BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Audit menjadi hal yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas dan
keandalan laporan keuangan. Keandalan merupakan salah satu dari karakteristik kualitas informasi keuangan. Menurut SFAC (Statements of Financial Accounting Concepts) No.2, informasi keuangan akan bermanfaat bila memenuhi karakteristik kualitas costs-benefits, relevan, keandalan, daya banding, dan materialitas. SFAC No.2 menyatakan bahwa informasi dapat dikatakan andal apabila informasi tersebut dapat menggambarkan secara wajar keadaan atau peristiwa sesuai dengan kondisi yang sebenarnya (representational faithfulness), dapat diuji kebenarannya dengan metode pengukuran yang dipilih telah digunakan tanpa kekeliruan (verifiability), dan harus bebas dari unsur bias (Liftiani, 2014). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 (Revisi 2009) tentang penyajian laporan keuangan menyebutkan bahwa laporan keuangan terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, dan laporan posisi keuangan komparatif. Di antara kelima laporan keuangan tersebut, laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang sering digunakan dalam pengambilan keputusan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan. Di karenakan laporan keuangan khususnya laporan laba rugi digunakan sebagai alat untuk pengambilan keputusan
1
2
maka dibutuhkan adanya keandalan terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan (Nafasati dan Indudewi, 2015). Keagenan menyatakan bahwa sering terjadi benturan-benturan kepentingan antara pemegang saham (principal) dengan manajemen sebagai agen. Pemilik memiliki kepentingan agar dana yang diivestasikannya memberikan imbal balik yang maksimal. Sedangkan pihak manajemen memiliki kepentingan terhadap perolehan insentif atas pengelolaan dana pemilik perusahaan (Alijoyo dan Zaini, 2004 dalam Fitriyani dan Erawati, 2016). Hal inilah yang menimbulkan masalah keagenan atau agency problem. Masalah keagenan tidak hanya terjadi antara pemegang saham dan manajer, tetapi juga diantara pemegang saham pengendali dan pemegang saham minoritas, antara pemegang saham dan kreditur, serta antara pemegang saham pengendali dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk para pemasok dan para pekerja (Zhuang, et al., 2001 dalam Fitriyani dan Erawati, 2016). Salah satu cara untuk mengatasi masalah keagenan adalah dengan memberikan informasi yang dimiliki mengenai perusahaan kepada seluruh pemangku kepentingan dalam bentuk laporan tahunan dengan kehandalan yang dapat dipercaya. Adapun cara untuk mempertahankan tingkat kehandalan dari laporan tersebut diantaranya adalah dengan menggunakan jasa audit atas laporan keuangan (Maharani, 2012). Untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan adalah dengan mempergunakan jasa audit atas laporan keuangan dimana auditor akan melaksanakan fungsi pengawasan serta menguji kredibilitas dari informasi akuntansi yang disediakan oleh manajemen. Peran auditor eksternal dalam penyajian informasi keuangan sangatlah besar.
