BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Sebagai peninggalan tulisan, naskah menyimpan berbagai informasi
tentang kehidupan, berbagai buah pikiran, gagasan, ajaran, cerita, paham dan pandangan hidup yang pernah tumbuh dan berkembang pada masyarakat masa lampau (Chamamah, 2011:3-4). Meskipun gagasan, ajaran, cerita, dan lain-lain tersebut merupakan peninggalan masa lampau, namun demikian naskah dapat menjadi salah satu sumber pengetahuan karena naskah menyimpan banyak nilai luhur yang masih tetap relevan bagi masyarakat modern. Nilai-nilai luhur itu dapat dijadikan sebagai sumbangan dalam rangka pembentukan karakter dan budi pekerti bagi generasi selanjutnya. Naskah yang memuat nilai-nilai luhur masa lampau salah satunya adalah naskah piwulang. Naskah piwulang adalah naskah yang memuat teks ajaran, petuah, atau nasihat. Sampai saat ini naskah berwujud piwulang masih dapat dijumpai di beberapa tempat penyimpanan naskah, baik di perpustakaan maupun koleksi pribadi. Salah satu tempat yang menyimpan naskah berwujud piwulang yaitu perpustakaan Pura Pakualaman Yogyakarta. Di perpustakaan Pura Pakulaman Yogyakarta, selain menyimpan naskahnaskah yang berisi piwulang, tempat ini juga menyimpan naskah-naskah kuna yang berisi primbon, sastra, babad dan lain-lain. Seluruh koleksi yang tersimpan di perpustakaan itu adalah milik keluarga besar Paku Alam. Koleksi tersebut
1
2
meliputi karya sastra yang ditulis sejak masa Paku Alam I bertahta (1812-1829) sampai dengan Paku Alam VII (1906-1937). (Saktimulya dkk, 2005: vi) Naskah-naskah kuna tersebut telah dikatalogisasikan secara lengkap yang terbagi dalam enam kelompok naskah yaitu Babad, Islam, Piwulang, Primbon, Sastra, dan Lain-lain. Naskah tersebut belum semua dikaji secara ilmiah. Oleh sebab itu, mengingat pentingnya nilai-nilai luhur yang terkandung dalam naskah tersebut, maka penulis perlu melakukan penelitian terhadap salah satu koleksi naskah perpustakaan Pura Pakualaman Yogyakarta. Adapun koleksi yang dijadikan objek adalah teks Pratandha Tingkahing Padewan. Teks Pratandha Tingkahing Padewan yang selanjutnya disingkat PTP ini merupakan bagian dalam naskah Pawukon saha Sĕrat Piwulang (PSP). Menurut katalogisasi, naskah ini dikelompokkan dalam jenis naskah Primbon dengan nomor kode 0098/PP/73. Teks PTP terdiri atas 19 halaman yaitu pada halaman 148-166. Teks PTP beraksara dan berbahasa Jawa. Awal penggubahan teks-teks dalam naskah tersebut yaitu hari Selasa Legi, 29 Rejeb 1752 (tahun Jawa) atau 19 Maret 1825 (Saktimulya dkk, 2005: 307), sedangkan penulis teks PTP tidak disebutkan dalam isi teks tersebut. Naskah PSP sendiri terdiri atas 13 teks yaitu: 1) Pawukon, 2) Ajaran Rama Wijaya kepada Kunta Wibisana, 3) Asthabrata, 4) Pratandha Wrĕganing Sĕstra, 5) Pratandha Paukiraning Sĕstra, 6) Pratandha Tingkahing Padewan, 7) Sĕrat Sewaka, 8) Sĕrat Nitinĕgari, 9) Sĕrat Candra Sĕngkala, 10) Sĕrat Nitipraja, 11) Sĕrat Suryangalam, 12) Sĕrat Anggĕring Nĕgari, dan 13) Ajaran Sĕstradi (Saktimulya, 2005:123-124).
