BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 8 sebagai
pengganti SFAC No. 1 menyatakan bahwa laporan keuangan harus menyajikan informasi yang berguna untuk investor dan calon investor, kreditur dan pengguna lain dalam pengambilan keputusan investasi, kredit, dan keputusan lain yang sejenis, yang rasional. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) menyusun laporan keuangan menggunakan dasar accrual. Basis ini memiliki keunggulan khususnya dari sisi matching dalam satuan waktu (time period), namun disisi lain basis accrual memiliki kelemahan yaitu penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan dapat mengakibatkan manajemen memiliki keleluasaan untuk memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari standar akuntansi keuangan yang berlaku. Hal tersebut dapat digunakan
manajemen
untuk
melakukan
tindakan
opurtunistik
dengan
memanipulasi laporan keuangan. Salah satu tindakan yang digunakan manajemen untuk manipulasi laporan keuangan adalah dengan melakukan manajemen laba. Menurut Copeland (1968), manajemen laba adalah suatu tindakan memaksimumkan atau meminimumkan laba untuk tujuan tertentu. Perilaku manajemen laba selalu diasosiasikan dengan perilaku yang negatif karena manajemen laba menyebabkan tampilan informasi keuangan tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya (Putra, 2009).
1
2
Di Indonesia banyak terjadi kasus manajemen laba diantaranya PT Kimia Farma pada tahun 2002 karena kesalahan pencatatan dan penjualan sehingga menyebabkan profit overstated sebesar Rp 32,7 miliar untuk periode akuntansi tahun 2001. PT Indofarma pada tahun 2004 terdapat kesalahan pencatatan persediaan barang dalam proses sehingga terdapat kasus profit overstated sebesar Rp 28,87 miliar. Kasus Lippo Bank dengan cara menerbitkan 3 (tiga) versi laporan keuangan sekaligus dan saling berbeda antara satu dan lainnya, yaitu laporan keuangan yang dipublikasi dalam media massa, kepada Bapepam, dan kepada manajer perusahaan. Kasus manajemen laba diluar negeri seperti kasus Enron yang mengalami kebangkrutan pada tahun 2002 Kebangkrutan perusahaan ini menimbulkan kehebohan yang luar biasa. Bangkrutnya Enron dianggap bukan lagi semata-mata sebagai sebuah kegagalan bisnis, melainkan sebuah skandal yang multidimensional, yang melibatkan politisi dan pemimpin terkemuka di Amerika Serikat. Kehadiran motivasi dan peluang merupakan insentif bagi manajer untuk mengelola laba. Menurut Positif accounting theory yang dikembangkan oleh Watts dan Zimmerman (1986), motivasi manajemen laba meliputi bonus plan, debt covenant, dan politic cost. Manajer termotivasi mengelola laba untuk mencapai target kinerja dan kompensasi bonus, meminimalkan kemungkinan pelanggaran perjanjian utang, dan meminimalkan biaya politik karena intervensi pemerintah dan parlemen. Beberapa peneliti telah meneliti tentang pengaruh political cost, debt covenant, dan bonus plan terhadap manajemen laba, namun dari hasil penelitian tersebut masih terdapat ketidak konsistenan hasil.
