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam pergaulan sehari-hari, mengembangkan dan melestarikan budaya dan kesenian daerah dan menanamkan rasa bangga terhadap produk dalam negeri dibandingkan dengan produk luar negeri diharapkan akan mampu membangkitkan rasa bangga terhadap bangsa Indonesia yang pada akhirnya muncul semangat nasionalisme pada anak untuk tetap menjaga keutuhan NKRI. Keempat, membiasakan kegiatan upacara bendera untuk membangkitkan semangat nasionalisme. Di tengah perkembangan zaman yang semakin serba modern dan menggerus nilai-nilai budaya bangsa, nampaknya kegiatan upacara bendera masih relevan untuk dilaksanakan dalam rangka pembentukan karakter pribadi anak yang tangguh, disiplin dan bertanggung jawab. Sebagaimana kita ketahui bahwa pelaksanaan upacara bendera adalah bagian dari pembinaan mental, fisik dan disiplin yang harus terus dilaksanakan dalam kehidupan sekolah. Sekolah sebagai wahana “transfer of value” harus dapat menciptakan nilai-nilai positif melalui penciptaan
suasana kegiatan belajar mengajar yang serba tertib yaitu tertib di kelas, tertib di lapangan dan lingkungan sekolah dan tertib pengaturan dan penggunaan waktu (tertib waktu). Upacara bendera setiap hari Senin adalah kegiatan puncak dalam pembinaan disiplin anak di sekolah. Penghormatan terhadap bendera merah putih dapat dijabarkan maknanya sebagai semangat setiap anak untuk tetap menjaga keutuhan NKRI dan mengingatkan setiap anak untuk menghormati jasa para pahlawan yang telah rela berkorban untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Anak diharapkan sadar bahwa peran mereka saat ini hanya dituntut untuk mengisi kemerdekaan melalui cara belajar dengan sungguh-sungguh. Kelima, mengoptimalkan kegiatan pengembangan diri. Kegiatan ini merupakan kegiatan diluar jam pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui Kegiatan gotong royong, kegiatan olahraga dan banyak lagi kegiatan pengembangan diri yang dikembangkan oleh tiaptiap sekolah taman kanak-kanak yang diharapkan dapat membangkitkan semangat kebangsaan sehingga diharapkan terbentuk pribadi anak yang memiliki jiwa pembaharu, bertanggung jawab, memiliki keberanian, disiplin dan tidak mudah menyerah.
Slameto (2009:32) mengatakan Semangat kebangsaan atau nasionalisme yang ada pada diri sesorang tidak datang dengan sendirinya tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah watak dan karakter bangsa serta pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan dicanangkannya “pendidikan berkarakter” saat ini maka peran pendidik menjadi lebih nyata dalam pembentukan karakter dan watak anak. Tanggung jawab pembentukan karakter anak bukan hanya tanggung jawab sebagian pendidika
khususnya pendidik TK, tetapi harus
merupakan upaya bersama sehingga diharapkan segala upaya ini dapat menjadi pagar betis penangkal pengaruh negatif yang sedang marak berkembang belakangan ini. Semangat nasionalisme yang tinggi dan kerjasama yang baik antara orang tua anak, pendidik, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat sekitar dapat membentengi anak dan menyelamatkan anak dari pengaruh negatif lingkungan sehingga anak dapat meraih prestasi dan menjunjung tinggi budi pekerti. Anak dapat menjadi pelopor bagi lingkungan sekitarnya untuk terus senantiasa membangkitkan semangat nasionalisme di dada seluruh masyarakat Indonesia. dengan bangkitnya kembali semangat nasionalisme yang telah memudar akan dapat mengembalikan jati diri bangsa Indonesia sehingga dapat bangkit menjadi bangsa yang beradab,
