BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu sekolah dasar memiliki peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dari tingkat dasar dan menuju ke tingkatan selanjutnya. Oleh karena itu, peran guru sangat diperlukan dalam pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar dengan tepat. Pemilihan model pembelajaran yang tidak tepat mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa yang di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengunaan model pembelajaran yang kurang tepat, sehingga pembelajaran yang di samapikan kurang bermakna dan tidak mudah dipahami. Menurut Sanjaya (2006:1), salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Pada saat melakukan observasi, terlihat guru kurang memperhatikan kemampuan berfikir siswanya. Pembelajaran yang kurang bermakna di akibatkan oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang berfariasi sehingga motivasi belajar siswa rendah. Pola belajarnya juga cenderung menghafal, akibatnya siswa merasa pembelajaran guru kurang menarik, membosankan dan mudah terlupakan. Hal ini dikarenakan pengetahuan yang diperoleh siswa tidak berdasarkan pengalaman belajar.
1
2
Menurut Rustaman, (2011:1.1) IPA merupakan suatu proses yang menghasilkan pengetahuan. Proses tersebut bergantung pada proses observasi yang cermat terhadap fenomena dan pada teori-teori temuan untuk memaknai hasil observasi tersebut. Jadi ilmu pengetahuan alam merupakan hasil dari kegiatan yang berupa penemuan-penemuan berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari hasil pengamatan. Untuk itu diperlukannya model pembelajaran yang dapat menjadi alternatif pembelajaran IPA agar dapat memberikan suasana yang baru dalam proses belajar. Berdasarkan hasil prasiklus yang di lakukan pada siswa kelas V semester II SDN Sambikerep 02 Surabaya. Hasil belajar materi IPA masih rendah. Dari 40 siswa, hanya 21 siswa yang memenuhi nilai KKM lebih dari 77 sesuai dengan nilai KKM mata pelajaran IPA, sedangkan 19 siswa mendapatkan nilai kurang dari 77, sedangkan Kreteria Kentuntasan Minimal (KKM) matapelajaran IPA adalah 77. Hasil belajar siswa tersebut rendah disebabkan beberapa faktor baik dari guru maupun siswanya. Adapun faktor dari guru antara lain: (1) Cara mengajar guru yang kurang tepat, karena hanya menggunakan metode ceramah dan membaca teks yang ada dalam buku paket, (2) Dalam proses pembelajaran contoh-contoh yang diberikan guru masih abstrak tidak konkret dan tidak didekatkan pada realita, (3) Pengunaan media yang masih rendah dan masih mengunakan buku sebagai panduan. Sedangkan faktor dari siswa yaitu: (1) Dalam pembelajaran IPA di kelas V siswa kurang berminat dan antusias menerima materi pelajaran di karenakan contoh-contoh yang di berikan guru masih abstrak tidak konkret dan tidak di dekatkan dengan realita. (2) siswa tidak terlibat langsung dalam
3
pembelajaran serta kurangnya kerjasama dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat terlihat ketika pembelajaran berlangsung siswa hanya duduk di bangku masing-masing dan mendengarkan guru yang sedang menjelaskan materi pelajaran. (3) siswa berbicara sendiri dengan teman sebangkunya, menyandarkan kepalanya di atas bangku dan mengakibatkan kurangnya konsentrasi siswa terhadap pembelajaran. Pembelajaran ini hanya diarahkan kepada kemampuan anak yang menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi yang disampaikan guru tanpa dituntun untuk memahami informasi tersebut dan menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan permasalahan diatas di duga akar penyebab anak mendapatkan nilai rendah kerena pembelajaran guru dalam menyampaikan pembelajaran masih menggunakan cara-cara tradisional, yang dimaksud cara-cara tradisional diatas adalah guru terlalu banyak ceramah pada waktu menjelaskan materi sehingga siswa kurang antusias dalam proses pembelajaran. Guru menjadi sangat dominan dalam pembelajaran dan siswa menjadi pasif (teacher centered). Guru di dalam kelas menjadi sumber informasi satu-satunya, tidak ada tukar informasi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif, kerana siswa kurang merespon pelajaran yang disampaikan. Pembelajaran semacam
ini
cenderung
menyebabkan
kebosanan
dan
kurangnya
pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Akibatnya berpengaruh pada hasil belajar siswa khususnya pada materi “Proses pembentukan tanah”. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan
4
pembelajaran secara langsung dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa sehingga hasil belajar siswa pada materi “Proses pembentukan tanah” dapat meningkat. Melalui model kooperatif NHT (Numbered Heads Together), peneliti berupaya mengatasi permasalahan rendahnya hasil belajar siswa. Sehingga hasil belajar pada materi “Proses pembentukan tanah” yang dicapai mengalami peningkatan dari sebelumnya. Pembelajaran kooperatif NHT (Numbered Heads Together) merupakan suatu strategi pembelajaran dengan cara setiap peserta didik diberi nomor, kemudian dibuat sebuah kelompok (Kagan, 1992). Selanjutnya, secara acak guru memanggil nomor dari peserta didik sebagai ganti pertanyaan langsung kepada seluruh kelas. Strategi pembelajaran ini mengedepankan kepada aktifitas peserta didik dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari beberapa sumber belajar yang akhirnya untuk dipersentasikan di depan kelas. melalui model kooperatif
NHT prestasi belajar siswa dapat meningkat, memperdalam
pemahaman, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan rasa ingin tahu, meningkatkan rasa percaya diri, mengembangkan sikap positif, mengembangkan sikap kepemimpinan, mengembangkan rasa saling memilki serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan. Dengan melihat keunggulan NHT (Numbered Heads Together) tersebut di harapkan nanti hasil belajar semakin meningkat, hal ini di dukung oleh beberapa peneliti terdahulu yang menggunakan model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) yaitu dengan judul “Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan
5
kompetensi mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan sekitar siswa kelas IV SDN Tanjung IV Pamekasan” oleh Ningtiyas, (2011). Dari hasil penelitian Ningtiyas tersebut dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Begitu juga penelitian dari Musfirotun, (2010) dengan judul “Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Kooperative Tipe Numbered Head Together pada Kelas V SD Negri 2 Buwaran Mayong Jepara”. Dari hasil penelitian Musfirotun tersebut dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi yang di lakukan peneliti terkait penjelasan di atas maka perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Model Kooperatif Tipe NHT Siswa Kelas V SDN Sambikerep 02 Surabaya”
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut. 1.
Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT materi Proses pembentukan tanah pada siswa kelas V SDN Sambikerep II Surabaya?
2.
Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT materi Proses pembentukan tanah pada siswa kelas V SDN Sambikerep II Surabaya?
6
C.
Tujuan Penelitan Berdasarkan rumusan masalah yang sudah tercantum, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT materi Proses pembentukan tanah pada siswa kelas V SDN Sambikerep II Surabaya. 2. Mengetahui dan mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT materi proses pembentukan tanah pada siswa kelas V SDN Sambikerep II Surabaya.
D.
Manfaat Penelitian Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, kreatifitas, pengalaman guru dalam kegiatan belajar mengajar materi IPA Kompetensi Dasar Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 2.
Bagi Peneliti a. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk kedepannya dalam menyelesaikan masalah, jika suatu hari nanti terdapat permasalahan yang sama yang ada di sekolah.
7
b. Hasil dari penelitian diharapkan dapat digunakan untuk menambah pengalaman dalam mengatasi permasalahan karena sudah terjun langsung dalam mencari permasalahan dalam proses belajar mengajar dan kemudian mencari penyelesaian yang tepat. c. Hasil penelitian data digunakan oleh peneliti sebagai bahan rujukan atau kajian penelitian lanjutan. 3. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang positif bagi sekolah dan sebagai acuan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di sekolah, selain itu juga dapat menjadi bahan referensi untuk mengkaji tentang peningkatan pemahaman model pembelajaran NHT dalam proses belajar mengajar pembelajaran.
E.
Keterbatasan Penelitian Pembahasan yang dilakukan pada mata pelajaran IPA dengan Standar Kompetensi Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.
F.
Definisi Istilah Definisi istilah dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan istilah-istilah yang digunakan peneliti untuk menghindari kesalahpahaman mengenai data yang akan dikumpulkan serta menghindari kesalahan dalam menentukan alat pengumpulan data. Adapun definisi istilahnya yaitu:
8
1. Pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bersemangat dalam belajar, serta memiliki tingkat kemampuan yang berbeda 2. Pembelajaran kooperatif tipe NHT Numbered Head together (NHT) merupakan model pembelajaran dengan di bentuk kelompok untuk meningkatkan interaksi siswa dalam proses belajar dan dalam setiap kelompok di berikan nomor yang tidak sama. 3. Hasil belajar Hasil belajar dapat di katakan sebagai hasil dari kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa tersebut menerima pengalaman belajarnya yang berupa aktifitas-aktifitas yang telah dilakukan selama proses belajar mengajar.