3
Political cost sering diproksikan dengan ukuran perusahaan Anggraini dan Trisnawati (2008) Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Pengambilan langkah tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya dengan mengenakan peraturan antitrust, menaikan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain (Saputra dkk 2003). Perusahan besar mempunyai insentif yang cukup besar untuk melakukan manajemen laba, karena salah satu alasan utamanya adalah perusahaan besar harus mampu memenuhi ekspektasi dari investor atau pemegang sahamnya. Sedangkan beberapa peneliti seperti Guna dan Herawaty (2010), Sosiawan (2012) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hipotesis debt covenant menyatakan bahwa manajer termotivasi melakukan manajemen laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang. Kreditor biasanya membatasi pembayaran dividen, pembelian kembali saham beredar, dan penambahan utang untuk menjamin pembayaran pokok utang dan bunga (Watts & Zimmerman 1986). Achmad dkk (2007) Menggunakan rasio total hutang terhadap total aset untuk mengukur tingkat debt covenant. Penelitian tersebut menyatakan bahwa motivasi debt covenant dan motivasi biaya politik berpengaruh positif terhadap manajemen laba sedangkan Amijaya dan Prastiwi (2013) menemukan pengaruh yang berbeda. Watts dan Zimmerman, (1986) menyatakan bahwa Manajer perusahaan dengan rencana bonus (bonus plan) lebih menyukai metode akuntansi yang
4
meningkatkan laba periode berjalan. Pilihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai bonus yang akan diterima seandainya komite kompensasi dari Dewan Direktur tidak menyesuaikan dengan metode yang dipilih. Hasil penelitian Palestin (2010), Suryatiningsih dan Siregar (2008) menemukan bahwa kompensasi bonus berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sosiawan (2012), Achmad dkk (2007) menyatakan bahwa kompensasi bonus tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Sesuai dengan teori agensi keberadaan asimetri informasi dapat mendorong pihak agen sebagai pihak penyedia informasi melakukan Adverse selection dan Moral Hazard, semakin banyak informasi mengenai internal perusahaan yang dimiliki agen dari principal maka agen akan lebih banyak mempunyai kesempatan untuk melakukan manajemen laba (Wiryadi dan Sebrina, 2013). Oleh karena itu peneliti berasumsi bahwa manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen yang dikarenakan adanya motivasi rencana bonus, debt covenant, dan biaya politik akan diperkuat dengan peluang yang ada yang disebabkan oleh asimetri informasi yang tinggi. Penelitian ini bertujuan mengindikasikan pengaruh asimetri informasi dalam memoderasi pengaruh antara political cost yang diproksikan dengan ukuran perusahaan, debt covenant yang diproksikan dengan leverage dan rencana bonus yang diproksikan dengan besarnya kompensasi pada manajemen laba. Penelitian ini dimotivasi dari studi terdahulu yang menguji pengaruh ukuran perusahaan, leverage dan kompensasi pada manajemen laba yang mendapatkan hasil yang tidak konsisten, seperti penelitian Guna dan Herawaty (2010), Prastiwi (2013),
5
Palestin (2010), Sosiawan (2012), Antonia (2008), Tarjo 2008, Raja dkk (2014), Achmad dkk (2007), dan Elfira (2014). Penelitian ini akan mencoba membahas faktor yang diduga memperkuat atau memperlemah manajemen laba, yaitu asimetri informasi.
1.2
Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang yang dipaparkan, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah: 1)
Apakah pengaruh ukuran perusahaan pada manajemen laba akan semakin kuat saat asimetri informasi meningkat pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014?
2)
Apakah pengaruh leverage pada manajemen laba akan semakin kuat saat asimetri informasi meningkat pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014?
3) Apakah pengaruh kompensasi pada manajemen laba akan semakin kuat saat asimetri informasi meningkat pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan pada penelitian adalah ingin mengetahui pengaruh asimetri
informasi terhadap faktor-faktor yang memengaruhi manajemen laba. Oleh karena itu tujuan penelitian ini secara khusus membahas tentang pengaruh sebagai berikut:
6
1) Menguji pengaruh asimetri informasi sebagai pemoderasi antara ukuran perusahaan pada manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014. 2) Menguji pengaruh asimetri informasi sebagai pemoderasi antara leverage pada manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014. 3) Menguji pengaruh asimetri informasi sebagai pemoderasi antara kompensasi bonus perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014.
1.4
Manfaat Penelitian Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi empiris
terhadap dunia akademis mengenai pengaruh asimetri informasi dalam memoderasi pengaruh ukuran perusahaan, leverage dan kompensasi pada manajemen laba Bagi pengguna laporan keuangan, investor, maupun calon investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti mengenai pengaruh ukuran perusahaan, leverage dan kompensasi pada manajemen laba serta pengaruh asimetri informasi dalam memoderasi pengaruh ukuran perusahaan, leverage dan kompensasi pada manajemen laba Bagi pembuat kebijakan, diharapkan bukti-bukti dari hasil penelitian ini dapat membantu bagi profesi akuntan dan pemerintah dalam menyusun kebijakankebijakan mengenai permasalahan manajemen laba.