BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar 2.1.1. Pengertian Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan yang memberikan kesempatan bagi setiap anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Secara umum Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan, selain itu menurut Mahendra (2006:20) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga, yang didalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik yang paling tidak fokusnya pada keterampilan anak yang berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosi dan sosial. Mutohir,
1992
(dalam
Pauweni,
2010:9)
mengemukakan
bahwa
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan
watak,
serta
kepribadian
yang
harmonis
dalam
pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila.
7
rangka
Mahendra (2006:3) Pendidikan jasmani di sekolah dasar mencakup ruang lingkup yang luas karena terkait langsung dengan karakteristik anak-anak dari berbagai usia. Dilihat dari tahapan pertumbuhan dan perkembangan fisik anak pada tingkat usia sekolah dasar, sedikitnya terlibat 3 tahapan, yaitu: 1) Tahapan akhir dari masa kanak-kanak awal (antara usia 5 – 7 tahun); 2) Tahapan masa kanak-kanak akhir (middle childhood); dan 3) Tahapan awal dari pra-adolesen (yang bisa dimulai pada usia 8 tahun atau rata-rata usia 10 tahun). Demikian juga dalam perkembangan motorik dan keterampilan. Anakanak usia sekolah dasar mengalami masa-masa perkembangan motorik dan keterampilan yang berbeda-beda. Pada usia-usia 5 – 8 tahun, anak mulai berurusan dengan kemampuan pengelolaan tubuhnya dan keterampilan dasar seperti keterampilan berpindah tempat (locomotor), gerak statis di tempat (nonlocomotor) dan gerak memakai anggota badan (manipulative). Pada usia di atasnya, anak-anak mulai matang menguasai keterampilan khusus, dari mulai keterampilan manipulatif lanjutan, hingga kegiatan-kegiatan berirama dan permainan, senam, kegiatan di air, dan kegiatan untuk pembinaan kebugaran jasmani. Dalam beberapa cabang olahraga, pentahapan pencapaian keterampilan tingkat tinggi pun sudah dapat mulai dilaksanakan di kelas-kelas akhir sekolah dasar, misalnya senam, loncat indah, dan renang. Karena begitu eratnya hubungan antara tingkat pertumbuhan dan perkembangan fisik dan keterampilan anak, ruang lingkup pendidikan jasmani yang ditawarkan di sekolah dasar semestinya dikembangkan berdasarkan kebutuhan anak-anak.
8
Hal ini tidak bisa dibuat begitu saja, sebab perlu diolah sebaik-baiknya dengan pertimbangan yang matang. Pertimbangan tersebut meliputi: 1) Dasardasar pengembangan program; 2) Pola pertumbuhan dan perkembangan anak; 3) Dorongan dasar anak-anak; dan 4) Karakteristik serta minat anak. Siedentop, 1994 (dalam Pauweni, 2010:11) menjelaskan filosofi pengajaran dan pendidikan olahraga dipusatkan pada pengembangan kelompok belajar kecil, heterogen (yang disebut tim), serta konsisten pada praktek pengajaran yang efektif, diacu sebagai model pembelajaran kontektual, berpusat pada siswa. Selain itu Bucher, 1979 (dalam Samsudin, 2008:7) menguraikan fokus program Pendidikan jasmani sekolah dasar khususnya untuk kelas 4-6 adalah: a) Program pendidikan jasmani harus memberikan kesempatan untuk memperoleh kesenangan, belajar keterampilan baru, dan belajar berbagai cabang olahraga; b) Anak juga membutuhkan latihan untuk meningkatkan kebugaran jasmani; c) Pada tingkat usia ini hampir pasti bahwa pendidikan jasmani dipandang sebagai tempat untuk membentuk persahabatan baru. Dalam hal ini juga ditekankan bahwa program pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada anak untuk “Beraksi” (show off) dan anak juga mampu menghilangkan ketegangannya. Menurut Mahendra (2006:7/8) secara umum, manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup sebagai berikut: 1. Memenuhi kebutuhan anak akan gerak Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Di dalamnya anak-anak dapat belajar sambil bergembira melalui penyaluran hasratnya untuk bergerak. Semakin terpenuhi
9
kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, makin besar bagi kualitas pertumbuhan itu sendiri. 2. Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya Pendidikan jasmani adalah waktu untuk ‘berbuat’. Anak-anak akan lebih memilih untuk ‘berbuat’ sesuatu dari pada hanya harus melihat atau mendengarkan orang lain ketika mereka sedang belajar. Suasana kebebasan yang ditawarkan di lapangan atau gedung olahraga sirna karena sekian lama terkurung di antara batas-batas ruang kelas. Keadaan ini benar-benar tidak sesuai dengan dorongan nalurinya. Dengan bermain dan bergerak anak benarbenar belajar tentang potensinya dan dalam kegiatan ini anak-anak mencoba mengenali lingkungan sekitarnya. Para ahli sepaham bahwa pengalaman ini penting untuk merangsang pertumbuhan intelektual dan hubungan sosialnya dan bahkan perkembangan harga diri yang menjadi dasar kepribadiannya kelak. 3. Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna Peranan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar cukup unik, karena turut mengembangkan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai berbagai keterampilan dalam kehidupan di kemudian hari. Menurut para ahli, pola pertumbuhan anak usia sekolah hingga menjelang akil balig atau remaja disebut pola pertumbuhan lambat. Pola ini merupakan kebalikan dari pola pertumbuhan cepat yang dialami anak ketika mereka baru lahir hingga usia 5 tahunan. Karena pada usia SD tingkat pertumbuhan sedang lambat-lambatnya, maka pada usia-usia inilah kesempatan anak untuk
10
mempelajari
keterampilan
gerak
sedang
tiba
pada
masa
kritisnya.
Konsekuensinya, keterlantaran pembinaan pada masa ini sangat berpengruh terhadap perkembangan anak pada masa berikutnya. 4. Menyalurkan energi yang berlebihan Anak adalah mahluk yang sedang berada dalam masa kelebihan energi. Kelebihan energi ini perlu disalurkan agar tidak menganggu keseimbangan perilaku dan mental anak. Segera setelah kelebihan energi tersalurkan, anak akan memperoleh kembali keseimbangan dirinya, karena setelah istirahat, anak akan kembali memperbaharui dan memulihkan energinya secara optimum. 5. Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral. Tidak salah jika para ahli percaya bahwa pendidikan jasmani merupakan wahana yang paling tepat untuk “membentuk manusia seutuhnya”.
2.1.2. Tujuan Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan umum yang tujuannya adalah untuk membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menjadi
11
manusia Indonesia seutuhnya. Pencapaian tujuan tersebut berpangkal pada perencanaan pengalaman gerak yang sesuai dengan karakteristik anak. Tujuan Pendidikan jasmani yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral. Singkatnya, pendidikan jasmani bertujuan untuk mengembangkan potensi setiap anak setinggi-tingginya. Sumbangan nyata pendidikan jasmani adalah untuk mengembangkan keterampilan (psikomotor). Karena itu posisi Pendidikan jasmani menjadi unik, sebab berpeluang lebih banyak dari mata pelajaran lainnya untuk membina keterampilan. Hal ini sekaligus mengungkapkan kelebihan pendidikan jasmani dari pelajaran-pelajaran lainnya. Jika pelajaran lain lebih mementingkan pengembangan intelektual, maka melalui pendidikan jasmani terbina sekaligus aspek penalaran, sikap dan keterampilan. Gusnadi, (selasa,2011/12/13) mengemukakan tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik dari pendidikan jasmani, yaitu: •
Meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa,
•
Meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya, serta
•
Meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana menerapkannya dalam praktek. Menurut Rahayu (2007/12/9) dalam http://www.google.com mengatakan
bahwa secara sederhana, Pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:
12
Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan. Berpartisipasi
dalam
aktivitas
jasmani
yang
dapat
mengembangkan
keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga. Diringkaskan dalam terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus mencakup 3 tujuan, yaitu : a) Domain psikomotorik Pengembangan domain psikomotorik secara umum dapat diarahkan pada dua tujuan utama, yaitu: 1) Mencapai perkembangan aspek kebugaran jasmani; 2) Mencapai perkembangan aspek perseptual motorik. Ini menegaskan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani harus melibatkan aktivitas fisik yang mampu merangsang kemampuan kebugaran jasmani serta sekaligus bersifat pembentukan penguasaan gerak keterampilan itu sendiri.
