BAB I
PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Sejarah Indonesia pada periode 1945-1950 merupakan sejarah yang menentukan masa depan bangsa ini, karena pada periode inilah bangsa Indonesia mencapai titik puncak perjuangan dalam melawan ketidakadilan dari kelompok yang ingin menguasai wilayah yang bukan miliknya. Hal itu dilakukan dengan membawa golongan lain dan mengatasnamakan sebuah pemenang dalam perang dunia, dimana negara Indonesia hanya menjadi korban dari sebuah kepentingan kelompok tersebut. Dalam periode ini dapat dilihat bagaimana sebuah bangsa yang baru merdeka tapi tetap berada dalam tekanan pihak yang merasa sebagai pemilik datang untuk menguasai kembali 1. Perjuangan pun dilakukan dengan mengangkat senjata walau dengan peralatan seadanya, tetapi memberi arti terhadap pihak lawan karena dalam jiwa bangsa Indonesia telah tertanam rasa nasionalisme dan semangat kebangsaan yang takkan luntur selamanya. Dengan latar belakang seperti ini maka muncul keinginan untuk tetap bersatu, mempertahankan kemerdekaan. Dalam mewujudkan semua itu dibutuhkan sarana komunikasi pers yang dijadikan sebagai alat utama untuk menyatukan seluruh bangsa Indonesia.
1
Kelompok ini adalah pihak sekutu yang memenangkan perang dunia II masuk ke Indonesia untuk melucuti senjata pasukan Jepang tetapi dengan membonceng pasukan administrasi Belanda (NICA) dengan tujuan untuk kembali menguasai Indonesia. Tim Asistensi Pangdam II/BB, Sejarah Perjuangan Komando Daerah Milliter II Bukit Barisan (1945-1950) Mempertahankan Kemerdekaan, Medan, Dinas Sejarah Kodam II/Bukit Barisan, 1977, hal. 114.
Universitas Sumatera Utara
Pada zaman dimana informasi menjadi unsur dominan dalam perkembangan kehidupan, peranan industri pers cetak maupun elektronik sangatlah penting. Melalui sarana pers semua informasi dapat disebarluaskan secara efektif dan efesien menjangkau sampai ke pelosok wilayah pusat maupun lokal. Perkembangan kecanggihan teknologi komunikasi dan informasi yang terus bergerak cepat dari waktu ke waktu menyebabkan apa yang terjadi di daerah lain dapat disebarluaskan dengan cepat. Dalam dunia jurnalistik, tidak semua hal yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat, baik yang berupa kehidupan nyata atau masih ungkapan fenomena bahkan masih sebuah rencana masa yang akan datang, dapat dijadikan sebuah berita yang layak untuk dimuat. Oleh karena itu berita yang dimuat sesungguhnya sangat kompetitif, semakin besar peluang untuk bisa lolos atau dimuat dalam pemberitaan pers. 2 Pers Indonesia sejak kemerdekaan tidak pernah absen dalam perjuangan, karena sejak proklamasi kemerdekaan orang-orang yang terlibat dalam bidang pers berjuang dengan ketajaman pena, mengobarkan semangat serta memberikan penerangan yang luas untuk tujuan perjuangan. Pers sebagai media yang sangat berperan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia tidak hadir begitu saja ditengah-tengah masyarakat, tetapi pers secara lambat laun dikenal dan akhirnya mewabah sebagai sarana informasi yang merakyat. Dalam perjalanan selanjutnya, hal ini tidak terlepas dari yang namanya peran wartawan. Keberanian yang dimiliki wartawan untuk tetap menjalankan sekaligus menerbitkan surat kabar di daerah pendudukan kolonial untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia merupakan tugas yang mulia. Menyadari bahwa media masa sudah lama digunakan sebagai saluran komunikasi politik perjuangan, maka kehadiran
2
Harsono Suwardi, Peranan Pers Dalam Politik Di Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1993, hal.12.
Universitas Sumatera Utara
pers tidak bisa dimanfaatkan oleh mereka yang mempunyai ambisi-ambisi politik, sebab orientasi dari pers itu sendiri adalah sebagai wadah perjuangan untuk rakyat. 3 Oleh karena itu surat kabar sebagai salah satu komponen dari media masa tidak dapat diragukan lagi, selain itu tanpa media masa tampaknya komunikasi perjuangan sukar untuk dilakukan dan dipahami. Kota Medan selama periode perjuangan dikenal sebagai pusat dari pemberitaan pers, dimana tidak dapat berfungsi lagi setelah tentara Inggris melakukan aksi penyitaan terhadap alat-alat percetakan sekitar tahun 1945. Akibatnya gerak perjuangan di bidang pers diteruskan di luar kota Medan, yaitu di Tapanuli, mengingat situasi kota Medan ketika itu diwarnai pertempuran. Hal ini menunjukkan bahwa perlawanan terhadap bangsa asing masih terus berlanjut. Peranan pers sebagai sumber informasi lebih dirasakan lagi pada saat Indonesia berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan, hal ini dilakukan dengan memuat berita mengenai kegiatan sekutu, maka dengan adanya berita ini para pejuang kemudian dapat menentukan langkah apa yang akan mereka lakukan. Selama dalam masa perang meraih dan mempertahankan kemerdekaan, surat kabar sebagai salah satu media massa telah memberikan peranan yang besar bagi bangsa Indonesia khususnya Tapanuli. Peranannya terlihat dalam penyebaran berita tentang proklamasi serta berita perjuangan yang dapat membangkitkan semangat rakyat, selain itu surat kabar juga dijadikan sebagai media untuk menyalurkan aspirasi rakyat Tapanuli dari tekanan pihak asing. Surat kabar yang lahir pada masa itu tidak menitik beratkan terhadap upaya untuk mencari keuntungan, tetapi semata-mata demi perjuangan dan pengabdian yang tulus terhadap bangsa dan negara. Di masa perjuangan, peranan pers
3
Moh Said, Sejarah Pers Sumatera Utara Dengan Masyarakat Yang dicerminkan (1885- Maret 1942), Medan : Percetakan Waspada , 1976, hal. 178.
Universitas Sumatera Utara
sejalan dengan pergerakan nasional yang mengarah pada pemberitaan tentang republik, maka dorongan ke arah kemerdekaan tumbuh bersama dan saling memupuk satu sama lain. Berita yang dimuat dalam surat kabar, bagi para pejuang dijadikan sebagai dasar untuk mengambil langkah dalam mengatur strategi perjuangan. Kehidupan surat kabar pada masa perang kemerdekaan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan, karena sering mendapat tekanan dari pihak penjajah bahkan tak jarang juga yang dibredel, oleh karena pemberitaannya yang dianggap dapat mempengaruhi rakyat sehingga menimbulkan perlawanan terhadap mereka. 4 Masa perang kemerdekaan banyak surat kabar yang terbit di Tapanuli, tetapi secepat pertumbuhannya
secepat
itu
pula
surutnya.
Bagaimanapun
sulitnya
ancaman
perekonomian dan hambatan yang dihadapi oleh pers di daerah pendudukan, namun beberapa surat kabar tetap mengemban tugasnya sebagai media yang berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan di Tapanuli. Perubahan keadaan sebelum merdeka dengan sesudah merdeka tentu saja mempengaruhi perjalanan pers di Tapanuli selama ini. Orientasi perkembangan pers di Tapanuli dari waktu ke waktu mempunyai perbedaan, dimana sebelum kemerdekaan pers di Tapanuli berorientasi untuk memberikan informasi tentang perdagangan ekonomi yang dilakukan oleh pihak kolonial karena pada masa tersebut pers muncul sebagai media kegiatan perdagangan yang membuat orang membutuhkan informasi oleh karena semakin meluasnya kegiatan perdagangan, maka semakin tinggi pula kebutuhan akan informasi bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Motivasi pengabdian ini tentu saja tidak didukung oleh motivasi ekonomi, tetapi bertolak pada motivasi perjuangan. Selain itu
4
Edward Smith, Pembredelan Pers Di Indonesia, Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1986, hal. 15.
