BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia yang sangat besar merupakan pasar yang sangat menjanjikan bagi perusahaan untuk memasarkan produknya. Salah satu pasar yang sangat menjanjikan adalah perusahaan Farmasi, karena setiap orang tidak terlepas dari sakit dan membutuhkan obat untuk bisa sehat agar bisa menjalankan pekerjaanya. Industri farmasi harus selalu tumbuh. Setidaknya berani menentang stabilitas dan kemapanan dalam diri perusahaan itu sendiri agar muncul gagasan-gagasan baru yang lebih baik. Potensi pasar Indonesia yang cukup besar, sesung-guhnya memberikan harapan akan tingginya volume penjualan produk farmasi. Namun, konsumsi perkapita yang tidak tinggi merujuk pada rendahnya daya beli konsumen di Indonesia. Oleh karena itu, jika saja muncul industri farmasi yang sanggup hadir dengan operasi super efisien, maka dapat dipastikan bahwa konsumsi produk farmasi di Indonesia akan meningkat tajam. Pergeseran perilaku konsumen untuk selalu beralih pada produk kelas dua ketika daya beli rendah dapat segera digeser dengan cara menghadirkan produk kelas satu dengan harga jual murah. Hal ini tentu baik bagi kesehatan bangsa Indonesia.1
1
Ronny H. Mustamu. Manajemen Rantai Pasokan Industri Farmasi di Indonesia. Surabaya: Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra. Hlm. 104 – 105.
1
2
Pada titik ini dapat dikatakan bahwa sepanjang harga produk farmasi masih tinggi disertai dengan rendahnya kinerja aparat penegak hukum, maka obat palsu akan selalu mewarnai industri farmasi di Indonesia. Fakta bahwa lebih dari 90% bahan baku berasal dari negara lain, sangatlah menempatkan industri ini pada posisi rentan pada ketidakstabilan ekonomi politik tersebut. Seiring dengan melemahnya daya beli masyarakat, maka beragam bentuk obat alternatif seperti jamu dan ramuan China sangat mempengaruhi pertumbuhan pasar industri farmasi Indonesia. pasar farmasi indonesia dibawah pasar farmasi china yang tumbuh 21% Compound Annual Growth Rate 2011-2015, India 19%, dan malaysia 11%. Mengungguli pasar farmasi Thailand, Jepang, Korea Selatan, dan Australia yang masing-masing tumbuh rata-rata pertahun sebesar 7%, 2%, 7%, dan 2%. besarnya potensi volume pasar dalam negeri Indonesia dengan lebih dari 235 juta penduduk, memberikan potensi keuntungan yang menjanjikan bagi para pemain asing. Belanja obat dan kebutuhan alat kesehatan diindonesia tumbuh 10,43 Compound Annual Growth Rate 2010-2014, Naik menjadi US$ 2.452 perkapita di 2014 dari US$ 1649 perkapita di 2010. Oleh karenanya, meskipun pasar obat di Indonesia sarat dengan ketidakpastian dan pemalsuan produk, namun para pemain asing sangat berminat untuk bekerja di Indonesia. 31 pabrikan farmasi asing di Indonesia telah menguasai sekitar 50 persen pasar produk farmasi nasional. Sebagian adalah akibat performa industri farmasi itu sendiri. Namun, kita pun wajib menyadari bahwa kinerja Pemerintah Republik Indonesia juga memberikan
3
kontribusi yang sangat signifikan, terutama dalam penataan industri farmasi dan produk yang dihasilkannya. Salah satu fungsi perusahaan yang terpenting untuk perkembangan usaha adalah fungsi manajemen keuangan, yaitu menjaga keseimbangan keadaan finansialnya, dalam arti agar perusahaan tersebut di dalam menjalankan kegiatannya tidak kekurangan modal sehingga dapat menjaga kontinuitas perusahaan.2 Perusahaan harus memperhatikan situasi pasar dan prospeknya serta dapat mempergunakan setiap peluang yang ada dengan memperhatikan perkembangan yang ada baik di dalam maupun di luar perusahaan. Bagi pihak manajemen selain dituntut untuk mengkoordinasikan penggunaan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan secara efisien dan efektif, juga dituntut untuk dapat menghasilkan keputusan keputusan yang menunjang terhadap pencapaian tujuan perusahaan di masa yang akan datang.3 Likuiditas mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka
pendeknya.4
Likuiditas
merupakan
kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Jika perusahaan mampu melakukan pembayaran artinya perusahaan 2
Lastiur Monalisa dalam Desak Putu Carmapura. Pengaruh Perputaran Kas Terhadap Likuiditas Intern dan Likuiditas Ekstern Kud Sukawati Gianyar. Jurnal Artha Satya Dharma. 2007. Hlm 572-589. 3 Ade Oktavia Silalahi. Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Makanan & Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Universitas Sumatra Utara. Medan. 2012. Hlm 12 4 Asti Lamriama Sianturi dalam Wild, John J., K.R. Subramanyan, dan Robert E. Haley, Financial statement analysis (analisis laporan keuangan), Edisi Kedelapan, Buku Kedua, Salemba Empat. Jakarta. 2005. Hlm 13
4
dalam keadaan likuid, sedangkan jika perusahaan berada dalam keadaan tidak memiliki kemampuan membayar kewajiban jangka pendek artinya perusahaan tersebut dalam keadaan illikuid. Penyebab utama kekurangan dan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibanya sebenarnya akibat kelalaian manajemen perusahaan dalam menjalankan usahanya. Sebab lainya pihak manajemen perusahaan tidak menghitung rasio keuangan yang diberikan sehingga tidak mengetahui bahwa sebenarnya kondisi perusahaan sudah dalam keadaan tidak mampu lagi karena nilai utangnya lebih tinggi dari harta lancarnya.5 Masalah likuiditas merupakan salah satu yang perlu diperhatikan bagi perusahaan. Perusahaan akan diragukan perkembangannya, apabila perusahaan tidak mampu membayar kewajiban keuangannya pada saat ditagih. Apabila ini terjadi maka perusahaan akan memperoleh krisis kepercayaan dari pihak luar perusahaan seperti kreditur dan investor, sehingga ini akan mengganggu hubungan baik antara perusahaan dengan pihak yang membantu kelancaran usahanya.6 Masalah ini dapat mengarah pada penjualan investasi dan aktiva dengan terpaksa, dan dalam bentuk yang paling parah, mengarah pada kebangkrutan perusahaan tersebut. Untuk itu, likuiditas perusahaan dapat dicapai dengan baik apabila pihak manajemen perusahaan mampu untuk menetapkan suatu pengelolaan aktiva dengan
5