bermartabat dan dapat bersaing di dunia internasional tanpa meninggalkan identitas karakter kebangsaannya. Slameto (2009:34), Semangat kebangsaan merupakan salah satu bentuk karakter yang perlu dibina pada anak usia dini, seperti: disiplin pada pelaksanaan upacara bendera, mengetahui isi sumpah pemuda, menghapal lagu-lagu perjuangan. dengan semangat kebangsaan yang dimiliki anak, akan berpengaruh pada pembinaan karakter lainnya. Dapat diberikan contoh dengan kecerdasan naturalis, anak akan menghargai jasa-jasa pahlawan yang telah merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Menurut Safaria (2007:92) terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan semangat kebangsaan pada anak, yakni: a) melalui pembiasaan; b) melalui cinta dan kasih sayang; c melalui keteladanan orang tua; d) melalui cerita/dongeng yang mengandung kebangsaan; e) membentuk kebiasaan bertindak dalam kebajikan; f) mengasuh dan mempertajam hati nurani; g) menerapkan pola asuh yang positif dan konstruktif. Suyadi (2009:209) untuk membentuk semangat kebangsaan pada anak dapat dilakukan melalui: a) memperdengarkan lagu – lagu perjuangan; b) melatih nyanyian lagu kebangsaan; c) mengucapkan salam ketika masuk dan pulang sekolah; d) membacakan kisah-kisah para pahlawan; e) memperkenalkan gambar – gambar para pahlawan; f) membiasakan anak untuk melakukan upacara bendera setiap hari senin; h) mengucapkan hamdalah dan terima kasih setelah permintaannya dipenuhi. 2.4
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kebangsaan Menurut Sinetar (2001:96) otoritas intuitif, yaitu kejujuran, keadilan, ,patuh pada
perintah, disiplin menjalankan tugas, kesamaan perlakuan terhadap semua orang, mempunyai faktor yang mendorong tumbuhnya semangat kebangsaan. Suatu dorongan yang disertai oleh
pandangan luas tentang tuntutan hidup dan komitmen untuk memenuhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kebangsaan menurut Ginanjar (2007:136) adalah inner value (nilainilai spiritual dari dalam) yang berasal dari dalam diri (suara hati), seperti transparency (keterbukaan), responsibilities (tanggungjawab), accountabilities (kepercayaan), fairness (keadilan) dan social wareness (kepedulian sosial). Faktor kedua adalah drive yaitu dorongan dan usaha untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan. Hawari (dalam Safaria, 2007:86) menguraikan bahwa setiap anak memiliki kebutuhan dasar yang harus terpenuhi dalam hidupnya. Kebutuhan dasar ini jika terpenuhi akan menimbulkan keadaan damai, aman dan tentram dalam hidup anak. Peran orang tua dalam lingkungan keluarga menjadi penting dalam membimbing anaknya untuk mampu memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Karena setiap anak lahir dalam keadaan suci seperti putihnya kertas, tergantung bagaimana orang tua melukis kertas putih tersebut jika orang tua melukiskan sebuah gambar yang bagus, penuh makna-makna yang baik maka anak pun akan mampu memenuhi kebutuhan dasarnya dengan hal – hal yang baik juga. Tetapi jika orang tua justru banyak melukiskan hal yang penuh kebencian, dendam, kehampaan makna, kekosongan jiwa dan kegersangan spiritual, maka anak pun akan menjadi terperosok dalam lembah kegersangan spiritual yang menyiksa jiwanya.Semakin bermakna hidup anak, maka akan semakin kokoh jiwa anak dalam menghadapi godaan negatif dari lingkungan yang akan menghancurkan hidupnya. Selain itu, anak semakin mampu menerapkan kebajikan dan kearifan spiritual dalam perilakunya sehari-hari, sehingga memiliki kepribadian yang kokoh secara spiritual.
