BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Tugas guru dalam proses pembelajaran adalah membantu, membimbing, dan memimpin. Melalui proses pembelajaran yang bermutu, siswa akan memperoleh kematangan pribadi yang handal. Untuk mencapai pribadi yang matang, setiap individu manusia memerlukan sejumlah kecakapan dan keterampilan tertentu yang harus dikembangkan melalui proses pembelajaran, terutama keterampilan kebahasaan yang dimiliki. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional
siswa serta
merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi (Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) 2006). Pembelajaran bahasa diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan keterampilan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 2 tahun 2010: 317).
2
Lerner (dalam Mulyono, 2003: 182-183) mengungkapkan bahwa bahasa merupakan
salah
satu
keterampilan
terpenting
manusia
yang
memungkinkan ia unggul atas makhluk-makhluk lain di muka bumi. Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan yang harus dikuasai oleh
seseorang untuk
dapat
menggunakan
bahasa
dengan
baik.
Keterampilan tersebut yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan membaca dan menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif, sedangkan keterampilan berbicara dan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) (2005: 951) merupakan kegiatan reseptif yang bersifat menerima, terbuka dan tanggap terhadap pendapat, saran dan anjuran dari orang lain. Sedangkan kegiatan produktif merupakan kegiatan yang menghasilkan suatu karya dari hasil ungkapan dari gagasan pikiran seseorang. Aspek keterampilan menulis merupakan aspek yang paling sulit dan paling kompleks tingkatannya. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan keterampilan untuk menata dan mengorganisasikan ide secara runtut dan logis, serta menyajikannya dalam ragam bahasa tulis dan kaidah penulisan lainnya. Akan tetapi, di balik kerumitannya, menulis menjanjikan manfaat yang begitu besar dalam membantu pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, kepercayaan diri dan keberanian, serta kebiasaan dan keterampilan dalam menemukan, mengumpulkan, mengolah, dan menata informasi (Mbahbrata, 2010: 03).
3
Meningkatkan keterampilan menulis siswa dapat dilakukan dengan menulis pengalaman pribadi sebagai bentuk kreativitas menulis. Dalam keseharian sering terjadi pengalaman yang lucu, aneh, mendebarkan, mengharukan, memalukan, dan menyakitkan. Berbagai pengalaman itu tidak akan menjadi lucu, aneh dan lain dari yang lain apabila tidak dikomunikasikan dengan orang lain (Hastuti, 2008: 4). Keterampilan menulis bisa dikatakan sebagai keterampilan mengarang (prosa) yang termasuk dalam salah satu apresiasi sastra. Kaitannya dengan sastra meliputi prosa, puisi, dan drama, menulis. Prosa terdiri dari dua ragam bentuk yaitu prosa fiksi dan prosa nonfiksi. Prosa fiksi berupa cerita khayalan atau imajinasi penulis yang telah dikembangkan, sedangkan prosa nonfiksi berupa cerita nyata atau hal-hal yang pernah dialami oleh penulis (Widjojoko, dkk., 2006: 34-35). Berdasarkan data hasil belajar siswa yang penulis dapatkan pada prapenelitian, siswa kelas V SD Negeri 4 Adipuro Trimurjo, hasil karangan siswa masih rendah, khususnya keterampilan siswa dalam mengarang prosa nonfiksi. Kekurangmampuan siswa dalam menulis terutama berkaitan dengan kurangnya keterampilan siswa dalam mengungkapkan isi dan gagasan, yang meliputi kekurangmampuan dalam mengorganisasikan gagasan, kesulitan menyusun kalimat yang runtut, kesulitan menerapkan ejaan, dan memilih kata serta penggunaan ejaan yang disempurnakan (EYD) juga kurang tepat. Selain itu kurangnya aktivitas latihan siswa yang
4
diberikan oleh guru dalam menulis prosa nonfiksi dan pengembangan pengalaman pribadi ke dalam sebuah prosa nonfiksi. Guru sebagai fasilitator hendaknya mampu menciptakan pembelajaran yang bervariasi dan memberikan kejelasan materi dan konsep dalam pembelajaran menulis prosa. Karena kegiatan menulis prosa di sekolah tidak hanya sebatas kegiatan sebagai pengisi waktu luang saja, namun kegiatan menulis prosa juga merupakan suatu kegiatan penting yang mengandung banyak materi, pengetahuan serta mampu meningkatkan keterampilan menulis siswa. Guru harus lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengembangkan keterampilannya dalam mengaplikasikan pemahaman mereka ke dalam karangan yang baik. Dari hasil wawancara penulis dengan guru kelas dan dokumentasi nilainilai yang diberikan oleh guru, terungkap bahwa hasil belajar siswa khususnya untuk pembelajaran menulis masih rendah, terlihat pada hasil rata-rata nilai ulangan tengah semester pelajaran bahasa Indonesia di semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 yang dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi di bawah ini. Tabel 1.1 : Distribusi frekuensi nilai ulangan tengah semester mata pelajaran Bahasa Indonesia. Interval 43 – 48 49 – 54 55 – 60 61 – 66 67 – 72 73 – 78 Jumlah siswa
Frekuensi 2 3 7 4 5 3 24
Nilai tertinggi = 78 Nilai rata-rata = 59,85 Nilai terendah = 43
Sumber: rekap nilai kelas V SDN 4 Adipuro tahun 2011/2012
5
Bahwa dengan kriteria kentuntasan minimum (KKM) yang telah ditetapkan di kelas V SD Negeri 4 Adipuro Trimurjo yaitu 65.00, sebanyak 14 siswa (58.33%) hanya memperoleh nilai rata-rata di bawah 65.00 dan tergolong ke dalam kriteria belum tuntas belajar dengan nilai terendah 43.00, dan hanya 10 siswa (41.67%) yang mampu memperoleh nilai di atas 65.00 atau telah tuntas belajar dengan nilai tertinggi 78.00, sehingga jumlah siswa yang tuntas belajar belum mencapai 50% dari jumlah siswa seluruhnya. Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian dalam pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan keterampilan menulis prosa nonfiksi melalui pengalaman pribadi pada siswa kelas V SD Negeri 4 Adipuro Trimurjo.