Universitas Sumatera Utara
pers berfungsi sebagai media berita tentang penyebaran agama misionaris Kristen seperti yang dimuat oleh surat kabar Soara Batak yang pernah terbit di Tarutung. Ketika zaman pendudukan Jepang semua surat kabar yang terbit pada masa Hindia-Belanda dihentikan penerbitannya, karena dianggap dapat
mengganggu
keberadaan Jepang di Tapanuli, maka hanya ada satu jenis surat kabar yang terbit yaitu Tapanuli Sinbun. Surat kabar ini lebih mengarah pada pemberitaan tentang kegiatan politik Jepang yaitu cita-cita “Asia Timur Raya”. Pers dimasa sebelum kemerdekaan juga turut berjuang melawan ketidakadilan, memprotes kesewenang-wenangan kolonial, sekaligus sebagai penyambung lidah rakyat serta membangkitkan semangat rakyat untuk bangun dari cengkraman penjajahan. Sedangkan di era kemerdekaan tujuan perjuangan pers adalah memotivasi rakyat Tapanuli untuk terus berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diraih oleh rakyat dengan tujuan agar tidak terjatuh ke dalam lubang yang sama yakni penjajahan yang sangat memprihatinkan dan membawa kesengsaraan rakyat Tapanuli. Sebab yang dikatakan dengan pers pada masa itu tidak hanya berupa surat kabar tetapi juga radio yang tergabung ke dalam media pers elektronik. Namun dalam pembahasan ini lebih ditekankan mengenai kontribusi yang telah diberikan oleh persuratkabaran dalam perjuangan di Tapanuli. Jadi kontribusi yang diberikan oleh persuratkabaran di Tapanuli selama meraih dan mempertahankan kemerdekaan merupakan sesuatu yang sangat membanggakan, sekaligus membuka pola pikir masyarakat untuk segera bangkit melawan ketidakadilan di wilayahnya sendiri. Berbagai
surat kabar yang pernah terbit dan ikut berjuang di
Tapanuli antara lain ; Utusan Tapanuli (Sibolga) terbit tahun 1945, Suara Tapanuli
Universitas Sumatera Utara
(Sibolga) terbit tahun 1945, Suluh Rakyat (Penyabungan) terbit tahun 1947, Suluh Rakyat (Balige), majalah Vita Vera (Tarutung), terbit tahun 1948. Melihat begitu banyak pers yang pernah terbit di Tapanuli, hal itulah yang akan menjadi pembahasan selanjutnya. Karena menurut literatur yang ada, menunjukkan bahwa banyak surat kabar yang ikut berjuang dalam pemberitaan untuk melawan penjajahan asing mulai dari masa kolonial Belanda sampai kepada masa pendudukan Jepang dan sekutu kembali. Oleh karena itu sebagai suatu sarana yang mengutamakan kepentingan rakyat, pers (persuratkabaran) di Tapanuli berusaha menyampaikan berita yang selalu menggugah semangat rakyat untuk terus berjuang dan bertanggung jawab terhadap kemerdekaan.
1. 2. Rumusan Masalah Dalam melakukan sebuah penelitian maka yang menjadi landasan dari penelitian itu sendiri adalah apa yang menjadi akar permasalahannya. Dengan adanya akar permasalahan diharapkan penelitian dapat berjalan lancar dan lebih terarah sesuai dengan apa yang ingin dicapai oleh penulis. Untuk itu yang menjadi permasalahan pokok yang akan dikaji adalah 1. Bagaimana latar belakang lahirnya pers di Tapanuli? 2. Bagaimana perkembangan pers di Tapanuli ? 3. Bagaimana peranan dan kontribusi pers di Tapanuli 1945-1950 ?
Universitas Sumatera Utara
Ruang lingkup penulisan ini adalah wilayah Tapanuli, karena sepanjang penelusuran studi mengenai liputan berita surat kabar di daerah ini masih sangat terbatas untuk diangkat.
Penelitian ini dimulai dari periode 1945–1950. Dengan alasan bahwa pada jenjang waktu inilah masa-masa yang menentukan bagi negara di tengah ancaman dan rongrongan dari luar yang ingin mengintimidasi Indonesia, Tapanuli tetap mampu mempertahankan wilayahnya dari serangan pihak asing, yang ditandai dengan adanya peristiwa revolusi fisik. Oleh karena itu Tapanuli mampu mengajak rakyat untuk ikut bertanggung jawab terhadap kemerdekaan. Tahun 1945 merupakan lanjutan dari perjalanan pers di Tapanuli di era kemerdekaan Indonesia. Sementara tahun 1950 merupakan babak akhir dari penelitian
karena pada masa ini peranan pers telah
mengarah pada pemberitaan tentang peristiwa politik Indonesia.
1. 3. TUJUAN DAN MANFAAT Dari berbagai peristiwa dan juga pengalaman yang diberikan oleh persurat kabaran di Tapanuli yang akhirnya membentuk hubungan yang saling menjelaskan, menjadi hal yang menarik serta memenuhi persyaratan terhadap penelitian Ilmu Sejarah. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengungkapkan sejarah latar belakang lahirnya pers di Tapanuli 2. Mengungkapkan bagaimana perkembangan pers di Tapanuli 3. Mengungkapkan bagaimana peranan dan kontribusi pers di Tapanuli 19451950
Universitas Sumatera Utara
4. mengungkapkan siapa dan bagaimana peranan tokoh-tokoh lokal dalam perkembangan pers di Tapanuli 1945 - 1950 Sedangkan yang menjadi Manfaat dari penelitian adalah : 1. Menambah wawasan pembaca dalam mengetahui sejarah perjalanan perjuangan pers di Tapanuli 2. Menambah literatur dalam penulisan sejarah lokal khususnya pers daerah 3. Memberi informasi tentang perjuangan pers di Tapanuli 4. Menjadi acuan bagi penulis yang lain
1. 4. TINJAUAN PUSTAKA Untuk dapat menyusun kepustakaan yang baik, tidak ada cara lain selain mengumpulkan dan mengusahakan bahan sebanyak-banyaknya, sehingga nantinya harus relevan dengan topik masalah yang akan dikaji. Kemudian melakukan seleksi sebelum dituangkan kedalam bentuk tulisan. Selain itu segala aspek yang berkaitan dengan pers merupakan informasi dan juga pengembangan wacana terhadap peristiwa. Adapun beberapa buku yang dikemukakan dalam mendukung penelitian ini yang dapat dijadikan referensi adalah sebagai berikut : Buku yang secara khusus membahas tentang perjalanan harian pers di Tapanuli sesungguhnya sangat sedikit jumlahnya, namun buku yang khusus membahas tentang pers adalah seperti yang ditulis oleh Muh. TWH dalam bukunya yang berjudul Sejarah Perjuangan Pers Sumatera Utara menjelaskan bagaimana latar belakang munculnya serta perkembangan pers di Sumatera Utara mulai dari zaman kolonial Belanda, masa pendudukan Jepang, masa kemerdekaan sampai pada setelah pengakuan kedaulatan
Universitas Sumatera Utara
Indonesia tahun 1950. Dalam buku ini juga diuraikan bagaimana perjalanan pers mulai dari tokoh-tokoh pendiri pers, jenis- jenis surat kabar yang beredar pada masa itu, masalah serta tantangan yang dihadapi. Khusus membahas perjalanan pers di Tapanuli juga ikut diuraikan, mulai dari Balige, Tarutung, Sibolga sampai Padang Sidempuan. Sehinga dari keterangan buku ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam penulisan ini Berikutnya Muh. TWH juga menjelaskan dalam bukunya yang kedua berjudul Perjuangan Tiga Komponen Untuk Kemerdekaan mengatakan bahwa ada tiga unsur yang sangat diperlukan di awal perang kemerdekaan yaitu: dengan peluru, diplomasi, dan pers. Beliau menyadari bahwa untuk menyelesaikan suatu perang, menguasai perang saja tidak cukup tetapi kemampuan berpolitik atau diplomasi juga diperlukan untuk itu dibutuhkan suatu media sebagai alat untuk menetralisir keadaan. Demikian halnya dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia pers berperan dalam menyebarkan berita proklamasi. Tokoh-tokoh politik sekaligus tokoh pers menyalurkan ide dan citacita kemerdekaan melalui pers, untuk itu tidak jarang pers yang tidak sepaham dengan penjajah mengalami pembredelan dan penggrebekan dalam pemberitaannya. Selanjutnya buku yang ditulis oleh Kementerian Penerangan, yang berjudul Republik Indonesia Propinsi Sumatera Utara Tahun 1953, Jawatan Penerangan Propinsi Sumatera Utara, mengemukakan tentang jenis-jenis surat kabar apa saja yang pernah terbit pada zamannya di Tapanuli, serta beberapa uraian penting yang membahas mengenai tujuan pendirian dan siapa saja tokoh pendiri dari pers tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian buku yang ditulis oleh Tim Pengumpulan Penelitian Data dan Penulisan Sejarah Pemerintahan Departemen Dalam Negeri Propinsi sumatera Utara, dengan judul Sejarah Perkembangan Pemerintahan Departemen Dalam Negeri Propinsi Sumatera Utara (Masa Pemerintahan/Pendudukan Kolonial Belanda Dan Jepang) , menjelaskan bagaimana keadaan Sumatera Utara khususnya wilayah Tapanuli pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Bagaimana proses masuknya pemerintahan Belanda dan Jepang ke kawasan Tapanuli. Jacob Oetama dalam bukunya yang berjudul Persepektif Pers Indonesia mengatakan bahwa pada awalnya pers tidak berbeda dengan pamflet-pamflet politik tanpa bentuk yang lengkap, model yang menarik dan masalah penampilan bukan menjadi sesuatu yang terpenting, yang paling utama adalah pesan yang disampaikan dan pesan itu meneriakkan tentang perjuangan rakyat. Di sinilah asal-mula peranan pers menyerap, memancarkan warisan sejarah serta nilai-nilai suatu dasar negara. Pers memiliki andil yang cukup besar dalam perubahan struktur masyarakat baik dalam jangka waktu singkat maupun dengan waktu yang lama. Antara pers dan masyarakat memiliki hubungan yang saling ketergantungan dimana berita yang dimuat pers berasal dari masyarakat dan pada akhirnya disajikan kembali kepada masyarakat.
