1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pembelajaran
merupakan
inti
dari
proses
pendidikan
secara
keseluruhan dengan guru memiliki peranan penting. Proses pembelajaran berlangsung sebagai suatu proses saling mempengaruhi antara guru dan peserta didik dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.Yang termasuk komponen–komponen pembelajaran antara lain tujuan, materi pelajaran, metode mengajar, apeserta didik, guru, alat bantu mengajar, penilaian, dan situasi pengajaran1 Guru sebagai motivator dalam proses pembelajaran bertujuan menciptakan serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu, serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku, dan perkembangan peserta didik yang menjadi tujuannya. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian.Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru profesional harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.2 1
1. 2
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara), 54 . Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja RosdaKarya 1990), 4-5
dan
2
Selain itu, guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tak terpisahkan antara kemampuan mendidik (kompetensi), membimbing, mengajar, dan melatih. Dari sisi lain, guru sering dicitrakan memiliki peran ganda yang dikenal sebagai EMASLIMDEF (Educator, Manager, Administrator, Evaluator, dan Facilitator). Komaruddin
Haji Hussin,
sebagaimana dikutip suparlan memaparkan peran guru dalam berbagai aspek, yaitu sebagai (1) pendidik, (2) pengajar, (3) fasilitator, (4) pembimbing, (5) pelayan, (6) perancang, (7) pengelola, (8) inovator, dan (9) penilai.32 Untuk menjalankan tugas dan fungsi yang lebih kompleks, guru perlu memiliki kompetensi. Kompetensi guru lebih bersifat personal dan kompleks serta merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dimiliki seorang guru yang terkait dengan profesinya yang dapat direpresentasikan dalam amalan dan kinerja guru dalam mengelola pembelajaran di sekolah. Kompetensi ini yang digunakan sebagai indikator dalam mengukur kualifikasi dan profesionalitas guru pada suatu jenjang dan jenis pendidikan.43 Kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran, perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini penting karena pendidikan di Indonesia dinyatakan kurang berhasil oleh sebagian masyarakat, dinilai kering dari aspek pedagogis, dan sekolah nampak lebih mekanis sehingga peserta didik 3. 4,
Suparlan, Menjadi Guru Efektif (Yogyakarta: Hikayat, 2005), 25- 38 Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 32.
3
cenderung kerdil karena tidak mempunyai dunianya sendiri. Freire, sebagaimana dikutip Mulyasa mengkritisi kondisi pendidikan seperti ini sebagai suatu penjajahan dan penindasan yang harus diubah menjadi pemberdayaan dan pembebasan. Freire juga mengungkapkan bahwa proses pembelajaran yakni hubungan antara guru dan peserta didik di semua tingkatan dengan watak bercerita dan dipandang sebagai bejana yang akan diisi air (ilmu) oleh gurunya.54 Dalam Undang-Undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.6.5 Dalam merespons perubahan manusia, kebanyakan sekolah umum berusaha mengembangkan pendidikan di segala bidang ilmu termasuk penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, bersamaan dengan itu muncul sejumlah krisis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Akibatnya, peranan serta efektivitas pendidikan agama di sekolah sebagai pemberi nilai spiritual terhadap kesejahteraan masyarakat dipertanyakan.76 Kenyataannya, seolah-olah pendidikan agama dianggap kurang memberi kontribusi ke arah itu. Setelah ditelusuri, pendidikan agama
5. E Mulyasa, Op .Cit., 75 6. Undang- Undang Sisdiknas. 2003 (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), 23. 7. Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 81.
4
menghadapi beberapa kendala, antara lain waktu yang disediakan hanya dua jam pelajaran dengan muatan materi yang begitu padat dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga berbentuk watak dan kepribadian yang berbeda jauh dengan tuntutan terhadap mata pelajaran lainnya. Kendala lain adalah kurangnya keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan nilai-nilai pendidikan agama dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, lemahnya sumber daya guru dalam mengembangkan pendekatan dan metode yang lebih variatif, minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan, serta rendahnya peran orang tua siswa. Kendala-kendala tersebut dikategorikan lemahnya kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Dasar. Maka jelaslah, bahwa kompetensi pedagogik guru sangat mempengaruhi tercapainya kompetensi bidang studi Pendidikan Agama Islam peserta didik.8. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian tentang pengaruh kompetensi pedagogik guru agama terhadap pencapaian kompetensi bidang studi Pendidikan Agama Islam siswa kelas v Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Sukorejo Ponorogo perlu dilakukan. Dipilihnya Sekolah Dasar Negeri 2 Sukorejo sebagai objek penelitian didasarkan pada asumsi bahwa SDN 2 Sukorejo adalah salah satu di antara Sekolah Dasar yang berada di pedesaan, tetapi letaknya strategis, dan kondisi lingkungan sangat mendukung untuk tercapainya tujuan7pembelajaran. Namun kompetensi
8.
Hasil Observasi dan wawancara dengan guru agama Bapak Mesrianto pada tgl. 11 Februari 2008 pukul 10. 30 WIB. Di kantor SDN 2 Sukorejo
5
guru, salah satunya kompetensi pedagogik masih menghadapi berbagai kendala di atas.98 B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana kompetensi pedagogik guru agama Pendidikan Agama Islam di SDN 2 Sukorejo Ponorogo?
2.
Bagaimanan pencapaian kompetensi bidang studi Pendidikan Agama Islam kelas V di SDN 2 Sukorejo Ponorogo?
3.
Apakah terdapat pengaruh kompetensi pedagogik guru agama terhadap pencapaian kompetensi bidang studi Pendidikan Agama Islam siswa kelas V SDN 2 Sukorejo Ponorogo tahun ajaran 2007/2008?
C.
Tujuan Penelitian Dari rumusan pokok-pokok permasalahan di atas, yang menjadi tujuan penelitan ini adalah: 1. Untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Islam di SDN 2 Sukorejo Ponorogo. 2. Untuk mengetahui kompetensi bidang studi Pendidikan Agama Islam kelas V di SDN 2 Sukorejo Ponorogo. 3.
Untuk mengetahui ada/tidaknya pengaruh kompetensi pedagogik guru agama terhadap pencapaian kompetensi bidang studi Pendidikan Agama Islam siswa kelas V SDN 2 Sukorejo Ponorogo
9.
Hasil Observasi dan wawancara dengan guru agama Bapak Mesrianto pada tgl. 11 Februari 2008 pukul 11 WIB. Di kantor SDN 2 Sukorejo.
6
D.
Manfaat Penelitian 1. Manfaat Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran
dalam
pemecahan
masalah
pendidikan
yang
dapat
dikembangkan lebih lanjut oleh para pemerhati pendidikan. 2. Manfaat Secara Empiris a. Bagi lembaga sekolah bersangkutan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan dan alat evaluasi untuk perbaikan dan pengembangan kompetensi guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran di SDN 2 Sukorejo. b. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang pentingnya kompetensi pedagogik dalam mencapai tujuan pembelajaran, dan sebagai bahan acuan untuk perbaikan guru dalam peningkatan kompetensinya. A.
Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan penyusunan hasil penelitian dalam laporan penelitian ini dikelompokkan menjadi lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang konstan. Sistematika pembahasan dalam laporan penelitian nantinya adalah sebagai berikut: Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.
7
Bab II landasan teori adalah uraian yang membahas tentang teori dari hal yang akan dibahas, sehingga semua permasalahan yang akan diteliti mempunyai landasan yang kuat dan bukan hanya sekedar rekayasa dari peneliti. Landasan teori berfungsi sebagai tolak ukur dan rujukan dari permasalahan yang akan dibahas yang mencakup pembahasan tentang kompetensi pedagogik guru dan Pendidikan Agama Islam, dan hubungan antara kompetensi pedagogik dengan pencapaian kompetensi hasil belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam. Bab III Metode Penelitian, adalah hal yang sangat penting dalam mengadakan suatu penelitian. Karena metode penelitian merupakan petunjuk bagaimana seorang peneliti melaksanakan penelitian, sehingga diperoleh hasil yang benar dan tepat atas permasalahan yang ada. Fungsi penelitian adalah mencarikan penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan serta memberikan alternatif bagi peneliti kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah yang meliputi pembahasan tentang populasi dan sampel penelitian, pendekatan dan jenis penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analis data. Bab IV, Hasil Penelitian, adalah suatu laporan penelitian yang tertulis secara terperinci sebagai data autentik yang dijadikan bukti hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, yang meliputi paparan data baik yang umum maupun khusus, analisis data, dan temuan penelitian. Bab V, Penutup adalah suatu rangkaian kata-kata terakhir dari peneliti yang berisi kesimpulan dan saran
8
BAB II Kompetensi Pedagogik Guru Agama dan Kompetensi Bidang Studi Pendidikan Agama Islan Siswa KelasV
A. Kompetensi Pedagogik Guru 1. Pengertian Kompetensi Guru Kompetensi guru adalah sebuah frasa yang terdiri dari dua kata yakni ”Kompetensi” dan ”Guru” mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian ”Kompetensi Guru” dibicarakan, pembahasan ini diarahkan pada pengertian kata kompetensi terlebih dahulu. a. Pengertian Kompetensi Kompetensi mempunyai pengertian yang bermacam–macam, antara lain sebagai berikut: 1). Dalam National Vocational Qualification (NVQ) yang diluncurkan di Inggris tahun 1991, ”Kompetensi adalah kecakapan dasar” atau ”core skill”
yang
meliputi
antara
lain
kemampuan
dalam
hal
”communication, numeracy, information technologi, interpersonal competence, and problem solving”.1 2). Menurut Barlow, ”Kompetensi adalah kemampuan seorang guru untuk
9
1
Suparlan, Guru Sebagai Profesi (Yogyakarta: Hikayat, 2006), 84
9
menunjukkan secara bertanggung jawab atas tugas–tugasnya dengan tepat”.2 10 3). Menurut Departemen Pendidikan Nasional, sebagaimana dikutip Abdul Majid ”Kompetensi” diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai–nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.3 Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa kompetensi adalah kombinasi kompleks pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai–nilai yang ditunjukkan oleh guru dalam konteks kinerja tugas yang diberikan kepadanya. b. Pengertian Guru Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan guru, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi: 1). Secara etimologis (asal usul kata) Istilah guru berasal dari kata India yang artinya ”orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara”. Dalam bahasa Arab, guru dikenal dengan al–mu’alim atau al-ustadt yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim. Dalam tradisi agama Hindu .guru dikenal sebagai
”maharesi guru”, yakni para pengajar yang
bertugas untuk menggembleng para calon biksu di ”binanya panti” (tempat pendidikan bagi para biksu ).4 2). Menurut Howard Gardner, sebagaimana dikutip Suparlan, guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya 2
Suparlan, Op.Cit., 84 Abdul Majid, Parencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 6 4. Suparlan, Menjadi Guru Efektif (Yoqyakarta:Hidayat, 2005), 11 3.