3
Teks PTP merupakan teks yang menarik karena dari 13 teks dalam naskah PSP, teks PTP adalah teks yang berbeda dari teks lainnya. Teks PTP terdiri dari dua bentuk yaitu puisi dan prosa, sedangkan 12 teks lainnya terdiri satu bentuk yaitu puisi saja atau prosa saja. Dalam teks PTP, teks berbentuk puisi ditulis dalam bahasa Kawi, kemudian diprosakan dalam bahasa Jawa Baru. Selain itu, teks PTP berisi tentang gambaran sifat dan tingkah laku manusia yang seperti sifat dan tingkah laku dewa. Menurut penulis, gambaran sifat dan tingkah laku manusia tersebut masih relevan untuk dijadikan pedoman pada masa sekarang. Sebagai contoh: budi kang alus iku upamane kaya sĕsandhangan ingkang bĕcik. Karanane mungguha gon-gonan ing lair iku aweh tilas ing batin, tan pĕrbeda larase lair karo batine (b.13, h.155) „budi yang halus itu ibaratnya seperti pakaian yang bagus. Sebab jika tempat di raga itu memberikan jejak di batin, (maka) tidak ada perbedaan keserasian antara lahir dan batinnya‟. Nasihat semacam ini kurang dijumpai pada masa sekarang, sehingga hal itu perlu untuk digali sebagai kajian.
1.2.
Rumusan Masalah Oleh karena naskah PTP masih berupa teks asli yaitu beraksara Jawa dan
berbahasa Jawa, serta banyak orang yang belum dapat mengetahui kandungan isi dan maknanya, maka perlu usaha untuk melatinkan teks PTP dari aksara Jawa ke aksara Latin, kemudian dialih bahasa dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Selain itu, juga belum dijelaskan tentang identitas dewa yang digambarkan dalam teks PTP, sehingga perlu dilakukan analisis intertekstual dengan bantuan teks lain
4
yaitu Ajaran Kepemimpinan Asthabrata Kadipaten Pakualaman (Suryodilogo, 2012), dan “Konsep Raja Utama pada Naskah Sestra Ageng
Adidarma”
(Saktimulya, 2001).
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut ini. a. Menyajikan suntingan teks PTP dengan perbaikan bacaan agar teks dapat terbaca. b. Menerjemahkan teks PTP dari bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia agar isinya dapat diketahui dan dipahami. c. Mengetahui kaitan antara sifat dan tingkahlaku manusia dengan sifat dan tingkah laku para dewa. d. Mengetahui kaitan antara sifat dan tingkah laku manusia dengan ajaran sĕstradi. e. Sebagai upaya pelestarian budaya peninggalan masa lampau.
1.4.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian terhadap teks PTP dalam naskah PSP berkode koleksi
0098/PP/73 dibatasi pada penyajian deskripsi naskah, deskripsi teks, suntingan teks dengan edisi perbaikan bacaan disertai catatan suntingan, terjemahan teks disertai catatan terjemahan, serta analisis intertekstual berupa gambaran sifat dan tingkah laku manusia dalam cerminannya dengan sifat dan tingkah laku para
5
dewa, dan kaitan antara sifat dan tingkah laku manusia dengan ajaran sĕstradi. Telah dijelaskan di atas bahwa teks PTP berbentuk puisi dan prosa. Akan tetapi penelitian ini difokuskan pada bentuk prosa, sedangkan pada bagian bentuk puisi akan dikaji lebih lanjut. Hal itu disebabkan waktu dan ruang penelitian yang terbatas.
1.5.