Menurut Yusuf (2010:35),Hati nurani anak perlu diasah melalui keteladanan dan kebiasaan bertindak benar. Hati nurani anak akan terhambat untuk berkembang secara optimal jika anak masih dikuasai oleh hawa nafsu sendirinya. Selain itu jika jiwa anak kekurangan akan kasih sayang dan cinta maka anak akan menderita. Akibatnya jiwa anak akan dikuasai oleh rasa benci dan marah yang akan menghambat berkembangnya hati nurani. Anak akan melampiskan kemarahan dan rasa dendamnya tanpa rasa bersalah. Sehingga anak tidak mampu merasakan penderitaan orang lain. Untuk itu orang tua harus terlebih dahulu memenuhi kebutuhan anak akan cinta dan kasih sayang yang menjadi fondasi awal perkembangan hati nuraninya. Yusuf (2010:37) mengatakan,anak-anak yang merasa ditolak atau diabaikan oleh keluarganya akan menjadi anak-anak yang keras hati, membenci dirinya sendiri dan orang lain, serta cenderung akan menjadi anak yang memiliki kepribadian antisosial. Diri anak akan dikuasai oleh dorongan untuk menyakiti orang lain, akibat kehidupannya sendiri yang tersakiti dan tidak pernah dicintai keluarganya. Untuk itulah kebutuhan cinta dan kasih sayang dalam diri anak harus terpenuhi, sehingga mampu mendorong timbulnya hati nurani yang sehat. Ada beberapa cara dalam mengasah hati nurani agar berkembang secara optimal dan sehat, yaitu: a)Mengajarkan anak tentang nilai-nilai luhur, anak perlu dibimbing memahami dan menghayati nilai-nilai luhur dalam kehidupannya. Peran orang tua menjadi sangat penting dalam membimbing anak untuk menghayati dan menginternalisasi nilai-nilai luhur tersebut dalam dirinya. Sebab tanpa bimbingan orang tua, anak akan mencari pegangan akan nilai-nilai tertentu dari luar lingkungan keluarga, yang bisa saja menjerumuskan anak. Karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal anak, maka pendidikan nilai-nilai luhur harus diterapkan pada anak sedini mungkin. Caranya dengan memberikan contoh-contoh dan penjelasan yang bisa dipahami anak. b) Melalui pemberian contoh dan teladan,salah satu cara untuk mengasah tingkat
kepekaan hati nurani anak adalah dengan memberikan keteladanan pada anak. Orang tua memberikan teladan pada anak dalam bertindak secara benar dan memberikan contoh pada anak mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang melanggar hati nurani. Sebagaimana diketahui bersama pembentukan karakter pada usia dini merupakan tugas orang tua sebagai pendidik pertama dan utama. Pembentukan karakter meliputi proses pembelajaran yang diberikan oleh orang tua maupun guru, antara lain: tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang dimiliki oleh seseorang. Pendidikan karakter di lingkungan keluarga diupayakan agar terjadi proses penguatan dari orang tua, agar terjadi perilaku berkarakter pada anak. Dari hasil analisis diperoleh bahwa orang tua benar-benar berperan dalam pembentukan karakter seperti dalam hal: membimbing, mengasuh, berkomunikasi dan memenuhi kebutuhan fisik. 2.5 Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian tentang peran guru dalam menumbuhkan semangat kebangsaan pada anak telah diteliti terlebih dahulu oleh Setyaningsih, Mahasiswa Universitas Negeri Malang Tahun 2011, hasil penelitian peran guru dalam menumbuhkan semangat kebangsaan diperoleh bahwa pendidik taman kanak-kanak sangat berperan dalam menumbuhkan semangat kebangsaan pada anak. Hal ini dapat dilakukan melalui : 1) Pembentukan semangat kebangsaan pada anak taman kanak-kanak memerlukan bimbingan, pemberian contoh, pemodalan dari orang tua tentang kerakter yang diharapkan. 2) Kerja sama antara guru dan orang tua dalam pembentukan semangat kebangsaan pada anak taman kanak-kanak perlu dibangun, dibina sehingga anak memperoleh persepsi yang sama tentang karakter semangat kebangsaan yang diajarkan disekolah dengan karakter semangat kebangsaa yang dibentuk oleh orang tua.
Rizkifitria Sari dalam skripsinya mendeskripsikan tentang peranan guru dalam menumbuhkan sikap kebangsaan anak usia dini, dilakukan melalui indikator guru sebagai insturksional, peran guru sebagai motivator, peran guru sebagai model, dan sebagai pengarah. Hasil penelitian tersenut diperoleh peranan guru sebagai instruksional, guru telah merancang pembelajaran yang bertemakan tentang semangat kebangsaan pada anak dan itu telah tertuang dalam setiap rencana kegiatan harian kelompok A dan B. Guru sebagai motivator yaitu guru memberikan pembelajaran yang menyenangkan yang dapat menarik minat anak dalam belajar, selain itu guru memberikan dorongan pada anak melalui pembelajaran yang menyenangkan dalam menumbuhkan semangat kebangsaan pada usia dini. Peran guru sebagai model dan pengarah yaitu guru telah berperan dalam membimbing pengalaman anak sehari-hari kearah pengenalan tingkah laku dan kepribadian siswa dalam menanamkan semangat kebangsaan serta guru dapat membimbing anak melalui pengalaman sehari-hari dengan tujuan untuk menumbuhkan semangat kebangsaan Dari hasil penelitian yang relevan diatas, jika dikaitkan dengan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam menumbuhkan semangat kebangsaan pada anak maka peran dari pendidik sangat penting agar dalam diri anak bisa tertanam rasa kebanggan pada bangsanya sendiri sejak dini