10
mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya.511 3). Menurut Poerwadarminto, sebagaiman dikutip Suparlan ”guru adalah orang yang kerjanya mengajar”.6 4). Menurut Zakiyah Drajad, sebagaiman dikutip Suparlan guru adalah pendidik profesional, karena guru telah menerima dan memikul beban dari orang tua untuk ikut mendidik anak–anak pada jenjang pendidikan sekolah .7 5). Dalam Surat Edaran Mendikbud dan kepala BAKN Nomor 57686/MPK/1989 dinyatakan bahwa guru adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan sekolah.8 Dari definisi guru di atas dapat diartikan bahwa guru adalah seorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator sehingga siswa dapat belajar dan atau mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal, melalui lembaga pendidikan sekolah, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun oleh masyarakat atau swasta .12 Dari definisi dua terminilogi ”guru” dan ”kompetensi” dapat diartikan bahwa
kompetensi
guru
adalah
kemampuan
seorang
guru
dalam
melaksanakan kewajiban–kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.
5.
Suparlan, Op.Cit., 12 . Ibid., 13 7. Ibid., 13 8. Ibid., 15
6
11
Pada tahun 70–an, Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis (Dikgutentis) Pendidikan Dasar Menenggah (Dikdasmen) pernah mengeluarkan ”buku saku berwarna biru” tentang sepuluh kompetensi guru, sepuluh kompetensi guru tersebut sebagai berikut: a) Memiliki kepribadian sebagai guru. b) Menguasai landasan kependidikan. c) Menguasai bahan pelajaran. d) Menyusun program pengajaran. e) Melaksanakan proses pembelajaran. f) Melaksanakan penilaian pendidikan. g) Melaksanakan bimbingan. h) Melaksanakan administrasi sekolah. i) Menjalin kerjasama dan interaksi dengan guru sejawat dan masyarakat. j) Melaksanakan penelitian sederhana. Kesepuluh tersebut diharapkan dapat dimiliki oleh guru secara maksimal agar proses pembelajaran yang dilaksanakan menjadi lebih efektif dan menghasilkan siswa yang kompeten. 9 Karakteristik kompetensi guru di tinjau dari berbagai segi tanggung jawab guru, fungsi dan peranan guru, tujuan pendidikan sekolah, dan peranan guru dalam proses belajar mengajar : 13
9.
Suparlan, Op.Cit., 89
12
1). Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik– baiknya. 2). Guru tersebut mampu melaksanakan peran-peranannya secara berhasil. 3). Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan intruksional ) sekolah.14
4). Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya
dalam proses
mengajar dan belajar dalam kelas.10 2. Macam–macam kompetensi guru Untuk
mengantisipasi perkembangan
zaman
seorang guru
harus
profesional dan mempunyai kompetensi. H.A.R Tilaar dalam bukunya ”Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Persfektif Abad 21”, menguraikan tentang profil guru abad 21 sebagai berikut: S Seorang guru harus mempunyai kepribadian yang matang dan berkembang. S Seorang guru harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat . S Seorang guru harus mempunyai keterampilan dan membangkitkan minat peserta didik. S Seorang guru harus mengembangkan profesinya secara berkesinambungan.11
10. 11
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi (Bumi Aksara: Jakarta, 2002), 38 . H.A.R.Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dan Perspektif Abad 21 (Magelang: Tera Indonesia, 1998), 303-306
13
Menurut UNESCO, sebagaiman dikutip Mulyasa macam–macam kompetensi yag harus dimilki guru ada 4 yaitu: a. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.12 Kompetensi ini meliputi hal–hal berikut: 1. Mengembangkan kepribadian 15 a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa pancasila. c. Mengembangkan sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi jabatan guru. 2. Berinteraksi dan berkomunikasi a. Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional. b. Berinteraksi dengan masyarakat untuk penunaian misi pendidikan. 3. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan a. Mimbimbing siswa yang mengetahui kesulitan belajar. b. Membimbing murid yng berlainan dan berbakat khusus. 4. Melaksanakan administrasi sekolah a. Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah. b. Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah. 5. Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran. 12.
E. Mulyasa. Op.Cit., 117
14
a. Mengkaji konsep penelitian ilmiah. b. Melaksanakan penelitian sederhana.13 b. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam dan memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang di tetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.14 Kompetensi profesional ini meliputi hal–hal berikut: 1. Menguasai landasan kependidikan S
Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
S Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat. S Mengenal prinsip – prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. 2. Menguasai bahan pengajaran. S Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah. S Menguasai bahan pengayaan. 3. Menyusun program pengajaran S Menetapkan tujuan pembelajaran . 16
-
Memilih dan mengembangkan bahan pelajaran.
S Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar. S Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai. 13. 14.
Moh .Uzer Usman , Op Cit., 16-17 E.Mulyasa , Op .Cit., 135.
15
S Memilih dan memanfaatkan sumber belajar.17 4. Melaksakan program pengajaran S Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat. S Mengatur ruangan belajar. S Mengelola interaksi belajar mengajar. 5. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan S Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran. S Menilai belajar mengajar yang telah dilaksanakan.15 c. Kompetensi pedagogik adalah kemempuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang–kurangnya meliputi hal–hal sebagai berikut: S Pemahaman wawasan/landasan kependidikan. S Pemahaman terhadap peserta didik. S Pengembangan kurikulum/.silabus. S Perancangan/perencanaan pembelajaran. S Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. S Pemanfaatan teknologi pembelajaran. S Evaluasi hasil belajar (EHB) S Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.16 d. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang kurangnya memiliki kompetensi untuk: 15. Moh. Uzer Usman, Op. Cit., 17-19 16. E.Mulyasa , Op.Cit,. 75
16
S Berkomunikasi secara lisan ,tulisan dan isyarat. S Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.18 S Bergaul secarta efektif dengan siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali siswa, dan S Bergaul secara santun dengan masyarakat sekelas.1719 Selain itu kompetensi guru dapat di bagi menjadi tiga bidang, yaitu: 1)
Kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan intelektual seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan, mengenai belajar, dan tingkah laku individu, tentang bimbingan konseling, administrasi kelas, tentang cara menilai hasil belajar siswa, bermasyarakat dan pengetahuan umum lainnya.
2)
Kompetensi bidang sikap, artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap beberapa hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya seperti: sikap menghargai pekerjaannya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, serta memiliki kemampuan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaan.
3)
Kompetensi perilaku/performance, artinya: kemampuan guru dalam bidang keterampilan/berperilaku seperti keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul dengan siswa, ketrampilan menumbuhkan semangat belajar siswa, keterampilan menyusun persiapan/perencanaan mengajar dan keterampilan melaksanakan administrasi kelas.
17.
E. Mulyasa, Op.Cit., 173
17
Dan menurut George J. Mouly, sebagaimana dikutip Nana Sudjana mengatakan ketiga bidang diatas mempunyai hubungan yang hierarkhi, artinya saling mendasari satu sama lain. Kompetensi yang satu mendasari kompetensi yang lainnya.18
3. Pengertian Kompetensi Pedagogik Dalam Undang- Undang Sisdiknas, pasal 28 ayat 3 butir a dikemukakan Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap perta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.19 Ahmad Badowi sebagaimana dikutip Suryo Subroto mengatakan, bahwa mengajarnya guru dikatakan berkualitas apabila seseorang guru dapat menampilkan kelakuan yang baik dalam usaha mengajarnya. Kelakuan guru tersebut diharapakan mencerminkan kemampuan guru dalam mengelola PBM yang berkualitas meliputi: 1. Kemampuan dalam mempersiapkan pengajaran a. Kemampuan merencanakan PBM, terdiri dari sub–sub kemampuan: 20
1. Kemampuan merumuskan tujuan pengajaran. 2. Kemampuan memilih metode alternattif. 3. Kemampuan memilih metode yang sesuai dengan tujuan pengajaran.
18.
Dr. Hana Sudjana, Dasar–dasar Proses Belajar–Mengaja (Bandung: Sinar Baru Algesindo,1995), 17-18 19 . Oemar Hamalik, Op.Cit., 39
18
4. Kemampuan merencanakan langkah–langkah pengajaran.21 b. Kemampuan mempersiapkan bahan pengajaran, terdiri dari: 1.
Kemampuan menyiapkan bahan yang sesuai dengan tujuan.
2.
Kemampuan mempersiapkan pengayaan bahan pengajaran.
3.
Kemampuan menyiapkan bahan pengajaran remedial.
c. Kemampuan merencanakan media dan sumber, terdiri dari: 1.
Kemampuan memilih media pengajaran yang tepat.
2.
Kemampuan memilih sumber pengajaran yang tepat.
d. Kemampuan merencanakan penilaian terhadap prestasi siswa, terdiri dari sub–sub kemampuan: 1.
Kemampuan memyusun alat penilaian hasil pengajaran.
2.
Kemampuan merencanakan penerapan penggunaan hasil penilain
pengajaran. 2. Kemampuan dalam melaksanakan pengajaran. a. Kemampuan menguasai bahan yang direncanakan dan disesuaikannya, terdiri dari sub–sub kemampuan: 1. Kemampuan menguasai bahan yang direncanakan. 2. Kemampuan menyampaikan bahan yang direncanakan. 3. Kemapuan menyampaikan pengayaan bahan pengajaran. 4. Kemampuan memberikan pengajaran remedial. b. Kemampuan dalam mengelola PBM terdiri dari:
19
1. Kemampuan untuk mengarahkan pengajaran untuk mencapai tujuan pengajaran. 2. Kemampuan menggunakan metode pengajaran yang direncanakan. 3. Kemampuan menggunakan metode pengajaran yang alternatif 4. Kemampuan menyesuaikan langkah–langkah mengajar dengan langkah–langkah yang direncanakan. c. Kemampuan mengelola kelas, terdiri dari kemampuan: 2. Kemampuan menciptakan suasana kelas yang serasi. 3. Kemampuan memanfaatkan kelas untuk mencapai tujuan. d. Kemampuan menggunakan metode dan sumber, terdiri dari: 1. Kemampuan menggunakan media pengajaran yang direncanakan. 2. Kemampuan
menggunakan
sumber
pengajaran
yang
telah
direncanakan. e. Kemampuan melaksanakan interaksi belajar mengajar,terdiri dari sub–sub kemampuan: 1. Kemampuan melaksanakan PBM secara logis berurutan. 2. Kemampuan memberikan pengertian dan contoh sederhana. 3. Kemampuan bersikap sungguh–sungguh terhadap pengajaran. 4. Kemampuan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. 5. Kemampuan bersikap terbuka terhadap pengajaran. 6. Kemampuan mengacu aktivitas siswa. 7. Kemampuan merangsang timbulnya respons peserta didik terhadap pengajaran.