1. 5. METODE PENELITIAN
Dalam penulisan sejarah pemakaian metode sejarah sangatlah penting, karena metode sejarah dapat diartikan sebagai proses menguji dan menganalisa secara kritis atas
Universitas Sumatera Utara
rekaman dan peninggalan pada masa lampau. 5 Sejumlah sistematika penulisan yang terangkum dalam metode sejarah sangat membantu setiap peneliti dalam merekonstruksi kejadian pada masa yang telah berlalu. Untuk mendapatkan sumber- sumber yang dibutuhkan sebagai bahan penulisan yang relevan dengan pokok permasalahan haruslah dikaji secara mendalam. Dalam penulisan ini harus melewati beberapa proses agar diperoleh suatu penilaian atau pemaparan yang lebih objektif. Untuk merekonstruksi sejarah perjalanan pers di Tapanuli periode 1945-1950, maka akan dikaji berdasarkan metode penelitian sejarah yang dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Heuristik, yaitu proses pengumpulan sumber sebanyak-banyaknya yang dapat memberikan penjelasan tentang perjalanan pers (persuratkabaran) di Tapanuli. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam proses pengumpulan data antara lain : a. Penelitian kepustakaan (Library research) yaitu pengumpulan berbagai sumber tertulis seperti buku, majalah, surat kabar, notulen, bulletin, serta hasil laporan penelitian. b. Penelitian lapangan (Field research) yaitu menggunakan metode wawancara terhadap pelaku ataupun tokoh yang mengetahui tentang perjalanan pers di Tapanuli. Metode ini diharapkan dapat menjadi keterangan yang pokok sebab menjamin keabsahan dari keterangan itu sendiri. 5
Tentang Metode Sejarah lihat Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta : Banteng, 1995, hal 95-97 dan Louis Gottschalk, Understanding History : A Primer of Historical Method, Nugroho Notosutanto (Terj. Mengerti Sejarah), Jakarta : UI Prees, 1985, hal, 18-19. .
Universitas Sumatera Utara
2. Kritik sumber, yaitu sebagai cara untuk mengetahui data yang lebih akurat melalui : a. Kritik Intern, yang ditujukan untuk memperoleh dokumen yang bersifat kredibel dengan cara menganalisis sejumlah data tertulis yang berkaitan dengan Pers (surat kabar) di Tapanuli. b. Kritik Ekstern, untuk memperoleh data yang otentik dengan cara menyesuaikan dengan situasi zaman. 3. Interpretasi merupakan tahap dimana penulis akan mencoba menafsirkan datadata yang telah diperoleh kemudian menghasilkan suatu kesimpulan dari objek masalah yang diteliti baik secara analisis maupun sintesis. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya subjektifitas penulis dalam penulisan sejarah. 4. Historiografi merupakan tahap yang terakhir dimana penulis akan melakukan penjabaran hasil penelitian sekaligus merangkaikan dalam batasan waktu yang kronologis dan sistematis. Dalam penulisan sejarah aspek kronologis menjadi sangat penting untuk menghasilkan karya sejarah yang ilmiah dan objektif.
Universitas Sumatera Utara