3
Banyaknya skandal akuntansi yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir seperti Eron, Arthur Andersen, dan World Com telah mempengaruhi kepercayaan pengguna laporan keuangan. Kebangkrutan perusahaan tersebut menjadikan peran seorang auditor banyak mendapat kritikan dan menyebabkan kualitas seorang auditor dipertanyakan, hal tersebut menjadi alasan permintaan terhadap auditor berkualitas tinggi (Liftiani, 2014). Oleh karena itu, perusahaan melakukan pemilihan auditor eksternal. Pemilihan auditor eksternal merupakan proses seleksi yang dilakukan perusahaan untuk memilih kantor akuntan publik sebagai penyedia jasa audit diantara banyaknya kantor akuntan publik yang ada dengan variasi kualitas audit. Perusahaan
membutuhkan
pertimbangan-pertimbangan
dalam
melakukan
pemilihan auditor eksternal seperti pertimbangan pengetahuan, keterampilan, independensi serta kompetensi yang memadai. Pemakai informasi keuangan akan meragukan informasi yang tersaji apabila mereka tidak mempercayai kredibilitas auditor eksternal dalam memproses dan menyajikan informasi keuangan (Harini, 2010). Banyaknya jumlah KAP di Indonesia memungkinkan menyediakan kualitas audit yang bervariasi. Kualitas audit merupakan probabilitas auditor untuk menemukan kesalahan-kesalahan pada laporan keuangan dan melaporkan kepada pemakai laporan keuangan (DeAngelo, 1981 dalam Fitriyani dan Erawati, 2016). Kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan Big Four hanya memiliki pangsa pasar 15% berdasarkan jumlah klien. Hal ini menunjukkan minat menggunakan jasa audit Big Four masih rendah di Indonesia. Sehingga banyak perusahaan-perusahaan
4
besar yang go public memilih untuk menggunakan auditor yang berasal dari KAP big four untuk menghasilkan laporan keuangan dan kinerja audit yang lebih baik. Kualitas audit dapat dinilai dengan berbagai proksi, namun tidak ada ukuran karakteristik auditor yang menjadi proksi tunggal. Ukuran kantor akuntan publik merupakan salah satu proksi yang digunakan untuk mengukur kualitas audit (De Angelo, 1981 dalam Fitriyani dan Erawati, 2016). Ukuran KAP yang lebih besar memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan KAP yang berukuran kecil. KAP besar (Big Four) diyakini memiliki kualitas audit lebih tinggi dibandingkan KAP kecil (non-Big Four). KAP Indonesia yang berafiliasi dengan Big Four mempunyai pengalaman serta cakupan geografis yang lebih luas dibandingkan KAP kecil sehingga kualitas audit yang dihasilkan lebih baik. Hal ini menyebabkan pemilihan auditor merupakan keputusan penting dan harus dipertimbangkan secara matang oleh perusahaan (Markali, 2012). Perusahaan akan memilih menggunakan auditor eksternal yang berkualitas tinggi untuk meningkatkan tata kelola perusahaan atau auditor eksternal yang berkualitas rendah untuk meneruskan opaqueness gains dari mekanisme tata kelola perusahaan yang relatif lemah. Opaqueness gains adalah pengungkapan yang kurang transparan, salah satunya melalui manajemen laba (earnings management) ( Markali, 2012). Kualitas audit tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal, tetapi juga faktor eksternal diantaranya pengaruh dari fee audit. Penelitian ini diasumsikan bahwa auditor yang berkualitas lebih tinggi akan mengenakan fee audit yang lebih tinggi pula, karena auditor yang berkualitas akan mencerminkan informasi yang dimiliki oleh perusahaan (Ian, 2013 dalam Margi Kurniasih dan Abdul Rohman, 2014).
5
Good corporate governance (GCG) merupakan bentuk pengelolaan perusahaan yang baik. Perusahaan dengan tata kelola yang baik memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk memilih auditor eksternal berkualitas tinggi. Penelitian mengenai hubungan GCG terhadap pemilihan auditor eksternal telah banyak dilakukan, namun masih terdapat hasil penelitian yang bervariasi. Fitriyani dan Erawati (2016) menemukan mekanisme GCG yang diproksikan dengan skor Corporate Governance Perception Index (CGPI) berpengaruh positif tidak signifikan pada pemilihan auditor eksternal. Pada penelitian Singgih dan Drajat (2015) menemukan 2 mekanisme GCG, yaitu kepemilikan asing dan proporsi dewan komisaris berpengaruh positif signifikan pada pemilihan auditor eksternal. Putra (2014) menemukan kepemilikan saham institusional, kepemilikan saham manajerial tidak berpengaruh pada pemilihan auditor eksternal sedangkan ukuran dewan komisaris dan efektivitas komite audit berpengaruh positif signifikan pada pemilihan auditor eksternal. Kemudian hasil penelitian Maharani (2012) menemukan kepemilikan saham terbesar, ukuran dewan komisaris, efektivitas komite audit berpengaruh positif signifikan pada pemilihan auditor eksternal. Pemilihan auditor eksternal tidak hanya dipengaruhi oleh good corporate governance. Karakteristik perusahaan adalah sifat khas atau spesifik yang dimiliki oleh perusahaan. Karakteristik perusahaan inilah yang bisa memengaruhi keputusan pemilihan auditor eksternal. Diantara beberapa karakteristik perusahaan, penelitian ini berfokus pada tiga komponen karakteristik, antara lain ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage.