13
Kebugaran jasmani merupakan aspek penting dari domain psikomotorik, yang bertumpu
pada
perkembangan
kemampuan
biologis
organ
tubuh.
Konsentrasinya lebih banyak pada persoalan peningkatan efisiensi fungsi faal tubuh dengan segala aspeknya sebagai sebuah sistem (misalnya sistem peredaran darah, sistem pernapasan, sistem metabolisme, dll) b) Domain kognitif Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, dan lebih penting lagi adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. c) Domain afektif Domain afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu dikembangkan, tetapi yang lebih penting adalah konsep diri dan komponen kepribadian lainnya, seperti intelegensia emosional dan watak. Konsep diri menyangkut persepsi diri atau penilaian seseorang tentang kelebihannya. Konsep diri merupakan fondasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa kelak. Bucher,
1979
(dalam
Samsudin,
2008:7) mengemukakan
tujuan
pendidikan jasmani di sekolah dasar: a) Anak harus dipandang sebagai individu dengan kebutuhan fisik, mental, emosional, dan sosial yang berbeda; b) Keterampilan gerak kognitif harus mendapat penekanan; c) Anak harus meningkatkan kekuatan otot, daya tahan, kelentukan, kemampuan dan koordinasi serta harus belajar bagaimana faktor-faktor tersebut memainkan peran dalam
14
meningkatkan kebugaran jasmani; d) Pertumbuhan sosial dalam olahraga harus menjadi bagian penting dari semua program. Selain itu, dalam KTSP (2006:46) pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih. 2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik. 3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar. 4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. 5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri, dan demokratis. 6) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. 7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
15
2.1.3. Kurikulum Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar Kurikulum yang terakhir dan hingga saat ini masih digunakan di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam KTSP (2006:703) ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan
meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya 2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya 3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya 4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya 5. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya 6. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung 7. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan seharihari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat,
16
mencegah dan merawat cidera, mengatur
waktu istirahat yang tepat dan
berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek. Dalam pengembangan kurikulum guna keperluan proses pembelajaran, ada rambu-rambu yang harus diperhatikan oleh guru pendidikan jasmani. Ramburambu tersebut tercantum dalam KTSP (2006:726) sebagai berikut : 1. *) Artinya bahwa materi ini diajarkan sebagai kegiatan pilihan, disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah **) Artinya bahwa materi ini adalah materi pilihan, disesuaikan dengan fasilitas dan peralatan yang tersedia ***) Artinya bahwa materi ini diajarkan sebagai kegiatan yang dapat dilakukan dalam semester 1 dan atau semester 2 2. Untuk pembinaan peserta didik yang berminat terhadap salah satu atau beberapa cabang tertentu dapat dilakukan melalui kegiatan ekstra kurikuler.
