1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari satu negara ke negara yang lain semakin mudah dan berkembang pesat. Akan tetapi, ada satu hal penting yang menjadi pertimbangan, yaitu adanya perbedaan bahasa satu sama lain. Oleh karena itu, demi kelancaran proses transfer tersebut, penerjemahan dari satu bahasa ke bahasa yang lain dilakukan demi tersampaikannya informasi yang dimaksud. Penerjemahan adalah proses mengalihkan suatu informasi ke bahasa sasaran (selanjutnya disebut sebagai BSa) dengan tetap mempertahankan kesepadanan dari bahasa sumbernya (Selanjutnya disebut sebagai BSu). Kesepadanan tersebut adalah kesepadanan dalam hal makna dan gaya bahasanya (Nida, 1966: 19). Penerjemahan dapat diartikan juga sebagai proses pengalihan makna dari Bsu ke Bsa dengan tetap memperhatikan bentuk-bentuk dalam Bsu agar mengandung makna yang sama dengan Bsu (Simatupang, 2000: 2). Bentukbentuk dalam Bsu tersebut termasuk di dalamnya adalah keluwesan bahasanya. Dalam proses penerjemahan, penerjemah mutlak memahami dengan baik Bsa dan Bsu. Hal ini dikarenakan setiap bahasa memiliki ciri khasnya masingmasing, terutama dalam tataran gramatikal, seperti bahasa Korea dan Bahasa Indonesia. Bahasa Korea memiliki pola kalimat yang berpola subjek-objek-
2
predikat. Selain itu, bahasa korea memiliki beberapa partikel penanda dan mengenal kala.
Sedangkan bahasa Indonesia memiliki pola kalimat subjek-
predikat-objek. Apabila penerjemah tidak menguasai gramatikal suatu bahasa, sehingga melakukan kesalahan, maka makna Bsu pun tidak dapat tersampaikan. Selain pengetahuan akan bahasa, penerjemah juga harus mengetahui kebudayaan masyarakat Bsu dan Bsa. Bahasa adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari budaya suatu masyarakat. Hubungan antara bahasa dan budaya ini perlu dipahami benar oleh penerjemah karena penerjemahan tidak hanya pengalihan lintas bahasa, tetapi juga lintas budaya. Dikarenakan penerjemahan merupakan pengalihan lintas bahasa dan budaya, maka akan terjadi beberapa pergeseran dalam tataran semantiknya. Nida meyebutkan bahwa dalam mencapai kesepadanan dalam penerjemahan, sering ditemui tiga kesulitan dalam mendapatkan bentuk yang cocok dengan fungsi semantiknya. Kesulitan-kesulitan tersebut diantaranya adalah tidak adanya kosakata Bsu yang sesuai dalam Bsa, tetapi digantikan dengan kosakata lain yang mengacu pada penjelasan makna yang sepadan, adanya kosakata dalam Bsa, tetapi fungsinya berbeda dari makna kosakata dalam Bsu. Yang terakhir adalah tidak adanya kosakata dalam Bsa yang memiliki makna sepadan atau mendekati, sehingga penerjemah harus meminjam kosakata dari bahasa lain (Nida, 1996: 2930). Dengan demikian, permsalahan-permasalahan semacam itu tidak dapat dipungkiri. Bertolak dari hal tersebut, peneliti berkeinginan meneliti novel Saman karya Ayu Utami dan terjemahannya dalam Bahasa Korea. Saman telah diterjemahkan
3
ke dalam tujuh bahasa, yaitu Inggris, Belanda, Jerman, Jepang, Belanda, Jerman, Jepang, Prancis, Czech, dan Korea. Berbeda dengan karya sastra Indonesia lainnya, seperti Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang diterjemahkan ke dalam bahasa Korea melalui bahasa Inggris terlebih dahulu, Saman diterjemahkan tanpa melalui bahasa kedua terlebih dahulu. Artinya, Saman diterjemahkan langsung dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Korea. Terjemahan Saman dalam Bahasa Korea memiliki judul yang sama, 사만 (Saman) 1 . Saman diterjemahkan oleh Chun Tae Hyun, seorang professor dari jurusan Malay-Indonesia di Hankuk University
of
Foreign
Studies,
Korea
Selatan.