6
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya skala perusahaan. Penelitian Fitriyani dan Erawati (2016) menyatakan bahwa ukuran perusahaan bepengaruh positif tidak signifikan pada pemilihan auditor eksternal. Sedangkan Singgih dan Drajat (2015) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan pada pemilihan auditor eksternal. Profitabilitas mengukur seberapa efektif manajemen mengelola aset perusahaan untuk menghasilkan pendapatan terlepas dari bagaimana aset tersebut dibiayai. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan memilih auditor yang berkualitas baik. Penelitian yang dilakukan Fitriyani dan Erawati (2016) menyatakan bahwa profitabilitas yang diukur dengan Return On Assets (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap pemilihan auditor eksternal. Semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba maka kemungkinan untuk memilih auditor eksternal yang memiliki kualitas tinggi semakin besar. Terkait dengan leverage perusahaan, teori agensi menemukan bahwa kenaikan biaya agensi sebagai kenaikan leverage (Jensen dan Meckling, 1967 dalam Fitriyani dan Erawati, 2016). Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya. Kenaikan leverage menimbulkan permintaan akan pemantauan seperti mekanisme audit eksternal. Penelitian yang dilakukan Fitriyani dan Erawati (2016) menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif pada pemilihan auditor eksternal. Sedangkan penelitian Singgih dan Drajat (2015) menyatakan hasil berbeda bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap pemilihan auditor eksternal. Perusahaan dengan leverage tinggi akan lebih memilih jasa auditor eksternal yang berkualitas untuk karena untuk memitigasi pasar bahwa
7
kinerja perusahaan baik dan menurunkan biaya untuk memperoleh modal (Maharani, 2012). Berdasarkan saran yang telah diberikan dari penelitian Fitriyani dan Erawati (2016) mengenai pengaruh good corporate governance dan karakteristik perusahaan terhadap pemilihan auditor eksternal, maka penelitian ini bermaksud melanjutkan penelitian tersebut dengan menambahkan variabel penelitian yaitu fee audit dan menambah jangka waktu tahun penelitian. Sehingga dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Fee Audit Terhadap Pemilihan Auditor Eksternal (Studi Empiris pada Perusahaan Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 20102014)”.
1.2
Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Bagaimana pengaruh good corporate governance terhadap pemilihan auditor eksternal ? 2) Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap pemilihan auditor eksternal ? 3) Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap pemilihan auditor eksternal ? 4) Bagaimana pengaruh leverage terhadap pemilihan auditor eksternal ? 5) Bagaiman pengaruh fee audit terhadap pemilihan auditor eksternal ?
8
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan yang hendak dicapai dari
penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk menguji secara empiris dan menganalisis pengaruh good corporate governance terhadap pemilihan auditor eksternal. 2) Untuk menguji secara empiris dan menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap pemilihan auditor eksternal. 3) Untuk menguji secara empiris dan menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap pemilihan auditor eksternal. 4) Untuk menguji secara empiris dan menganalisis pengaruh leverage terhadap pemilihan auditor eksternal. 5) Untuk menguji secara empiris dan menganalisis
pengaruh fee audit
terhadap pemilihan auditor eksternal.
1.4
Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas , maka penelitian ini diharapkan untuk
memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Bagi akademis dan peneliti, dapat menjadi refrensi untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam berkaitan dengan faktor-faktor tata kelola perusahaan yang dapat mempengaruhi pemilihan auditor eksternal, 2) Bagi perusahaan, dapat menjadi satu refrensi pembuatan kebijakan perusahaan pada Rapat Umum Pemegang Saham mengenai pemilihan
9
auditor eksternal dalam rangka memberikan sinyal kepada pasar mengenai penerapan good corporate governance dan karakteristik perusahaan, 3) Bagi auditor eksternal, dapat menjadi refrensi untuk mengetahui karakteristik perusahaan yang menjadi faktor pendorong dalam pemilihan akuntan publik dan dapat menjadi bahan pertimbangan kantor akuntan publik untuk menentukan strategi dalam menjalankan usahanya, 4) Bagi investor dan calon investor, dapat membantu dalam menganalisis penerapan good corporate governance dan karakteristik perusahaan yang baik melalui pemilihan auditor eksternal, yang kemudian dapat membantu pengambilan keputusan investasi.