Tinjauan Pustaka Sejauh pengamatan penulis, belum ada yang meneliti teks PTP. Namun
demikian, penelitian terhadap teks-teks yang berisi piwulang telah banyak yang mengkaji. Dalam tulisan berjudul “Ajaran Asthabrata dalam Naskah Pakualaman: 0047/PP/73 (Suntingan Teks, Terjemahan dan Manifestasinya dengan Ajaran Sestra)”, yang ditulis oleh R. Yovi Mega Purwono (2005) mengupas tentang ajaran Asthabrata. Ajaran Asthabrata berisi tentang kepemimpinan dan perilakuperilaku utama yang pantas untuk dijadikan pedoman bertingkah laku. Dalam tulisan tersebut dijabarkan tentang watak delapan dewa yang patut diteladani oleh raja maupun para abdi, yaitu Bathara Endra, Bathara Yama, Bathara Surya, Bathara Candra, Bathara Bayu, Bathara Wisnu, Bathara Brama, dan Bathara Baruna. Irma Tri Hastuti (2005) dalam tulisannya berjudul “Serat Tatakrama: Etiket dalam Tatacara Masyarakat Jawa (Suntingan Teks, Terjemahan dan Tinjauan Prgamatis)”, membahas ajaran tentang etiket atau pendidikan moral manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ajaran yang dibahas antara lain tentang keutamaan dalam kehidupan, tentang hormat, tentang sopan-santun, tentang
6
tingkah laku yang baik, tentang tolong-menolong, tentang kejujuran, tentang tatakrama, tentang pengajaran tatakrama dan adat-istiadat dalam kehidupan, tentang berpakaian, tentang perilaku anak kepada orangtuanya, dan sebagainya. Selanjutnya tulisan Fajar Kusworo Adi (2013) berjudul “Kajian Filologi dan Analisis Mantra dalam Serat Piwulang Sunan Kalijaga”. Dalam tulisannya dikemukakan tentang doa atau mantra dalam bertingkah laku di kehidupan seharihari yang merupakan ajaran atau piwulang dari Sunan Kali Jaga. Beberapa penelitian teks di atas adalah penelitian teks berisi piwulang dengan berbagai macam judul. Meskipun sama-sama mengkaji teks berisi piwulang, tetapi penelitian teks PTP memiliki perbedaan dengan beberapa penelitian teks di atas. Selain berisi suntingan teks dan terjemahan, dalam penelitian teks PTP ini juga diberikan sifat dan tingkah laku manusia dalam cerminannya dengan sifat dan tingkah laku para dewa, serta kaitan antara sifat dna tingkah laku manusia dengan ajaran sĕstradi.
1.6.
Landasan Teori Teks PTP merupakan manuskrip beraksara Jawa, berbentuk puisi dan
prosa, yang di dalamnya terdapat kata-kata yang salah dan perlu diperbaiki, sehingga dalam penelitian ini digunakan pendekatan bidang ilmu filologi. Teori ilmu filologi yang digunakan pada penelitian teks PTP yaitu penyuntingan teks dengan perbaikan bacaan. Suntingan teks dengan perbaikan bacaan merupakan suntingan teks yang sedapat mungkin menghilangkan hambatan untuk pemahaman teks. Suntingan ini dibuat untuk memperlihatkan pemahaman peneliti
7
atas teks dengan cara perbaikan bacaan yang disertai dengan terjemahan dan catatan (Wiryamartana,1990:14). Suntingan ini dibuat dengan adanya campur tangan peneliti sehingga teks dapat dibaca dan dipahami. Bacaan teks diperbaiki sesuai dengan dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang berlaku di masa sekarang dengan bantuan Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa (Sudaryanto, 1992). Telah disebutkan di atas bahwa teks PTP masih tertulis dalam bahasa Jawa, sehingga teks perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Untuk itu, maka diperlukan teori terjemahan. Terjemahan merupakan pengalihbahasaan suatu teks ke dalam bahasa lain yang diinginkan oleh penerjemah dengan tanpa mengubah pesan atau isinya. Pada umumnya teori terjemahan yang digunakan pada penelitian ini adalah terjemahan harfiah, tetapi pada kasus tertentu akan digunakan terjemahan bebas atau dengan diberikan catatan terjemahan. Menurut Catford dalam Belajar