사만
diterbitkan oleh
Cheonnyeonsa pada bulan Oktober tahun 2009. Saman adalah pemenang Sayembara Roman Dewan Kesenian Jakarta 1998 (Saman, 2011). Saman pertama kali diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia pada bulan April tahun 1998.Sampai pada tahun 2011 Saman telah mencapai cetakan ke 29. Saman yang terbit pada saat menjelang berakhirnya masa orde baru yang dipimpin Presiden Suharto merupakan novel yang kontroversial. Ayu utami dengan berani menuliskan hal-hal yang dianggap tabu oleh masyarakat, seperti politik, agama, dan seks. Ayu Utami berhasil menyajikan sesuatu yang tidak biasa dalam novel Indonesia. Saman menggunakan riset tentang segala yang terjadi di Indonesia dalam penulisannya yang tercermin dalam kutipan berikut:
1
Judul ditulis dalam Hangeul
4
“Karya ini lahir dengan hutang pada kesabaran orang-orang yang membantu riset dan meladeni wawancara rewel saya.” (Ayu Utami dalam Saman, 2011) Pembicaraan tentang seks, cinta, politik, dan agama serta perasaanperasaan yang saling bertaut antar para tokoh digambarkan tanpa rigiditas, tanpa beban, bebas sebebas-bebasnya bagai seorang Ursula Brangwen- tokoh utama penulis D.H Lawrence-yang menari di atas bukit sembari bertelanjang tanpa persoalan. Tetapi, seluruh sikap para tokohnya yang mempertanyakan Tuhan, persenggamaan, hubungan anat-manusia itu juga sangat diperhitungkan dan menggunakan bahan riset dan perencanaan yang cermat dan kuat….. Leila S. Chudori, D&R (Saman, 2011). Clark dalam tulisannya yang berjudul “Saman, a Sensation!”dalam situs www.insideindonesia.org (1999) menyebutkan bahwa ketidak-biasaan itu dapat menjelaskan kenapa pada tahun 1999 sekitar bulan April hingga Agustus Saman mencapai cetakan ke enam. Di Indonesia, hal tersebut termasuk spektakuler. Saman bercerita tentang seorang pastor yang menjadi aktivis bernama Saman dan empat sahabat yang bernama Yasmin seorang pengacara, Shakuntala seorang penari, Cok seorang pengusaha, dan Laila seorang fotografer. Mereka telah bersahabat sejak SD. Namun, dua diantara mereka menyimpan rasa pada Saman. Ayu Utami sebagai penulis Saman mendapat Prince Claus Award pada tahun 2000 karena dianggap memperluas batas cakrawala sastra Indonesia. Ia juga menerima penghargaan Majelis Sastra Asia Tenggara pada tahun 2008 (Saman, 2011).
1.2 Rumusan Masalah Masalah yang dikaji dalam penelitian ini antara lain adalah:
5
1. Apa saja masalah penerjemahan pada tataran kata dalam novel Saman? 2. Apa saja strategi dalam menangani masalah penerjemahan pada tataran kata dalam novel Saman?
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki dua tujuan, yang pertama adalah untuk mendeskripsikan masalah penerjemahan pada tataran kata dalam novel Saman karya Ayu Utami yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Korea. Yang kedua adalah untuk mengidentifikasi strategi yang digunakan untuk mengatasi masalah penerjemahan tersebut.