Kasmir. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012. Hlm. 129. Yesi Ezwita. Pengaruh Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Return On Assets dan Rasio Utang terhadap Likuiditas pada Perusahaan Industri Dasar dan Kimia yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013, Jurnal, Universitas Maritim Raja Ali Haji.Tanjungpinang. 2014. Hlm 3 6
5
baik.7 Dipandang dari sisi kreditur, perusahaanyang memiliki likuiditas yang tinggi merupakan perusahaan yang baik karena dana jangka pendek kreditur yang dipinjam dapat dijamin oleh aktiva lancar perusahaan yang jumlahnya relatif banyak. Tetapi jika
dipandang dari sisi manajemen,
perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi
menunjukkan kinerja
manajemen yang kurang baik karena likuiditas yang tinggi menunjukkan adanya saldo kas yang menganggur, persediaan yang relatif berlebihan, atau karena manajemen kredit perusahaan yang kurang baik sehingga mengakibatkan tingginya piutang usaha. Perusahaan yang dalam keadaan illikuid akan menghambat aktivitas operasi dan mengurangi efektivitas perusahaan. Secara umum, semakin tinggi likuiditas, maka semakin rendah resiko kegagalan perusahaan. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas (meliputi kas, persediaan dan piutang). Likuiditas tidak dapat dipisahkan dari berapa jumlah uang kas yang dipegang oleh perusahaan. Keputusan perusahaan untuk menentukan jumlah uang kas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain motif transaksi dan motif berjaga jaga.8 Motif transaksi menyatakan bahwa dengan memegang uang kas maka perusahaan akan terhindar dari pendanaan eksternal yang 7
Asti Lamriama Sianturi. Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Likuiditas pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bei. Jurnal, Universitas Sumatra Utara. Medan. 2009. Hlm 14. 8 Keynes teori prefelensi likuidsitas, dalam Anastasia V Puspitasari. Analisis pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, perputaran piutang, rasio hutang, dan operating cycle terhadap likuiditas (studi kasus pada perusahaan makanan dan minumanyang terdaftar di bei periode 2007 – 2010). Jurnal skripsi. Semarang: universitas diponegoro. Hlm. 12.
6
berarti mengurangi jumlah utang. Menurut motif berjaga - jaga, ada dua faktor yang mempengaruhi jumlah uang kas yaitu nilai dari kesempatan investasi dan information gap. Investasi di dalam aktiva lancar atau aktiva likuid menimbulkan trade off bagi perusahaan, di satu sisi terlalu besar aktiva lancar atau aktiva likuid maka holding cost yang harus ditanggung perusahaan juga besar, selain itu kemampuan aktiva likuid dalam menghasilkan profit tergolong rendah. Di sisi lain, pada kondisi dimana biaya dana eksternal relatif tinggi maka aktiva likuid yang besar justru menguntungkan
perusahaan,
karena
perusahaan dapat
menggunakan
aktiva likuid tersebut untuk membiayai kebutuhan operasi sehingga mengurangi ketergantungannya pada dana eksternal dan menghemat biaya yang harus dibayar. Perusahaan - perusahaan yang menggunakan teknik manajemen kas yang modern akan menginvestasikan kelebihan kas yang bersifat sementara pada aktiva yang sangat likuid (yang dapat dijual setiap saat pada harga pasar yang berlaku).9 Manajer harus mampu melakukan perencanaan dan pengendalian aktiva lancar dan hutang lancarnya sedemikian rupa sehingga dapat meminimalkan risiko ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi hutang-hutang jangka pendeknya, selain harus pula menghindari investasi dalam aktiva lancar yang berlebihan. Ketidakseimbangan antara jumlah aktiva likuid yang dimiliki perusahaan dengan hutang-hutang yang harus
9
Munawir. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan Ketiga belas. Yogyakarta : Liberty. 2002. Hlm : 114.
7
segera dibayar merupakan penyebab yang umum dari timbulnya financial distress.10 Beberapa peneitian yang sudah dilakukan terkait dengan likuiditas. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lastiur Monalisa (2012) Perputaran Kas memiliki hubungan yang kuat dengan arah negatif terhadap Likuiditas pada PT. Pindad (Persero).11 Namun menurut Sriwimerta (2010) Perputaran kas tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008.12 Penelitian Asti Lamriama Sianturi (2009) Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan barang konsumsi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.13 Hasil penelitian diperkuat oleh Yesi Ezwita (2014) Perputaran persediaan dan rasio hutang berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan industri dasar dan kimia yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2010 -2013.14 Penelitian
Astria
Dwi
Pujiati
(2014)
Perputaran
Piutang
Berpengaruh Secara Signifikan Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Koperasi
10
John, dalam Yohanes Adi Nugraha Santoso. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Likuiditas Pada Perusahaan Manufaktur yang Listed di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 20072009. Semarang : Universitas Diponegoro. 2012. Hlm. 2. 11 Lastiur Monalisa. Pengaruh Perputaran Kas Dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Studi Kasus Pada PT.Pindad (Persero). 2012. 12 Sriwimerta. Pengaruh Perputaran Kas dan Piutang terhadap Likuiditas pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006 – 2008. 2010. 13 Asti Lamriama Sianturi. Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Likuiditas (pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005 – 2007), 2009 14 Yesi Ezwita. Pengaruh Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Return On Assets dan Rasio Utang Terhadap Likuiditas pada Perusahaan Industri Dasar dan Kimia yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013. 2014.
8
Mitra Perdana Surabaya 2008-2013.15 Didukung penelitian Rizal Bustanul Ridwan (2009) Terdapat pengaruh antara perputaran piutang terhadap tingkat likuiditas pada PT. Kalbe Farma Tbk Periode 2002-2008.16 Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Persediaan, Perputaran Piutang, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Konsumsi Bidang Farmasi
Yang
Terdaftar Di Daftar Efek Syari’ah (DES) Periode 2010 – 2014” . B.
Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Apakah perputaran Kas berpengaruh terhadap Likuiditas pada perusahaan Konsumsi Bidang Farmasi yang terdaftar di Daftar Efek Syari’ah (DES)?
2.
Apakah perputaran Persediaan berpengaruh terhadap Likuiditas pada perusahaan Konsumsi Bidang Farmasi yang terdaftar di Daftar Efek Syari’ah (DES)?
3.
Apakah perputaran Piutang berpengaruh terhadap Likuiditas pada perusahaan Konsumsi Bidang Farmasi yang terdaftar di Daftar Efek Syari’ah (DES)?
15
Astria Dwi Pujiati. Pengaruh Perputaran Piutang Dan Perputaran Kas Terhadap Tingkat Likuiditas (Studi Kasus Pada Koperasi Mitra Perdana Surabaya). 2014. 16 Rizal Bustanul Ridwan, 2009, Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Tingkat Likuiditas pada PT. Kalbe Farma Tbk Periode 2002-2008
9
4.
Apakah Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Likuiditas pada perusahaan Konsumsi Bidang Farmasi yang terdaftar di Daftar Efek Syari’ah (DES)?
5.
Apakah perputaran Kas, perputaran Persediaan, perputaran Piutang dan Debt to Equity Ratio secara Simultan berpengaruh terhadap Likuiditas pada perusahaan Konsumsi Bidang Farmasi yang terdaftar di Daftar Efek Syari’ah (DES)?
C.
Pembatasan Masalah Untuk memperjelas dan mempertegas judul diatas serta untuk menghindari kesalahan dalam memahami istilah, maka penulis perlu membatasi masalah berkaitan dengan pemahaman. Adapun tujuannya agar asumsi yang akan muncul nanti dapat diartikan dan diarahkan secara tepat seperti yang dikehandaki penulis: 1.
Penelitian ini dibatasi pada perusahaan konsumsi bidang farmasi yang terdaftar di Daftar Efek Syariah.
2.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari laporan keuangan Daftar Efek Syariah periode 2010 sampai dengan periode 2014.
3.
Variabel yang digunakan sebagai berikut: a.
Perputaran Kas
b.
Perputaran Persediaan
c.
Perputaran Piutang
d.
Debt to Equity Ratio
10
e. D.
Likuiditas
Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui pengaruh perputaran Kas, perputaran Persediaan, perputaran Piutang, dan Debt to Equity Ratio berpengaruh secara parsial terhadap likuiditas pada perusahaan Konsumsi Bidang Farmasi yang terdaftar di Daftar Efek Syariah.
2.
Untuk mengetahui pengaruh perputaran Kas, perputaran Persediaan, perputaran Piutang, dan Debt to Equity Ratio secara simultan terhadap likuiditas pada perusahaan Konsumsi Bidang Farmasi yang terdaftar di Daftar Efek Syariah.
E.
Manfaat Penelitian 1.
Bagi peneliti, untuk menambah wawasan, pengetahuan dalam bidang akuntansi khususnya mengenai pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Persediaan, Perputaran Piutang, dan Debt to Equity Ratio terhadap Likuiditas Perusahaan.
2.
Bagi pembaca, untuk menambah pengetahuan dan sebagai referensi untuk melakukan penelitian ataupun menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan penelitian ini.
F.
Tinjauan Pustaka 1)
Penelitian Terdahulu Sriwimerta (2010) Pengaruh perputaran kas dan piutang terhadap Likuiditas pada perusahaan otomotif yang Terdaftar di bursa efek indonesia Periode 2006 - 2008. Hasil penelitian menunjukkan
11
bahwa secara parsial, perputaran kas tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Perputaran piutang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Secara simultan, perputaran kas dan piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Nilai R Square adalah 0,109 mengindikasikan bahwa 10,9% perubahan dalam likuiditas dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan sisanya 89,1% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.17 Lastiur Monalisa (2012) Pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Studi Kasus pada PT.Pindad (Persero). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel Perputaran Kas terhadap Likuiditas memiliki hubungan yang kuat dengan arah negatif, sedangkan variabel Perputaran Piutang terhadap Likuiditas memiliki hubungan yang cukup erat dengan arah positif. Selanjutnya, secara simultan variabel Perputaran Kas dan Perputaran Piutang berpengaruh
signifikan terhadap Likuiditas. Sedangkan
secara parsial variabel Perputaran Kas berpengaruh
negatif yang
signifikan dan Perputaran Piutang tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Likuiditas karena adanya keterbatasan data dan rendahnya perputaran
17
piutang
yang
tidak
sesuai
dengan
standar
dan
Sriwimerta, Pengaruh Perputaran Kas Dan Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2006 – 2008, (Medan : Usu, 2010) Skripsi Tidak Diterbitkan.
12
menumpuknya persediaan barang digudang yang terlalu lama pada PT Pindad (Persero).18 Asti
Lamriama
Sianturi
(2005)
Pengaruh
Perputaran
Persediaan Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian yang telah diuraikan secara statistik, dapat dilihat bahwa perputaran persediaan/ inventory
turnover
mempunyai
pengaruh
signifikan
terhadap
Likuiditas. Dalam penelitian ini likuiditas diukur dengan rasio lancar. Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,213, yang berarti bahwa korelasi atau hubungan antara variabel dependen yaitu rasio lancar dengan variabel independennya adalah tidak kuat, karena lebih kecil dari 0,5. Analisis koefisien determinasi dengan nilai 0,035 yang berarti hanya 3,5% variasi dari rasio lancar dijelaskan oleh variasi dari variabel independen
yaitu
perputaran
persediaan/
inventory
turnover,
sedangkan sisanya 96.5% dijelaskan oleh variasi atau faktor lainnya yang mempengaruhi rasio lancar. Hasil pengujian hipotesis dengan uji t menunjukkan variabel perputaran persediaan (inventory turnover) mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,035, nilai ini jauh lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05 dan nilai t hitung yang lebih besar daripada t tabel
18
yang berarti bahwa Ha (hipotesis bahwa
Lastiur Monalisa. Pengaruh Perputaran Kas Dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Studi Kasus pada PT.Pindad (Persero), (Bandung : UNIKOM, 2012) Skripsi tidak diterbitkan
13
perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas) diterima.19 Yesi Ezwita (2014) Pengaruh perputaran piutang, perputaran persediaan, Return on assets dan rasio utang terhadap likuiditas Pada perusahaan industri dasar dan kimia yang listing di Bursaefek indonesia periode 2010-2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas, perputaran persediaan
berpengaruh signifikan
terhadap likuiditas, return on assets tidak
berpengaruh signifikan
terhadap likuiditas dan rasio utang berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Secara simultan perputaran piutang, perputaran persediaan, return on assets dan rasio utang berpengaruh signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan industri dasar dan kimia yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2010 -2013.20 Astria Dwi Pujiati (2014) Pengaruh Perputaran Piutang Dan Perputaran Kas Terhadap Tingkat Likuiditas (Studi Kasus Pada Koperasi Mitra Perdana Surabaya) periode 2008-2013. Hasil penelitian menunjukan secara parsial perputaran Piutang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat Likuiditas Pada Koperasi Mitra Perdana Surabaya dengan nilai tsign sebesar 0,014. Jika nilai σ lebih 19
Asti Lamriama Sianturi. Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. (Medan : USU, 2012) Skripsi tidak diterbitkan. 20 Yesi Ezwita, Pengaruh Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Return On Assets Dan Rasio Utang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Industri Dasar Dan Kimia Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013. (Tanjungpinang : Universitas Maritim Raja Ali Haji, 2014), Skripsi Tidak Diterbitkan
14
besar dari tsign maka kedura variabel tersebut memiliki korelasi. secara parsial Perputaran Kas berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat Likuiditas Pada Koperasi Mitra Perdana Surabaya dengan nilai tsign sebesar 0,012. Jika nilai σ lebih besar dari tsign maka kedura variabel tersebut memiliki korelasi. Besarnya pengaruh perputaran piutang dan perputaran kas secara simultan diketahui sebesar 93,8 % sisanya 6,2 dipengaruhi oleh faktor lain. Hal tersebut menjelaskan bahwa Perputaran piutang dan Perputaran kas berpengaruh kuat terhadap Likuiditas pada Koperasi Mitra Perdana Surabaya.21 Rizal Bustanul Ridwan (2009) Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Tingkat Likuiditas pada PT. Kalbe Farma Tbk Periode 2002-2008. Hasilnya bahwa terdapat pengaruh antara perputaran piutang terhadap tingkat likuiditas. Tingkat korelasi kedua variabel sangat kuat dan menunjukan nilai korelasi positif yaitu r = 0.801. Maksudnya adalah bila perputaran piutang naik diikuti dengan kenaikan tingkat likuiditas. Tingkat pengaruh yang terjadi adalah sebesar 64,6% dan sisanya sebesar 35,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.22 Ribka Olivia Stephanie Widharta (2013) Analisa Pengaruh Perputaran Persediaan dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Perusahaan Industri Rokok Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
21 Astria Dwi Pujiati, 2014, Pengaruh Perputaran Piutang Dan Perputaran Kas Terhadap Tingkat Likuiditas (Studi Kasus Pada Koperasi Mitra Perdana Surabaya) 22 Rizal Bustanul Ridwan. Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Tingkat Likuiditas Pada PT.Kalbe Farma Tbk Periode 2002-2008. (Bandung : UNIKOM, 2009) Skripsi Tidak Diterbitkan
15
Hasil penelitian ini menunjukkan secara parsial variable perputaran persediaan memiliki nilai sig.t 0.154 dan perputaran piutang memiliki nilai sig.t 0.373. Secara bersama-sama perputaran persediaan dan perputaran piutang memiliki nilai sig. F 0.035. perputaran persediaan dan perputaran piutang memiliki nilai korelasi yang rendah terhadap likuiditas. Sumbangan pengaruh yang diberikan variable perputaran persediaan dan perputaran piutang terhadap likuiditas perusahaan adalah sebesar 8.0%, sisanya dipengaruhi oleh variable lain di luar penelitian ini. Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan nilai sig. t dan sig. f adalah secara parsial perputaran persediaan dan perputaran piutang tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap likuiditas. Secara bersama-sama
perputaran
persediaan
dan
perputaran
piutang
berpengaruh signifikan terhadap likuiditas.23
23
Ribka Olivia Stephanie Widharta. Analisa Pengaruh Perputaran Persediaan Dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Perusahaan Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, (Jakarta : BINUS, 2013)
16
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu Nama /tahun/judul
Variabel yang
penelitian
digunakan
No
1
Hasil penelitian
Keterangan
Sriwimerta, 2010,
Dependen :
Perputaran kas tidak
Variabel yang
Pengaruh perputaran
Perputaran Kas,
berpengaruh signifikan terhadap
digunakan, tahun
kas dan piutang
Perputaran Piutang
likuiditas. Perputaran piutang
dan Studi kasus
secara parsial berpengaruh
Berbeda
terhadap Likuiditas pada perusahaan
Independen :
signifikan terhadap likuiditas.
otomotif yang Terdaftar Likuiditas
Secara simultan, perputaran kas
di bursa efek indonesia
dan piutang tidak berpengaruh
Periode 2006 – 2008
signifikan terhadap likuiditas pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2
Lastiur Monalisa, 2012,
Dependen :
Perputaran Kas terhadap
Tahun, Variabel
Pengaruh Perputaran
Perputaran Kas,
Likuiditas memiliki hubungan
yang digunakan
Kas Dan Perputaran
Perputaran Piutang
yang kuat dengan arah negatif,
dan Tempat
sedangkan variabel Perputaran
Penelitian Berbeda
Piutang Terhadap Likuiditas Studi Kasus
Independen :
Piutang terhadap Likuiditas
pada PT.Pindad
Likuiditas
memiliki hubungan yang cukup
(Persero) Tahun 2001 2010
erat dengan arah positif.
17
Nama /tahun/judul
Variabel yang
penelitian
digunakan
No
3
Hasil penelitian
Keterangan
Asti Lamriama Sianturi,
Dependen :
perputaran persediaan
Alat uji yang
2009, Pengaruh Perputaran
Perputaran
berpengaruh signifikan
digunakan,
Persediaan Terhadap
Persediaan
terhadap likuiditas pada
Tahun, dan
perusahaan barang
Tempat Penelitian Berbeda
Likuiditas Pada Perusahaan Barang Konsumsi yang
Independen :
konsumsi yang tercatat di
Terdaftar di Bursa Efek
Likuiditas
Bursa Efek Indonesia.
Yesi Ezwita, 2014,
Dependen :
Perputaran persediaan, dan
Tahun, Tempat
Pengaruh perputaran
Perputaran
rasio uatang berpengaruh
Penelitian, dan
piutang, perputaran
Piutang,
signifikan terhadap
Alat uji yang
persediaan, Return on assets
Perputaran
likuiditas pada perusahaan
digunakan
dan rasio utang terhadap
persediaan, Roa,
industri dasar dan kimia
Berbeda
likuiditas Pada perusahaan
Rasio Utang
yang listing di Bursa Efek
Indonesia Periode 2005 – 2007 4
industri dasar dan kimia
Indonesia periode 2010 -
yang listing Di bursa efek
Independen :
indonesia periode 2010-
Likuiditas
2013
2013 5
Astria Dwi Pujiati, 2014,
Dependen :
Secara parsial Perputaran
Variabel yang
Pengaruh Perputaran
Perputaran
piutang berpengaruh
digunakan, tahun
Piutang Dan Perputaran
Piutang
signifikan Terhadap Tingkat
dan Studi kasus
Kas Terhadap Tingkat
Perputaran Kas,
Likuiditas Pada Koperasi
Berbeda
Likuiditas (Studi Kasus
Mitra Perdana Surabaya.
18
Pada Koperasi Mitra
Independen :
Secara Simultan Perputaran
Perdana Surabaya) periode
Likuiditas
piutang dan perputaran kas
2008-2013
berpengaruh secara Kuat Terhadap Likuiditas Pada Koperasi Mitra Perdana Surabaya
6
Rizal Bustanul Ridwan,
Dependen :
Terdapat pengaruh antara
Variabel, Tahun,
2009,
Perputaran
perputaran piutang terhadap
dan Tempat
Pengaruh Perputaran
Piutang
tingkat likuiditas. Tingkat
Berbeda
Piutang Terhadap Tingkat
korelasi kedua variabel
Likuiditas pada PT. Kalbe
Independen :
sangat kuat dan menunjukan
Farma Tbk Periode 2002-
Likuiditas
nilai korelasi positif yaitu r
2008. 7
= 0.801.
Ribka Olivia Stephanie
Dependen:
secara parsial perputaran
Variabel, tahun,
Widharta, 2013.
Perputaran
persediaan dan perputaran
dan Tempat
Analisa Pengaruh
Persediaan,
piutang tidak memiliki
Penelitian
Perputaran Persediaan
Peeputaran
pengaruh signifikan
Berbeda
dan Perputaran Piutang
Piutang
terhadap likuiditas. Secara
Terhadap Likuiditas
simultan perputaran
Perusahaan Industri Rokok
Independen:
persediaan dan perputaran
Yang Terdaftar di Bursa
Likuiditas
piutang berpengaruh
Efek Indonesia
signifikan terhadap likuiditas.
19
2)
Kerangka Teori a.
Perputaran Kas Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang memiliki sifat paling lancar (paling likuid) dan paling mudah berpindah tangan dalam suatu transaksi.
24
Transaksi tersebut misalnya untuk
pembayaran gaji atau upah pekerja, membeli aktiva tetap, membayar hutang, membayar deviden dan transaksi lain yang diperlukan perusahaan. Faktor – faktor yang mempengaruhi ketersediaan kas bisa melalui penerimaan dan pengeluaran kas. Perubahan yang efeknya menambah dan mengurangi kas dan dikatakan sebagai sumbersumber penerimaan dan pengeluaran kas adalah sebagai berikut:25 1) Berkurang dan bertambahnya aktiva lancar selain kas Berkurangnya aktiva lancar selain kas berarti bertambahnya dana atau kas, hal ini dapat terjadi karena terjualnya barang tersebut, dan hasil penjualan tersebut merupakan sumber dana atau kas bagi perusahaan itu. Bertambahnya aktiva lancar dapat terjadi karena pembelian barang, dan pembelian barang membutuhkan dana.
24
Martono dan D. Agus Harjito, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Kedua. . Yogyakarta: Ekonisia. 2002. Hlm. 116. 25 Bambang Riyanto. Dasar - Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh. Yogyakarta: YBPFE UGM. 2001. Hlm. 289
20
2) Berkurang dan bertambahnya aktiva tetap Berkurangnya aktiva tetap berarti bahwa sebagian dari aktiva tetap itu dijual dan hasil penjualannya merupakan sumber dana dan menambah kas perusahaan. Bertambahnya aktiva tetap dapat terjadi karena adanya pembelian aktiva tetap dengan menggunakan kas. Penggunaan kas tersebut mengurangi jumlah kas perusahaan. 3) Bertambah
dan
berkurangnya
setiap
jenis
Bertambahnya hutang, baik hutang lancar maupun
hutang hutang
jangka panjang berarti adanya tambahan kas yang diterima oleh perusahaan. Berkurangnya hutang, baik hutang lancar maupun
hutang
jangka
panjang
dapat
terjadi
karena
perusahaan telah melunasi atau mengangsur hutangnya dengan menggunakan kas sehingga mengurangi jumlah kas. 4) Bertambahnya
modal
dapat
menambah
kas
misalnya
disebabkan karena adanya emisi saham baru, dan hasil penjualan
saham
baru.
Berkurangnya
modal
dengan
menggunakan kas dapat terjadi karena pemilik perusahaan mengambil kembali atau mengurangi modal yang tertanam dalam perusahaan sehingga jumlah kas berkurang. 5) Adanya keuntungan dan kerugian dari operasi perusahaan Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan dari operasinya berarti terjadi penambahan kas bagi
perusahaan yang
21
bersangkutan
sehingga penerimaan kas perusahaan pun
bertambah. Timbulnya kerugian selama periode tertentu dapat menyebabkan ketersediaan kas berkurang karena perusahaan memerlukan kas untuk menutup kerugian. Dengan kata lain, pengeluaran kas bertambah sehingga ketersediaan kas menjadi berkurang. Perputaran kas adalah perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata.26 Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kas kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja. Dalam mengukur tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan Rumus:27
Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti
semakin
cepat kembalinya kas masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas akan dapat dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional
sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan
perusahaan.
26
Bambang Riyanto. Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh. Yogyakarta: YBPFE UGM. 2001. Hlm. 95. 27 Kasmir. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012. Hlm. 141
22
b.
Perputaran Persediaan Persediaan adalah barang-barang yang biasanya dapat dijumpai di gudang tertutup, gudang terbuka, atau tempattempat penyimpanan lain, baik berupa bahan baku, barang setengah
jadi, barang
jadi, barang-barang
untuk
keperluan
operasi, atau barang-barang untuk keperluan suatu proyek28. Perputaran Persediaan adalah rasio antara harga pokok penjualan terhadap persediaan rata-rata persediaan
tersebut
menunjukkan
seberapa
cepat
dapat dijual.29 Perputaran persediaan
merupakan rasio yang menunjukan berapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu tahun. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :30
c.
Perputaran Piutang Piutang adalah tagihan kepada kreditur atau
langganan
sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit.31 Piutang sebagai elemen dari modal kerja selalu dalam keadaan berputar. Periode perputaran atau periode terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung kepada syarat pembayarannya. 28
Indrajit. Manajemen Persediaan. Jakarta :Grasindo. 2003. Hlm 3 Asti Lamriama Sianturi dalam Charles T. Horngren. Walter T. Harrison Jr. Michael A. Robinson. Thomas H. Secokusumo. Akuntansi di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. 1997. Hlm. 250 30 Irham Fahmi. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab. Bandung: Alfabeta. 2014. Hlm.77 31 Munawir. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat, Cetakan Ketiga belas. Yogyakarta : Liberty. 2002. Hlm : 75. 29
23
Makin lama syarat pembayarannya, berarti makin lama modal terikat dalam piutang yang ini
berarti
bahwa tingkat
perputarannya selama periode tertentu makin rendah. Perputaran piutang
adalah
rasio
yang
digunakan
untuk
mengetahui
kemampuan yang tertanam dalam piutang berputar dalam periode tertentu yaitu dengan dengan
piutang
membagi total penjualan kredit (netto)
rata-rata.32
Perputaran
turnover) merupakan ukuran efektivitas
piutang
(receivable
pengelolaan
piutang.
Semakin cepat perputaran piutang, semakin efektif perusahaan dalam mengelola piutangnya. Tingkat perputaran piutang dapat diketahui
dengan
cara
membagi
penjualan
kredit
dengan
jumlah rata-rata piutang.33 Tingkat perputaran piutang dapat dihitung dengan menggunakan rumus :34
Rasio perputaran piutang diartikan dengan berapa kali suatu perusahaan dalam setahun mampu “membalikkan” atau menerima kembali kas dari piutangnya. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih menjadi
uang tunai atau
menunjukkan modal kerja yang tertanam dalam piutang rendah. 32
Martono. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Buku 2 Edisi keempat. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2002. Hlm : 75. 33 Sutrisno. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi, Edisi Pertama, Cetakan Ketujuh. Yogyakarta : Penerbit Ekonisia. 2009. Hlm : 220. 34 Arthur J. Keown, dkk. Manajemen Keuangan Prinsip dan penerapan. Jakarta: PT. Indeks . 2011. Hlm. 77.
24
d.
Debt to Equity Ratio Perusahaan memperoleh sumber pendanaan dari dua sumber yaitu kreditor dan pemegang
saham. Rasio leverage
menunjukkan berapa besar perusahaan didanai oleh kreditor dan pemegang saham. Rasio leverage adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh utang.35 Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori utang ekstrim yaitu perusahaan terjebak dalam
utang yang tinggi dan sulit untuk
melepaskan beban utang tersebut. Karena itu sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan berapa utang yang diambil dan darimana sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membayar utang. Rasio leverage disebut juga rasio Solvabilitas. Rasio Solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio leverage yang menjadi fokus penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio. Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik
35
Agus Sartono. 2000. Hlm. 62, Bandung: Alfabeta. 2014. Hlm.72.
dalam Irham Fahmi. Analisis Laporan Keuangan.
25
perusahaan. Rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Bagi kreditur semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi diperusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semaki besar rasio ini akan semakin baik. Sebaliknya, dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva.36 Rasio ini juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan. Dalam persoalan Debt to equity ratio tidak ada batasan Debt to Equity Ratio yang aman bagi suatu perusahaan, namun untuk konservatif biasanya debt to equity ratio yang lewat 66% atau 2/3 sudah dianggap berisiko.37 Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:38
36
Kasmir. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012. Hlm. 157-158. 37 Suyuti. 2005. Hlm. 2, dalam Irham Fahmi. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab. Bandung: Alfabeta. 2014. Hlm.73. 38 Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012. Hlm: 1158.
26
e.
Likuiditas Rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban (utang) jangka pendek.39 Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan adalah rasio lancar, karena rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan.40Semakin tinggi likuiditas
perusahaan
maka
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba semakin rendah. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :41
G.
Kerangka Berpikir Dalam mengembangkan penyusunan skripsi ini diperlukan adanya sebuah kerangka pemikiran yang sistematis dalam pemecahan masalah, sehingga sumber data pengukurannya dapat terarah dengan jelas. Pemikiran ini dapat digambarkan sebagai berikut:
39
Fred weston. 2004. dalam Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012. Hlm: 129. 40 Kasmir. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012. Hlm. 134. 41 Arthur J. Keown, dkk. Manajemen Keuangan Prinsip dan penerapan. Jakarta: PT. Indeks . 2011. Hlm. 76.
27
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Perputaran Kas (X1)
Perputaran Persediaan (X2)
Likuiditas (Y)
Perputaran Piutang (X3) Debt to Equity Ratio (X4)
1. Kas merupakan bagian dari aktiva lancar yang likuid dan dapat dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban perusahaan. Kas juga merupakan uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Apabila perputaran kas semakin tinggi maka akan semakin likuid perusahaan tersebut. 2. Persediaan merupakan salah satu bagian aktiva lancar yang nantinya akan dirubah menjadi barang dagang yang akan dijual kepada pihak lain. Penjualan tersebut nantinya akan menghasilkan kas atau piutang bagi
28
perusahaan yang kemudian akan digunakan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya (kewajiban lancar). Sehingga semakin tinggi perputaran persediaan berarti semakin cepat bagi perusahaan untuk memperoleh
aliran kas dan membantu perusahaan untuk meningkatkan
likuiditas perusahaan tersebut. 3. Tingkat perputaran piutang menunjukan bahwa perusahaan mempunyai sejumlah modal kerja yang tidak likuid dengan adanya modal kerja yang tidak likuid tentu sangat berpengaruh pada tingkat likuiditas perusahaan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengendalian atas piutang menjadi sangat penting. Semakin pendek waktu terikatnya modal dalam piutang akan semakin baik, karena kemampuan perusahaan untuk segera mengubah aktiva lancarnya menjadi uang kas berkaitan dengan likuiditas perusahaan tersebut. 4. Debt to Equity Ratio menunjukan Semakin tinggi rasio ini berarti semakin banyak asset perusahaan yang dibiayai oleh hutang sehingga perusahaan harus menyediakan uang kas yang lebih banyak untuk membayar hutang hutang tersebut. Oleh sebab itu, variabel hutang terhadap likuiditas perusahaan.
berpengaruh negatif
29
H.
Hipotesis Hipotesis adalah suatu penjelasan
sementara tentang perilaku
fenomena atau keadaan yang telah terjadi dan akan terjadi.42 Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ho1 = Perputaran Kas (X1) tidak berpengaruh terhadap Likuiditas (Y) pada perusahaan. Ha1 = Perputaran Kas (X1) berpengaruh terhadap Likuiditas (Y) pada perusahaan. Ho2 = perputaran persediaan (X2) tidak berpengaruh terhadap Likuiditas (Y) pada perusahaan. Ha2 = Perputaran Persediaan (X2) berpengaruh terhadap Likuiditas (Y) pada perusahaan. Ho3 = Perputaran Piutang (X3) tidak berpengaruh terhadap Likuiditas (Y) pada perusahaan. Ha3 = Perputaran Piutang (X3) berpengaruh terhadap Likuiditas (Y) pada perusahaan. Ho4 = Debt To Equity Ratio (X4) tidak berpengaruh terhadap Likuiditas (Y) pada perusahaan. Ha4 = Debt To Equity Ratio (X4) berpengaruh terhadap Likuiditas (Y) pada perusahaan.
42
Hlm. 48.
Mudrajat Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga. 2003.
30
Ho5 = Perputaran Kas (X1), Perputaran Persediaan (X2), Perputaran Piutang (X3), dan Debt To Equity Ratio (X4) secara simultan tidak berpengaruh terhadap likuiditas (Y) pada perusahaan. Ha5 = Perputaran Kas (X1), Perputaran Persediaan (X2), Perputaran Piutang (X3), dan Debt To Equity Ratio (X4) secara simultan berpengaruh terhadap likuiditas (Y) pada perusahaan. I.
Metode Penelitian 1.
Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah laporan keuangan Tahunan perusahaan Konsumsi Bidang farmasi yang terdaftar di Daftar Efek Syariah selama tahun 2010-2014.
2.
Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan pendekatan
kuantitatif, di mana pendekatan ini menekankan analisisnya pada datadata numeral (angka) yang diolah dengan statistika. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti.43 Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian terhadap likuiditas pada perusahaan Konsumsi Bidang Farmasi yang terdaftar di Daftar Efek Syariah tahun 2010-2014. 3.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang berupa laporan keuangan Tahunan periode 2010 –
43
Saefudin Azwar. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1998. Hlm: 5.
31
Desember 2014. Data diperoleh melalui situs Daftar Efek Syariah (www.idx.co.id), Indonesian Capital Market Directory. Serta datadata lain yang mendukung penelitian, dan lain-lain. 4.
Populasi dan Sampel a.
Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan Konsumsi Bidang Farmasi yang tercatat dalam Daftar Efek Syariah (DES) selama periode 2010 – 2014. Tabel 1.2
Daftar Perusahaan Konsumsi Bidang Farmasi Tahun 2010 – 2014 No.
Kode Saham
Nama Penerbit Efek
1
DVLA
PT Darya-Varia Laboratoria Tbk.
2
INAF
PT Indo Farma Tbk.
3
KAEF
PT Kimia Farma Tbk.
4
KLBF
PT Kalbe Farma Tbk
5
MERK
PT Merck Tbk
6
TSPC
PT Tempo Scan Pacific Tbk
7
SQBB
PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
8
PYFA
PT Pyridam Farma Tbk.
Sumber : www.idx.co.id b.
Sampel Sampel yang diambil sebanyak 7 perusahaan dengan menggunakan purposive sampling. Purposive Sampling adalah
32
teknik pengambilan data dengan batasan-batasan dan tujuan tertentu yang diharapkan dari penelitian.44 Bentuk kriteria untuk pemilihan sampel penelitian ini adalah: 1.
Perusahaan Konsumsi Bidang Farmasi yang terdaftar di Daftar Efek Syariah 2010-2014.
2.
Perusahaan Konsumsi Bidang Farmasi yang menerbitkan laporan keuangan secara konsisten dari tahun 2010-2014
5.
Variabel Penelitian a.
Variabel Bebas (Independen) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, varibel ini bersifat bebas artinya tidak dipengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Perputaran Kas Perputaran kas adalah perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata.45 Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh
perusahaan.
Karena
tingkat
perputaran
kas
menggambarkan kecepatan arus kas kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja. Dalam mengukur tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam
44
Nanang martono. Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Jakarta: Rajawali Pers. 2011.
Hlm. 79. 45
Bambang Riyanto, Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, YBPFE UGM, 2001, Yogyakarta, hlm. 95.
33
dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan Rumus:46
Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin cepat kembalinya kas masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas akan dapat dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan. 2) Perputaran Persediaaan (X2) Perputaran Persediaan adalah rasio antara harga pokok penjualan terhadap persediaan rata-rata menunjukkan seberapa cepat persediaan tersebut dapat dijual. Variabel bebas ini sudah berbentuk data parametrik sehingga data tersebut dapat langsung diuji persentase perputaran persediaannya dengan menggunakan rumus perputaran persediaan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :47
46
Kasmir. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012. Hlm. 141 Irham Fahmi. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab. Bandung: Alfabeta. 2012. Hlm.77 47
34
3) Perputaran Piutang (X3) Perputaran piutang adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan yang tertanam dalam piutang berputar dalam periode tertentu yaitu dengan membagi total penjualan kredit (netto) dengan piutang rata-rata. Variabel bebas ini sudah berbentuk data parametrik sehingga data tersebut dapat langsung diuji persentase perputaran piutangnya dengan menggunakan rumus perputaran piutang. Tingkat perputaran piutang dapat dihitung dengan menggunakan rumus:48
4) Debt to Equity Ratio (X4) Rasio Utang menunjukkan berapa besar perusahaan didanai oleh kreditor dan pemegang saham. Rasio leverage (rasio utang) adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh utang.49 Semakin tinggi rasio, semakin buruk pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya. 48
Arthur J. Keown, dkk. Manajemen Keuangan Prinsip dan penerapan. Jakarta: PT. Indeks . 2011. Hlm. 77. 49 Agus sartono. 2000. Hlm. 62, dalam Irham Fahmi. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta. 2012. Hlm.72.
35
Debt to equity ratio menunjukan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri.50 DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Bagi kreditor semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi diperusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semaki besar rasio ini akan semaki baik. Sebaliknya. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:51
b.
Variabel Terikat (Dependen) Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu Likuiditas (Y). Likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Indikator yang dapat mempengaruhi likuiditas antara lain perputaran kas, perputaran persediaan, perputaran
50
Suad Husnan. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Uppamp Ykpn, Yogyakarta: 2004.
Hlm. 70. 51
1158.
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012. Hlm:
36
piutang, dan debt to equity ratio. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :52
52
Arthur J. Keown, dkk. Manajemen Keuangan Prinsip dan penerapan. Jakarta: PT. Indeks . 2011. Hlm. 76.
37
Tabel 1.3 Definisi Operasional Variable No
Variable
Definisi
Pengukuran
Skala
Rasio antara penjualan 1
Perputaran Kas
Sumber Kasmir,
Rasio dengan Kas
2012
Rasio antara harga pokok
Irham
Perputaran 2
penjualan dengan rata-
Rasio
Fahmi,
Persediaan rata persediaan
2014
Rasio antara penjualan
Arthur
Perputaran 3
dengan rata-rata piutang
Rasio
J.Keown
Piutang dkk, 2011 Debt to Equity
Rasio antara Total utang
Ratio
dengan Ekuitas
4
Kasmir, Rasio 2012
38
5
Rasio yang
Arthur
menggambarkan
J.Keown
kemampuan perusahaan
dkk, 2011
Likuiditas
Rasio dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
39
6.
Metode Analisis Data Penulis menggunakan metode analisis linier regresi berganda untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebelumnya, penulis menggunakan asumsi klasik untuk mengujinya. Metode yang digunakan yaitu: a. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk mengatahui apakah data yang akan diregresikan tersebut layak untuk diteliti atau tidak. 1) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi secara normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan statistik. a) Analisis Grafik Yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan
distribusi
kumulatif
dari
distribusi
normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus
diagonal,
dan
ploting
data
residual
akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
40
memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas 2) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan kepengamatan lain. Jika variance dari residual pengamatan kepengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara residualnya (SRESID) dan nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelembung, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasi telah terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-
41
titik yang menyebar diatas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.53 3) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dan atau lebih variabel independen. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinearitas yaitu dengan menggunakan nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai yang
4) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1
53
Ibid., Hlm: 139.
42
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan penganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Untuk mendeteksi ada atu tidaknya autokorelasimenggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:54 Tabel 1.4 Tabel Uji Durbin-Watson Hipotesis nol
Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif
No decision
dl d du
Tidak ada korelasi negative
Tolak
4-dl < d < 4
Tidak ada korelasi negative
No decision
4-du d 4-dl
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ditolak
du < d < 4-du
atau negative (sumber: Imam Ghozali. 2011: 111)
54
Ibid., hlm: 105-111.
43
b. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi di mana satu peubah tak bebas diterangkan oleh satu peubah bebas lainnya. Analisis ini sering disebut analisis regresi berganda.55 Analisis regresi berganda digunakan utuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Y= a+b1X1+b2X2+b3X3+e
Di mana: Y
=
Likuiditas
a
=
Koefisien Konstanta
X1
=
Perputaran Kas
X2
=
Perputaran Persediaan
X3
=
Perputaran Piutang
b1-b3
=
Koefisien Regresi
e
=
Error atau Variabel Penganggu
Berdasarkan penetapan model persamaan regresi linier berganda yang telah dikemukakan diatas, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS for Windows.
55
Yusuf Wibisono. Metode Statistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2005. Hlm: 574.
44
1) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi=0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Membandingkan nilai statistik t, apabila apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibanding nilai t tabel, kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. 2) Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dapenden/terikat. Bila nilai F lebih besar daripada 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai Fhitung > nilai Ftabel, maka H0 ditolak dan menerima Ha.
45
c. Koefisien Determinasi (R2) Pada model linear berganda ini, akan dilihat besarnya kontribusi untuk variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya dengan melihat besarnya koefisien determinasi totalnya (R2). Jika (R2) yang diperoleh mendekati 1 (satu) maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut menerangkan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika (R2) makin mendekati 0 (nol) maka semakin lemah pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. J.
Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini akan disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan, agar pembaca mengetahui dan memahami bagaimana judul penelitian ini diangkat, apa tujuan dan kegunaan penelitian, serta metode apa yang digunakan peneliti dalam menganalisis penelitian ini. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi landasan teori mengenai perputaran Kas, perputaran persediaan, perputaran piutang, Debt to Equity Ratio dan likuiditas, supaya
46
pembaca dapat mengetahui dan memahami teori-teori yang melandasi penelitian ini BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini berisi gambaran umum Perusahaan Konsumsi Bidang Farmasi yang terdaftar di Daftar Efek Syariah tahun 2010-2014. BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini berisi analisis hasil penelitian yaitu perputaran Kas, perputaran Persediaan perputaran Piutang dan Debt to Equity Ratio terhadap likuiditas pada perusahaan Konsumsi Bidang Farmasi yang terdaftar di Daftar Efek Syariah tahun 2010-2014. BAB V PENUTUP Bab ini berisi simpulan dari penelitian dan saran.