BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Persoalan eskatologi merupakan suatu hal yang sangat mendalam bagi para filosof muslim. Di dalam disertasi Khalid al-Walid1 menegaskan bahwa eskatologi berasal dari kata escaton yang secara harfiah dimaknai doktrin tentang akhir, sebuah doktrin yang membahas tentang keyakinan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian akhir hidup manusia seperti, kematian, hari kiamat, berakhirnya dunia, kebangkitan kembali, pangadilan akhir, surga-neraka dan lain sebagainya. Karenanya di dalam membicarakan persoalan eskatologi, persoalan mendasar yang juga menjadi pembicaraan adalah keberadaan ruh atau jiwa pada diri manusia dan bagaimana ruh atau jiwa dapat terus ada selama kematian terjadi. Dalam hal ini secara tidak langsung filosof agama seperti al-Ghazali dan Ibn Rusyd melakukan perdebatan-perdebatan tentang masalah tersebut, seperti dikatakan dalam buku Amsal Bakhtiar bahwasannya, al-Ghazali menolak pendapat filosof yang mengungkapkan bahwa kebangkitan di alam akhirat hanya jiwa saja. Menurut al-Ghazali, Tuhan mampu menciptakan manusia dari tidak ada 1
Khalid alwalid pandangan eskatologi mulla sadra di http://icasjakarta.wordpress.com/2008/04/30/pandangan-eskatologis-mulla-sadra/
1
ambil
dari
menjadi ada. Oleh karena itu, tidak ada halangan bagi Tuhan untuk membangkitkan jasad manusia di alam akhirat, baik itu dengan jasad yang lama maupun dengan jasad yang baru. 2 Namun hal ini disangkal oleh Ibn Rusyd, di dalam buku Amsal Bakhtiar menegaskan alam akhirat bersifat imateri. Karena itu, jiwa bersifat imateri lebih cocok dibandingkan jasad di akhirat kelak. Adapun pemahaman kebangkitan jasmani, Ibn Rusyd menambahkan bahwa Nabi Muhammad Saw pernah menggambarkan keadaan di akhirat itu dengan ungkapan yang lebih bersifat ruhani, “Surga itu tidak dapat dilihat, didengar, dan terlintas dalam hati manusia”.3 Itu artinya perdebatan tidak hanya sampai di situ saja, perdebatan tersebut sampai berlanjut sampai sekarang ini. Dalam hal ini ilmuan modern sekaligus guru besar di Universitas Chicago turut mengembangkan dalam permasalahan eskatologi ini. Menurut Sibawaihi, Fazlur Rahman menegaskan bahwa eskatologi Islam ini masih bisa dibahas dan ditelaah secara ilmiah dan kritis. Dia juga menemukan doktrin siksa dan nikmat di alam kubur ternyata tidaklah murni dari al-Qur’an, melainkan ajaran yang
2
Asmal Bakhtiar, Filsafat Agama, wisata pemikiran dan kepercayaan manusia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009). Jil 1,-2.hlm 215 3 Lihat Ibn Rusyd, Tahafut al Tahafut, (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1971), jilid II, hlm. 870.
2
diadopsi dari doktrin Majusi zoroastrianisme di Iran. Menurut Rahman, al-Qur’an tidak mengakui dualisme antara jiwa dan raga.4 Temuan-temuan Rahman ini menjadi menarik untuk diperhatikan lebih lanjut, sebab di samping merupakan hasil dari penerapan dan penelusuran metodologi yang digagasnya dalam buku Major Themes of the Qur’an-nya, ini juga menunjukan kepada umat Islam secara umum bahwa berbagai ide yang telah mapan dalam warisan klasik pada dasarnya harus diperhatikan. Menurut Muhammad Solikhin, alam akherat merupakan alam dimensi lain yang abadi dan berbeda dari kehidupan di dunia sebelumnya. Manusia sangat menakuti kematian karena mungkin mereka berfikir akan mengalami kehidupan yang berbeda dari dunia sebelumnya dan itu dipastikan. Mereka harus melupakan antara baik-buruk, indah-jelek, benar-salah. Mereka akan melupakan semua orang-orang yang di dekatnya dan berfikir untuk dirinya sendiri.5 Di dalam buku Fazlur Rahman menegaskan mengenai eskatologi di alQur’an adalah kenikmatan sorga dan azab neraka. Sorga dan neraka ini sering dinyatakan al-Qur’an sebagai imbalan dan hukuman secara garis besarnya, termasuk “keridhaan dan kemurkaan Allah” yang harus kita kupas secara
4
Sibawaihi, Eskatologi al-ghazali dan Fazlur Rahman, (Yogyakarta : Futuh printika, 2004) cet I, hlm. 14-15 5 Muhammad Sholikhin, Sambut Kematian dengan Tersenyum (Solo: Tiga Serangkai,2009). hal. 22.