Menerjemahkan, Teori dan Praktik (Hartono, 2003) bahwa dalam terjemahan harfiah, mula-mula dilakukan penerjemahan kata demi kata. Kemudian diadakan perubahan-perubahan seperlunya pada bagian-bagian tertentu agar terjemahan tadi sesuai dengan sistem gramatika bahasa. Di sini penerjemah mungkin mengadakan perubahan seperlunya mengenai bentuk dan urutan katakatanya. Si penerjemah melakukan terjemahannya ini kelompok demi kelompok, klausa demi klausa, dan kalimat demi kalimat. Teks PTP berisi tentang gambaran sifat dan tingkah laku manusia yang menyerupai sifat dan tingkah laku dewa. Untuk mengetahui kaitannya sifat dan tingkah laku manusia yang seperti sifat dan tingkah laku dewa, dalam penelitian ini digunakan teori intertekstualitas atau hubungan antar-teks. Dalam teori ini
8
setiap teks sastra dibaca dan harus dibaca dengan latar belakang teks-teks lain (Teeuw, 1984:145-146). Teks lain tersebut penting untuk mempermudah mencari kaitan. Adapun teks lain yang digunakan sebagai acuan untuk mengkaitkan antara sifat dan tingkah laku manusia dengan sifat dan tingkah laku dewa adalah buku karya K.B.P.H. Suryodilogo yang berjudul Ajaran Kepemimpinan Asthabrata Kadipaten Pakualaman (2012), dan “Konsep Raja Utama pada Naskah Sestra Ageng Adidarma” (Saktimulya, 2001) untuk mencari kaitan antara sifat dan tingkah laku manusia dengan ajaran sĕstradi.
1.7.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian teks PTP terdiri atas beberapa
tahapan. Tahap pertama yaitu inventarisasi naskah dengan menggunakan bantuan dari beberapa katalog naskah, antara lain: Katalog Perpustakaan Pura Pakualaman, Katalog Perpustakaan Sanabudaya, dan Katalog Perpustakaan Nasional R.I. Kemudian dilakukan penetapan naskah yang dijadikan objek penelitian, yaitu naskah Pratandha Tingkahing Padewan (PTP) dalam naskah Pawukon saha Sĕrat Piwulang (PSP). Selanjutnya adalah pendeskripsian naskah PTP secara umum dengan menggunakan bantuan Katalog Perpustakaan Pura Pakualaman dan pengamatan langsung terhadap naskah tersebut. Tahap selanjutnya, teks yang terdapat pada naskah PTP ditransliterasi. Tahap transliterasi merupakan penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad satu ke abjad yang lain (Baried dkk, 1985:65), yakni dari aksara Jawa ke aksara Latin. Secara keseluruhan teks ditransliterasi baik yang berbentuk puisi
9
maupun prosa dengan mempertimbangkan kaidah-kaidah suntingan teks. Setelah itu dilakukan penerjemahan dari bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Tahap selanjutnya adalah mengkaitkan isi teks PTP dengan teks lain yaitu buku Ajaran Kepemimpinan Asthabrata Kadipaten Pakualaman (Suryodilogo, 2012) untuk mencari kaitan atau hubungan antar-teks tentang gambaran sifat dan tingkah laku manusia dengan sifat dan tingkah laku dewa, dan “Konsep Raja Utama pada Naskah Sestra Ageng Adidarma” (Saktimulya, 2001) untuk mencari kaitan kaitan antara sifat dan tingkah laku manusia dengan ajaran sĕstradi.
1.8.
Sistematika Penyajian Laporan penelitian teks PTP disajikan seperti berikut ini. Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II Deskripsi naskah dan teks PTP. Dalam bab ini akan diuraikan deskripsi dan ringkasan isi dari naskah PSP beserta teks PTP. Bab III Suntingan dan terjemahan teks PTP. Bab ini berisi suntingan dan terjemahan teks PTP. Bab IV Intertekstual berupa gambaran sifat dan tingkah laku manusia dalam cerminannya dengan sifat dan tingkah laku para dewa. Bab V Penutup. Pada bab ini berisi simpulan dari uraian bab-bab sebelumnya dan saran dari penulis. Daftar Pustaka.
10
Lampiran. Pada lampiran ini berisi data berupa gambar dan data-data lain yang dianggap perlu untuk dilampirkan guna mendukung hasil penelitian.