2.2 Hakikat Pencak Silat Beladiri sudah dikenal sejak zaman prasejarah. Pada masa itu, kehidupan manusia masih sederhana dan bergantung sepenuhnya kepada alam. Manusia menggunakan teknik-teknik tertentu untuk berburu dan melindungi diri dari binatang, misalnya menggunakan tombak, gada dan panah. Ketika manusia mengenal perang, ilmu beladiri dikembangkan menjadi lebih canggih. Kadang mereka mengambil ilham dari alam, misalnya gerakangerakan binatang sewaktu bertarung. Berdasarkan itu, beragam teknik berkelahi
17
diciptakan agar manusia memenangkan pertempuran dalam waktu cepat tanpa banyak terluka. Makin lama, ilmu tersebut berkembang menjadi seni tersendiri. Di beberapa negara Asia, beladiri berkembang lebih dari sekedar cara untuk untuk bertempur. Orang Asia mengembangkan beladiri sebagai jalan hidup, dan dengannya mereka belajar tentang kehidupan dan kebijaksanaan. Muncul banyak aliran yang membuat beladiri menjadi beraneka ragam. Seni ini diwariskan dari generasi ke generasi, sehingga dapat dipelajari saat ini. Ketika senjata api dikenal, kejayaan beladiri mulai surut. Namun, hal ini tidak membuat beladiri punah. Beladiri terus dikembangkan, karena bisa dipakai untuk melindungi diri tanpa harus membawa senjata kemana-mana. Juga dimasa damai, beladiri masih diminati orang karena dapat dipakai untuk menjaga kesehatan. Dari sinilah kemudian beladiri berkembang sebagai olahraga prestasi. Beladiri untuk olahraga memiliki beberapa aturan khusus, serta dipertandingkan di dalam kejuaraan resmi. Sebenarnya, ada banyak juga jenis dan aliran beladiri di seluruh dunia. Selain aliran tradisional, ada juga beladiri yang diciptakan pada zaman modern, salah satunya adalah pencak silat. Pencak silat adalah seni beladiri asli indonesia, yang telah berumur berabad-abad. Pencak silat diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Pada dasarnya kata Pencak dan Silat mempunyai pengertian yang sama dan merupakan bagian dari kebudayaan rumpun melayu, yakni masyarakat kelompok etnis yang merupakan penduduk asli di negara Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
18
Tidak diketahui pasti kapan pencak silat di mulai. Namun, jika kita melihat salah satu relief di Candi Borobudur, kita bisa menduga bahwa seni ini mumgkin sudah ada pada masa kerajaan-kerajaan di Indonesia. Relief itu menggambarkan pertarungan bertsenjata. Sangat mungkin seni beladiri sudah mulai dikenal pada saat itu. Sebagian ahli berpendapat bahwa akar pencak silat berasal dari bangsa melayu, kemudian mnyebar ke Jawa dan wilayah lain Indonesia. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa di Jawa, Jawa Barat khususnya, telah muncul seni silat sebelum pengaruh Melayu datang. Penyebaran pencak silat Melayu tersebut diperkirakan terjadi sejak zaman Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan pertama di Indonesia. Gunawan (2007:10) istilah pencak silat sendiri sebenarnya belum dikenal sejak dulu. Ada banyak istilah untuk beladiri di tiap-tiap daerah seperti pencak, mancak, akmencak, silat, silek, maempok, mpaa sila dan sebagainya. Istilah pencak silat baru dipakai sejak IPSI berdiri pada pada 18 Mei 1948 di Surakarta, Jawa Tengah. Maka pencak silat menjadi nama resmi seni beladiri Indonesia tersebut. Kata pencak silat biasa digunakan oleh masyarakat pulau jawa sedangkan kata silat biasa digunakan oleh masyarakat di wilayah Indonesia lainnya maupun Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Dalam buku pencak silat yang di tulis oleh Pomatahu (2009:1), dalam bahasa Jawa istilah “PEN” yang berarti “TEPAT” dan akar kata “CAK” yang berarti “penerapan” (aplication). Dengan demikian pengertian pencak adalah penerapan kemahiran beladiri secara tepat. Kata tepat disini menyangkut baik teknik maupun tujuan penggunaan.
