BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Remaja dalam memasuki masa peralihan tanpa pengetahuan yang memadai tentang seksual pranikah sehingga kematangan seksual pada usia remaja menyebabkan munculnya minat seksual dan keingintahuan yang tinggi tentang seksualitas. Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual mengakibatkan munculnya penafsiran, persepsi dan sikap yang kurang tepat dalam memandang perilaku seksual pranikah (Sarwono, 2006). Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di Negara berkembang. Di Indonesia pada tahun 2007 jumlah remaja usia 10-24 tahun terdapat sekitar 64 juta atau 28,64% dari jumlah penduduk Indonesia (Muadz, dkk, 2008). Banyak sekali remaja yang sudah aktif secara seksual meski bukan atas pilihannya sendiri. Kegiatan seksual yang tidak bertanggung jawab menempatkan remaja pada tantangan resiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Setiap tahunnya 50.000 remaja diseluruh dunia meninggal karena kehamilan dan komplikasi persalinan (Centers for Disease Control, 2008). Secara global kasus HIV/AIDS terjadi pada kaum muda 15-24 tahun. Perkiraan terakhir adalah setiap hari ada 7000 1 Universitas Sumatera Utara
2
remaja terinfeksi HIV/AIDS. Jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia yang dilaporkan hingga juni 2012 HIV mencapai 86.762 dan AIDS mencapai 32.103 dengan jumlah kematian 5.623 jiwa penderita usia 15-19 tahun sebanyak 1.134 jiwa jumlah penderita dengan faktor resiko heteroseksual sebanyak 18.680 jiwa (Ditjen PP & PL RI, 2012). Hasil penelitian Yayasan DKT (D.K Tyagi) Indonesia 2005 menunjukan perilaku seksual remaja di 4 kota Jabotabek, Bandung, Surabaya, dan Medan. Berdasarkan norma yang dianut 89% remaja tidak setuju seks pranikah, namun secara terbuka menyatakan melakukan seks pranikah di Jabotabek 51%, Bandung 54%, Surabaya 47% dan Medan 52%. Berdasarkan data yang dihimpun PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) tahun 2006 menunjukan remaja yang mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah adalah remaja usia 13-18 tahun. Sebanyak 60% di antaranya mengakutidak menggunakan alat kontrasepsi dan mengaku melakukannya di rumah sendiri (Wijaya, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Mahyar (2011) di 13 STIKes daerah Jakarta Timur diperoleh hasil responden yang berperilaku seksual beresiko (kegiatan cium bibir dan mulut, meraba – raba/petting dan hubungan seksual atau senggama) sebanyak 65 orang (29,5 %) sedangkan responden yang berperilaku seksual tidak beresiko sebanyak 155 orang (70,5%). Menurut penelitian Karminingsih (2009) yang dikutip oleh Mahyar (2011) dilaporkan bahwa perilaku seksual remaja SMA dikota Bekasi sebagian besar dalam batas ringan (54,5%) dan sebesar 45,4% berperilaku seksual dengan kategori berat. Sedangkan Penelitian oleh Sekarrini (2011) sebanyak 39,3% murid SMK Kesehatan daerah Kabupaten Bogor tahun 2011 berperilaku
Universitas Sumatera Utara
3
seksual dalam kategori ringan seperti mengobrol, menonton film berdua, jalan berdua, berpegangan tangan dan berpelukan. Sedangkan sebanyak 60,7% berperilaku seksial berisiko berat seperti berciuman bibir, mencium leher, meraba daerah erogen, bersentuhan alat kelamin dan melakukan hubungan seks. Menurut survei Kesehatan Remaja Indonesia (2007) remaja usia 15-24 tahun yang tahu tentang masa subur sebesar 65%, remaja perempuan yang tidak mengetahui sama sekali perubahan yang terjadi pada remaja laki-laki sebanyak 21%, hanya 10% remaja pria yang tahu masa subur wanita dan 63% remaja yang mengetahui jika melakukan hubungan seksual sekali berisiko kehamilan. Sedangkan remaja yang memiliki teman untuk melakukan hubungan seks pranikah mencapai 82% dan remaja mencapai teman seks dan hamil sebelum menikah mencapai 66%. Menurut Green (2003), perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Hasil penelitian Seotjiningsih (2006) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah hubungan orangtua remaja, tekanan negatif teman sebaya, pemahaman tingkat agama (religiusitas), dan eksposur media pornografi memiliki pengaruh yang signifikan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual pranikah remaja. Faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya perilaku seksual dikalangan remaja yaitu, perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan, tabu atau larangan, kemajuan teknologi, sikap membutuhkan seksual, pengetahuan yang kurang tentang seks, pergaulan yang semakin bebas. Faktor lingkungan juga memiliki peran yang tidak kalah penting dengan faktor pendorong perilaku seksual pranikah lainnya.