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1.2.1 Rendahnya aktivitas siswa dalam menulis prosa nonfiksi kelas V SD Negeri 4 Adipuro Trimurjo. 1.2.2 Kurangnya latihan dalam kegiatan menulis prosa nonfiksi melalui pengalaman pribadi. 1.2.3 Pembelajaran yang kurang bervariasi dalam pembelajaran menulis prosa nonfiksi. 1.2.4 Rendahnya keterampilan menulis prosa nonfiksi pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013.
6
1.2.5 Siswa yang tuntas belajar belum mencapai 50% dari nilai KKM, terdapat 14 siswa yang belum tuntas dari jumlah 24 siswa.
1.3
Batasan dan Pemecahan Masalah Masalah dalam penelitian ini perlu dibatasi agar penelitian dapat terarah dan terfokus secara cermat. Masalah tersebut difokuskan pada rendahnya aktivitas dan keterampilan menulis prosa nonfiksi pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. Siswa yang tuntas belajar belum mencapai 50% dari nilai KKM, terdapat 14 siswa yang belum tuntas dari jumlah 24 siswa. Berdasarkan hal terebut alternatif pemecahan masalah pada penelitian ini disolusikan dengan upaya peningkatan aktivitas dan keterampilan menulis prosa nonfiksi melalui pengalaman pribadi.
1.4
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1.4.1
Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar menulis prosa nonfiksi melalui pengalaman pribadi siswa kelas V SD Negeri 4 Adipuro Trimurjo?
1.4.2
Apakah pengalaman pribadi dapat meningkatkan keterampilan menulis prosa nonfiksi siswa kelas V SD Negri 4 Adipuro Trimurjo?
1.5
Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah penelitian di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
7
1.5.1
Meningkatkan aktivitas menulis prosa nonfiksi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pengalaman pribadi siswa kelas V SD Negeri 4 Adipuro Trimurjo.
1.5.2
Meningkatkan
keterampilan
menulis
prosa
nonfiksi
dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pengalaman pribadi siswa kelas V SD Negeri 4 Adipuro Trimurjo.
1.6
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1.6.1 Siswa Meningkatkan aktivitas dan ketrampilan siswa dalam menulis prosa nonfiksi melalui pengalaman pribadi yang pernah dialami siswa. Memberikan pembelajaran yang berkesan pada siswa, karena siswa bisa mengungkapkan cerita-cerita yang pernah dialami ke dalam suatu bentuk prosa nonfiksi dengan kalimat dan cara penulisan yang benar.
1.6.2 Guru Sebagai
bahan
masukan
kepada
guru
agar
dapat
menciptakan
pembelajaran yang lebih menarik lagi dengan pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki kinerja dan meningkatkan
profesionalitas
guru.
Salah
satunya
ialah
melalui
pengalaman pribadi yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan nyata siswa dan dapat menanamkan nilai-nilai pembelajaran dalam setiap kehidupan siswa sehari-hari.
8
1.6.3 Lembaga Sekolah (SD Negeri 4 Adipuro Trimurjo) Memberi sumbangan dan masukan dalam usaha perbaikan proses pembelajaran bagi siswa maupun guru sehingga mutu pendidikan di SD Negeri 4 Adipuro dapat meningkat.
1.6.4 Penulis Menambah wawasan dan pengalaman penulis, melaksanakan kegiatan pembelajaran nantinya. Melalui pengalaman PTK ini diharapkan penulis dapat memperbaiki dan menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, serta mampu menciptakan pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan untuk siswa di masa yang akan datang.