19
Menurut Djoemali salah seorang tokoh pendiri IPSI (dalam Pomatahu, 2009:2) pencak adalah gerak bela-serang yang berupa tari dan berirama dengan peraturan dan bisa untuk pertunjukan umum, sedangkan silat adalah intisari pencak untuk secara fisik membela diri dan tidak dapat digunakan untuk pertunjukan, selain itu menurut Dirjoatmodjdo, sesepuh perisai diri (dalam Pomatahu, 2009:2), pencak adalah olahraga berinti beladiri yang memiliki irama dan keindahan, sedangkan Silat adalah olahraga berinti beladiri tanpa irama dan keindahan. Koesoepangat (dalam Pomatahu, 2009:2), mengemukakan Pencak adalah gerakan beladiri tanpa lawan, sedangkan Silat adalah gerakan beladiri yang tidak bisa dipertandingkan, dan Soetardjonegoro (dalam Pomatahu, 2009:2/3) berpendapat bahwa pencak adalah gerak bela-serang yang teratur menurut sistem, waktu, tempat, iklim dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara ksatria. Tidak mau melukai perasaan. Jadi Pencak lebih menunjuk pada segi lahiriah, sedangkan silat adalah gerak bela-serang yang erat hubungannya dengan rohani, sehingga menghidup suburkan naluri, menggerakan nurani manusia, langsung menyerah kepada Tuhan Yanga Maha Esa. Berdasarkan uraian para pendekar di atas, Iskandar, dkk dalam Pomatahu (2009:3) berpendapat bahwa beladiri di Indonesia memilki 3 tingkatan, yaitu : Pencak, Pencak Silat, dan Silat. Pencak
: adalah gerak dasar beladiri yang terikat pada aturan tertentu dan digunakan
dalam belajar dan latihan.
20
Pencak silat
: adalah beladiri tingkat tinggi yang di sertai dengan perasaan sehingga merupakan penguasaan gerak yang efektif dan terkendali. Sering digunakan dalam latihan sambung atau pertandingan.
Silat
: adalah gerak beladiri yang sempurna, bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan, diri atau kesejahteraan bersama. Mengingat kedua kata yang pada dasarnya mempunyai makna yang sama,
maka kedua kata ini kemudian di gabungkan menjadi satu yaitu pencak silat. Kemudian dalam seminar olahraga asli di Tugu. Cisarua bulan November 1973, disepakati kata Pencak Silat sebagai sebutan untuk olahraga asli Indonesia. Pengertian Pencak Silat secara baku lebih ditegaskan lagi dalam seminar beladiri antar Departemen yang dihadiri oleh IPSI, Badan Pembinaan Beladiri Indonesia (BABINORDI) dan komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Dalam seminar disepakati bahwa pengertian pencak silat adalah: (a). Budi daya (budaya) bangsa Indonesia, (b). untuk membela dan mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritas (kemanunggalan) terhadap lingkungan hidup dan alam sekitar, (c). untuk mencapai keselarasan hidup, (d). guna meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Mah Esa. Menurut Gunawan ( 2007:9) Pencak silat adalah beladiri tradisional Indonesia yang berakar dari budaya Melayu, dan bisa ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Setiap daerah memiliki kekhasan ciri gerakannya sendiri-sendiri, di samping itu menurut Harjanto (2005:23) pencak silat adalah
21