3
mendetail. Artinya Rahmanpun ingin sekali mengupas dan memperjelas masalah eskatologi ini dengan kritis dan ilmiah sehingga mengantarkan suatu ide yang mendasar bagi umat Islam yang selama ini mempunyai doktrin-doktrin yang belum tentu di tegaskan dalam al-Qur’an.6 Tetapi menurut Rahman ide pokok yang mendasari ajaran-ajaran al-Quran mengenai akhirat adalah bahwa akan tiba saatnya ketika setiap manusia akan memperoleh kesadaran unik yang tak pernah dialaminya di masa sebelumnya mengenai amal perbuatannya. Pada saat itu manusia dihadapkan kepada apa-apa yang telah dilakukannya, yang tidak pernah dilakukannya, dan yang secara salah telah dilakukannya. Kemudan ia menerima ganjaran karena perbuatanperbuatannya itu sebagai sebuah kelanjutan yang perlu. Rahman juga mengungkapkan argumennya bahwa perbuatan yang jahat, perbuatan yang baik itu akan dibalas oleh Allah di masa mendatang. Artinya manusia sangat tertarik kepada kepentingan-kepentingannya sendiri sehingga lupa akan siksa yang akan terjadi di masa mendatang yaitu alam akhirat, gambarangambaran yang dibuat oleh rahman itu menunjukan bahwa eskatologi itu sangat penting bagi manusia, menginggat manusia terfokus akan kepentingannya sendiri.
6
Lihat Fazlur Rahman, Tema Pokok al-Qur’an (Chicago:bibliotheca Islamica, 1980). Terjmh Anas Mahyuddin, hlm. 154.
4
Dalam hal ini persoalan-persoalan yang diterangkan di atas, sehingga menjadi suatu perdebatan di kalangan Filsafat dan Teolog. Maka penyusun menginginkan persoalan tersebut untuk diajukan sebagai bahan skripsi dengan judul: Eskatologi Menurut Fazlur Rahman.
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas maka dapat di tarik rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep eskatologi Filosof Muslim? 2. Bagaimana pandangan Fazlur Rahman tentang eskatologi?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana konsep eskatologis dalam Islam 2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Fazlur Rahman tentang eskatologi
D. Kerangka Pemikiran Dalam Islam pada umumnya persoalan eskatologi merupakan hal yang sangat sering kita jumpai di al-Qur’an. Sebab dari itu Rahman mengatakan dalam buku Sibawaihi bahwa bahasan eskatologi Islam masih bisa dapat ditelaah secara 5
ilmiah dan kritis.7 Artinya faham eskatologi ini sudah banyak yang mengargumenkan masalah eskatologi misalnya mulla sadra dalam buku Sayyed Hosen Nasr menegaskan bahwa, “Mulla Sadra berpendapat bahwa jiwa (nafs) itu diciptakan bersama raga, tetapi kemudian menjadi kekal dan spiritual melalui ruh, atau menggunakan terminologinya sendiri, nafs atau jiwa adallah jismaniyyah alhuduts wa ruhaniyyah al-baqa. Mulla Sadra cenderung dengan kebangkitan jiwanya yang tidak beraga”.8 Dengan kata lain jiwalah yang abadi bukan alam materi ini, persoalan ini belum tuntas di bahas hingga sekarang, ilmuan modern pun banyak mengungkap masalah ini, sebagai usaha dalam menguap tabir yang sudah lama ingin di ketahui walaupun mungkin terjadi atau mungkin juga tidak, dalam Alquran juga mengungkap masalah ini dalam buku Asmal Bakhtiar bahwa: Juz ketiga puluh dalam Alquran bisa disimpulkan sebagai juz tentang hari kiamat, karena sebagian besar nama surat dan kandungannya bercerita tentang informasi serta keadaan hari kiamat. Di samping itu, ada sepuluh nama surat dalam Alquran yang menunjukkan hari kebangkitan, yaitu Al-Waqi’ah (hari kiamat), Al_Haqqah (yang pasti terjadi), Al-Qiyamah (kiamat), Al-Naba (berita besar), Al-Takwir (yang menggulung), Al-Infithar (terbelah), AlInsyiqaq (terbelah), Al-Ghasyiyah (hari pembalasan, peristiwa yang dahsyat), Al-Zalzalah (kegoncangan), Al-Qari’ah (yang memukul dengan keras).8 7
Sibawaihi eskatologi al-Ghazali dan Fazlur Rahman, hlm. 14-15 Sayyed Husen Nasr, Enklopedi Tematis Filsafat Islam, hlm.925 8 Asmal Bakhtiar, wisata pemikiran dan kepercayaan manusia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009). Jil 1,-2.hlm 224 8
6
Dengan argumen rasional dan dukungan dari kitab suci, tentu akan menambah keyakinan umat beragama akan adanya kehidupan setelah di dunia. Sehingga para tokoh-tokoh besar filsafat Islampun9 banyak yang ikut serta dalam menggali pemahaman ini sebagai usaha dalam mengetahui bagaimana hal yang tepat dapat kejadian seperti ini. Sebagai usaha dalam mengetahui walaupun mungkin terjadi atau mungkin juga tidak, tokoh besar Indonesia juga ikut serta dalam hal ini, seperti Harun Nasution yang mengungkapkan masalah ini dalam buku Asmal Bakhtiar bahwa: Harun Nasution mengatakan bahwa kekekalan pribadi bisa diterima sebagai suatu hal yang logis. Menurutnya, ilmu modern telah menyatakan bahwa otak manusia tidak berfungsi produktif, tetapi transitif. Sebab otak adalah jaringan materi yang bisa rusak dan digantikan dengan jaringan yang baru. Kendati jaringan otak yang lama telah hilang dan rusak, pengalaman manusia dan ingataknya tidak hilang. Kalau otak bersifat produktif, pengalaman manusia lebih berfungsi transitif dan daya akallah yang merupakan sumber berfikir.10 Daya inilah yang merupakan wujud di belakang otak dan tidak akan mati, dengan
9 10
Seperti al-Ghazali, Mulla Sadra, Ibn Ruysd, dan Fazlur Rahman Asmal Bakhtiar, wisata pemikiran dan kepercayaan manusia, hal 221.
7
matinya otak atau badan. Keabadian pribadi manusia bisa diterima dan tidak bertentangan dengan penemuan ilmu.11 Dalam istilah Islam Eskatologi dikenal dengan sebutan Ma’ad, secara khusus al-Taftazani memaknai Ma’ad. Merupakan sumber atau tempat, dan hakikat kebangkitan adalah kembalinya sesuatu kepada apa yang ada sebelumnya dan yang dimaksud ini adalah kembalinya keberadaan setelah kehancuran, atau kembalinya bagianbagian tubuh kepada penyatuan setelah keterpisahan, kepada kehidupan setelah kematian, ruh kepada tubuh setelah terpisah, sedangkan kebangkitan ruhani murni sebagaimana pandangan filosof bermakna kembalinya ruh kepada asalnya yang nonmaterial dari keterikatan dengan tubuh material dan penggunaan alat-alat fisik atau keterlepasan terhadap kegelapan yang menyelimutinya.12 Al-Quran sebagai sumber utama Islam menegaskan prinsip keyakinan ini sebagai berikut: “Wahai manusia, jika kamu merasa ragu tentang kebangkitan, ketahuilah bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna dan yang belum sempurna bentuknya, agar Kami menjelaskan hal itu pada kamu. Kami jadikan dalam rahim yang Kami inginkan dalam kurun waktu yang sudah ditentukan, lantas Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (menopang kamu) sampai kamu mencapai kedewasaan. Dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan adapula yang diberi umur panjang sampai pikun, agar ia tidak lagi mengetahui apa yang diketahuinya dulu. Dan kamu lihat bumi ini kerontang, kemudian tatkala Kami turunkan air di 11 12
Amsal Bakhtiar, wisata pemikiran dan kepercayaan manusia, Hlm. 221 Amsal Bakhtiar, wisata pemikiran dan kepercayaan manusia, Hlm. 222
8
atasnya maka hiduplah bumi ini dan tumbuh suburlah beraneka tumbuhan yang indah. Yang demikian itu disebabkan Allah Maha Benar (al-Haqq). Dialah yang menghidupkan segala yang mati. Dialah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sesungguhnya hari kiamat pasti datang –tak ada keraguan padanya- ketika Tuhan akan membangkitkan semua orang di dalam kubur “13 Dalam Islam, tentang eskatologi merupakan salah satu wacana penting sebagai upaya penyingkapan refleksi metafisik atas ketuhanan.14 Dimensi eskatologis ini dilihat melalui pancaran nalar yang tetap melandaskan diri pada ajaran-ajaran al-Quran. Meskipun demikian, menurut Majid Fakhry “…tantangan yang dihadapi berkenaan dengan tafsir terhadap problem ini tidak kecil, terutama rata-rata dating dari kalangan ortodoksi dan lebih khusus lagi yang diwakili oleh al-Ghazali.15 Agama-agama wahyu16 telah mengembangkan suatu penyesuaian antara isi kitab suci dengan keinginan masyarakat di hamper semua kehidupan keagamaan. Hal ini Nampak sekali terlihat dalam perkembangan eskatologi Islam, yakni selalu dalam proses perkembangan dan penyesuaian. Dengan kata lain, dualism radikal terhadap kitab suci dalam agama monoteistik jarang sekali terjadi
13
QS 22 : 5-7. Teks Ayat al-Qur’an tersebut :Dalam Tasawuf pembicaraan tentang eskatologi di dasarkan pada proses intuitif dan tidak sebagaimana pembicaraan eskatologi di dalam ilmu kalam dan filsafat yang menggunakan argumentasi-argumentasi untuk membuktikan kebenaran prinsip eskatologi tersebut. 14 Musa Asy’arie, Filsafat Islam Sunnah Nabi dalam Berpikir, (Yogyakarta : LESFI,2002), Cet.ke-3,hal.239 15 Majid Fakhry, A History of Islamic Philosophy, (New York :Columbia University,1970), hal. 135 16 Seperti Hindu, Budha, Kristen, Islam
9
dalam bentuk yang murni. Hal tersebut biasanya menjadi semu karena proses interaksi dengan gagasan dan praktek yang popular. Dibandingkan dengan agamaagama monoteistik lainnya, Islam merupakan agama yang paling kaya dengan latar belakang dan paling luas dalam pengetahuan. Gambaran umum tentang eskatologi dalam Islam yaitu “kenikmatan surga dan azab neraka. Surga dan neraka ini sering dinyatakan al-Quran sebagai imbalam dan hukuman secara global, termasuk keridhaan dan kemurkaan Allah’’17 Namun, ide pokok yang mendasari ajaran-ajaran al-Qur’an mengenai akhirat adalah gambaran tentang kiamat ketika setiap manusia akan memperoleh kesadaran unik yang tak pernah dialami sebelumnya dari pebuatan baik dan buruknya. Pada saat ini manusia dihadapkan kepada apa yang telah dilakukannya, kemudian ia akan menerima ganjaran karena perbuatannya. Lebih lanjut, Rahman menyebutkan bahwa pada umumnya manusia sangat tertarik pada kepentingankepentingan yang bersifat langsung (pragmatis terutama kepentingan-kepentingan untuk dirinya sendiri yang dangkal dan bersifat materi, sehingga ia tidak menghiraukan akhir kehidupan ini. Akibatnya manusia sering sekalimelanggar norma-norma dan hukum moral.
17
Darwis Hude, et al.,Cakrawala Ilmu dalam al-Qur’an,(Jakarta : Pustaka Firdaus, 2002), Cet. Ke-1,hal. 162
10
Al-Qur’an memang sarat dengan nilai-nilai eskatologis. Kalau ditelusuri dengan cermat, maka “…sekitar sepertiga dari keseluruhan isi al-Qur’an memuat ajaran tentang eskatologi”.18 Setiap pembicaraan tentang amal manusia senantiasa ditutup dengan balasannya di hari kiamat nanti. Perkataan surga dan neraka, pahala dan dosa, kesenangan dan siksaan selalu diulang-ulang di hampir semua surat. Hal ini menunjukan bahwa persoalan eskatologis dalam Islam merupakan hal yang sangat penting. Kehilangan nilai eskatologis tidak hanya dapat menjatuhkan seseorang dari agama tetapi juga dapat menjerumuskan kepada kekufuran dan kezaliman. Karena pentingnya persoalan eskatologi ini, al-Qur’an di banyak tempat menyebutkan pesan-pesan tentang akhir segala sesuatu. Surat-surat Makkiyah terutama Juz’Amma umumnya mengandung pesan-pesan ini. Hal ini dimaksudkan agar manusia sebelum mengamalkan ajaran agama, ia terlebih dahulu mempunyai motivasi untuk melakukannya karena setiap apa yang dilakukan itu akan diberi balasan. Kemudian, keyakinan kepada hari akhir menjadi bagian yang paling esensial dalam beragama. Bahkan dalam al-Qur’an senantiasa digandengkan “beriman kepada Allah dan hari kiamat”. Penggandengan ini bukanlah suatu kebetulan, tetapi suatu 18
Darwis Hude, et al.,Cakrawala Ilmu dalam al-Qur’an,(Jakarta : Pustaka Firdaus, 2002), Cet. Ke-1,hal 165.
11
ketetapan yang dirumuskan oleh Allah sendiri. Ini menunjukan betapa eratnya kaitan antara beriman kepada Allah dan meyakini dengan sesungguhnya hari akhir itu pasti terjadi. Dengan demikian manusia akan sangat hati-hati dalam melakukan sesuatu, karena apa yang dikerjakannya pasti Allah melihatnya dan dengan sendirinya ia menyadari bahwa kalau Allah sudah melihat, maka perbuatannya itu akan diberikan balasan. Balasan itu pun sangat tergantung pada kualitas amal, yang baik diberi pahala kesenangan surgawi. Sedangkan amal yang jelek akan diberi azab hukuman neraka. Yang menarik dari keterangan al-Qur’an tentang eskatologi menurut Amsal Bakhtiar adalah “…kerincian penjelasannya. Dibandingkan dengan persoalan ibadah individual seperti shalat dan zakat, keterangan tentang hari akhirat jauh lebih terperinci”.19 Hal ini mungkin karena pengetahuan manusia tentang alam metafisika sangat terbatas. Terlebih, ijtihad dalam lapangan ini membutuhkan keahlian khusus, dan kalau salah berijtihad akan berakibat fatal karena hal ini berkaitan dengan akidah. Kenyataan ini menggambarkan sekaligus mempertegas bahwa persoalan eskatologi adalah bagian yang rumit dan tidak terpisahkan dari Islam dan kehidupan manusia. Manusia pada dasarnya memiliki naluri takut mati karena 19
Asmal Bakhtiar, “Eskatologi dalam prdebatan antara al-Ghazali dan Ibn Rusyd” dalam Mimbar Agama dan Budaya, Jakarta, Vol,XVIII, No. 4, tahun 2001, h. 317
12
telah mengetahui apa yang ada dan bagaimana setelah mati. Karena itu, Agama menjelaskan persoalan yang sangat abstrak ini, sehingga orang yang beragama menjadi lebih tenang dibandingkan dengan orang yang tidak beragama.
E. Langkah-langkah Penelitian Dalam Mensistematiskan suatu permasalahan yang akan digarap diatas penyusun berusaha mendeskripsikan, menginterpretasikan serta menganalisis sumber-sumber data yang dilakukan dengan studi literatur. Dan penulis menggunakan langkah-langkah penelitian melalui tahapan sebagai berikut : 1. Sumber Data Sumber data dalam penulisan skripsi ini menggunakan data yang representatif, yang terdiri dari : a. Sumber data primer Sumber data primer adalah sumber-sumber yang langsung diambil dari pengarang yang berkaitan dengan judul yang hendak digarap. Maka dalam kaitannya dengan penulisan ini dapat dipahami bahwa data primer adalah buku-buku yang berkaitan lansung dengan pokok-pokok pemikiran Fazlur Rahman, tidak lain ialah buku Major Themes of the Qur’an namun buku ini sudah
13
diterjemahkan oleh Anas Mahyuddin dan hanya dibagian ke enam dari buku tersebut dengan itu saya menelaah dalam buku tersebut, pemikiran-pemikiran Fazlur Rahman tentang eskatologinya. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber-sumber data penunjang dari buku-buku lain sebagai referensi yang mendukung serta berkaitan dengan masalah yang hendak dikaji. Data ini dihasilkan dari mengutip dari sumber lain sehingga sifatnya tidak lagi autentik karna sudah diperoleh dari orang kedua, ketiga dan seterusnya. Dalam kaitanya buku-buku atau naskah lain yang membahas tentang Eskatologi. c. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data ini. Penyusun menggunakan metode Library Research yaitu suatu metode dengan cara menela’ah dan menguji permasalahan-permasalahan secara kepustakaan dan mengutip dari buku-buku yang membahas tentang Eskatologi seerta
buku-buku
lain
sebagai
penunjang
serta
memiliki
relevansinya dengan pembahasan yang dikaji oleh penyusun.
14
d. Teknik Pengolahan Data Dalam teknik ini penyusun berusaha menganalisa dan menyaring serta mengutip data yang berhubungan dengan pembahasan di atas terutama buku-buku tentang Eskatologi. Dan dalam pengolahan data tersebut penulis menggunakan metode Induktif dan Deduktif. e. Teknik Penulisan Data Adapun teknik penulisan dalam penyusunan skripsi ini berpedoman kepada: 1). Buku pedoman penulisan karya ilmiah IAIN “Sultan Maulana Hasanuddin Banten” Serang Tahun 2014. 2). Penulisan ayat al-Qur’an berpedoman kepada al-Qur’an terjemahan departemen agama R.I. 3). Teks Hadits penulis salinan dari kitab aslinya. Jika sulit untuk mendapatkannya maka penulis mencari buku-buku yang berkaitan dengan hadits-hadits tersebut. 4). Buku pedoman Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan dan pedoman umum pembentukan istilah ( Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor :0543a/u/1987).
15
F. Telaah Pustaka Eskatologi merupakan suatu doktrin tentang akhir kehidupan manusia. Dengan itu penulis menyajikan telaahan pustaka yang akan di bahas seperti, eskatologi dalam al-Qur’an dan Bible yang di tulis oleh Sumargus Wiliana 1428/2007 M. di mana skripsinya membandingkan doktrin eskatologi dalam alQur’an dan Bible. Secara sepintas pembahasan beliau hanya mempertegas doktrin yang sudah ada di dalam al-Qur’an dan Bible, artinya pembahasan ini masih bisa kita bahas secara merinci di dunia modern sekarang ini dengan pengamatan dari para pakar modern yang berada di dunia barat seperti Fazlur rahman, dengan itu pembahasan yang sangat runcing ini merupakan hal yang selalu berkembang dari zaman ke zaman hingga sekarang ini. Penulis menelaah beberapa skripsi seperti eskatologi dalam al-Qur’an dan Bible dan eskatologi Fazlur Rahman dengan ini penulis akan memaparkan perbedaan antara penulis lain yang sudah di terangkan di atas. Seperti eskatologi dalam al-Qur’an dan Bible menurut penulis isi dari pembahasannya hanya membandingkan dan mempertegas doktrin-doktrin yang di turunkan dari langit, adapun perbedaannya dengan eskatologi menurut Fazlur rahman, ia mengkritik argumen filosofis seperti halnya al-ghazali dan ibn rusyd yang sudah diterangkan
16
di latar belakang, dengan itu penulis ingin menjelaskan di bab selanjutnya tentang argument Fazlur rahman ini sebagai suatu analisis pemikiran. Adapun persamaan atau perbedaan dalam pembahasan ini tidak masalah, karna hal-hal yang runcing ini sudah sewajarnya kita kemukakan kepada masyarakat modern sehingga masyarakat modern tidak mementingkan masalah keduniaan saja, sehingga masalah yang sebenarnya akan terjadi pada manusia seperti kematian, kebangkitan, dan alam akhirat dan tidak dipedulikan lagi oleh manusia modern ini. G. Sistematika Pembahasan Sistematika skripsi secara substansial terdiri dari tiga bagian pokok, yaitu bagian awal, bagian isi/inti, dan bagian akhir. Setiap bagian terdiri dari bagianbagian yang saling berkaitan dan harus ada di dalam naskah skripsi. Berikut bagian-bagian yang ada di dalam naskah skripsi dengan judul; ESKATOLOGI MENURUT FAZLUR RAHMAN. Bagian Awal; dengan sub pembahasan dari Halaman Sampul, Halaman Judul, Halaman Pernyataan Keaslian, Nota Dinas, Halaman Pengesahan, Pedoman Transliterasi, Abstrak, Motto, Persembahan, Kata Pengantar, Daftar Isi
17
Bab I Pendahuluan dengan sub pembahasan Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian, Dan Sistematika Pembahasan. Bab II Biografi dan Karya-Karya Fazlur Rahman dengan sub pembahasan Biografi, Corak Pemikiran Fazlur Rahman dengan beberapa karya-karyanya. Bab III Pandanga Tentang Eskatologi dengan sub pembahasan Pengerntian Eskatologi, Argumen-argumen Eskatologi, Pandangan Para Filosof Tentang Eskatologi, Pandangan Islam Tentang Eskatologi. Bab IV Konsep Eskatologi Fazlur Rahman dengan sub pembahasan Pengertian Eskatologi Fazlur Rahman, Argumen Eskatologi Fazlur Rahman, Pandangan Fazlur Rahman Tentang Kematian, Pandangan Fazlur Rahman Tentang Kehidupan Barzakh, Pandangan Fazlur Rahman Tentang Alam Akhirat. Bab V Penutup dengan sub bab kesimpulan dan saran. Bagian Akhir; terdiri dari Daftar Pustaka dan Curriculum Vitae
18
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ABSTRAK NOTA DINAS LEMBAR PERSETUJUAN MUNAQOSAH LEMBAR PENGESAHAN MOTTO PERSEMBAHAN RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR ....................................................................................
i
DAFTAR ISI ...................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................
5
C. Tujuan Penelitian .....................................................................
5
D. Kerangka Pemikiran .................................................................
5
E. Langkah-Langkah Penelitian ...................................................
13
F. Telaah Pustaka ........................................................................
16
G. Sistematika Penelitian ..............................................................
17
iii
BAB II BIOGRAFI DAN KARYA-KARYA FAZLUR RAHMAN A. Biografi Fazlur Rahman ...........................................................
18
B. Corak pemikiran Fazlur Rahman .............................................
24
C. Karya Fazlur Rahman ..............................................................
30
BAB III PANDANGAN TENTANG ESKATOLOGI A. Pengertian Eskatologi...............................................................
32
B. Argumen-Argumen Tentang Eskatologi ..................................
34
C. Pandangan Filosof Islam Tentang Eskatologi ..........................
37
D. Pandangan Islam Tentang Eskatologi ......................................
50
BAB IV KONSEP ESKATOLOGI FAZLUR RAHMAN A. Pengertian Eskatologi Menurut Fazlur Rahman ......................
62
B. Argumen Eskatologi Fazlur Rahman .......................................
63
C. Pandangan Fazlur Rahman Tentang Kematian ........................
65
D. Pandangan Fazlur Rahman Tentang Kehidupan Barzakh ........
69
E. Pandangan Fazlur Rahman Tentang Alam Akhirat .................
70
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..............................................................................
77
B. Saran ........................................................................................
79
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
iv