BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia adalah aset organisasi yang paling berharga (Shah, 2012), karena tanpa sumber daya manusia yang berkualitas maka organisasi tidak akan bertahan dalam persaingan. Dalam konteks pendidikan, guru adalah sumber daya yang paling strategis dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, karena guru adalah orang yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah. Salah faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen organisasional yang dimiliki guru. Meyer dan Allen (1997) mengatakan bahwa komitmen organisasional
dapat memberi interpretasi
awal tentang penerimaan karyawan terhadap organisasi melalui tingkah laku yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. Meyer et al. (1989) menambahkan bahwa komitmen organisasional adalah indikator yang tepat dari kinerja. Dengan demikian guru yang memiliki tingkat komitmen tinggi akan memiliki produktivitas dan kinerja yang tinggi dan akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan. Komitmen organisasional dijelaskan oleh Meyer dan Allen (1991) sebagai konstruk psikologis yang merupakan karakteristik hubungan anggota dengan organisasinya dan memiliki implikasi terhadap keputusan individu untuk melanjutkan keanggotaanya dalam organisasi. Selanjutnya Meyer dan
1
Allen merumuskan 3 dimensi komitmen organisasional, yaitu (1) komitmen afektif (affective commitment), berkaitan dengan hubungan emosional anggota organisasi terhadap organisasinya, dan keterlibatan anggota organisasi dengan kegiatan organisasi; (2)
komitmen berkelanjutan
(continuance commitment), berkaitan kesadaran anggota organisasi untuk tetap bertahan sebagai anggota organisasi berdasarkan pertimbangan untung dan rugi; (3) komitmen normatif (normative commitment), menggambarkan perasaan wajib atau keterikatan untuk terus berada dalam organisasi. Kepemimpinan berperan penting dalam meningkatkan komitmen organisasional. Konsep kepemimpinan dikemukakan oleh Darth dan Paulus dalam Yukl (2001), keduanya mengartikan kepemimpinan sebagai suatu proses memberikan rasa (sense) terhadap sesuatu yang dilakukan orang-orang secara bersama-sama sehingga mereka mengerti dan berkomitmen tinggi. Walumbwa et al. (2005) menambahkan bahwa komitmen organisasional sebagai hasil yang terkait dengan kepemimpinan. Oleh karenanya komitmen organisasional menjadi hal yang sangat penting untuk menjadi perhatian pemimpin. Berdasarkan wawancara kepada 3 orang guru dan observasi di SMK Negeri 2
Sewon
organisasional
Bantul ditemukan
diantaranya: indisipliner
berbagai persoalan
komitmen
guru, misalnya guru datang
terlambat, guru masuk kelas tidak tepat waktu, guru masuk sekolah hanya pada saat ada jadwal mengajar, guru tidak melaksanakan analisis ulangan harian, dan beberapa guru melaksanakan pembelajaran di kelas tidak sesuai
2
dengan silabus dan RPP yang telah dibuat, penyebab utamanya adalah silabus dan RPP yang dibuat hanya copy paste dari sekolah lain atau sumber lain tanpa melakukan adaptasi atau penyesuaian dengan kondisi sekolah. Selain itu ada pula guru yang memiliki sikap tidak peduli terhadap persoalan yang dihadapi sekolah dan permasalahan yang dihadapi siswa. Perilaku-perilaku guru tersebut menunjukkan kurangnya komitmen afektif yang dimiliki oleh guru, artinya hubungan emosional guru terhadap sekolah untuk melaksanakan tugas-tugasnya sebagai wujud keterlibatan guru dalam mendukung kegiatan sekolah masih rendah. Tentunya hal ini akan berdampak pada Huberman
(1993)
peningkatan mutu pendidikan. Sesuai dengan pendapat yang
menyatakan
bahwa
komitmen
guru
telah
diidentifikasi sebagai salah satu faktor yang paling penting bagi keberhasilan masa depan pendidikan. Selain permasalahan komitmen afektif di atas, dari hasil observasi dan wawancara terungkap pula permasalahan tentang kepemimpinan kepala sekolah. Permasalahan kepemimpinan tesebut antara lain : sikap otoriter kepala sekolah dalam mengambil keputusan tanpa melalui forum rapat dewan guru atau meminta pertimbangan pihak manajemen sekolah, pendelegasian atau
susunan personalia kepanitian hanya diberikan kepada guru- guru
tertentu yang disukai oleh kepala sekolah tanpa memperhatikan kompetensi dan struktur organisasi sekolah, kecenderungan kepala sekolah membiarkan masalah yang dihadapai guru-guru, dan penanganan masalah ketika masalah tersebut sudah menjadi masalah serius.