hasil budaya masyarakat Indonesia untuk membela dan mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup dan alam sekitarnya, untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Peranan Pencak Silat adalah sebagai prasarana untuk membentuk manusia seutuhnya yang pancasilais, sehat, kuat, terampil, tangkas, tenang, sabar, kesatria dan percaya pada diri sendiri. Organisasi nasional yang menaungi pencak silat di Indonesia adalah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonsia). IPSI berperan dalam menyusun pembakuan istilah dan aturan pertandingan pencak silat secara resmi di Indonesia. Pencak silat sudah diakui menjadi milik dunia, terbukti dengan banyaknya perguruan pencak silat dalam dan di luar negeri. Organisasi pencak silat Internasional adalah Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (PERSILAT). Aliran pencak silat sangatlah banyak. Hampir setiap daerah memiliki aliran sendiri. Beberapa aliran yang terkenal yaitu aliran Cimande, Sahbandar dan Cikalong (Jawa Barat), Silek Tuo (Minangkabau), Cingkrik (Betawi), Kwitang (Betawi), Silat Cekak (Malaysia), dan Bawean (Jawa Timur). Sebagaimana alirannya, jumlah perguruan pencak silat juga amatlah banyak. Perbedaan mereka tampak paling jelas pada seragam yang dipakai. Namun, saat bertanding dalam kejuaraan resmi (sesuai aturan IPSI) pesilat memakai seragam standar berwarna hitam. Di Indonesia, perguruan-perguruan pencak silat bisa ditemukan dengan mudah di berbagai daerah, termasuk sebagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolahsekolah atau kegiatan kemahasiswaan di perguruan tinggi. Beberapa perguruan
22
tersebut bahkan memiliki cabang di luar negeri. Berikut ini adalah perguruanperguruan historis yang merupakan pelopor pendiri IPSI : 1) Tapak Suci; 2) Phasadja Mataram; 3) Persatuan Pencak Silat Indonesia (PERPI) Harimurti; 4) Persaudaraan Setia Hati Terate; 5) Perisai Diri; 6) Perisai Putih; 7) Persaudaraan Setia Hati; 8) KPS Nusantara; 9) Putra Betawi; 10) Persatuan Pencak Silat Seluruh Indonesia (PPSI). Dari
zaman
dahulu
hingga
sekarang
pencak
silat
ini
sudah
dipertandingkan. Pertandingan resmi pencak silat sudah diatur oleh IPSI. Kategori yang dipertandingkan antara lain Tanding, Tunggal, Ganda, dan Beregu. Kategori Tunggal, Ganda dan Beregu adalah peragaan jurus yang gerakannya sudah diatur atau dibakukan sebelumnya. Jurus-jurus tersebut terdiri atas tangan kosong dan senjata. Senjata standar yang dipakai antara lain adalah parang atau golok dan tongkat. Peserta wajib mengenakan pakaian seragam standar pencak silat berwarna polos, bisa memakai badge logo IPSI di dada sebelah kiri, memakai ikat kepala, dan kain samping. Pertandingan dilaksanakan di dalam gelanggang seluas 10 x 10 meter yang dilapisi matras setebal maksimum 5 cm. Permukaan matras harus rata, tidak memantul, dan boleh ditutup dengan alas yang tidak licin berwarna dasar hijau terang. Waktu peragaan jurus-jurus tersebut adalah 3 menit, sedangkan penilaiannya didasarkan pada kebenaran dan kemantapan gerak atau jurus. Kategori tanding adalah pertarungan bebas pencak silat dengan aturanaturan khusus. Pertandinagn berlangsung di gelanggang seluas 9 x 9 meter, yang dilapisi matras setebal 5 cm. permukaanya rata, tidak memantul, serta ditutup
23
dengan alas yang tidak licin. Bagian tubuh yang boleh diserang adalah dada, perut, punggung, dan pinggang. Leher ke atas dan kemaluan terlarang untuk diserang. Kaki boleh dijadikan sasaran serangan menjatuhkan dan mengunci, tetapi tidak menghasilkan nilai sebagai sasaran perkenaan. Serangan tangan yang masuk tanpa terhalang tangkisan mendapat nilai 1, serangan kaki bernilai 2, dan serangan yang menjatuhkan lawan mendapat nilai 3. Permainan dilangsungkan 3 babak, tiap babak 3 menit. Diantara babak satu dengan yang lain terdapat waktu istirahat 1 menit. Waktu ketika wasit menghentikan pertandingan dan waktu perhitungan terhadap pemain yang jatuh karena serangan yang sah tidak termasuk waktu bertanding Dalam menghadapi pertandingan baik itu dalam kategori Tanding maupun Tunggal, Ganda, dan Beregu perlu adanya penguasaan/latihan teknik dasar dalam pencak silat. Hal ini memudahkan pesilat/siswa dalam memperagakan jurus-jurus dalam pertandingan nanti. Pangrazi