20
f. Kemampuan melaksanakan penilaian terhadap hasil pengajaran, terdiri dari sub–sub kemampuan: 1. Kemampuan melaksanakan penilaian hasil pengajaran 2. Kemampuan melaksanakan penilaian selama PBM berlangsung. g. Kemampuan pengadministrasian kegiatan belajar mengajar, terdiri dari: 1. Kemampuan menulis di papan tulis. 2. Kemampuan mengadministrasikan peristiwa penting yang terjadi selama PBM. 20
4. Macam–macam Kemampuan dalam Kompetensi Pedagogik Dalam Rancangan Pelaksanaan Pengajaran (RPP) tentang guru, sebagaimana dikutip Mulyasa mengemukakan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang sekurang–kurangnya meliputi hal–hal sebagai berikut:21 a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, setidaknya dalam hal ini guru harus memahami: 1. Tujuan sekolah yang disebutkan di Garis–Garis Besar Haluan Negara Tahun 1993 bahwa kebijaksanaan pembangunan sektor pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju tangguh, cerdas, 22
20. 21.
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah ( Jakarta: Rineka Cipta ,1997 ), 20-23 E .Mulyasa , Op.Cit., 75
21
kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif, dan sehat jasmani–rohani.2223 Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar pasal 3 tertulis:Pendidikan Dasar bertujuan untuk memberikan
bekal
kemampuan
dasar
peserta
didik
untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menenggah.23 2. Hubungan pendidikan dan pengajaran,arti antara pengajar dan pendidik tidak ada perbedaan. Dengan kata lain dapat dipandang bahwa dalam pendidikan terdapat kadar pengajaran dan sebaliknya dalam pengajaran terdapat kadar pendidikan. Sebagaimana contoh dapat dijelaskan pada hal sebagai berikut, suatu pengajaran yang berorientasi secara ketat pada hal–hal ilmiah dengan menetapkan logika deduksi dan logika induksi akan dapat mengembangkan sikap dan watak dasar
untuk berilmu
pengetahuan. Jadi dalam hal ini peserta didik tidak hanya menguasai pengetahuan
tentang
logika,
melainkan
dapat
siap
berpikir
mengembangkan ilmu yang diperoleh. Jika pengajaran dapat diartikan sebagai tingkat operasional daripada pendidik seyogyanya tidak dilepaskan dari pendidikan sebagai induknya .24
22.
Made Pidarta, Landasan Kependidikan (Jakarta: Rineka Cipta , 1997), 11 Ibid., 13 24. Imam Barnadin, Sutan Imam Barnadin , Beberapa Aspek Substansial Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: Andi, 1995), 50 23.
22
b. Pemahaman terhadap peserta didik. sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu: 1. Tingkat kecerdasan adalah tes kemampuan mental dasar yang yang meliputi kemampuan–kemampuan berikut: a. Pemahaman kata, yaitu kemampuan untuk memahami ide–ide yang diekspresikan dengan kata–kata.24 b. Bilangan, yaitu kemampuan untuk menalar dan memanifulasi secara matematis. c. Ruang, yaitu kemampuan untuk memvisualisasikan obyek–obyek dalam bentuk ruang. d. Penalaran, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah. e. Kecepatan persepsi, yaitu kemampuan menemukan persamaanpersamaan dan ketidaksamaan–ketidaksamaan diantara objek– objek secara tepat. Mengklasifikasikan tingkat kecerdasan anak menjadi tiga macam: - IQ antara 0–50 tergolong idiot dan imbicile. - IQ antara 50–70 tergolong moron/keterbatasan mental. - IQ antara 70–90 tergolong bodoh/anak lambat. - IQ antara 90–110 tergolong normal.
25.
-
IQ antara 110–130 tergolong superior.
-
IQ antara 140 keatas tergolong genius.25
Mulyasa , Op.Cit., 81-82
23
2. Kreativitas adalah :mampu menemukan suatu yang baik yang belum ada maupun yang sebenarnya sudah ada.26 Guru
diharapkan
menciptakan
kondisi
yang
baik,
dan
mengembang-kan kreativitas peserta didik, antara lain dengan teknik kerja kelompok kecil, penugasan dan mensponsori pelaksanaan proyek, jangan 25
ruang gerak peserta didik, hargai perbedaan individu
pesrta didik, dengan
melonggarkan aturan dan norma kelas, kembangkan
terlalu membatasi
rasa percaya diri peserta didik, dan kembangkan metode yang bervariasi dan lain–lain.27
26
3. Kondisi fisik yang berkaitan dengan penglihatan, pendengar, kemampuan berbicara, pincang dan lumpuh karena kerusakan otak. Terhadap siswa yang memiliki kelainan fisik diperlukan sikap dan layanan yang berbeda, seperti bersikap lebih sabar, dan telaten dalam membantu perkembangan pribadi mereka.28 4. Pertumbuhan dan perkembangan koknitif yang berkaitan dengan perkembangan dengan perubahan, struktur dan fungsi karakteristik manusia. Pemahaman ini akan lebih membantu guru dalam membina peserta didik dalam kondisi terancang disertai penetapan kualitas hasilnya antara lain melalui tes.29
27
c. Perkembangan kurikulum/silabus. Silabus adalah rancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan
26.
Mulyasa., Op.Cit., 86 Ibid., 89 28. Ibid., 94 29. Ibid., 98 27.
24
kelas tertentu, sebagai hasil dan seleksi, pengelompokan, pengurutan dan penyajian materi kurikulum yang dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat.30 Isi silabus pada umumnya mencakup unsur–unsur sebagai berikut: 1. Tujuan mata pelajaran yang akan diajarkan. 2. Sasaran–sasaran mata pelajaran. 3. Keterampilan yang diperlukan agar dapat menguasai mata pelajaran dengan baik. 4. Urutan topik–topik yang diajarkan. 5. Aktivitas dan sumber–sumber belajar mendukung keberhasilan pembelajaran. 6. Berbagai teknik evaluasi yang digunakan.31 Ada beberapa prinsip yang mendasari pengembangan silabus antara lain: ilmiah, memperhatikan perkembangan dan kebutuhan peserta didik sistematis, relevansi, konsisten dan kecukupan.32 Secara terinci langkah-langkah pengembangan silabus adalah sebagai berikut: 1. Penulisan identitas mata pelajaran. 2. Penentuan standar kompetensi. 28
3. Penentuan kompetensi dasar. 4. Penentuan materi pokok.
30
. Abdul Majid, Op.Cit., 38. Ibid., 39 32. Ibid., 41 31.
25
5. Penentuan pengalaman belajar .peserta didik. 6. Penjabaran kompetensi dasar menjadi indikator. 7. Penjabaran indikator kedalam instrumen penilaian. 8. Penentuan alokasi waktu.3329 d. Perencanaan Pembelajaran Merupakan salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru, yang akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran, sedikitmya mencakup tiga kegiatan yaitu: 1. Identifikasi kebutuhan. Kebutuhan merupakan kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan kondisi yang sebenarnya. Bertujuan untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya, seperti mendorong untuk mengenali, menyatakan, dan merumuskan kebutuhan belajar, sumber– sumber yang tersedia dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam kegiatan pembelajaran.34 2. Identifikasi Kompetensi. Kompetensi merupakan suatu perpaduan dan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Penilaian pencapaian kompetensi perlu dilakukan secara objektif, berdasarkan kinerja pesserta didik, dengan bukti penguasaan mereka terhadap suatu kompetensi sebagai hasil belajar.35 3. Penyusunan Program Pengajaran, bermuara pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang mencakup kompetensi dasar, materi standar, 33.
Ibid., 42 Ibid., 100 35. Ibid., 102 34.
26
metode dan teknik, media dan sumber belajar, waktu belajar dan daya didukung lainnya.36 e. Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis, merupakan respons terhadap praktik pendidikan anti realitas, yang titik tolak penyusunan program pendidikan harus beranjak dari kekinian, eksistensial, dan konkrit yang mencerminkan aspirasi–aspirasi masyarakat dalam menghadapi tematema realitas kehidupan, umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal yaitu: 1. Pretes (tes awal), untuk menjajagi proses pembelajaran yang akan dilaksanakan, fungsinya antara lain: S Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena dengan pretes pikiran mereka akan berfokus pada soal–soal yang harus mereka jawab. S Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik, dengan cara membandingkan hasil pretes dengan postes. S Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah di miliki peserta didik mengenai kompetensi dasar yang akan di jadikan topik dalam proses pembelajaran. S Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran dimulai, kompetensi dasar mana yang telah dimiliki, dan tujuantujuan mana yang perlu mendapat penekanan.30
36. Abdul Majid, Op.Cit., 102
27
2. Proses, dimaksudkan sebagai kegiatan inti dari pelaksanaan pembelajaran dan
pembentukan kompetensi peserta didik. Proses pembelajaran dan
pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental fisik maupun sosial, maka perlu dikembangkan pengalaman belajar yang kondusif dalam membentuk manusia yang berkualitas tinggi baik spiritual, mental, sosial, dan moral maupun fisik. Metode pembelajaran yang kondusif untuk hal tersebut diantaranya metode inguiry, discovery, problem solving, dan sebagainya. 3. PostTes merupakan akhir dari pelaksanaan pembelajaran, fungsinya antara lain: S Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok. S Untuk mengetahui kompetensi dasar dan tujuan–tujuan yang dapat di kuasai peserta didik, serta kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang belum di kuasainya. S Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti remedial, dan yang perlu mengikuti pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar. S Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik yang telah
28
dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanan maupun evaluasi.37 f. Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran,dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran, Guru dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan dan mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu sistem jaringan komputer yang dapat diakses oleh peserta didik.38 31 Komputer adalah suatu medium interatif, dimana siswa memiliki keterampilan untuk berinteraksi dalam bentuk, mempengaruhi atau mengubah urutan yang disajikan. Sebagaimana halnya dengan penggunaan sumber–sumber audio visual yang dapat meningkatkan motivasi dan menyajikan informasi dan prakarsa melalui stimuli visual dan audio, komputer mempunyai nilai lebih karena dapat memberi siswa pengalaman kinestik, melalui penggunaan keyboard komputer.39 Ada tiga manfaat penggunaan komputer dalam kelas, yaitu 1. Untuk mengajar peserta didik menjadi mampu membaca komputer. 2. Untuk mengajarkan dasar-dasar pemograman dan pemecahan masalah komputer 3. Untuk melayani siswa sebagai alat bantu pembelajaran.40 g. Evaluasi Hasil Belajar,dilakukan untuk mengetahui perubahan dan perilaku pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan : 1. Penilaian kelas, dilakukan dengan tiga cara yaitu:
37.
Mulyasa, OP.Cit., 103–106 Ibid., 107 39. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 236 40. Ibid., 110 38.
29
S Ulangan harian dilakukan setiap selesai pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Minimal dilakukan tiga kali dalam setiap semester32 S Ulangan umum dilaksanakan setiap akhir semester, dengan bahan yang diujikan sebagai berikut ini: a. Ulangan umum semester pertama soalnya diambil dari materi semester pertama. b. Ulangan umum semester kedua soalnya merupakan gabungan dari materi semester pertama dan kedua, dengan penekanan pada meteri semester kedua. S Ujian akhir dilakukan pada akhir program pendidikan. Bahan yang diujikan meliputi seluruh materi pembelajaran yang telah diberikan, dengan penekanan pada bahan–bahan yang diberikan pada kelas–kelas tinggi. Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik, memperbaiki proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik serta menentukan kenaikan kelas.41 2. Tes Kemampuan Dasar, dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran. Tes kemampuan dasar dilakukan setiap akhir kelas III.42 41. 42.
Mulyasa, Op. Cit., 108-109 Ibid., 110
30
3. Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan penilaian
guna mendapatkan gambaran secara utuh dan
menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu. Untuk keperluan sertifikasi, kinerja dan hasil belajar yang dicantumkan dalam Surat Tanda Tamat Belajar yang tidak semata–mata didasarkan atas hasil penilaian pada akhir jenjang sekolah.43 33
4. Benchamarking Merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang sedang berjalan proses, dan hasil untuk mendapatkan sesuatu keunggulan yang memuaskan. Ukuran keunggulan dapat ditentukan di tingkat sekolah, daerah, atau nasional.44 Untuk dapat memperoleh data informasi tentang pencapaian benchamarking tertentu dapat diadakan penilaian secara nasional yang dilaksanakan pada akhir satuan pendidikan. Hasil penelitian tersebut dapat dipakai untuk memberikan peringkat kelas dan tidak untuk memberikan nilai akhir peserta didik. Hal ini dijadikan sebagai salah satu dasar pembinaan guru dan kinerja sekolah.45 5. Penilaian program, dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan secara kontinyu dan berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kurikulum dengan dasar,
43.
Mulyasa, Op.Cit., 110 Ibid., 110 45. Ibid., 110 44.
31
fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan masyarakat, dan kemajuan zaman.46 Dalam dunia pendidikan ,khususnya dunia pesekolahan ,evaluasi mempunyai manfaat ditinjau dari berbagai segi: 1. Manfaatnya bagi peserta didik dapat mengetahui sejauh mana keberhasilannya mengikuti pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh peserts didik dari pekerjaan evaluasi ini ada dua kemungkinan yaitu memuaskan dan tidak memuaskan 2. Manfaatnya bagi guru, dengan hasil evaluasi, guru dapat mengetahui peseta dadik mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah menguasai bahan, dan mengetahui peserta didik yang belum berhasil menguasai bahan, juga guru mengetahui apakah materi yang diajarkan dan metode yang digunakan sudah tepat. 3. Manfaat bagi sekolah, dapat mengetahui kondisi belajar yang diciptakan sudah sesuai dengan harapan atau belum, juga dapat sebagai bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masamasa yang akan datang serta sebagai pedoman bagi sekolah apakah sudah memenuhi standar atau belum.47 34
h. Pengembangan Peserta Didik Pengembangan peserta didik.merupakan bagian dari kompetensi pedagogik yang yang harus dimiliki guru, untuk mengaktualisasikan
46 47
. Mulyasa, Op.Cit., 111 . Hamdani Ihsan, A. Fuadiihsan, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 1998), 215
32
berbagai potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain melalui: 1. Kegiatan Ekstra Kurikuler , merupakan kegiatan tambahan disuatu lembaga pendidikan, yang dilaksanakan di luar kegiatan kurikuler. Kegiatan ekstra ini banyak ragam dan kegiatannya, antara lain paduan suara, pecinta alam dan masih banyak kegiatan yang dikembangkan oleh setiap lembaga pendidikan sesuai dengan kondisi sekolah dan lingkungan masing–masing.48 Di samping mengembangkan bakat dan keterampilan ekstra, juga dapat membentuk watak dan kepribadian peserta didik, karena dalam kegiatan
ini
biasanya
ditanamkan
disiplin,
kebersihan,
cinta
lingkungan, dan lain–lain yang sangat erat dengan pembentukan pribadi peserta didik. Kegiatan ini dapat mengurangi kenakalan remaja, dan perkelahian pelajar, karena peserta didik saling mengenal satu sama lain tidak saja dalam satu sekolah, tetapi juga lintas sekolah, lintas daerah, bahkan lintas negara dan lintas benua. Oleh karena itu ekskul ini peserta di tangani secara serius agar menghasilkan sesuatu sesuai dengan visi, misi, dan tujuannya 49 Departemen
Pendidikan
dan
35
Kebudayaan
(Depdikbud)
menyatakan bahwa dalam usaha membina dan mengembangkan
48. 49.
E Mulyasa, Op.Cit., 111 Ibid., 112
33
program ekstra kurikuler hendaknya memperhatikan hal–hal sebagai berikut: 1. Materi kegiatan yang dapat memberikan pengayaan bagi siswa. 2. Sejauh mana mungkin tidak terlalu membebani siswa. 3. Memanfaatkan potensi alam lingkungan. 4. Memanfaatkan kegiatan–kegiatan industri dan dunia usaha.50 2. Pengayaan dan Remedial Program ini merupakan pelengkap dan penjabaran dari program mingguan dan harian. Berdasarkan hasil tes, dan ulangan dapat diperoleh. Tingkat kemampuan belajar setiap peserta didik. Hasil analisis ini dipadukan dengan catatan–catatan yang ada pada program mingguan dan harian, untuk digunakan sebagai bahan tindak lanjut proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Program ini juga mengidentifikasi materi yang perlu diulang, peserta didik yang wajib mengikuti remedial, dan yang mengikuti program pengayaan. 51 Sekolah perlu memberikan perlakuan khusus terhadap peserta didik yang mendapat kesulitan belajar melalui kegiatan remedial. Peseta didik
yang
cemerlang
diberikan
kesempatan
untuk
tetap
mempertahankan kecepatan belajarnya melalui kegiatan pengayaan. 36
50
. B. Suryo Subroto, Op.Cit., 276 E. Mulyasa, Op.Cit., 112
51.
34
Kedua program itu dilakukan oleh sekolah karena lebih mengetahui dan
memahami kemajuan belajar setiap peserta didik.52
3. Bimbingan dan Konseling Pendidikan Sekolah berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik yang menyagkut pribadi, sosial, belajar, dan karier.53
37
Bimbingan dan konseling berasal dari dua istilah yang kemudian dirangkaikan, yaitu bmbingan dan konseling. - Bimbingan menurut Bima Walgito sebagaiman dikutip Soetjipto Raflis Kosasi adalah bantuan atau pertolongan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia dapat mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan kebutuhan dan keadaan keluarga serta masyarakat.54 - Konseling menurut Bima Walgito sebagaimana dikutip Soetjipto Raflis Kosasi menyatakan adalah suatu bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara–cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. 55
52.
E. Mulyasa, Op.Cit., 113 Ibid., 113 54. Soetjipto, Raplis Kosasi, Profesi Keguruan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 62 55. Ibid., 63
53.
35
Konselor dan guru merupakan suatu tim yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan. Kehadiran konselor di sekolah dapat meringankan tugas guru, dalam hal: 1. Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah afektif yang mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru.38 2. Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan mempengaruhi proses belajar mengajar. 3. Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif. 4. Mengatasi masalah–masalah yang ditemukan guru dalam melaksanakan tugasnya.56 B. Kompetensi Pendidikan Agama Islam (PAI) 1. Pengertian PAI Pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalm hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarkat untuk mewujudkan persatuan nasional. Secara terminologi , para ahli pendidikan agama Islam telah mencoba memformulasikan pengertian Pendidikan Agama Islam. Di antara batasan yang sangat variatif tersebut adalah : 56.
Soetjipto, Op.Cit., 63
36
1. Al-Syaibany, sebagaimana dikutip Samsul Nizar mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan sekitarnya.5739 2. Muhammad Fadhilal al-Jamaliy, sebagaimana dikutip Samsul Nizar mendenifisikan
pendidikan
agama
Islam
sebagai
upaya
mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai–nilai tinggi dan kehidupan yang mulia.58 3. Ahmad
D.
Marimba,
sebagaimana
dikutip
Samsul
Nizar
mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama.59 4. Ahmad Tafsir, sebagimana dikutip Samsul Nizar mendenifisikan pendidikan agama Islam sebagai bimbingan yang di berikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.60 Dari batasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang/peserta didik dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan idiologi Islam. 57. .
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2003), 31 Ibid., 31 59. Ibid., 32 60. Ibid., 32 58.
37
40
Di dalam Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan
agama Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.61 2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam Para ahli pendidikan agama Islam merumuskan tujuan pendidikan agama Islam, di antaranya : - al-Syaibani, sebagaimana dikutip Samsul Nizar mengemukakan bahwa tujuan tertinggi pendidikan agama Islam adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat.62 - Muhammad Fadhil al-Jamaly, sebagaimana dikutip Samsul Nizar mengemukakan tujuan pendidikan agama Islam menurur al-Quran meiputi: (1) menjelaskan peserta didik sebagai manusia diantara makhluk Allah lainnya dan tanggung jawabnya dalam kehidupan ini, (2) menjelaskan hubungannya sebagai makhluk sosial dan tanggung jawabnya dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, (3) menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara memakmurkan alam semesta, (4) menjelaskan hubungannya dengan khaliq sebagai pencipta alam semesta.63 - Muhammad Athiyah Al-abrassyi, sebagaimana dikutip Samsul Nizar menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan 61.
agama Islam terdiri atas 5
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006 ), 13 . Ibid., 36 63. Ibid., 36 62
38
sasaran, yaitu: (1) membentuk akhlak mulia, (2) mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat, (3) persiapan untuk mencari rizki,dan memelihara segi kemanfaatannya, (4) menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik, (5) mempersiapkan tenaga profesional yang terampil.64 Berdasarkan rumusan para ahli muslim di atas dapat dipahami bahwa pendidikan Islam merupakan proses membimbing, dan membina fitrah peserta didik secara maksimal dan bermuara pada terciptanya pribadi peserta didik sebagai muslim paripurna, melalui sosok pribadi yang demikian, peserta didik diharapkan akan memadukan fungsi iman, ilmu dan amal secara integral bagi terbinanya kehidupan yang harmonis, baik di dunia dan akhirat. Sedangkan fungsi pendidikan agama Islam bila dilihat secara operasional ada dua bentuk yaitu: a. Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi sosial serta ide-ide masyarakat dan nasional. b. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi, dan perkembangan.65 3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen utama yang saling berpengaruh dalam proses pembelajaran agama. Ketiga komponen itu adalah: 41
a. Kondisi pembelajaran agama Faktor kondisi ini berinteraksi dengan pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode pengajaran Pendidikan Agama Islam. Pada dasarnya,
64.
Ramayulis, Op.Cit., 36 65. Ibid., 37
39
komponen ini sudah ada dan tidak dapat di manipulasi. Kondisi ini berbeda dengan variabel metode pembelajaran, kondisi pembelajaran Pendidikan Agama Islam, karakteristik peserta didik dan kendala Pembelajaran Pendidikan Agam Islam.66 b. Metode Pembelajaran Agama Islam (PAI) Metode Pembelajaran Agama Islam didefinisikan sebagai cara-cara tertentu digunakan mencapai hasil-hasil pembelajaran Agama Islam (PAI) berada kondisi pembelajaran tertentu. Karena itu, metode pembelajaran agama Islam dapat berbeda-beda menyesuaikan dengan hasil pembelajaran dan kondisi pembelajaran yang berbeda-beda pula.67 42 c. Hasil Pembelajaran Agama Islam (PAI) Hasil Pembelajaran Agama Islam (PAI) adalah mencakup semua akibat yang dapat di jadikan indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran pendidikan agama Islam di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Hasil pembelajaran agama Islam dapat berupa hasil nyata (actual out comes) dan hasil yang diinginkan (desired out comes). Actual out comes adalah hasil belajar pendidikan agama Islam yang dicapai peserta didik secara nyata,43karena digunakannya suatu metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam tertentu yang dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada. Sedangkan Desired out comes adalah tujuan yang ingin dicapai yang biasanya sering mempengaruhi keputusan perancang Pendidikan Agama Islam dalam
.66.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Islam di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),146. 67. Ibid., 147
40
melakukan pilihan suatu metode pembelajaran yang paling baik untuk di gunakan sesuai kondisi pembelajaran yang ada. 4. Kompetensi Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar (SD) Kemampuan atau kompetensi dasar yang perlu di capai pada tingkat Sekolah Dasar (SD) diharapkan peserta didik: a. Beriman kepada rukun iman. b. Mampu membaca al- Quran dan surat- surat pilihan. c. Mampu beribadah dengan baik, benar dan tertib. d. Dapat meneladani sifat, sikap, dan kepribadian Rosululloh S.A.W, serta khullafaur Rasyidina dan menjauhi sifat-sifat tercela.68 Untuk mencapai kemampuan dasar di tetapkan delapan indikasi keberhasilan Pendidikan Agama Islam: a. Siswa memiliki pengetahuan fungsional tentang agama Islam. b. Siswa menyakini kebenaran ajaran agama Islam dan menghormati orang lain yang menyakini agama. c. Siswa gairah beribadah. d. Siswa mampu membaca al-Quran dan berusaha memahami makna kandungannya. e. Siswa berakhlak mulia.44 f. Siswa rajin belajar giat bekerja dan gemar berbuat baik. g. Siswa mampu mensyukuri nikmat Allah.
68.
Abdul Majid, Op.Cit, 134-135
41
h. Siswa mampu menciptakan suasana hidup rukun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.69
45
C. Hubungan antara kompetensi pedagogik guru agama dengan pencapaian kompetensi bidang studi PAI Dalam hal ini ada hubungan antara guru dan peserta didik, di mana guru merupakan komponen paling menetukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan dan juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses pembelajaran. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberi sumbangan yang signifikan tanpa didukung dari guru yang profesional dan berkualitas. Dengan kata lain perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung pada guru pula.70 Untuk merekayasa sumber daya manusia berkualitas, yang mampu bersanding bahkan bersaing dengan negara maju, diperlukan guru dann tenaga kependidikan profesional yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Berbagai kajian dan hasil penelitian tersebut antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut :
69.
Hafni Lajdidi, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta: Ciputat Press Group, 2005), 27 70 . E. Mulyasa, Op.Cit., 5
42
1.
Murphi, sebagaimana dikutip Mulyasa menyatakan bahwa keberhasilan pembahasan sekolah sangat ditentukan oleh gurunya, karena guru adalah pimpinan pembelajaran, fasilitator, dan sekaligus merupakan pusat inisiatif pembelajaran. Karena itu, guru harus senantiasa mengembangkan diri secara mandiri serta tidak bergantung pada inisiatif kepala sekolah dan supervisor.71
2. Brand dalam (Educational Leardership), sebagaimana dikutip Mulyasa menyatakan bahwa hampir semua usaha reforman pendidikan seperti pembaharuan kurikulum dan penerapan metode pembelajaran, semuanya bergantung pada guru.Tanpa penguasaan materi dan strategi pembelajaran, serta dapat mendorong peserta didik untuk belajar bersungguh-sungguh, segala upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan mencapai hasil yang maksimal.72 3. Jalal dan Mustofa, sebagaimana dikutip Mulyasa menyimpulkan bahwa komponen guru sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran melalui: S Penyediaan waktu lebih banyak pada peserta didik. S Interaksi dengan peserta didik yang interatif. S Tingginya tanggung jawab mengajar dari guru, karena itu baik buruknya sekolah sangat bergantung peran dan fungsi guru.73 46
Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja di tentukan sekolah,
pola, struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar di tentukan
71.
E. Mulyasa , Op.Cit., 8 . Ibid., 9 73 . Ibid., 9 72
43
oleh kmpetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para peserta didik berada pada tingkat optimal.74 Berdasarkan pertimbangan, dan analis diatas, dapat diperoleh gambaran secara fundamental tentang pentingnya kompetensi guru, dengan demikian terdapat cukup alasan mengenai pentingnya kompetensi pedagogik guru.75 D. TELAAH PUSTAKA Sejauh pengetahuan penulis, ada beberapa skripsi yang membahas tentang: 1. Pengaruh kompetensi guru terhadap minat belajar siswa Mts. Ma’arif Balong Ponorogo. Dalam pendidikan yang digunakan oleh saudara Pardi mahasiswa jurusan Tarbiyah skripsi tahun 2003, yang menjelaskan bahwa: kompetensi guru Mts. MA’ARIF Balong Ponorogo cukup tinggi. Hal ini dapat mempengaruhi besar dan kecIlnya minat belajar siswa. 2. Korelasi antara kompetebsi dan prestasi belajar siswa di SMU Muhammadiiyah 3 Jetis Ponorogo. Dalam penelitian yang dilaksanakan oleh saudari Hartatik mahasiswi jurusan Tarbiyah skripsi tahun 2002, yang menjelaskan tentang, kompetensi guru di SMU Muhammadiyah Jetis Ponorogo sudah relatif baik di mana guru sebagai sosok yang menjadi
47
74 . 75.
Oemar Hamalik, Op.Cit., 36 Ibid., 36
44
figur dan contoh bagi murid-muridnya sudah mulai menyadari tentang kewajiban, kedudukan serta tanggung jawabny. Hal ini dapat diketahui dari hasil angket yang disebarkan. Maka penulis mengembangkan lebih spesifik atau khusus dari bagian kompetensi guru itu sendiri, yaitu kompetensi pedagogik terhadap pencapaian kompetensi bidang studi PAI. E. KERANGKA BERFIKIR Kerangka berfikir dalam penelitian ini, jika kompetensi pedagogik guru agama baik maka pencapaian kompetensi bidang studi agama Islam akan berhasil/berjalan baik. F. HIPOTESIS Sebagaimana kerangka berfikir di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:48 Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi pedagogik guru agama terhadap pencapaian kompetensi bidang studi pendidikan agama Islam siswa kelas V di SDN 2 Sukorejo Ponorogo tahun ajaran 2007-2008
45
BAB III METODE PENELITIAN
a. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif yaitu prosedur penelitian yang disajikan dalam bentuk deskripsi dengan menggunakan angkaangka statistik.149Sedangkan jenisnya adalah
korelasional, karena peneliti
dalam penelitian ini mengkorelasikan dua variabel, yakni variabel X (kompetensi pedagogik) dan variabel Y(pencapaian kompetensi PAI). b. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwaperistiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut.250 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V. Sedangkan sampel yang digunakan adalah seluruh siswa klas V SDN 2 Sukorejo Ponorogo yang berjumlah 29. Mengingat seluruh populasi dijadikan sampel, teknik samplingnya adalah sampling populasi.
1 2
. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003 ), 105 Ibid., 118-121.
46
c. Teknik pengumpulan data Untuk memperoleh data yang akurat, penulis memilih metode angket dan dokumentasi. 1. Angket Yaitu daftar pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden.3 Metode ini digunakan untuk mengetahui data tentang kompetensi pedagogik guru agama, dan data pencapaian kompetensi bidang studi agama Islam. Jumlah soal untuk variabel X (kompetensi pedagogik) adalah 12 butir, dan untuk variabel Y (pencapaian kompetensi PAI) berjumlah 15 butir. Adapun skala pengukurannya adalah skala likert dengan skor sebagai berikut: -
Apabila jawabannya ya, diberi sekor 4
- Apabila jawabannya kadang-kadang, diberi sekor 3 - Apabila jawabannya tidak, diberi sekor 2 2. Dokumentasi Yaitu metode pengumpulan data melalui arsip-arsip termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil-dalil hukum dan lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian.4 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data- data tentang sejarah berdirinya sekolah dan sarana prasarana Sekolah Dasar 2 Sukorejo Ponorogo.51
3
. Sugiyono, Op.Cit., 204 Ibid., 197-203.
4.
47
d. Instrumen Pengumpulan Data FORMAT PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN Variabel
Sub Variabel
Indikator
PENGARUH
Kompetensi
1.Kompetensi
S Memahami Landasan Pendidikan
No. Item Instrumen 10
KOMPETENSI
Guru (x)
S Memahami
1,2
PEDAGOGIK
(Variabel
TERHADAP
Independen)
Judul
Pedagogik
teori
belajar
dan
pembelajaran
3,4,6
S Memahami strategi pembelajaran
PENCAPAIAN
berdasarkan karakteristik peserta
KOMPETENSI
didik, Kompetensi yang ingin
PENDIDIKAN
dicapai, dan materi ajar
AGAMA
S Memahami pengembangan kuri-
ISLAM SISWA
5
kulum
KELAS V
S Memahaimi pemanfaatan tekno-
SDN
8
logi pembelajaran
SUKOREJO
S Mampu melakukan evaluasi hasil
PONOROGO
7
belajar
TAHUN
S Mampu mengembangkan potensi
PELAJARAN
9
peserta didik
2007-2008 Kompetensi
Kompetensi
Mata
PAI
S
Beriman kepada rukun iman
2,5,6
dengan mengetahui fungsi serta
Pelajaran
refleksi dalam sikap, perilaku dan akhklak siswa S
Mampu
membaca
surat-surat
Al-quran,
pilihan
1,3,4
dengan
benar, menyalin dan mengartikannya S
Mampu beribadah dengan abik
7,8
dan benar sesuai dengan syariat islam S
Terbiasa
berperilaku
dengan
sifat terpuji, menghindari sifat tercela,
dan
bertata
krama
dalam kehidupan sehari-hari
9,10
48
e. Teknik Analisa Data Analisis data di sini adalah cara mengolah data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data di atas. Karena data-data yang diperoleh berupa
angka-angka
yang
berskala
interval,
penulis
akan
menghitungnya dengan teknik ”Korelasi Person Product Moment”. Adapun rumus product moment dengan sebagai berikut: rxy = N∑ X Y–(∑X) (∑Y ) 52 (N∑ XY2 – (∑X ) 2) (∑Y 2 – (∑Y) 2 )5
5
rxy
= Angka indeks Korelasi Product Moment
∑X
= Jumlah seluruh nilai X
∑Y
= Jumlah sleuruh nilai Y
∑ XY
= Jumlah hasil perkalian antara nilai X dan Y
Retno Widyaningrum, Statistik Pendidikan (Ponorogo, STAIN, 2005), 113.
49
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Penyajian Data Umum 1. Sejarah Berdirinya Sekolah Dasar Negeri 2 Sukorejo Ponorogo Sekolah Dasar Negeri 2 Sukorejo Ponorogo merupakan lembaga pendidikan milik desa Sukorejo yang berdiri pada tahun 1972 dengan tanah seluas + 1050 M2. Tanah tersebut merupakan tanah milik pemerintah dan wakaf dari pak Masri Sukorejo. Awal berdiri hanya memiliki 4 kelas dengan jumlah murid + 40 peserta didik. Adapun letak geografis SDN 2 Sukorejo Ponorogo adalah: -
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Nampan
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Golan
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lengkong
-
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bangun Rejo
Sedangkan kepemimpinan sekolah dari tahun awal berdiri sampai sekarang adalah: 1. Koen Padwowiyono dari tahun 1972–1988 2.
Hartoyo dari tahun
1988-1995
3.
Kaderi dari tahun
1995-2008
Dalam kepimimpinan tersebut telah mengalami perbaikan gedung dua kali, yaitu pada kepemimpinan Pak Koen, dengan menambah gedung
50
dua kelas di tahun 1988 dan Pak kaderi dengan merehabilitasi 2 kelas dan kamar mandi. Prestasi yang pernah diraih di antaranya: -
Juara II gerak jalan tahun 2002 tingkat kecamatan.
-
Juara II gugus depan putra/putri tahun 2002 tingkat kecamatan.
-
Juara I gerak jalan putri tahun 2003 tingkat kecamatan.
-
Juara III lintas alam penggalang putri tahun 2003 tingkat kecamatan.53
-
Juara III siswa berprestsi tahun 2004 tingkat kecamatan.
-
Juara III Tartil putra tahun 2006 tingkat kecamatan.
-
Juara II PPKN/IPS tahun 2008 tingkat kecamatan.
-
Juara harapan I tingkat kecamatan tahun 2008.1
2. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah Dasar Negeri 2 Sukorejo Ponorogo Dalam suatu organisasi ataupun lembaga pendidikan pasti mempunyai visi, misi, atau tujuan yang jelas sehingga organisasi atau lembaga pendidikan itu lebih terarah dan terorganisir sesuai dengan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan atau disepakati oleh lembaga itu sendiri. Sekolah Dasar Negeri 2 Sukorejo Ponorogo merupakan suatu lembaga pendidikan yang juga mempunyai visi, misi dan tujuan yang jelas Adapun visi, misi, dan tujuan sekolah Dasar Negeri 2 Sukorejo Ponorogo adalah sebagi berikut:
1.
Dokumentasi SDN Sukorejo Ponorogo tanggal 3 Juni 2008
51
a. Visi Sekolah Dasar Negeri 2 Sukorejo Ponorogo Menjadikan Sekolah Dasar Negeri 2 Sukorejo Ponorogo sebagai lembaga pendidikan yang menuju terciptanya insan cerdas, santun, berprestasi, beriman dan bertaqwa serta berbudi pekerti luhur. b. Misi Sekolah Dasar Negeri 2 Sukorejo Ponorogo - Memberi motivasi penghayatan ajaran agama yang dianut serta budaya bangsa, adat ketimuran sehingga menjadi pedoman dalam bertindak. - Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga peserta didik dapat berkembang secara optimal. - Meningkatkan efektivitas dan efesien pembelajaran dan bimbingan peserta didik yang mampu mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sesuai potensi. - Meningkatkan semangat berkompetensi dalam meraih prestasi disegala bidang baik sendiri maupun orang lain sehingga dapat menghasilkan sumber yang bisa diandalkan. c. Tujuan Sekolah Dasar Negeri 2 Sukorejo Ponorogo Meletakkan dasar ketakwaan, kecerdasan, pengetahuan dan teknologi, pembiasaan kepribadian dengan akhlak mulia, dan 54
2
. Lihat transkip wawancara nomor: 01/1-W/F-1/30-IV/2008 dalam lampiran skripsi ini.
52
keterampilan untuk hidup mandiri (life skill) serta dapat menempuh pendidikan lebih lanjut.2 3. Sarana dan prasarana Sekolah Dasar Negeri 2 Sukorejo Ponorogo a. Data tentang keadaan sekolah, kepala sekolah guru dan murid. 1. Keadaan Sekolah Dalam kegiatan proses pembelajaran diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai. sarana dan prasarana yang dimaksud adalah sesuatu yang dapat mempermudah usaha atau memperlancar terlaksananya program pendidikan dan pengajaran di Sekolah Dasar Negeri 2 Sukorejo Ponorogo. Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di Sekolah Dasar Negeri 2 Sukorejo Ponorogo adalah sebagai berikut: TABEL IV. I. RINCIAN BANGUNAN 3 SDN 2 SUKOREJO PONOROGO 2007–2008
No 1 2 3 4 5 6 7
Jenis bangunan Ruang direktur / kepala sekolah Ruang guru Ruang Tat usaha Ruang Laboratorium Ruang MCK WC Ruang kelas Ruang Perpustakaan
Jumlah 1 1 1 1 2 6 1
55
3.
Dokumentasi kepala sekolah SDN Sukorejo Ponorogo di kutip tanggal 30 april 2008
53
TABEL IV. 2. INVENTARIS SEKOLAH DASAR NEGERI 2 SUKOREJO PONOROGO 4 TAHUN PELAJARAN 2007–2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Barang Bangku untuk 2 anak Bangku untuk 1 anak Kursi Kursi Lab IPA Komputer Meja Lab Komputer Almari Alamari Piala Rakm Perpustakaan Computer Mesin Tik Tape Recorder Meja Guru Rak Koperasi Almari Uks Dipan Uks
Jumlah 70 30 50 20 25 7 2 3 2 1 1 10 2 1 1
Keadaan Baik Rusak 65 5 30 50 20 25 7 2 3 2 1 1 10 1 1 1 1
2. Keadaan Kepala Sekolah Dan Guru Sekolah Dasar Negeri 2 Sukorejo Ponorogo Dalam suatu lembaga pendidikan peranan kepala sekolah dan guru sangat penting terutama sebagai pendidik murid–murid. Tugas utama mereka mendidik dan mengarahkan
peserta didik kedalam kegiatan
mengajar agar tercapai sasaran dan tujuan yang telah diterapkan. Sekolah 56
4.
Dokumentasi kepala sekolah SDN Sukorejo Ponorogo di kutip tanggal 30 april 2008
54
Dasar Negeri 2 Sukorejo Ponorogo mempunyai tenaga pengajar sebanyak 11 orang guru tetap. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:57 TABEL IV.3. DAFTAR PERSONALIA 5 SEKOLAH DASAR NEGERI 2 SUKOREJO PONOROGO TAHUN 2007–2008 No
Nama
NIP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kaderi Surasi Siti Amini Murti Arini.N.A. Maserianto Marsidah.k. Bamabang Nursahid Syaifudin Mardanun Mohan Dwi.S
510039013 130500785 130586716 131040442 131449626 133375573 132234167 131894376 -
Pendidikan terkhir SI Akta S.PG D.II SI Akta SI D.II SI SPG SI Akta MAN SLTP SI
Jabatan Kep. Sekolah Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Guru Agama Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas GuruOlah Raga Penjaga Sekolah Guru TIK
3. Keadaan Murid Sekolah Dasar Negeri 2 sukorejo Ponorogo . Peserta didik Sekolah Dasar Negeri 2 Sukorejo Ponorogo pada periode 2007-2008 berjumlah 153 peserta didik yang terdiri dari kelas satu sampai dengan kelas enam. Adapun perincian daftar murid sebagai berikut:
.5.
Dokumentasi kepala sekolah SDN Sukorejo Ponorogo di kutip tanggal 30 april 2008
55
TABEL IV.4 DAFTAR JUMLAH MURID 1-6 6 SEKOLAH DASAR NEGERI 2 SUKOREJO PONOROGO TAHUN 2007–2008 No 1 2 3 4 5 6
Kelas I II III IV V VI Total
Jenis Kelamin Laki - Laki Perempuan 13 14 17 7 13 8 8 11 12 19 14 17 77 76
Jumlah 27 24 21 19 31 31 153
4. Struktur Organisasi Sekolah dan Komite Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang di dalamnya terdiri dari berbagai kegiatan sekolah. Agar berjalan dengan lancar dan baik dibentuklah organisasi sekolah sebagai motor penggerak keseluruhan penyelenggara sekolah. Struktur organisasi sekolah dan komite sekolah di SDN 2 Sukorejo Ponorogo adalah sebagai berikut
58
5.
Dokumentasi kepala sekolah SDN Sukorejo Ponorogo di kutip tanggal 30 april 2008
56
TABEL IV.5 STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH 7 SEKOLAH DASAR NEGERI 2 SUKOREJO PONOROGO TAHUN 2007–2008
Kepala Sekolah Kaderi
Wali Kelas I Surasi
Guru B. Ingg Nursahid
Wali Kelas II Bambang.S
Komite Sekolah Sudjito Bc.Hk
Wali Kelas III St.Amini
Guru Agama Meserianto
Wali Kelas IV Arini.H
Guru Penjas Syarifudin
Wali Kelas V Marudah
Guru TIK/Tu Mohan. Dwi. S dSusanto
59
7.
Dokumen kepala sekolah SDN Sukorejo Ponorogo di kutip tanggal 30 april 2008
Wali Kelas VI Murti
57
5. Kurikulum Sekolah Dasar Negeri 2 Sukorejo Ponorogo. Sekolah Dasar Negeri 2 Sukorejo Ponorogo menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) Struktur kurikulum SDN 2 Sukorejo di susun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Kurikulum SDN 2 Sukorejo memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri. 2. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS merupakan “IPA terpadu“ dan “IPS terpadu“. 3. Pembelajaran pada kelas 1 s/d III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada kelas IV s/d VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. 4. Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 35 menit. 5. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 36 minggu.
58
Tabel IV. 6. JAM MATA PELAJARAN 8 SEKOLAH DASAR NEGERI 2 SUKOREJO PONOROGO TAHUN 2007 Z 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Bidang Studi PAI PPKN Bhs Indonesia Matematika IPA IPS Seni budaya dan kesenian Pendidikan Jasmani Muatan Lokal a. Bhs Jawa b. Bhs Inggris c. Pengembangan Diri d. Seni e. Pramuka Jumlah
I 2 2 3 3 3 2 3 3
II 2 2 3 4 3 2 3 3
III 3 2 4 4 3 2 3 3
IV,V,VI 3 2 5 5 4 3 4 4
3 2 1 1 1 30
3 2 1 1 1 31
3 2 1 1 1 32
4 2 2 2 2 42
60
B. Penyajian Data Khusus 1.Kompetensi Pedagogik Guru Berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru SDN 2 Sukorejo Ponorogo Tahun jaran 2007/2008, penulis akan menampilkan variabel kompetensi pedagogik guru agama SDN 2 Sukorejo Ponorogo tahun ajaran 2007/2008 dan distribusi jawaban angket beserta jumlah skor responden Untuk mengetahui skor masing–masing responden terlebih dahulu jawaban yang dinyatakan dalam pernyataannya, kadang–kadang dan tidak diubah dalam bentuk angka dengan ketentuan sebagai berikut:
8.
Dokumentasi kepala sekolah SDN Sukorejo Ponorogo di kutip tanggal 30 april 2008
59
a. Jawabannya Ya, maka skor 4. b. Jawabannya kadang–kadang maka skor 3. c. Jawabannya tidak maka skor 2 Untuk mengetahui variabel kompetensi pedagogik guru agama kelas V SDN 2 Sukorejo Ponorogo Tahun 2007/2008 adalah sebagai berikut Tabel IV. 7 DISTRIBUSI JAWABAN ANGKET KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU AGAMA KELAS V SDN 2 SUKOREJO PONOROGO TAHUN AJARAN 2007/2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nama Responden
1 Bagus 4 Bram Mardian 4 Ridho Cahyohandoko 4 Asadah Aminaytul 4 Fadilatunnisa’ 4 Agung 4 Wahyudi 4 Anggun Fitri Astuti 4 Dinda Mai Dita Cahya 4 Eliyuni Rahmawati 4 Rio Amintio 4 Mar’atul Zannah 4 Vicky 4 Reshmawati.Y.E 4 Wahid Nurmujayin 4 Arif Cahyanto 4 Taufiq Qurrohman 4 Ryan 4 Lala Dewi Anggaini 4 Anifatu Kusna 4 Siti Komariyah 4 Sri Winarsih 4 Nur Wahyuni 4 Binti Mutoharoh 4 Wawan 4 Nur Hamim 4 Rini Puji 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Jawaban soal nomor 3 4 5 6 7 8 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3
9 10 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 4
Jumlah Skor 35 36 35 37 33 36 36 37 33 38 35 37 38 37 36 34 36 36 35 34 32 36 36 37 34 36 35
60
28 29
Erni Puji Cahyo Agung
4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 3 3 2
4 4
36 33
2. Pencapaian Kompetensi PAI Siswa Kelas V SDN 2 Sukorejo Ponorogo Tahun Ajaran 2007/2008. Berkaitan dengan pencapaian kompetensi Pendidikan Agama Islam peserta didik kelas V SDN 2 Sukorejo Ponorogo dan distribusi jawaban angket beserta jumlah skor responden. Untuk mengetahui skor masing–masing responden terlebih dahulu jawaban yang dinyatakan dalam huruf a, b, dan c diubah dalam bentuk angka dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jawabannya Ya, maka skor 4. b. Jawabannya kadang–kadang maka skor 3. c. Jawabannya tidak maka skor 2 Adapun distribusi jawaban soal angket tentang kompetensi PAI adalah: Tabel IV. 8. DISTRIBUSI JAWABAN ANGKET PENCAPAIAN KOMPETENSI PAI SISWA KELAS V SDN 2 SUKOREJO PONOROGO TAHUN AJARAN 2007/2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Responden Bagus Bram Mardian Ridho Cahyohandoko Asadah Aminaytul Fadilatunnisa’ Agung Wahyudi Anggun Fitri Astuti Dinda Mai Dita Cahya Eliyuni Rahmawati
Jawaban soal nomor 1 3 2 4 4 4 3 2 3 3 4
2 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3
3 3 2 3 4 3 3 2 2 2 2
4 3 4 4 4 4 2 2 4 4 4
5 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4
6 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3
7 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
8 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2
Jumlah 9 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4
10 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3
34 29 35 37 29 33 30 34 33 30
61
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Rio Amintio Mar’atul Zannah Vicky Reshmawati.Y.E Wahid Nurmujayin Arif Cahyanto Taufiq Qurrohman Ryan Lala Dewi Anggaini Anifatu Kusna Siti Komariyah Sri Winarsih Nur Wahyuni Binti Mutoharoh Wawan Nur Hamim Rini Puji Erni Puji Cahya Agung
4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 2 2
3 3 2 3 3 4 2 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4
3 3 3 3 3 2 2 2 3 4 3 4 3 2 2 3 4 3 3
4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
3 4 3 3 4 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3
3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3
2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2
3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4
4 3 2 4 4 3 2 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3
36 34 31 35 34 31 28 35 36 36 35 36 34 31 35 34 34 33 31
3. Pengaruh Kompetensi Pedagogik Terhadap Pencanpaian Kompetensi Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas V SDN 2 Sukorejo Ponorogo Sebelum penulis menganalisis data yang disajikan, penulis akan memberikan gambaran secara umum mengenai pengaruh kompetensi pedagogik terhadap pencapaian kompetensi bidang studi PAI siswa kelas V SDN 2 Sukorejo Ponorogo. C. ANALISIS DATA Setelah penulis mengadakan penelitian dan memperoleh data yang penulis butuhkan, sesuai dengan pembahasan skripsi ini, data tersebut belum dapat dimengerti tanpa adanya analisis. Maka dari itu analisis data dimaksudkan agar para pembaca dapat mengerti keadaan yng sebenarnya seperti yang ada pada gambaarn umum tentang yang ada dalam pembahasan skripsi ini.
62
1. Analisis Tentang Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Agama Terhadap Pencapaian .Kompetensi Bidang Studi PAI Siswa Kelas V SDN Sukorejo Ponorogo Tahun Ajaran 2007-2008. a. Analis Tentang Kompetensi Pedagogik Untuk memperoleh jawaban tentang tinggi rendahnya kompetensi pedagogik
guru
agama
di
SDN
Sukorejo
Ponorogo,
penulis
menggunakan langkah–langkah sebagai berikut: 1. Merubah data kualitatif menjad kuantitatif. 2. Selanjutnya memberi skor pada tiap–tiap jawaban responden yaitu nilai 4 (empat) untuk jawaban ”tinggi” nilai 3 (tiga) untuk jawaban ”sedang” dan nilai 2 (dua) untuk jawaban rendah. 3. Mencarai interval untuk membuat katagori tinggi, sedang dan rendah, tentang kompetensi pedagogik guru agama dengan cara sebagai berikut. R = ( H –L + 1 ) = ( 38 – 32 + 1 ) =7
I=R =
Keterangan R = Total range H = Nilai tertinggi L = Nilai terendah 1 = Bilangan konstanta I = Interval kelas K = Banyaknya kelas
K 7 = 2,3 = 2 3
63
4. Menentukan klasifikasi tingkat kompetensi pedagogik guru agama dengan interval nilai nilai dari hasil interval kelas (1) adalah 2 maka diperoleh: S
Untuk jumlah skor 38–40 dalam katagori T
S
Untuk jumlah skor 35-37 dalam katagori S
S
Untuk jumlah skor 32–34 dalam katagori R
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat kompetensi Pedagogik guru agama di SDN Sukorejo, dapat di lihat pada tabel berikut ini: Tabel IV. 9 Nominasi Data Tentang Tingkat kompetensi Pedagogik guru Agama di SDN 2 sukorejo Ponorogo
Tahun Ajaran 2007/2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nama Bagus Bram Mardian Ridho Cahyohandoko Asadah Aminaytul Fadilatunnisa’ Agung Wahyudi Anggun Fitri Astuti Dinda Mai Dita Cahya Eliyuni Rahmawati Rio Amintio Mar’atul Zannah Vicky Reshmawati.Y.E Wahid Nurmujayin Arif Cahyanto Taufiq Qurrohman Ryan Lala Dewi Anggaini Anifatu Kusna Siti Komariyah Sri Winarsih Nur Wahyuni
Skor 35 36 35 37 33 36 36 37 33 38 35 37 38 37 36 34 36 36 35 34 32 36 36
Nominasi S T S T R T T T R T S T T T S T T S S R T T T
64
24 25 26 27 28 29
Binti Mutoharoh Wawan Nur Hamim Rini Puji Erni Puji Cahyo Agung Jumlah
37 34 36 35 36 33 1029
S T S T T R T
Dari tabel di atas, dapat diketahui tentang tingkat kompetensi pedagogik guru agama adalah tinggi sebanyak 17 siswa, sedang sebanyak 8 siswa, rendah sebanyak 4 siswa. Lebih jelasnya penulis membuat tabulasi dalam tabel sebagai berikut: Tabel IV. 10 Kelompok Katagori Tingkat Kompetensi Pedagogik guru Agama di SDN 2 sukorejo Ponorogo
Tahun Ajaran 2007/2008 No
Katagori
Interval
frekuensi
Prosentasi
1
Tinggi
36 – 38
17
58,62 %
2
Sedang
34 – 35
8
27,58 %
3
Rendah
32 - 33
4
13,79 %
29
100 %
Jumlah
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa sebanyak 58,62 % kompetensi pedagogik guru agama tinggi, sebanyak 27,58 % tingkat kompetensi pedagogik guru agama sedang dan sebanyak 13,79 % tingkat kompetensi pedagogik guru agama rendah. Sedangkan kompetensi pedagogik guru agama secara keseluruhan 10 (item soal) x 4 (skor tertinggi) =40 x 29 (jumlah responden) =1160.
65
Lebih jelasnya penulis membuat tabulasi dalam tabel sebagai berikut: No Katagori
Interval
Kaegori
1
Tinggi
775 – 1160
T
2
Sedang
389– 774
S
3
Rendah
0 – 387
R
Dikarenakan jumlah dari skor keseluruhan kompetensi pedagogik guru agama 1029, maka dari tabel di atas dapat di lihat bahwa secara keseluruhan kompetensi pedagogik guru agama tinggi. b. Analisis Pencapaian Kompetensi Bidang Studi PAI Siswa Kelas V SDN 2 sukorejo Ponorogo Dalam analisis ini untuk memperoleh jawaban tentang tinggi rendahnya pencapaian kompetensi bidang studi PAI Siswa Kelas V SDN 2 Sukorejo Ponorogo, penulis menggunakan langkah–lngkah sebagai berikut: 1. Merubah data kualitatif menjadi kuantitatif. 2. Selanjutnya memberi skor pada tiap–tiap jawaban responden yaitu nilai 4 (empat) untuk jawaban ”tinggi” nilai 3 9 (tiga) untuk jawaban ”sedang” dan nilai 2 (dua) untuk jawaban rendah. 2. Mencari interval untuk membuat katagori tinggi ,sedang dan rendah , tentang pencapaian kompetensi bidang studi PAI siswa kelas V dengan cara sebagai berikut. R=(H–L+1)= =8+1 =9
66
I =R=9=3 E
3
c. Menentukan klasifikasi tingkat pencapaian kompetensi bidang studi PAI Siswa Kelas V dengan interval nilai. S Untuk jumlah skor 34–36 dalam katagori T S Untuk jumlah skor 31-33 dalam katagori S S Untuk jumlah skor 28–30 dalam katagori R Selanjutnya untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi bidang studi PAI siswa kelas V, dapat di lihat pada tabel berikut ini: Tabel IV. I1 Nominasi Data Tentang Tingkat Bidang Studi PAI Siswa Kelas V SDN 2 sukorejo Ponorogo Tahun Ajaran 2007/2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Skor 34 29 35 37 29 33 30 34 33 30 36 34 31 35 34 31 28 35 36 36 35 36
Nominasi T R T T R S S T S S T T S T T S R T T T T T
No 23 24 25 26 27 28 29
Skor 34 31 35 34 34 33 31
Nominasi T S T T T S S
jumlah
963
T
67
Dari tabel tersebut maka dapat di ketahui tingkat pencapaian kompetensi bidang studi PAI siswa kelas V di katagorikan tinggi sebanyak 17 siswa, sedang (S) sebanyak 9 siswa, rendah (R) sebanyak 3 siswa. Untuk lebih jelasnya tabulasi data dapat di lihat pada tabel berikut ini: Tabel IV.12. Kelompok Katagori Tingkat Pencapaian Kompetensi Bidang Studi PAI Siswa Kelas V SDN 2 sukorejo Ponorogo
Tahun Ajaran 2007/2008 No 1 2 3
Katagori Tinggi Sedang Rendah
Interval 34 – 36 31 – 33 28 – 30 Jumlah
Frekuensi 17 9 3 29
Prosentasi 58,62 % 31,03 % 10,34 % 100 %
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa sebanyak 58,62% Tingkat pencapaian kompetensi bidang studi PAI kelas V tinggi, sebanyak 31,03% tingkat pencapaian kompetensi bidang studi PAI sedang, dan sebanyak 10,34 % tingkat pencapaian kompetensi PAI rendah. Sedangkan pencapaian kompetensi bidang studi PAI kelas V secara keseluruhan 10 (item soal) x 4 (skor tertinggi) =40 x 29 (jumlah responden) =1160. Lebih jelasnya penulis membuat tabulasi dalam tabel sebagai berikut: No Katagori
Interval
Kaegori
1
Tinggi
775 – 1160
T
2
Sedang
389– 774
S
3
Rendah
0 – 387
R
68
Dikarenakan jumlah dari skor keseluruhan kompetensi pencapaian kompetensi bidang studi PAI 963, maka dari tabel di atas dapat di lihat bahwa secara keseluruhan pencapaian kompetensi bidang studi PAI tinggi. c. Analisis Tentang Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Pencapaian Bidang Studi PAI Siswa Kelas V SDN 2 Sukorejo Ponorogo Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan, antara kompetensi pedagogik guru agama dengan pencapaian bidang studi PAI siswa kelas V ini dengan menggunakan teknik ” korelasi person product moment”. Data tentang pengaruh kompetensi pedagogik Studi PAI Siswa Kelas V SDN 2 Sukorejo Ponorogo dapat d ilihat pada tabel berikut ini
69
Tabel IV.13 Tabel Induk Data Kompetensi Pedagogik Guru Agama Terhadap Pencapaian kompetensi Bidang studi PAI Siswa Kelas V SDN 2 Sukorejo Ponorogo
Tahun Ajaran 2007–2008 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Bagus Bram Mardian Ridho Cahyohandoko Asadah Aminaytul Fadilatunnisa’ Agung Wahyudi Anggun Fitri Astuti Dinda Mai Dita Cahya Eliyuni Rahmawati Rio Amintio Mar’atul Zannah Vicky Reshmawati.Y.E Wahid Nurmujayin Arif Cahyanto Taufiq Qurrohman Ryan Lala Dewi Anggaini Anifatu Kusna Siti Komariyah Sri Winarsih Nur Wahyuni Binti Mutoharoh Wawan Nur Hamim Rini Puji Erni Puji Cahyo Agung Jumlah
X
Y
35 36 35 37 33 36 36 37 33 38 35 37 38 37 36 34 36 36 35 34 32 36 36 37 34 36 35 36 33
34 29 35 37 29 33 30 34 33 30 36 34 31 35 34 31 28 35 36 36 35 36 34 31 35 34 34 33 31
∑X
∑Y
1029
963
XY 1190 1024 1225 1369 957 1188 1080 1258 1089 1140 1260 1258 1178 1295 1224 1054 1008 1260 1260 1224 1120 1296 1224 1147 1190 1224 1190 1188 1116 ∑ XY 34236
X2 1225 1296 1225 1369 1089 1296 1296 1369 1089 1444 1225 1369 1444 1369 1296 1156 1296 1296 1225 1156 1024 1296 1296 1369 1156 1296 1225 1296 1089 ∑X 2 36577
Y2 1156 841 1225 1369 841 1059 900 1156 1089 900 1296 1156 961 1225 1156 961 784 1225 1296 1296 1225 1296 1156 961 1225 1156 1156 1089 961 ∑Y 2 32147
70
Dari data di atas kemudian dimasukkan ke dalam rumus rxy
= N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) N .∑ X 2−( N ∑ ) 2 ( N ∑ Y 2−(∑ Y ) 2 = 29 x34236 − (1029)(963) = (29 x36577 − (1029) 2 (29 x32147 − (963) 2 ) = 992844 − 990927 (1060733 − 1058841)(932263 − 927369 ) 1917
= (1892)(4894) = 1917 9259448 = 1917 3042,9341 = 0,629984 = 0,630 Kemudian memberikan interprestasi terhadap r
xy
dengan terlebih
dahulu merumuskan hipotesis alternatif. Ha: Adanya pengaruh yang signifikan antara kompetensi pidagogik guru agama terhadap pencapaian kompetensi bidang studi PAI siswa kelas V SDN 2 Sukorejo Ponorogo.. Diperoleh dari Df = N-Nr = 29 -2 =27 .Dengan Df 27 di peroleh nilai 5 % sebesar 0,367, sedangkan pada taraf signifikan 1 % di peroleh r tabel sebesar 0,470, (lihat pada lampiran III) Berdasarkan hasil hitung statistik di temukan bahwa r hitung = 0,630> r tabel 0,367 pada taraf signifikan 5 %. Dengan demikian hipotesis yang diajukan
oleh
peneliti
ini,
yakni
Hipotesa
Alternatif
diterima.
Kesimpulannya ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi
71
pidagogik guru agama terhadap pencapaian kompetensi bidang studi PAI siswa kelas V SDN 2 Sukorejo Ponorogo.
72
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Bertitik tolak dari pokok permasalahan yang diajukan dalam bab pada pendahuluan pada sekripsi ini serta didukung oleh data hasil penelitian yang telah diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik ”Korelasi Product Moment” pada akhirnya, skripsi ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Kompetensi pedagogik guru agama di SDN 2 Sukorejo tahun 2007/2008 adalah tinggi, sebanyak 58,62 %, berarti kompotensi pedagogik guru agama tinggi. Sedangkan secara keseluruhan kompetensi pedagogik guru agama tinggi. 2. Pencapaian kompetensi bidang studi PAI di SDN 2 Sukorejo Ponorogo adalah tinggi sebesar 58,62 %, berarti pencapaian kompetensi bidang studi PAI tinggi dan secara keseluruhan pencapaian kompetensi bidang studi PAI tinggi. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi pedagogik
guru
agama terhadap pencapaian kompetensi bidang studi PAI siswa kelas V SDN 2 Sukorejo Ponorogo tahun 2007/2008. B. SARAN Dari hasil penelitian yang dilakukan di SDN 2 Sukorejo Ponorogo tentang pengaruh kompetensi pedagogik guru agama terhadap pencapaian kompetensi bidang studi PAI siswa kelas V SDN 2 Sukorejo Ponorogo tahun 2007/2008, maka penelitian dapat memberikan saran sebagai berikut:
73
1. Bagi siswa Dengan kompetensi guru agama yang tinggi maka peserta didik mampu mencapai kompetensi Pendidikan Agama Islam dengan baik dan peserta didik merasa nyaman/tidak bosan di dalam kelas karena guru menggunakan metode yang bervariatif. 2. Bagi guru Bagi guru sebaiknya terus berusaha untuk meningkatkan kompetensi guru kususnya kompetensi pedagogik, agar hasil yang dicapai lebih baik dan peserta didik mudah memahami materi yang diajarkan serta tidak bosan dalam belajar.
74
DAFTAR PUSTAKA Barnadin, Imam dan Barnadin, Sutan Imam. Beberapa aspek SubstansialIlmu Pendidikan Yoqyakarta: Andi, 1995 Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2001 Hamalik, Oemar. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara, 2002. Hidar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta. Ciputat Pers, 2003 Ihsan, Hamdani dan Fuadiihsan. A. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 1998. Lajdidi, Hafni. Perkembangan kurikulum Berbasisi Kompetensi. Jakarta: Ciputat Pers, 2005 Majid, Abdul dan Andayani, Dian. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Margono. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam, Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002. Mulyasa. Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Pidarta, Made. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1997 Sudjana, Nana. Dasar-dasar proses belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algresindo, 1995 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar disekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 1997 Soetjipto dan Kosan. Raplis. Profesi Keguruan. Jakarta, Rineka Cipta, 204 Suparlan. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat, 3005 Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006. Suparlan. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat, 2006. Tilaar, H. A. R. Beberapa Agenda ReformasiPendidikan Nasional dan Perspektif Abad 21. Magelang: Tera Indonesia, 1998 Usman, Muhammad Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990. Undang-Undang Sisdiknas .Jakarta: Sinar Grafika., 2003.
75
Widyaningrum, Retno. Statistik Pendidikan. Ponorogo: STAIN, 2005.