10
BAB III METODE PENELITIAN
1.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1.1.1 Variabel Penelitian 1.1.1.1 Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat adalah suatu variabel yang memiliki ketergantungan dengan variabel yang lain. Variabel ini menjadi perhatian utama peneliti. Variabel terikat dapat berbentuk numerik dan dalam bentuk kualitatif atau kuantitatif. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemilihan auditor eksternal yang merupakan variabel dummy. 1.1.1.2 Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu good corporate governance (GCG), ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan fee audit.
1.1.2 Definisi Operasional Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengoperasikan gagasan, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk dapat melakukan replikasi atau melanjutkan pengukuran dengan yang digunakan dalam penelitian.
1
1.1.2.1 Pemilihan Auditor Eksternal Auditor eksternal adalah profesi audit yang melakukan audit atas laporan keuangan dari perusahaan, pemerintah, individu, atau organisasi lainnya. Eksternal auditor merupakan anggota kantor akuntan publik yang memberikan jasa pada klien. Tanggungjawab utama auditor eksternal adalah melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan (Jusup, 2001 dalam Fitriyani dan Erawati 2016). Auditor eksternal menjalin hubungan professional dengan empat kelompok penting, yaitu: manajemen, dewan direksi dan komite audit, auditor internal, serta pemegang saham. Dalam penelitian ini, variabel pemilihan auditor eksternal memisahkan antara auditor eksternal yang berkualitas tinggi dengan auditor eksternal berkualitas rendah. Kualitas auditor dalam penelitian ini diukur berdasarkan reputasi KAP. KAP yang berafiliasi dengan big four dianggap memiliki reputasi lebih baik dan dianggap mampu memberikan jasa audit berkualitas. Berikut adalah data kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan big four dari tahun 2009 (Widyantari, 2011) : a) KAP Purwantono & Rekan berafiliasi dengan Ernst & Young b) KAP Siddharta & Widjaja berafiliasi dengan KPMG c) KAP
Tanudireja,
Wibisana
dan
Rekan
berafiliasi
PricewaterhouseCoopers (PWC) d) KAP Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu
Sehingga sampel akan bernilai 1 jika perusahaan memilih kantor akuntan publik yang telah berafiliasi big four dan sampel akan bernilai 0 jika perusahaan memilih kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan non-big four.
1.1.2.2 Good Corporate Governance (GCG) Good corporate governance adalah seluruh sistem yang menjadi pedoman bagi perusahaan sehingga dapat menciptakan value added secara berkelanjutan untuk jangka panjang, namun kepentingan stakeholders lain tetap diperhatikan (IICG, 2013). Tata kelola perusahaan yang baik dapat di definisikan sebagai sitem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah setiap pemilik perusahaan. Dalam mekanisme GCG, ada dua hal yang perlu ditekankan yaitu pentingnya hak pemegang saham atau investor untuk memperoleh informasi yang akurat dan tepat pada waktunya, kedua adalah kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan secara akurat, tepat waktu dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilkan, dan stakeholder. Organisasi Centre for European Policy Studies (CEPS) mendefinisikan good corporate governance sebagai seluruh hak, proses, dan pengendalian yang dibentuk di dalam dan diluar manajemen dengan tujuan untuk melindungi kepentingan stakeholder. Hak merupakan wewenang yang dimiliki stakeholder untuk mempengaruhi manajemen. Sedangkan pengendalian merupakan mekanisme yang memungkinkan stakeholder untuk mendapatkan informasi berbagai aktivitas yang dilakukan perusahaan.
