BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk yang terus meningkat merupakan masalah besar bagi negara-negara di dunia khususnya Negara berkembang. Indonesia merupakan Negara berkembang yang termasuk mempunyai masalah dalam bidang kependudukan. Kepesatan penduduk Indonesia tersebut merupakan fenomena yang memerlukan perhatian dan penanganan yang lebih sungguh-sungguh dan berkelanjutan. Keadaan ini sangat mempengaruhi masalah kualitas sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang memerlukan bantuan untuk sekedar hidup (BKKBN,2006). Upaya yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk menangani masalah ini adalah dengan menggalakan dan mengaktifkan kembali program Keluarga Berencana Nasional untuk pembangunan yang berorientasi pada masa depan yang lebih baik. Pembangunan Keluarga Berencana Nasional diarahkan kepada terwujudnya “Keluarga Berkualitas 2015” yang pada hakikatnya dimaksudkan untuk mewujudkan keluarga-keluarga Indonesia yang mempunyai anak ideal, sehat, berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya (BKKBN, 2006). Berdasarkan visi dan misi tersebut, program Keluarga Berencana (KB) Nasional mempunyai kontribusi tersebut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah mewujudkan keberhasilannya selain menurunkan angka kelahiran dan pertumbuhan penduduk, juga terpenting adalah mengubah sikap mental dan perilaku masyarakat dalam upaya membangun keluarga berkualitas. Selain salah satu bukti keberhasilan program
tersebut antara lain dapat diamati dari semakin meningkatnya angka pemakaian kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (BKKBN, 2006). Keberhasilan program tersebut yaitu dapat diamati dari semakin meningkatnya angka pemakaian kontrasepsi (prevalensi). Survey memperlihatkan proporsi peserta Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Kebumen jumlah Pasangan Usia Subur menurut hasil pengumpulan data BPPKB pada tahun 2010 sebesar 212.534 orang sedangkan yang menjadi peserta KB aktif sebesar 1,18 %. Prosentase terbanyak adalah aseptor KB suntik sebanyak 54%, implant 22%, pil 13%, Kondom 6%, IUD 4%, MOP/MOW 1% (BPPKB, 2010). Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 15 November 2011 di PLKB Adimulyo di Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen terdapat 5658 Pasangan Usia Subur (PUS), data peserta yang mengikuti KB suntik 37,77%, pil 11,63%, implant 22,44%, MOW 0,14%, IUD 2,56%, kondom 1,09%, MOP 0,14% (PLKB Adimulyo, 2010) Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 15 November 2011 di PLKB Adimulyo di desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen terdapat 294 Pasangan Usia Subur, data peserta yang mengikuti KB suntik 48,51%, pil 11,22%, implant 6,27%, MOW 5,94%, IUD 3,96%, kondom 1,65%, MOP 0%. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi yang paling diminati oleh akseptor KB (PLKB Adimulyo, 2010). KB suntik adalah suatu metode kontrasepsi yang berdaya kerja panjang (lama), yang tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan senggama, tetapi tetap reversible (Hartanto, 2003). Kontrasepsi suntik merupakan suatu tindakan invasif karena menembus pelindung kulit, penyuntikan harus dilakukan hati-hati dengan teknik aseptik untuk mencegah infeksi (Sarwono, 2003). Salah satu tujuan utama dari kontrasepsi ini adalah untuk
mengembangkan suatu metode kontrasepsi yang berdaya kerja panjang (lama, yang tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan bersenggama, tetapi tetap reversibel. Dua kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang sekarang banyak dipakai adalah Depo Medroxy Progesteron Acetat (DMPA) = Depo-Provera, dan NET-EN (Norethindrone enanthate). Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan kontrasepsi antara lain faktor pasangan yang berhubungan dengan umur, frekuensi senggama, jumlah keluarga yang diinginkan, faktor metode kontrasepsi yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan pasangan tentang konrasepsi dan biaya (Hartanto, 2003) Hasil penelitian tersebut diatas sejalan dengan pendapat Palmore dan Bultoa yang menyatakan faktor dalam pemilihan kontrasepsi antara lain ongkos dan faktor sosial budaya (Singarimbun, 2003). Demikian pula dengan menurut WHO (1994) antara lain adalah faktor individu antara lain usia atau usia muda, frekuensi koitus, faktor ekonomi dan kemudahan memperolehnya serta faktor sosial budaya (Hartanto, 2003). Banyak wanita kesulitan dalam menentukan pilihan kontrasepsi, tidak hanya karena keterbatasan jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tersebut tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenal kemampuan mempunyai anak. Setiap metode yang tersedia mempunyai kelebihan dan kekurangan .
Kesehatan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia). Ketersediaan sarana kesehatan sangat penting didalam meningkatkan kesehatan masyarakat (Anthony, 2007). Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat miskin melalui penyediaan alat kontrasepsi gratis menjadi komitmen pemerintah pusat hingga daerah. Alat kontrasepsi yang digunakan diantaranya adalah kontrasepsi suntik (BKKBN, 2006). Kualitas dan akses pelayanan KB menuntut perubahan di kalangan petugas kesehatan. Pelayanan KB harus dilaksanakan atas dasar kesukarelaan dan kejujuran. Petugas KB memiliki peran untuk menjelaskan setiap alat kontrasepsi secara benar dan lengkap dengan segala kelebihan dan kekurangannya, serta mengikuti standar pelayanan KB akan terbebas dari pengaruh petugas dalam menentukan dan memilih jenis alat dan obat kontrasepsi yang paling cocok untuk dirinya (Arjoso, 2007). Implikasinya masyarakat harus memperoleh informasi yang benar, jujur dan terbuka. Menurut hasil Studi Pendahuluan di PLKB Adimulyo pada tanggal 15 November 2011 menunjukan bahwa pengguna metode kontrasepsi suntik sangat banyak jumlahnya dibandingkan pengguna metode kontrasepsi lain, baik hormonal maupun non hormonal. Pasangan usia subur di Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen adalah 303 orang dan 147 orang diantaranya memakai kontrasepsi suntik. Hal inilah yang melatar belakangi peneliti untuk meneliti tentang gambaran faktor yang mempengaruhi akseptor KB menggunakan kontrasepsi suntik di Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “faktor – faktor apakah yang mempengaruhi akseptor KB mengambil keputusan menggunakan kontrasepsi suntik di Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor KB dalam mengambil keputusan menggunakan kontrasepsi suntik di Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui karakteristik akseptor KB di Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen. b. Mengetahui hubungan umur ibu dengan pengambilan keputusan menggunakan kontrasepsi suntik di Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen. c. Mengetahui hubungan paritas dengan pengambilan keputusan menggunakan kontrasepsi suntik di Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen. d. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu yang dimiliki dengan pengambilan keputusan menggunakan kontrasepsi suntik di Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen. e. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pengambilan keputusan menggunakan kontrasepsi suntik di Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen.
f. Mengetahui hubungan pendapatan keluarga dengan pengambilan keputusan menggunakan kontrasepsi suntik di Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen. g. Mengetahui hubungan peran petugas KB dengan pengambilan keputusan menggunakan kontrasepsi suntik di Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen. h. Mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi akseptor KB dalam mengambil keputusan menggunakan kontrasepsi suntik di Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen .
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Keperawatan Diharapkan dapat memberikan gambaran situasional mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor KB mengambil keputusan menggunakan kontasepsi suntik di Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen. 2. Bagi Masyarakat Menambah informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor KB mengambil keputusan menggunakan kontrasepsi suntik di Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen sehingga dapat dijadikan bahan sosialisasi pemilihan metode kontrasepsi. 3. Bagi Institusi Pendidikan Menambah pengetahuan dalam kegiatan pembelajaran terutama tentang faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor KB mengambil keputusan menggunakan kontasepsi suntik di Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen.
4. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor KB mengambil keputusan menggunakan kontasepsi suntik di Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen.
E. Keaslian Penelitian Penelitian dengan judul “faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor KB memilih kontrasepsi suntik di Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen” sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan penelitian. Adapun keaslian penelitian ini antara lain : 1. Penelitian Agustina (2004) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pasangan suami istri dalam penggunaan kontrasepsi yang ditinjau dari persepsi gender di wilayah Puskesmas Tegal Rejo Yogyakarta. Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif. Kesimpulan yang didapat yaitu penentuan jumlah anak dan jarak kelahiran anak sudah berperspektif gender sedangkan pemakaian alat kontrasepsi belum berperspektif gender. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel yang diteliti dan lokasi penelitiannya. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pengambilan keputusan menggunakan alat kontrasepsi. 2. Penelitian Meliarti (2004) yang meneliti Hubungan pengetahuan aseptor KB tentang kontrasepsi rasional dalam pemilihan metode kontrasepsi di Desa Bangun Cipto Yogyakarta. Jenis penelitian analitik non eksperimen dengan menggunakan pendekatan cross sectional dan subyek penelitiannya adalah usia subur yang aktif sebagai aseptor KB. Kesimpulan yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan aseptor KB
tentang kontrasepsi dengan pemilihan metode kontrasepsi. Pengambilan sample secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasar pada keinginan peneliti. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variable yang diteliti dan lokasi penelitiannya. Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kontrasepsi suntik. 3. Penelitian Selviana (2007) yang meneliti masalah hubungan pemberian Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dengan pengambilan keputusan jenis alat kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Sewon 1 Kabupeten Bantul. Jenis penelitian yaitu kuantitatif analitik dengan pendekatan cross sectional. Kesimpulan yang didapat yaitu ada hubungan antara pemberian KIE dengan pengambilan keputusan jenis alat kontrasepsi. Perbedaan dari penelitian ini adalah variable penelitian dan lokasi penelitian. Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama tentang kontrasepsi suntik.