2004
(dalam
Pauweni,
2010:31)
menyebutkan
bahwa
keterampilan dasar adalah keterampilan yang bermanfaat yang dibutuhkan anakanak sebagai bekal hidup dan bersikap. Kelompok keterampilan ini disebut juga keterampilan fungsional, artinya keterampilan ini menjadi pondasi bagi aktivitas anak-anak di lingkungan dan membentuk dasar gerakan yang kompeten. Selanjutnya Thomas, et.al 2003 (dalam Pauweni, 2010:32) menjelaskan keterampilan
gerak
fundamental
merupakan
bagian
dari
keterampilan
phylogenetic, yakni keterampilan yang dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan,
24
dimana keterampilan ini dapat berkembang tanpa latihan, namun dengan diberikannya kesempatan. Disamping itu Sugiyanto, 2000 (dalam Pauweni, 2010:32) mengemukakan gerak dasar fundamental adalah gerakan-gerakan dasar yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan tubuh dan tingkat kematangan pada anak-anak. Gerakan ini pada dasarnya berkembang menyertai gerakan refleks yang sudah dimiliki sejak lahir. Gerak dasar fundamental mula-mula bisa dilakukan pada masa bayi dan masa kanak-kanak, dan disempurnakan melalui proses berlatih yaitu dalam bentuk melakukan berulang-ulang. Sugiyanto, 2000 (dalam Pauweni, 2010:32) mengklasifikasikan gerakan dasar fundamental menjadi 3 macam, yaitu : 1. Gerak lokomotor adalah gerak berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Misalnya merangkak, berjalan, dan berlari. 2. Gerak non-lokomotor adalah gerak yang melibatkan tangan atau kaki dan togok. Gerakan ini berupa gerakan yang berporos pada suatu sumbu di bagian tubuh tertentu. Contoh gerakan ini adalah memutar lengan, mengayunkan kaki, membungkuk, memutar togok. Gerak manipulatif adalah gerakan memanipulasi atau memainkan objek tertentu dengan menggunakan tangan, kaki atau bagian tubuh yang lain. Gerak manipulatif memerlukan koordinasi bagian tubuh yang digunakan untuk memanipulasi objek dengan indera penglihatan dan indera peraba. Contoh gerakan ini adalah : memainkan bola menggunakan tangan, mengunakan kaki, atau menggunakan kepala.
25
Menurut Gunawan (2007:8) gerak dasar pencak silat adalah suatu gerak terencana, terarah, terkoordinasi dan terkendali, yang mempunyai empat aspek sebagai satu kesatuan, yaitu aspek mental spiritual, aspek beladiri, aspek olahraga, dan aspek seni budaya. Adapun gerak dasar dalam pencak silat adalah sebagai berikut : 1. Pembentukan sikap Hutauruk (1990:13) menjelaskan pembentukan sikap dasar merupakan dasar dari pembentukan gerak, yang meliputi pembentukan sikap jasmaniah dan rohaniah. Yang dimaksud dengan sikap rohaniah yaitu kesiapan fisik untuk melakukan gerakan-gerakan dengan kemahiran teknik yang baik, dan sikap rohaniah yaitu kesiapan mental dan pikiran untuk melakukan tujuan dengan waspada, siaga praktis dan efisien. Penjelasan ini sependapat dengan Harjanto, dkk (2002:5) pembentukan sikap merupakan dasar pembentukan gerak yang meliputi sikap jasmaniah dan rohaniah. Pembentukan sikap meliputi : a. Sikap Berdiri. Secara garis besarnya sikap berdiri pada pencak silat ada 3, yaitu : 1. Sikap berdiri tegak : •
Sikap tegak 1, kedua lengan dan tangan lurus di samping
•
Sikap tegak 2, kedua tangan mengepal berada di pinggang
•
Sikap tegak 3, kedua tangan mengepal di dada
•
Sikap salam (hormat), kedua tangan berada di depan dada, telapak tangan terbuka, jari-jari rapat.
26
•
Sikap bersyukur, kedua lengan dan tangan terbuka di atas kepala
2. Sikap berdiri kangkang Sikap berdiri kangkang adalah sikap dasar untuk langkah dan kudakuda. Titik pertemuan garis-garis sikap menunjukkan titik berat badan, agar kedua kaki sama simetris. 3. Sikap berdiri Kuda-kuda. Istilah kuda-kuda sangat erat digunakan dalam beladiri pencak silat. Posisi ini digambarkan seperti orang menunggang kuda agar mudah mengingatnya. Kuda-kuda merupakan posisi dasar dalam melakukan teknik pencak silat. Dalam buku pencak silat yang ditulis oleh Pomathau (2009:29) kuda-kuda adalah teknik yang memperlihatkan sikap dari kedua kaki dalam keadaan statis. Taknik ini digunakan untuk mendukung sikap pasang pencak silat, dan menurut Harjanto, dkk (2002:22) Sikap berdiri kuda-kuda adalah posisi kaki tertentu sebagai dasar tumpuan untuk melakukan sikap dan gerakan bela-serang. Dengan demikian, kuda-kuda adalah posisi menapak kaki untuk memperkokoh posisi tubuh. Kuda-kuda yang kuat dan kokoh penting untuk mempertahankan posisi tubuh agar tidak mudah dijatuhkan. Kudakuda juga penting untuk menahan dorongan atau menjadi dasar titik tolak serangan (tendangan atau pukulan). Dalam sikap kuda-kuda, badan dalam keadaan seimbang, tatapi dapat mudah bergerak. Sikap berdiri kuda-kuda terdiri dari: 1) Kuda-kuda tengah, yakni kuda-kuda dengan sikap kedua kaki melebar sejajar dengan
27
bahu dan berat badan ditopang secara merata oleh kedua kaki. (posisi kedua telapak kaki serong membentuk 300); 2) kuda-kuda depan, yakni kuda-kuda dengan sikap salah satu kaki berada di depan, sedangkan kaki yang satunya dibelakang dan berat badan ditopang oleh kaki depan. (posisi membentuk sudut 300); 3) Kuda-kuda belakang, yakni kuda-kuda dengan sikap salah satu kaki di depan, sedangkan kaki yang satunya berada di belakang dan berat badan ditopang oleh kaki belakang. ( posisi telapak kaki depan lurus dan telapak kaki belakang membentuk sudut ± 600); 4) kuda-kuda samping, yakni kuda-kuda dengan posisi kedua kaki melebar sejajar dengan tubuh dan berat badan ditopang oleh salah satu kaki yang menekuk ke kiri atau ke kanan. b. Sikap duduk Sikap duduk meliputi sikap duduk pada umumnya dan sikap duduk sebagai dasar permainan bawah. Untuk permainan bawah ada 3 sikap, yaitu : a) duduk; b) sila; c) simpuh
2. Pola langkah dasar pencak silat Pola langkah dasar dalam pencak silat terbagi atas : a) Langkah geser 1 (langkah maju) b) Langkah geser 2 (langkah mundur)
28
3. Pukulan dasar pencak silat Pukulan dasar dibagi atas 3, yaitu : a. Pukulan 1, yakni pukulan yang lintasannya lurus ke depan, dengan alat penyasarnya dua mata tangan, dan sasarannya adalah uluhati lawan b. Pukulan 2, yakni pukulan yang lintasanya lurus keatas, dengan alat penyasar dua mata tangan dan sasarannya adalah dagu lawan. c. Pukulan 3, yakni pukulan yang lintasannya lurus ke bawah, dengan alat penyasarnya dua mata tangan, dan sasarannya adalah kemaluan lawan.
4. Tendangan dasar pancak silat Tendangan di bagi atas : a. Tendangan lurus (tombak). Tendangan lurus sering disebut dengan tendangan tombak yang lintasannya lurus ke depan, dengan alat penyasar ujung kaki, yang sasarannya adalah uluhati lawan. b. Tendangan sabit. Tendangan sabit adalah tendangan yang lintasannya dari luar ke dalam (melingkar), dengan alat penyasar punggung kaki, yang sasarannya adalah punggung lawan. c. Tendangan 3 (tendangan T). Tendangan ini mempunyai dua lintasan, yaitu: lurus ke depan, dan samping. Alat penyasarnya adalah sisi kaki, yang sasarannya uluhati lawan.
29