Variabel GCG dalam penelitian ini diukur menggunakan skor Corporate Governance Perception Index (CGPI). Pengelompokan pemeringkatan penilaian hasil CGPI sebagai berikut: a) Skor 55 – 69, untuk kategori cukup terpercaya b) Skor 70 – 84, untuk kategori terpercaya c) Skor 85 – 100, untuk kategori sangat terpercaya.
1.1.2.3 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan mencerminkan skala perusahaan. Variabel dalam penelitian dinyatakan berdasarkan total aktiva. Pengukuran variabel ukuran perusahaan dengan logaritma natural total aset. Penggunaan ln aset dimaksudkan untuk mengurangi bias yang besar dengan variabel yang berbentuk rasio. Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin panjang juga durasi audit yang dilakukan oleh auditor. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas transaksi perusahaan yang juga semakin tinggi. Oleh karena itu, auditor membutuhkan durasi audit yang lebih panjang dibandingkan ketika auditor melakukan audit pada perusahaan dengan ukuran perusahaan yang kecil dengan kompleksitas transaksi yang rendah juga. Menurut Mochfoeds (1994) dalam Yulia (2013), ukuran perusahaan pada dasarnya terbagi dalam tiga kategori, yaitu: perusahaan besar (Large Firm), perusahaan menengah (Medium Firm), perusahaan kecil (Small Firm).
1.1.2.4 Profitabilitas Profitabilitas perusahaan mengukur seberapa efektif manajemen mengelola aset perusahaan untuk menghasilkan pendapatan terlepas dari bagaimana aset tersebut dibiayai. Profitabilitas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan total aktiva, penjualan, dan modal sendiri ( Sartono, 2001 dalam Fitriyani dan Erawati, 2016). Variabel ini dinilai menggunakan rasio return on asset (ROA), yaitu perbandingan laba bersih setelah pajak pada total aset akhir tahun. Return on Asset (ROA), yaitu persentase untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan dalam operasinya. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi lebih mampu membayar jasa auditor yang berkualitas dengan fee audit yang tinggi. Rumus ROA sebagai berikut (Angruningrum, 2013): Laba bersih setelah pajak ROA = Total Aset
1.1.2.5 Leverage Leverage merupakan cerminan kondisi kewajiban entitas terhadap kreditur. Semakin tinggi leverage maka mengambarkan semakin besarnya kewajiban perusahaan terhadap para kreditur. Singapurwoko (2011) dalam Fitriyani dan Erawati (2016) menjelaskan bahwa hutang sebagai salah satu alat yang digunakan perusahaan untuk meningkatkan modal dalam rangka meningkatkan keuntungan perusahaan. Hutang (leverage) merupakan salah satu faktor penting dalam unsur pendanaan. Hutang bisa berasal dari bank atau pembiayaan lainnya.
Peningkatan dan penurunan hutang bisa memengaruhi penilaian pasar terhadap perusahaan. Perusahaan yang terlalu banyak dibiayai dengan hutang akan dinilai tidak sehat karena mampu menurunkan laba perusahaan (Sari dan Abundanti, 2014). Kenaikan leverage menimbulkan permintaan akan mekanisme pemantauan seperti audit eksternal. Kreditur memiliki insentif untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan berkualitas serta mampu untuk memilih auditor yang berkualitas tinggi. Rumus untuk memperoleh rasio ini yaitu sebagai berikut (Angruningrum, 2013) : Total hutang Leverage = Total aset
1.1.2.6 Fee Audit Fee audit adalah honorarium yang dibebankan oleh akuntan publik kepada
perusahaan
audit
atas
jasa
audit
yang
dilakukan
akuntan
publik terhadap laporan keuangan (Iskak, 1999 dalam Immanuel, 2014). Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain: risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya. Fee kontijen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan. Fee dianggap tidak kontijen jika ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur dalam perpajakan (Mulyadi, 2002). Anggota KAP tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontijen apabila penetapan tersebut dapat mengurangi independensi. Belum banyaknya perusahaan
yang mengungkapkan tentang audit fees dan pengungkapan tentang audit fees masih bersifat sukarela (voluntary disclosure), maka penelitian ini menggunakan data professional fees atau estimasi biaya operasinal audit fees diukur dengan menggunakan logaritma natural (Ln) dari professional fees (Rizqiasih,2010 dalam Immanuel, 2014). Berikut adalah tabel definisi operasional : Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional Variabel No. Variabel 1. Pemilihan Auditor Eksternal
2.
Good Corporate Governance (GCG)
3.
Ukuran Perusahaan
4.
Profitabilitas
Definisi Jasa auditor yang berasal dari luar perusahaan yang diaudit. Seluruh sistem yang menjadi pedoman bagi perusahaan sehingga dapat menciptakan value added secara berkelanjutan untuk jangka panjang. Mencerminkan skala perusahaan yang dinyatakan berdasarkan total aktiva. Menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba yaitu perbandingam laba bersih setelah pajak terhadap total aset.
Pengukuran - Big four bernilai 1 - Non-big four bernilai 0 Skor CGPI : - skor 55-69 (cukup terpercaya) - skor 70-84 (terpercaya) - skor 85-100 (sangat terpercaya)
Sumber Widyantari, 2011
Logaritma natural dari total aset.
Fitriyani dan Erawati 2016
ROA = laba bersih setelah pajak / total aset
Angruningrum, 2013
SWA, 2001 dalam Nuswandari, 2009
5.
Kondisi kewajiban Leverage = entitas terhadap total hutang / kreditur. Semakin total aset tinggi leverage maka semakin besar kewajiban perusahaan terhadap kreditur. 6. Fee Audit Fee yang diterima Logaritma oleh auditor yang natural dari berasal dari akun pembayaran jasa professional profesional oleh fees manajemen. Sumber : dibentuk dan diolah berdasarkan penelitian terdahulu
1.2
Leverage
Angruningrum, 2013
Hartadi, 2010 dalam Kurniasih, 2014
Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi, dan Sampel
1.2.1 Objek Penelitian dan Unit Sampel Obyek dari penelitian ini adalah pemilihan auditor eksternal dengan good corporate governance, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan fee audit sebagai faktor yang mempengaruhinya. Daerah atau wilayah yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 sampai dengan 2014 yang masuk dalam pemeringkatan Corporate Governance Perception Index (CGPI) sebagai perusahaan paling terpercaya (most trusted company). BEI dipilih karena perusahaan yang terdaftar di BEI merupakan perusahaan publik yang diwajibkan untuk melakukan audit atas laporan keuangan mereka agar informasi yang disajikan menjadi relevan dan reliable bagi stakeholders. Perusahaan yang tergolong sebagai most trusted company dalam pemeringkatan CGPI dipilih karena perusahaan telah menerapkan tata kelola perusahaan serta karakteristik perusahaan yang baik secara konsisten dan terpercaya selama tahun penelitian.
1.2.2 Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2014. Sampel dipilih menggunakan metode purposive sampling, dengan harapan peneliti mendapatkan informasi dari kelompok sasaran spesifik. Kriteria yang menjadi pertimbangan penentuan antara lain: 1. Perusahaan yang memiliki skor pemeringkatan CGPI berturut-turut selama 5 tahun dari 2010-2014. 2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan auditan yang lengkap selama 5 tahun dari 2010-2014 dan mencantumkan nama auditor yang mengaudit. 3. Data yang dibutuhkan tersedia dalam laporan keuangan perusahaan publikasi tersebut.
1.3
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
yang dimaksud adalah laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit dan data skor pemeringkatan CGPI periode tahun 2010-2014. Sumber data sekunder berupa skor CGPI diperoleh dengan mengakses situs www.mitrariset.com berdasarkan The Indonesia Institute of Corporate Governance (IICG) sedangkan
data-data yang dibutuhkan untuk kelengkapan data seperti total aset, total utang, dan laba setelah pajak diperoleh melalui situs www.idx.co.id. 1.4
Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dengan mempelajari data-data yang diperoleh,
kemudian dilanjutkan dengan pencatatan dan penghitungan. Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang bersifat dokumenter seperti laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit dan data skor pemeringkatan CGPI perusahaan yang sudah dipublikasi.