Universitas Sumatera Utara
4
Faktor lingkungan ini bervariasi macamnya, ada teman sepermainan (peergroup), pengaruh media dan televisi, bahkan faktor orang tua sendiri. Pada masa remaja, kedekatannya dengan peer groupnya sangat tinggi karena selain ikatan peergroup menggantikan ikatan keluarga, mereka juga merupakan sumber afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi dan independens. Pengaruh media dan televisi pun seringkali diimitasi oleh remaja dalam perilakunya sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film remaja Barat, melalui observational learning, mereka melihat perilaku seks itu menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh remaja tanpa memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai, serta norma-norma dalam lingkungan masyakarat yang berbeda (Santrock, 2003). Sikap seksual pranikah remaja dipengaruhi oleh banyak hal, selain dari faktor pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,pengalaman pribadi, lembaga pendidikan, lembaga agama dan emosi dari dalam individu. Sikap seksual pranikah remaja bisa berwujud positif ataupun negatif, sikap positif kecenderungan tindakan adalah menghindari seksual pranikah sedangkan sikap negatif kecenderungan tindakan adalah mendukung seksual pranikah remaja (Azwar, 2009). Arus globalisasi yang begitu cepat berkembang membawa pengaruh komunikasi dan informasi yang begitu cepat dan tanpa hambatan sehingga dapat mempercepat adanya perubahan perilaku salah yaitu, terbukanya akses informasi dimana informasi dapat diperoleh melalui media elektronika seperti siaran televisi, video, DVD dan media cetak bahkan teknologi moderen seperti internet,dan
Universitas Sumatera Utara
5
pengawasan serta perhatian dari orang tua dan keluarga yang semakin longgar sehingga banyak remaja yang memilih tinggal dikost dari pada tinggal bersama orang tuanya karena ingin bebas dan tidak terikat serta lingkungan sekitar yang mendorong perilaku seksual remaja (Prastana, 2005). Berdasarkan hasil penelitian faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah fakor lingkungan seperti VCD, buku, dan film porno (Taufik, 2005). Menurut Rohmahwati(2008) paparan media massa, baik cetak (koran, majalah, buku-buku porno) maupun elektronik (TV, VCD, Internet), mempunyai pengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Situasi yang mendukung sebagai salah satu faktor penentu perilaku seksual pada remaja yaitu lokasi rumah yang berjauhan dari tempat perkuliahan menuntut sebagian remaja memilih tempat kost sebagai rumah kedua mereka. Rumah kontrakan atau rumah kost tanpa induk semang lebih banyak dijadikan pilihan oleh remaja sebagai tempat tinggal sementara selama menempuh studi dari pada rumah kontrakan yang ada pengawasan dari pemiliknya serta rumah kost yang ada induk semangnya, sebab mereka merasa tidak bebas dalam melakukan aktivitas sesuai dengan yang diinginkan, termasuk perilaku seksual. Hal ini dapat dilakukan karena lemahnya pengawasan orang tua dan pemilik kost ditambah lagi masyarakat sekitar yang cenderung individualisme. Yang lebih memprihatinkan, pihak kampus tidak memiliki langkah-langkah penyelesaian sebagai bentuk respon tehadap masalah yang sedang melanda mahasiswanya serta lingkungan masyarakat sekitar kampus yang cenderung lepas tangan dan menutup mata (Dian, 2007).