3
Persoalan kepemimpinan tersebut di atas membawa dampak rendahnya kepercayaan (trust) guru pada kepala sekolah, hal ini terungkap dalam wawancara tentang permasalahan kepercayaan guru pada
kepala
sekolah, yaitu rasa pesimis terhadap program-program yang telah ditetapkan oleh
kepala sekolah untuk dilaksanakan sesuai dengan Rencana
Pengembangan Sekolah (RPS), dan kepala sekolah dipandang tidak memiliki kemampuan sebagai seorang pemimpin. Meskipun demikian, tetap ada sekompok guru yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi pada
kepala
sekolah. Bedasarkan
fakta-fakta
tersebut
di atas
juga
menunjukkan
pentingnya komitmen organisasional guru, khususnya komitmen afektif. Oleh karenanya dibutuhkan gaya kepemimpinan yang mampu membangkitkan kepercayaan, kebanggaan, loyalitas bawahan dan mereka termotivasi untuk melakukan melebihi apa yang diharapkan serta mampu menyatukan cara pandang melalui pemahaman visi dan misi organisasi dan mampu menciptakan kondisi yang dapat meningkatkan komitmen afektif. Salah satu gaya kepemimpinan tersebut adalah kepemimpinan transformasional. Menurut Bass dan Reggio (2006) kepemimpinan transformasional yang mendorong pengikut mereka untuk berpikir kritis dan kreatif dapat memiliki pengaruh pada komitmen pengikutnya. Sementara Walumbwa dan Lawler (2003) mengatakan bahwa pemimpin transformasional dapat meningkatkan motivasi dan komitmen organisasional pengikutnya dengan memecahkan masalah secara kreatif dan memahami kebutuhan mereka.
4
Hasil penelitian Ngodo (2008) menunjukkan bahwa pemimpin transformasional sangat sukses dalam mendapatkan kepercayaan dari para pengikut mereka. Ngodo (2008) juga menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional pada dasarnya melibatkan pemberdayaan pengikut oleh para pemimpin. Pemberdayaan memungkinkan pengikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Hasil penting dari proses pengambilan keputusan adalah kepercayaan. Dengan demikian kepercayaan pada pimpinan dapat meningkatkan komitmen afektif karena sulit bagi kepala sekolah yang tidak dipercaya oleh guru untuk memiliki guru-guru yang berkomitmen tinggi. Secara singkat diatas, peneliti menemukan berbagai permasalahan tentang komitmen afektif, kepemimpinan, dan kepercayaan guru pada pimpinan di SMK Negeri 2 Sewon Bantul. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap komitmen afektif dengan kepercayaan pada pimpinan sebagai mediator. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
tersebut,
ditemukan
berbagai
permasalahan tentang komitmen afektif di SMK Negeri 2 Sewon Bantul. Selain permasalahan komitmen afektif, terungkap pula permasalahan kepemimpinan yang berdampak pada rendahnya kepercayaan guru terhadap kepala sekolah. Menyadari pentingnya komitmen afektif dalam peningkatan mutu pendidikan maka diperlukan kepemimpinan yang mampu meningkatkan
5
komitmen afektif. Salah satu gaya kepemimpinan yang dapat meningkatkan komitmen afektif adalah kepemimpinan transformasional. Hasil penelitian Avolio et al. (1999) menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional mempengaruhi
komitmen
organisasional
para
pengikutnya
dengan
membangkitkan dan mendorong pengikutnya berpikir lebih kritis terhadap semua masalah dan tantangan yang ada dengan menggunakan pendekatan baru. Namun, kesediaan bawahan untuk memenuhi komitmen dan mencapai
visi
organisasi
bergantung
pada
kepercayaan
pemimpin.
Membangun kepercayaan ini berasal dari kemampuan pemimpin (Yukl, 2001). Sementara hasil penelitian Shamir et al. (1993) mengatakan bahwa pemimpin transformasional adalah model (suri taladan) bagi bawahan. Bawahan akan meniru keberhasilan,nilai-nilai, dan keyakinan dari pemimpin dan jika bawahan berhasil maka mereka akan memiliki tingkat kepercayaan pada
pimpinan
yang
tinggi.
Dengan
demikian,
kepemimpinan
transformasional meningkatkan kepercayaan bawahan pada pemimpin mereka dan akan meningkatkan komitmen afektif. Dari uraian tersebut di atas peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap komitmen afektif dengan kepercayaan guru pada pimpinan sebagai mediator di SMK Negeri 2 Sewon Bantul.
6
1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Apakah kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kepercayaan guru pada pimpinan ? 2. Apakah kepercayaan guru pada pimpinan berpengaruh positif terhadap komitmen afektif ? 3. Apakah kepemimpinan transformasioanal berpengaruh positif terhadap komitmen afektif ? 4. Apakah kepercayaan guru pada pimpinan
memediasi pengaruh
kepemimpinan transformasional terhadap komitmen afektif ? 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk menguji apakah kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kepercayaan guru pada pimpinan. 2. Untuk menguji apakah kepercayaan guru pada pimpinan berpengaruh positif terhadap komitmen afektif. 3. Untuk menguji apakah kepemimpinan transformasioanal berpengaruh positif terhadap komitmen afektif ? 4. Untuk menguji apakah kepercayaan guru pada pimpinan memediasi pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap komitmen afektif. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis.
7
1. Manfaat secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan tentang pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap komitmen afektif yang dimediasi oleh kepercayaan guru pada pimpinan, khususnya di dunia pendidikan. 2. Manfaat praktis a. Bagi Sekolah Menjadi bahan masukan bagi Kepala SMK Negeri 2 Sewon Bantul
untuk
kepemimpinan
meningkatkan
komitmen
transformasional
dan
afektif
guru
kepercayaan
guru
melalui pada
pimpinan. b. Bagi Peneliti Menjadi bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap komitmen afektif yang dimediasi oleh kepercayaan guru pada pimpinan dalam ranah pendidikan. 1.6 Batasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kepemimpinan
transformasional
terhadap
komitmen
afektif
dengan
kepercayaan guru pada pimpinan sebagai mediator di SMK Negeri 2 Sewon Bantul berdasarkan persepsi guru. Pimpinan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepala sekolah.
8
Variabel
bebas
dalam penelitian
ini
adalah kepemimpinan
transformasional, sedangkan komitmen afektif sebagai variabel terikat dan kepercayaan guru pada pimpinan sebagai variabel mediator. Batasan dari ketiga variabel tersebut adalah : a. Komitmen Afektif Komitmen afektif merupakan salah satu dimensi komitmen organisasional. Menurut Meyer dan Allen (1991) komitmen afektif, berkaitan dengan hubungan emosional anggota organisasi terhadap organisasinya, identifikasi dengan organisasi, dan keterlibatan anggota organisasi dalam kegiatan organisasi. b. Kepemimpinan Transformasional Menurut Bass dan Reggio (2006) kepemimpinan transformasional adalah seorang pemimpin yang membantu pengikut – pengikutnya untuk tumbuh dan berkembang melalui pemberdayaan dan meyelaraskan tujuan individu pengikut – pengikutnya, tujuan pemimpin, tujuan kelompok dan tujuan organisasi yang lebih besar. Bass dan Reggio (2006) menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki 4 ciri, yaitu : 1. Pengaruh yang diidealkan (idealized influence), pemimpin yang memiliki sifat – sifat keteladanan yang ditunjukkan kepada pengikutnya dan sifat – sifat yang dikagumi dari pimpinannya. Pada dasarnya ciri idealized influence adalah pemberian keteladanan pada pengikut melalui perilaku dan ucapan.
9
2. Stimulasi intelektual (intellectual stimulation), pemimpin yang mampu mengembangkan kompetensi pengikutnya dengan cara memberikan pertanyaan dan memberikan tantangan agar pengikutnya berolah pikir mencari cara baru dalam melakukan suatu pekerjaan. Pemimpin merangsang pemikiran kreatif para pengikutnya untuk memunculkan gagasan inovatif dalam diri mereka. 3. Kepedulian secara perorangan (individual consideration), pemimpin yang mampu memenuhi kebutuhan para pengikutnya, bertindak sebagai mentor atau pelatih bagi para pengikutnya, dan memberi perhatian pada kebutuhan pengikutnya. 4. Motivasi yang inspirasional (inspirational motivation), pemimpin yang memberikan inspirasi dalam bekerja, mengajak karyawan untuk mewujudkan sebuah cita-cita bersama agar hidup dan karya mereka menjadi bermakna. c. Kepercayaan guru pada pimpinan sebagai variabel mediasi Menurut Mayer dan Davis (1995) dalam Colquit et al. (2007), kepercayaan sebagai keinginan suatu pihak untuk menerima tindakan dari pihak lain berdasarkan pengharapan bahwa pihak lain tersebut akan melakukan tindakan tertentu yang penting bagi pihak yang memberikan kepercayaan, terhadap kemampuan memonitor atau mengendalikan pihak lain. Kepercayaan pada pimpinan mengacu pada hubungan antara pemimpin dan pengikutnya. Kepercayaan pada pimpinan muncul karena
10
perilaku pimpinan yang membuat pengikutnya berkomitmen tinggi, jujur dan tidak merugikan pihak lain. Menurut Mayer dan Davis (1995) dalam Colquit et al. (2007) kepercayaan dibagi dalam 3 dimesi, yaitu : a. Ability, meliputi : kemampuan, kompetensi, keahlian, pengetahuan, dan bakat yang dimiliki oleh seorang pemimpin. b. Benevolence, meliputi keterbukaan, loyalitas, perhatian, dan konstribusi yang dimiliki oleh seorang pemimpin. c. Integrity,
meliputi kredibilitas, menepati janji, dan procedural
justice. 1.7 Sitematika Penulisan Sistimatika penulisan hasil penelitian ini terdiri dari lima Bab, yaitu : Bab I : Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistimatika penelitian. Bab II : Tinjauan pustaka yang mengungkapkan beberapa konsep atau teori berkaitan dengan topik yang dibahas. Bab III : Metode penelitian yang terdiri atas desain penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Bab IV : Berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan, meliputi deskripsi data, pengujian hipotesis, pembahasan. Bab V : Berisi tentang simpulan, keterbatasan, implikasi dan saran.
11