1.5
Metode Analisis Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini
adalah regresi logistik, statistik deskriptif juga digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabel-variabel dalam penelitian ini. Selain itu, dilakukan pengujian kelayakan model regresi untuk menilai model regresi dalam penelitian ini. Berikut ini penjelasan terperinci mengenai metode analisis dalam penelitian ini : 1.5.1 Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi terhadap variabel penelitian yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum. Standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum menggambarkan persebaran data. Data yang memiliki standar deviasi yang semakin besar menggambarkan data tersebut semakin menyebar (Ghozali, 2012). 1.5.2 Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan metode analisis regresi logistik. Regresi logistik diterapkan karena variabel terikat dalam penelitian ini merupakan variabel dikotomi atau variabel terikat bersifat non metrik. Analisis ini bermaksud menguji apakah peluang terjadinya variabel terikat dapat diperkirakan oleh variabel bebasnya. Uji normalitas tidak perlu dilakukan pada analisis regresi logistik. Jadi regresi logistik umumnya dipakai jika asumsi multivariate normal distribution tidak dipenuhi (Ghozali, 2012). Model regresi logistik dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut : Ln (p/1-p) = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5+ ԑ Keterangan: P
= peluang dalam pemilihan auditor eksternal
β0
= konstanta β1 , β2 ,β3, β4 = koefisien regresi
X1
= Good corporate governance
X2
= Ukuran perusahaan
X3
= Profitabilitas
X4
= Leverage
X5
= Fee audit
ԑ
= error term
3.5.3 Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit test statistic sama dengan atau kurang dari 0.05, maka
hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness Fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya.
Sebaliknya jika nilai Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit lebih dari 0,05 maka hipotesis nol dapat diterima, karena model mampu memprediksi nilai observasinya atau memiliki kecocokan dengan data observasi. (Ghozali, 2012). 3.5.4 Overall Fit Model Untuk menilai keseluruhan model (overall model fit) dengan menggunaan Log likehood value yaitu dengan membandingkan antara -2 Log Likehood pada saat model hanya memasukkan konstanta dengan nilai -2 Log Likehood (block number = 0) dengan pada saat model memasukkan konstanta dan variabel bebas (block number = 1). Apabila nilai -2 Log Likehood (block number = 0) > nilai -2 Log Likehood (block number = 1), maka keseluruhan model menunjukkan model regresi yang baik. Penurunan -2Log Likehood menunjukkan model semakin baik (Ghozali, 2012). 3.5.5 Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) Nagelkerke R Square merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel independen mampu menjelaskan dan mempengaruhi variabel dependen. Nagelkerke R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa nilainya yang bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell’s R2 dengan nilai maksimumnya kemudian diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression (Ghozali, 2011 dalam Kurniasih, 2014).
3.5.6 Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Untuk mendeteksi adanya masalah multikolonieritas adalah dengan memperhatikan (Ghozali, 2012) : 1. Besaran korelasi antar variabel independen Pedoman suatu model regresi bebas multikolinieritas, memiliki kriteria sebagai berikut : a) Koefisien korelasi antara variabel-variabel independen harus lemah, tidak lebih dari 90 persen atau dibawah 0,90 . b) Jika korelasi kuat antara variabel-variabel independen dengan variabel-variabel independen lainnya (umumnya diatas 0,90), maka hal ini menunjukkan terjadinya multikolinieritas yang serius. 2. Nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi. Karena nilai VIF = 1/ Tolerance. Nilai cutoff yang digunakan dan dipakai untuk menandai adanya faktor-faktor multikolonieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF
> 10. Model regresi yang baik tidak terdapat masalah multikolinieritas atau adanya hubungan korelasi diantara variabel-variabel independennya. 3.5.7 Koefisien Regresi Logistik Pengujian koefisien regresi dilakukan untuk menguji seberapa jauh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh terhadap kecenderungan pemilihan auditor eksternal. Koefisien regresi logistik dapat ditentukan dengan menggunakan p-value (probability value). Tingkat signifikansi (α) yang digunakan sebesar 5 persen (0,05). Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis didasarkan pada signifikansi p-value. Jika p-value > α, maka hipotesis ditolak. Sebaliknya jika p-value < α, maka hipotesis diterima.