Universitas Sumatera Utara
6
Menurut Mochtar (2009) banyak mahasiswa yang menjadikan tempat kost sebagai tempat melakukan hubungan seksual pranikah karena ada kecenderungan pola hubungan sosial sangat renggang antara pemilik kost dengan penghuni kost yang bersifat hubungan transaksional.Adapun faktor lain yang mendorong terjadinya perilaku seks bebas maraknya aksi pornografi dan pornoaksi. Semuanya berimplikasi kepada longgarnya tatanan moral serta perilak seks bebas ini muncul karena kekurangtaatan kepada ajaran agama, lingkungan pergaulan yang tidak sehat, dorongan seksual yang tidak bisa dikendalikan, dan memang ada kesengajaan mempercepat perkawinan. Hasil survei BKKBN 2010 sekitar 51% remaja di wilayah Jabodetabek sudah tidak perawan. Sebanyak 24% responden yang mengaku melakukan hubungan seksual sejak usia 16-18 tahun, 16% melakukan pada 13-15 tahun. Kejadian seks pranikah di Surabaya mencapai 47%, di Bandung dan Medan 53%. Perilaku seks bebas di kalangan remaja berdampak pada kasus infeksi penularan HIV/AIDS yang cenderung berkembang di Indonesia, sedangkan tempat favorit untuk melakukan hubungan seksual adalah di rumah sebanyak 40%, di tempat kost 30%, dan di hotel 30% (BKKBN, 2010). Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia (2011), sekitar 20 hingga 30 persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks.Celakanya, perilaku seks bebas tersebut berlanjut hingga menginjak kejenjang pernikahan. Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum baik di pondokan atau koskosan tampaknya berkembang semakin serius. Sebuah polling yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
7
Lembaga Swadaya Masyarakat Sahabat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara Indonesia) menyebutkan bahwa 44,8 persen remaja Bandung telah melakukan hubungan seks sebagian besar yang tinggal di wilayah kost (Simanjorang, 2011). Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di daerah lingkungan V Padang Bulan banyak terdapat tempat-tempat kost yang diperuntukkan bagi pelajar dan mahasiswa bahkan tempat tersebut ada yang khusus untuk perempuan atau lakilaki, bahkan ada yang dihuni oleh perempuan dan laki-laki (campur). Tempat kost tersebut dapat membuka peluang atau kesempatan untuk melakukan hubungan seks bebas, karena tidak ada aturan didalam tempat tersebut bahkan remaja bebas untuk keluar masuk tanpa adanya batasan dan bebas melakukan apa yang mereka mau, karena tidak adanya pemilik kost yang dapat mengontrol mereka. Sedangkan di lingkungan I, II, III, dan IV tempat kost yang ditempati oleh remaja lebih banyak yang tinggal bersama dengan pemilik kost atau induk semang sehingga mereka dapat diawasi oleh induk semangnya masing-masing misalnya dengan membuat peraturanperaturan tertentu seperti jam berkunjungsampai jam 21.00 WIB, membuat ruang tamu, dan buat remaja putri ditentukan jam 19.00 WIB sudah harus pulang ketempat kost. Berdasarkan survei yang dilakukan dalam penelitian di salah satu lingkungan tempat kost di daerah Padang Bulan Medan mewawancari 10 orang remaja usia 18 – 21 tahun yang tinggal di kost menyatakan bahwa 8 orang dari mereka telah melakukan hubungan seksual pranikah di tempat kost tersebut sepakat bahwa tempat kost merupakan tempat yang dinilai aman dan murah untuk melakukan aktivitas seksual.
dan 2 orang dari mereka belum pernah melakukan hubungan seksual pranikah.
Universitas Sumatera Utara
8
Berdasarkan uriaan diatas maka penulis tertarik untuk meneliti “fakor-faktor yang berhubungan dengan seksual pranikah pada remaja putri yang tinggal di kost Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membuat perumusan masalah dalam penelitian adalah masih tingginya kejadian seksual pranikah yang terjadi pada remaja putri yang tinggal di kost lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan seksual pranikah pada remaja putri yang tinggal di kost. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan seksual pranikah pada remaja putri yang usia 18-21 tahun di Lingkungan V
Kelurahan
Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. 2. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan seksual pranikah pada remaja putri yang usia 18-21 tahun di Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. 3. Untuk mengetahui hubungan antaraketerpaparan sumber informasi seksual pranikah dengan seksual pranikah pada remaja putri yang usia 18-21 tahun di Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.
Universitas Sumatera Utara
9
4. Untuk mengetahui hubungan antara lingkungan kost dengan seksual pranikah pada remaja putri yang usia 18-21 tahun di Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada kepala lingkungan secara mendalamtentang fenomena yang terjadi di kalangan remaja kita sekarang ini yaitu tentangseks pra nikah serta faktor-faktor yang melatar belakangi fenomena tersebut, agar lebih mengawasi serta mengontrol perilaku remaja yang tinggal di kost dan menambah pengetahuan dan sikap tentang pentingnya menjaga perilaku seksual pranikah pada remaja putri yang tinggal di kost.
Universitas Sumatera Utara