1.4 Tinjauan Pustaka Terdapat tiga penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang berjudul “Change of Translation in Translating Figures of Speech in Utami’s Saman” (2009), “Novel Saman Karya Ayu Utami dan Terjemahannya: Analisis Verba Pasif Bentuk Diri dan Padanan Terjemahannya” (2007), “Translation of Cultural Terms in the Subtitle of Korean Variety Show “Running Man” (2013), dan “Pergeseran Makna pada Kosakata Islam pada Terjemahan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis (2013).” Penelitian berjudul “Change of Translation in Translating Figures of Speech in Utami’s Saman” ditulis oleh Noviana Wida Nugraheni. Penelitian
6
tersebut membahas mengenai perubahan dan faktor penyebab terjadinya perubahan terjemahan novel Saman karya Ayu Utami yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris. Perubahan terjemahan dalam penelitian tersebut adalah perbuhan gaya bahasa majas. Penelitian “Novel Saman Karya Ayu Utami dan Terjemahannya: Analisis Verba Pasif Bentuk Diri dan Padanan Terjemahannya” yang ditulis oleh Andriansyah Marjuki meneliti tentang bagaimana bentuk pasif diri diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris. Penelitian selanjutnya adalah “Translation of Cultural Terms in the Subtitle of Korean Variety Show “Running Man” yang ditulis oleh Kim Yee Seul. Penelitian ini membahas tentang istilah-istilah budaya yang ada dalam teks film (subtitle) reality show Korea berjudul “Running Man”. Teori yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah teori dari Mona Baker yang juga digunakan dalam penelitian ini. Selain Mona Baker, juga digunakan teori Ke Ping. Teori Ke Ping digunakan untuk mengkasifikasikan istilah-istilah budaya berdasarkan kategori yang dikemukakan Ke Ping. Sedangkan, teori yang dikemukakan Mona Baker digunakan untuk menganalisis strategi-strategi yang dipakai dalam penerjemahan istilah-istilah budaya. Ketiga penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan penulis. Penelitian ini memiliki fokus pada masalah penerjemahan pada tataran kata yang terdapat dalam novel Saman karya Ayu Utami yang diterjemahkan dalam Bahasa Korea. Penelitian yang pertama meneliti pergeseran gaya bahasa majas penerjemahan novel Saman yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa
7
Inggris. Penelitian yang kedua memiliki objek material yang sama dengan penelitian yang pertama, tetapi fokus penelitian tersebut adalah bentuk verba pasif diri. Penelitian yang ketiga sama-sama memakai teori yang sama, tetapi objek material dan objek formalnya berbeda dengan penelitian ini.
1.5 Sumber Data Data yang akan dipakai dalam penelitian ini ada dua, yaitu novel Saman karya Ayu Utami dan terjemahannya yang berjudul 사만 (Saman) yang diterjemahkan oleh Chun Tae Hyun pada tahun 2009.
1.6 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1.
Studi Literatur
2.
Wawancara Wawancara dilakukan kepada orang Korea dan orang Indonesia pemeluk
agama Katolik untuk mendapatkan informasi terkait dengan data yang dianalisis. Keterlibatan orang Korea sebagai narasumber adalah untuk mendapatkan informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan budaya Korea, sedangkan keterlibatan orang Indonesia yang beragama Katolik adalah untuk mendapatkan informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan agama Katolik yang banyak muncul dalam novel Saman. Selain itu, wawancara juga dilakukan kepada
8
penerjemah bahasa Korea Saman, Chun Tae Hyun via email tentang novel 사만 (Saman). Tahapan-tahapan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut: 1.
Menentukan objek material. Objek material dalam penelitian ini adalah novel Saman karya Ayu Utami dan 사만 (Saman).
2.
Menentukan objek formal. Objek formal dari penelitian ini adalah masalah penerjemahan pada tataran kata dalam novel Saman.
3.
Menentukan cara pendekatan yang dipakai Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori penerjemahan dari Mona Baker (1992).
4.
Mencari dan mencatat data-data yang akan dianalisis Data-data yang diambil adalah kata-kata yang mengalami masalah dalam penerjemahan berdasarkan teori yang dipakai.
5.
Mengelompokkan data. Data dikelompokkan berdasarkan strategi-strategi penerjemahan yang dipaparkan dalam teori yang dipakai.
6.
Melakukan kerja analisis data
7.
Menarik Kesimpulan
8.
Menyusun dan melaporkan hasil penelitian dalam bentuk skripsi.
9
1.7 Sistematika Penyajian Penelitian ini terdiri dari 4 bab. Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode
penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi
landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu teori penerjemahan yang dikemukakan oleh Mona Baker. Bab III berisi masalah penerjemahan yang terjadi dalam novel Saman dan strategi yang dipakai untuk mengatasinya. Bab IV merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan.