BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Jurusan Tarbiyah merupakan lembaga pendidikan tinggi yang diberi tugas oleh pemerintah untuk mengadakan pendidikan bagi guru untuk sekolah menengah pada jalur pendidikan formal. Tugas daripada LPTK atau IKIP maupun FKIP tugasnya adalah mengolah bidang study atau mata pelajaran menjadi struktur ilmu yang diterjemahkan menjadi peta konsep, konsep terseleksi dan bahan ajar yang fungsional untuk kegiatan pembelajaran anak SLTP atau SLTA.1 Berat tugas dan tanggung jawab Jurusan Tarbiyah sebagai LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) karena sebagai lembaga yang berorientasi untuk mencetak tenaga kependidikan harus mampu bersaing dengan LPTK yang lain. Untuk bisa menghasilkan output yang benar-benar diterima di pasaran, pihak jurusan tentunya tidak hanya diam dan tutup mata pada kenyataan dan peluang bisnis yang selalu menghadang setiap perjalanannya. LPTK yang terjamin mutunya baik dalam pelayanannya apalagi jika lulusannya bisa diterima oleh dunia pendidikan pasti akan laris manis diserbu oleh lulusan SLTA sederajat. Begitu juga bagi yang menginginkan menjadi guru agama yang profesional tentunya akan melihat dan memilih Jurusan Tarbiyah 1
Djohar, Guru Pendidikan dan Pembinaannya (Yogyakarta: CV. Grafika Indah, 2006), 21.
1
2
yang terjamin mutu dan pelayanannya, sebab guru Pendidikan Agama Islam yang profesional
akan
terwujud
jika
lembaga
yang
dipilihnya
benar-benar
memperhatikan kualitas, sarana dan prasarana serta akan mengupayakan atau mengusahakan hal-hal terbaik yang sudah terancang secara sistematis baik yang sudah tertuang dalam visi dan misi, agenda perkuliahan atau agenda lain yang di luar perencanaan suatu lembaga. Guru agama adalah seorang yang akan mengajarkan ilmu-ilmu agama dan keagamaan kepada peserta didiknya. Guru agama mempunyai peran yang strategis dalam menginternalisasikan nilai-nilai baik nilai yang diajarkan dalam agama maupun nilai-nilai yang berkembang di masyarakat.2 Guru adalah orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing.3 Seorang guru seyogyanya berkompeten di bidangnya masing-masing. Guru yang profesional adalah guru yang berkompeten atau mempunyai keahlian khusus di bidangnya. Kompetensi guru agama yang akan diajarkan pada jenjang tertentu di sekolah tempat guru itu mengajar.4 Guru dikatakan berkompeten di dalamnya apabila ia memiliki keterampilan khusus di dunia pendidikan. Tidak cuma itu seorang dikatakan profesional apabila seorang guru atau calon guru 2
Choirul Fuad Yusuf, et. al., Inovasi Pendidikan Agama dan Keagamaan (Jakarta: Depag RI, 2006), 142. 3 Basuki, M. Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2007), 79. 4 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), 95.
3
sudah menempuh jenjang pendidikan tinggi yang khusus mempersiapkan jabatan profesional itu. Dalam hal ini lembaga pendidikan tinggi itu antara lain IKIP, STKIP, SGO, SPG maupun Jurusan Tarbiyah. Jurusan Tarbiyah sebagai LPTK A diberi tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru.5 Dengan mengacu pada peraturan pemerintah diharapkan Jurusan Tarbiyah dapat mencetak manusia-manusia yang profesional, berilmu pengetahuan tinggi, menguasai teknologi, berjiwa penuh pengabdian, penuh tanggung jawab terhadap masa depan nusa dan bangsa.6 Sebagai sebuah lembaga, perlu kiranya memikirkan tantangan dan peluang bisnis seperti halnya dengan dunia perusahaan. Tentunya tantangan dan peluang bisnis di suatu lembaga pendidikan adalah laku atau tidaknya produk yang dihasilkan. Tidak cuma itu sebelum mereka laku terjual di pasaran, output yang dihasilkan harus dicoba dan dilatih terlebih dahulu, serta perlu adanya evaluasi ulang apakah output ini benar-benar berkompeten dalam bidangnya. LPTK perlu mendeteksi peluang dan ancaman bisnis. Strategi bisnis ini dilakukan untuk mencapai tujuan lembaga (visi) serta memperhatikan misi dari suatu perusahaan atau lembaga baik bagi bangsa, negara dan agama.7 LPTK merupakan lembaga penghasil guru, tetapi tampaknya tidak semua LPTK berhak memberikan sertifikasi guru. 5
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (Bandung: Citra Umbara, 2006), 2-3. 6 Abdurrahman Mas’ud, et.al., Paradigma Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), 261. 7 Ibid., 260.
4
Dari hal-hal itu dapat diketahui bahwa mutu unjuk kerja profesional yang sempurna harus dikembangkan secara terus menerus. Lulusan LPTK hendaknya memiliki perangkat kemampuan yang diperlukan untuk memberikan layanan profesional.8 Akan tetapi realita yang terjadi di lapangan tidak semulus dan selaras dengan teori yang telah ada. Banyak mahasiswa atau lulusan dari LPTK yang tidak paham dengan hal-hal yang terjadi dan dibutuhkan oleh dunia pendidikan. Kebanyakan dari mereka hanya paham bahwa realita dunia pendidikan sesuai dengan materi perkuliahan yang selama ini mereka dapat, dan ini riel terjadi di dunia pendidikan kita. Pada kenyataannya setelah mereka, para mahasiswa terjun langsung ke lapangan ada diantara mereka yang bingung dan kurang menguasai medan yang mereka tempati. Dalam hal ini, mereka kesulitan dan bingung tentang rencana pembelajaran. Rencana pembelajaran dibuat sebelum proses belajar mengajar berlangsung. Rencana pembelajaran bertujuan untuk memudahkan mereka pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, hal ini berdampak pada salah seorang mahasiswa semester VII Program studi Pendidikan Agama Islam yang merasa kurang percaya diri, minder dan merasa tidak mampu untuk menjalankan tugasnya sebagai guru praktek pada waktu (PPLK II) dilaksanakan. Akhirnya dengan terpaksa mahasiswa yang bersangkutan belum bisa diterima praktek di
8
Samana, Profesionalisme Keguruan (Yogyakarta: Kanisius, 1994), 85.
5
salah satu lembaga pendidikan menengah atas dengan alasan karena yang bersangkutan belum menguasai kompetensi profesional sebagai seorang guru.9 Melihat realita di atas jelas bahwa perkuliahan bukanlah satu-satunya sarana untuk menjadikan seorang mahasiswa bisa mencapai seluruh kompetensi, akan tetapi perkuliahan setidaknya memberikan gambaran dan landasan sebagai acuan untuk menghadapi realita pendidikan di dunia nyata. Setelah melihat fenomena itu timbul suatu pertanyaan siapa yang harus dipersalahkan? Mahasiswa sebagai lulusan dari sebuah LPTK atau lembaganya sendiri yang kurang bahkan tidak memaksimalkan serta merumuskan visi dan misi secara benar. Karena sudah dijelaskan di depan bahwa sebuah lembaga pendidikan bertugas dan bertanggung jawab untuk mencetak calon-calon guru yang profesional. Siapa yang bertanggung jawab terhadap mutu guru dan pengembangannya? Dengan fenomena unik yang telah dijabarkan di atas apakah hal itu menguatkan pendapat bahwa LPTK tidak pernah dapat menghasilkan guru siap pakai dalam arti yang sebenarnya (jika dibandingkan dengan teknisi mekanik yang profesional). Dari penjelasan di atas peneliti tertarik untuk meneliti fenomena tersebut, usaha atau upaya apa yang telah dilakukan pihak Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo selaku LPTK A demi terciptanya calon guru atau guru yang benar-
9
Lihat transkrip wawancara nomor: 10/10-W/-/15.III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
6
benar profesional, yang kemudian ditarik sebuah judul: “UPAYA PRODI PAI JURUSAN TARBIYAH STAIN PONOROGO DALAM MEMPERSIAPKAN CALON TENAGA PENDIDIK AGAMA ISLAM PROFESIONAL”.
B. Fokus Penelitian Berdasarkan fakta di lapangan bahwa kompetensi calon guru Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo belum tercapai secara keseluruhan, maka fokus penelitian ini terbatas hanya pada masalah profesionalisme dan kompetensi guru agama yang dalam hal ini peneliti melibatkan Jurusan Tarbiyah sebagai lembaga yang diberi tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru.
C. Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang di atas, maka dapat ditarik beberapa masalah dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana visi, misi dan tujuan pembelajaran di Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo? 2. Bagaimana kompetensi lulusan tarbiyah prodi Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo? 3. Mata kuliah apa saja yang diajarkan untuk mencapai kompetensi lulusan Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo? 4. Usaha-usaha yang dilakukan Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo untuk mencapai kompetensi lulusan?
7
5. Faktor-faktor
pendukung
dan
penghambat
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran dan kompetensi lulusan Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo?
D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan visi, misi dan tujuan pembelajaran di Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo. 2. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan kompetensi lulusan tarbiyah prodi Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo. 3. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan mata kuliah apa saja yang diajarkan untuk mencapai kompetensi lulusan Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo. 4. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan usaha-usaha yang dilakukan Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo untuk mencapai kompetensi lulusan. 5. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan faktor-faktor pendukung dan penghambat untuk mencapai tujuan pembelajaran dan kompetensi lulusan Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo dalam melaksanakan program-program jurusan.
8
b. Untuk menambah khazanah keilmuan di bidang pendidikan khususnya tentang pentingnya profesionalisme keguruan dalam dunia pendidikan. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai masukan bagi Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo untuk lebih memaksimalkan potensi peserta didiknya. b. Untuk meneliti permasalahan yang dihadapi oleh pihak Jurusan Tarbiyah dalam melaksanakan program-program pendidikan dan latihan lainnya.
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, diskriptif proses lebih dipentingkan daripada hasil, cenderung pada analisa induktif dan makna adalah hal yang sangat esensial. Dalam hal ini jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu suatu diskripsi intensif dan analisis fenomena tertentu satuan sosial seperti individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Dalam studi kasus peneliti mencoba untuk mencermati individu sebuah unit secara mendalam, peneliti menemukan semua variabel penting yang melatar belakangi timbulnya variabel tersebut.10
10
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), 314.
9
2. Kehadiran Peneliti Pada penelitian kualitatif, kehadiran peneliti sangat dipentingkan dan bertindak sebagai instrumen kunci pengumpulan data, sedangkan instrumen lainnya sebagai penunjang. Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan sekenarionya.11 Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai aktor atau pelaku, pengumpul data sekaligus sebagai penganalisis data. Mulai dari mempersiapkan hal-hal yang akan dibuat sebagai pedoman pada saat penelitian berlangsung, pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh informasi dari informan sebagai sumber data, kemudian pengamatan atau observasi terhadap kegiatankegiatan yang dilakukan mahasiswa beserta dosen baik itu perkuliahan tatap muka maupun PPLK II (mikro teaching) kemudian mencari data-data baik yang berupa tulisan, foto, dan dokumen lain yang ada kaitannya dengan penelitian.
3. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi penelitian di STAIN Ponorogo, yang merupakan lembaga pendidikan tinggi yang bernaung di bawah Departemen Agama. STAIN Ponorogo berada di Jalan Pramuka No. 156 Kelurahan Ronowijayan Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo 11
1995), 117.
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
10
Propinsi Jawa Timur. Dengan nomor telepon (0352) 481277, 462224, Fax. 0352-461893 atau di website www.stainponorogo.oc.id.
4. Sumber Data Sumber data adalah subyek di mana data diperoleh.12 Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.13 Adapun sumber data penelitian ini adalah: a. Manusia yang meliputi, ketua jurusan, sekretaris jurusan, Kaprodi Pendidikan Agama Islam, dan dosen-dosen Jurusan Tarbiyah. b. Non manusia yang meliputi: dokumentasi dan buku-buku yang relevan dengan penelitian. Dokumen yang diperoleh dari penelitian ini diantaranya mengenai visi dan misi Jurusan Tarbiyah, jumlah dosen, kompetensi lulusan, jadwal kegiatan workshop di Wisma Darussalam Gontor, foto kegiatan workshop pengembangan kepribadian guru dan daftar mata kuliah yang diajarkan di Prodi Pendidikan Agama Islam. Adapun buku-buku yang relevan yaitu buku-buku yang dipergunakan untuk membantu memperjelas data beserta analisisnya.
12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), 107. 13 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 112.
11
5. Tehnik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa metode yang dianggap relevan dengan penelitian ini yaitu: a. Wawancara Wawancara atau interview merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek atau responden.14 Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada: 1. Ketua jurusan yaitu untuk memperoleh informasi mengenai visi, misi dan tujuan pembelajaran Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo. 2. Sekjur yaitu untuk memperoleh informasi mengenai mata kuliah apa saja yang diajarkan di Jurusan Tarbiyah untuk mencapai kompetensi lulusan. 3. Kaprodi yaitu untuk memperoleh informasi mengenai standar kompetensi lulusan Pendidikan Agama Islam serta beberapa faktor pendukung dan penghambat pencapaian tujuan pembelaajaran dan kompetensi lulusan, dan usaha-usaha
atau bentuk-bentuk kegiatan
yang dapat meningkatkan atau mencapai kompetensi lulusan yang maksimal. 4. Dosen-dosen tarbiyah yaitu untuk memperoleh informasi mengenai mata kuliah apa saja yang mendukung terbentuknya 4 kompetensi lulusan Pendidikan Agama Islam. Serta faktor-faktor apa saja yang 14
Yatim Rianto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: DT SIL, 1996), 67.
12
dapat mendukung dan menghambat tercapainya kompetensi lulusan dan tujuan pembelajaran. Wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Tujuannya adalah untuk menemukan permasalahan ataupun data secara terbuka. b. Observasi Observasi
merupakan
metode
pengumpulan
data
yang
menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian.15 Dalam penelitian ini observasi dilakukan pada saat proses perkuliahan berlangsung. Observasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peran mata kuliah yang diajarkan bisa menumbuhkan dan menambah keterampilan atau kompetensi mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu tersebut pada praktek baik dalam lingkup kelas maupun lapangan. Observasi yang digunakan adalah observasi terus terang. Dalam hal ini peneliti menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian, sehingga sumber data mengetahui sejak awal sampai akhir. c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data dengan mencatat data-data atau dokumen-dokumen yang ada yang berkaitan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk menggali data mengenai visi, misi Jurusan Tarbiyah, standar kompetensi 15
Ibid., 77.
13
lulusan Pendidikan Agama Islam, tujuan pembelajaran di Jurusan Tarbiyah serta beberapa mata kuliah pokok Jurusan Tarbiyah.
6. Analisis Data Tehnik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisa data Miles dan Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktifitas secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh.16 Aktifitas dalam analisis data meliputi data reduksi, data display dan conclusion. Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut: Data Collection
Data Reduction
Data Display
Conclusions Drawing/Verifying
Keterangan: Data reduksi data yang diperoleh dari lapangam jumlah banyak, kemudian dirangkum hal-hal yang pokok dan membuang yang tidak perlu. Data display, setelah dirangkum kemudian data disajikan bisa dalam bentuk uraian singkat, bagan atau hubungan antar kategori.
16
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2006), 337-338.
14
Verification adalah langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan atas data-data yang sudah direduksi dan data display.
7. Pengecekan Keabsahan Temuan Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas), keandalan (reliabilitas).17 Derajat kepercayaan keabsahan data (kredebilitas data) dapat diadakan pengecekan dengan teknik pengamatan yang tekun dan triangulasi. Ketekunan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsurunsur dalam situasi yang segitu relevan dengan persoalan atau isu yang dicari. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu.18 Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang dalam metode kuantitatif. Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan: (a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (b) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang apa situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (d) Membandingkan keadaan dan perspektif 17 18
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 171. Ibid., 178.
15
seseorang
dengan
berbagai
pendapat
dan
pandangan
orang
yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang yang berada dalam pemerintahan. (e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
8. Tahap-tahap dan Rancangan Jadwal Penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahapan terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah: a. Tahap pra lapangan, yang meliputi: menyusun rancangan penelitian dengan menyusun proposal penelitian yang dilakukan selama 1 minggu, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi, menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan: memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data. Dalam tahapan ini peneliti mulai mendatangi lokasi penelitian yang dalam hal ini Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo yang dipilih sebagai lokasi penelitian. Setelah mendapatkan izin, peneliti melanjutkan penelitiannya dengan menggali data, wawancara dengan kajur, sekjur, kaprodi dan dosen-dosen Jurusan Tarbiyah serta melakukan observasi terhadap kegiatan perkuliahan, tatap muka, kemudian memilih data yang sesuai
16
dengan penelitian. Penelitian ini berlangsung selama 17 hari terhitung dari tanggal 27 Maret sampai dengan 12 April 2008. c. Tahap analisis data, yang meliputi: analisis selama dan setelah pengumpulan data. Analisis selama pengumpulan data dilakukan dengan cara mereduksi data-data yang sudah ada sehingga menjadi terstruktur, sedangkan analisis setelah pengumpulan data dilakukan dengan cara merefleksikan data ke dalam teori-teori yang sudah ada. Dilakukan selama kurang lebih 3 minggu. d. Tahap penulisan hasil laporan penelitian. Dilakukan setelah proses pengumpulan data dan analisis data selesai.
G. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari 5 bab, yang masingmasing bab saling berkaitan erat yang merupakan satu kesatuan yang utuh, antara lain yaitu: Bab pertama merupakan bab yang memberikan gambaran umum dan latar belakang. Bab ini menguraikan hal-hal sebagai berikut: latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab kedua merupakan kajian pustaka yang berisi tentang profesionalisme guru, profesionalisme guru agama, kompetensi guru, dan Jurusan Tarbiyah sebagai LPTK A.
17
Bab ketiga membahas tentang paparan data tentang visi, misi dan tujuan pembelajaran di Jurusan Tarbiyah, data tentang kompetensi lulusan Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam, data tentang mata kuliah utama Jurusan Tarbiyah untuk mencapai kompetensi lulusan, data tentang faktor pendukung dan penghambat dalam mencapai tujuan pembelajaran dan kompetensi lulusan Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo. Bab keempat membahas tentang analisa data tentang visi, misi dan tujuan pembelajaran di Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo, analisa data tentang kompetensi lulusan Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo, analisa data tentang mata kuliah utama Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo sebagai mata kuliah terpenting, analisa data tentang usaha-usaha yang dilakukan pihak Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo untuk mencapai kompetensi lulusan yang baik, analisis data tentang faktor pendukung dan penghambat dalam mencapai tujuan pembelajaran dan kompetensi lulusan Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo. Bab lima penutup, merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dan saran. Kemudian diakhiri dengan daftar pustaka, lampiran dan daftar riwayat hidup.
18
BAB II PROFESIONALISME GURU, KOMPETENSI GURU JURUSAN TARBIYAH SEBAGAI LPTK A
H. Pengertian Profesionalisme Guru Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.19 Sikun Pribadi mengemukakan bahwa profesi itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka bahwa seorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.20 Kata profesi menunjukkan pada satu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab dan kesetiaan terhadap pekerjaan itu. Sedangkan kata profesional menunjukkan dua hal, yaitu orangnya dan penampilan atau kinerja orang itu dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya, sementara profesionalisme menunjukkan kepada derajat atau tingkat penampilan
19
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (Bandung: Citra Umbara, 2006), 3. 20 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), 1-2.
19
seseorang sebagai seorang yang profesional dalam melaksanakan profesi yang mulia itu.21 Profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional sedangkan orang yang profesional harus orang yang ahli dan mempunyai keterampilan di dalamnya, adapun persyaratan khusus dalam profesi ini, mengingat tugas dan tanggung jawab yang begitu kompleks yaitu: Adanya keahlian. Komitmen. Menuntut adanya keterampilan.22 Jadi suatu profesi erat kaitannya dengan jabatan atau pekerjaan tertentu yang dengan sendirinya menuntut keahlian, pengetahuan dan keterampilan tertentu pula.23 Dalam hal ini kompetensi menjadi sebuah keharusan yang benarbenar harus dimiliki demi kesempurnaan sebuah pekerjaan dalam hal ini pekerjaan profesional berbeda dengan pekerjaan lainnya, oleh sebab itu mempunyai fungsi sosial. Lebih lanjut kata profesi berasal dari istilah bahasa Inggris profession atau bahasa latin profecus yang artinya mengakui, pengakuan, menyatakan mampu
21
Suparlan, Guru Sebagai Profesi (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2006), 71-72. Ibid., 75. 23 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, 3. 22
20
atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu.24 Sedangkan secara terminologi profesi dapat diartikan suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual.25 Dari beberapa pengertian tentang profesionalisme guru, maka pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.26 Sebagai suatu pekerjaan yang berbeda dengan yang lain memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan kepentingan pribadi. 2. Seorang pekerja profesional, secara relatif memerlukan waktu yang panjang untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya. 3. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan. 4. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja.
24
Sudarman Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikn (Bandung: Pustaka Setia, 2002), 20. 25 Ibid., 4. 26 Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), 17.
21
5. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi. 6. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dalam profesi, serta keanggotaannya. 7. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi dan kemandirian. 8. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup dan menjadi seorang anggota yang permanen.27 Mengingat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu kompleks, maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus antara lain: 1. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam. 2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya. 3. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai. 4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakan. 5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan. 6. Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
7. Memiliki klien atau objek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasien, guru dengan muridnya.
27
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1980), 235.
22
8. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya dalam masyarakat.28 Atas dasar persyaratan tersebut jelas jabatan profesional harus ditempuh melalui jenjang pendidikan yang khusus mempersiapkan jabatan itu. Demikian juga profesi guru harus ditempuh melalui jenjang pendidikan preservice education atau LPTK atau lembaga pendidikan tenaga kependidikan seperti IKIP, STKIP Jurusan Tarbiyah dan sebagainya. Dari beberapa ciri dan kriteria serta persyaratan pekerjaan sebagai suatu profesi yang telah penulis ungkapkan di atas, menunjukkan bahwa guru termasuk jabatan profesional, karena hal-hal tersebut di atas dapat terpenuhi. Oleh karena itu, sebagai jabatan profesional guru dituntut memiliki seperangkat kemampuan (competency) yang beraneka ragam untuk dapat mengemban peran dan tugasnya dengan baik.
Profesionalisme Guru Agama Istilah profesionalisme berasal dari profesion yang mengandung arti pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Adapun yang dimaksud dengan profesionalisme guru agama tidak lain yaitu keprofesionalisasian akan guru agama, dalam hal ini kemampuan guru agama dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya dalam lapangan pendidikan 28
Ibid., 17.
23
yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan di lembaga pendidikan guru dalam waktu tertentu. Profesionalisme pada hakekatnya adalah orientasi kerja yang bertumpu pada kompetensi karena dalam pengembangan profesionalisme guru tersebut diperlukan pemanfaatan kompetensi keguruan. Kompetensi itu tergambar di dalam pelaksanaan tugas guru sehari-hari yang bercirikan pada empat kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi paedagogik, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.29 Keempat kompetensi tersebut akan dijelaskan lebih lanjut pada pembahasan selanjutnya. Ciri-ciri guru profesional menurut Made Pidarta, antara lain: 1. Bekerja sepenuhnya dalam jam-jam kerja. 2. Pilihan pekerjaan itu didasarkan pada motivasi yang kuat. 3. Memiliki seperangkat pengetahuan ilmu dan keterampilan khusus yang diperoleh lewat pendidikan dan latihan yang lama. 4. Membuat keputusan sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan atau menangani kliennya. 5. Pekerjaan berorientasi kepada pelayanan, bukan untuk kepentingan pribadi. 6. Pelayanan itu didasarkan pada kebutuhan objektif klien. 7. Memiliki otonomi untuk bertindak dalam menyelesaikan persoalan klien. 8. Menjadi organisasi, sudah memenuhi persyaratan.
29
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan Secara Manusiawi, 239.
24
9. Memiliki kekuatan dan status yang tinggi sebagai eksperimen dalam spesialisasinya. 10. Keahlian itu tidak boleh diadvertensikan untuk mencari klien.30 Guru agama dituntut persyaratan yang istimewa dan lebih dari guru yang lain. Dengan demikian, menjadi guru pendidik agama Islam merupakan sebuah profesi yang perlu dipersiapkn secara matang. Guru agama yang profesional dalam menjalankan tugas kehidupannya sehari-hari, selalu dilandasi dengan nilai-nilai ajaran agama Islam, yang bertujuan untuk mensejahterakan dan memajukan kehidupan masyarakat serta cita-cita yang diembannya adalah cita-cita masyarakat dan bukan cita-cita pribadi.
I. Kompetensi Guru Pengertian Kompetensi Istilah kompetensi sebenarnya mempunyai banyak makna sebagaimana yang dikemukakan berikut: Pengertian dasar kompetensi yakni kecakapan, kewenangan, kekuasaan dan kemampuan.31 Menurut kamus umum bahasa Indonesia kompetensi berarti kekuasaan (kewenangan) untuk menentukan atau
30 31
Made Pidarta, Landasan Kependidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), 265. Pius A Partanto, M. Dahlan Al Bary, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994), 353.
25
memutuskan suatu hal.32 Adapun kompetensi dalam bahasa Inggris yakni competence yang berarti kecakapan atau kemampuan.33 Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.34 Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.35 Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir, dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seorang menjadi kompeten dalam arti memiliki pengetahuan keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.36 MC Ashan mengemukakan bahwa: “….is a knowledge, skill, and obilities or capabilities that a person achieves which become past of his or her being to the exent he or she can satisfactorily perform cognitive, affective, and psychomotor behaviors”. Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seorang yang telah menjadi bagian dari 32
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 584. 33 John M. Echois, Hasan Sadili, Kamus Inggris Indonesia (An English Dictionary) (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996), 182. 34 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, 4. 35 Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), 14. 36 Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education) Konsep dan Aplikasi (Bandung: Alfabeta, 2004), 61.
26
dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.37
Standar Kompetensi Guru Dalam Pasal 10 Undang-undang nomor 14 tahun 2005 menyebutkan bahwa: kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Adapun kompetensi dan sub kompetensi yang harus dimiliki bagi guru sebagaimana dalam Pasal 8 adalah sebagai berikut: a. Kompetensi paedagogik Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi paedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, perancang dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.38 Lebih lanjut dalam RPP tentang guru dikemukakan bahwa: kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:39 1) Pemahaman wawasan/landasan kependidikan Ada beberapa landasan utama dalam pengembangan pendidikan yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial budaya serta pengembangan ilmu dan teknologi. 2) Pemahaman terhadap peserta didik Ada empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didik, yaitu: a) Tingkat kecerdasan b) Kreativitas
37
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik dan Implementasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), 38. 38 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 75. 39 Ibid.
27
c) Cacat fisik d) Perkembangan kognitif 3) Pengembangan kurikulum Suatu kurikulum diharapkan memberikan landasan isi dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan peserta didik secara optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan masyarakat.40 4) Perancang pembelajaran Perancang pembelajaran merupakan salah satu kompetensi paedagogis yang harus dimiliki oleh seorang guru, yang akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu: a) Identifikasi kebutuhan. b) Identifikasi kompetensi. c) Penyusunan program pembelajaran. 5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis Pembelajaran yang mendidik dan dialogis merupakan respon terhadap praktek pendidikan anti realitas, yang menurut Freire (2003) harus diarahkan pada proses hadapi masalah. 6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. 7) Evaluasi hasil belajar Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik yang dapat dilakukan dengan: a) Penilaian kelas.
40
Nana Saodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), 28.
28
b) Tes kemampuan dasar. c) Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi. d) Benchmarking. e) Penilaian program. 8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi kepribadian Dalam standar nasional pendidikan Pasal 28 ayat (3) dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.41 1) Kepribadian yang mantap, stabil dan dewasa Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, profesional dan dapat dipertanggungjawabkan, guru harus memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dan dewasa. Kondisi kepribadian yang tidak mantap, stabil dan dewasa akan mengakibatkan seorang guru melakukan tindakan-tindakan yang tidak profesional tidak terpuji, bahkan tindakan-tindakan yang tidak senonoh yang merusak citra dan martabat guru. 2) Disiplin, arif dan berwibawa Dalam pendidikan, mendisiplinkan peserta didik harus dimulai dari kepribadian guru yang disiplin, arif dan berwibawa. 3) Menjadi teladan bagi peserta didik Sebagai teladan tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Sehubungan dengan itu, beberapa hal di bawah ini perlu mendapat perhatian dan bila perlu didiskusikan para guru. a) Sikap dasar.
41
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, 117.
29
b) Sikap melalui pengalaman dan kesalahan. c) Hubungan kemanusiaan.
d) Proses berpikir. e) Keputusan.42 4) Berakhlak mulia Guru harus berakhlak mulia, karena ia adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak berharap untuk menasehati orang. c. Kompetensi sosial Dalam standar nasional pendidikan penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang guru, bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk: 1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat. 2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional. 3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik. 4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.43
d. Kompetensi profesional
42 43
Ibid., 128. Ibid., 173.
30
Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir (dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran yang luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.44 Secara umum dapat diidentifikasikan dan dijelaskan tentang ruang lingkup kompetensi profesional guru sebagai berikut:45 1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofis, psikologis, sosiologis, dan sebagainya. Ada beberapa landasan utama dalam pengembangan pendidikan yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial budaya, serta pengembangan ilmu dan teknologi.46 2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik. 3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya. Seorang guru harus menguasai materi standar yang meliputi: a) Menguasai bahan pelajaran (bidang studi). b) Menguasai bahan pendalaman (pengayaan). 4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. 5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan. 6) Mampu
mengorganisasikan
dan
melaksanakan
pembelajaran.
44
Ibid., 135. Ibid. 46 Nana Saodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, 38. 45
program
31
7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik. 8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik. Seorang guru harus mampu menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam pembelajaran, antara lain: a) Memberikan contoh perilaku keteladanan. b) Mengembangkan sikap disiplin dalam c) Melalui kegiatan ekstrakulikuler (ekskul).
d) Pengayaan dan remedial. e) Bimbingan konseling.
J. Jurusan Tarbiyah Sebagai LPTK A Dari uraian di atas telah dijelaskan bahwa seorang yang profesional atau jabatan bisa dikatakan profesional harus ditempuh melalui jenjang pendidikan yang khusus mempersiapkan jabatan itu. Demikian juga profesi guru harus ditempuh melalui jenjang pendidikan atau preservice education. Jika profesi itu sebagai guru agama maka di Jurusan Tarbiyahlah seorang guru Pendidikan Agama Islam menempuh jenjang pendidikan. Di dalam pendidikan setiap individu dituntut untuk menguasai pengertian ilmu pengetahuan dalam kehidupan.47 Sebagai LPTK perguruan tinggi diberi tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru.48 Peraturan Pemerintah No.30/1990
47
Abdurrahman Mas’ud, et. al., Paradigma Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), 261. 48 Undang-undang No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (Bandung: Citra Umbara, 2006), 4.
32
tentang perguruan tinggi yang terdiri dari 17 bab dan 125 pasal merupakan landasan yang penting bagi proses restrukturisasi perguruan tinggi. Dengan peraturan pemerintah itulah diharapkan dapat mencetak manusia-manusia yang profesional, berilmu pengetahuan tinggi, menguasai teknologi, berjiwa penuh pengabdian, penuh tanggung jawab terhadap masa depan bangsa dan negara.49 Yang secara umum tertuang dalam visi, misi sebuah lembaga. Misi adalah suatu tugas, amanat, pesan,50 sedangkan visi adalah sebuah angan, pandangan, khayalan, impian.51 Visi dan misi suatu lembaga biasanya menyesuaikan diri dengan tuntutan masa depan. Visi dan misi suatu lembaga harus berubah, sebagai suatu lembaga yang mempersiapkan sumber daya manusia masa depan (menguasai ilmu pengetahuan, mengembangkan dan memanfaatkan) untuk peningkatan taraf hidup manusia.52 Sebagai sebuah lembaga, perlu kiranya memikirkan tantangan dan peluang bisnis seperti halnya dengan dunia perusahaan. Tentunya tantangan dan peluang bisnis di suatu lembaga pendidikan adalah laku atau tidaknya produk yang dihasilkan serta bagaimana setiap lembaga itu memikirkan out put dari tahun ke tahun semakin baik dan berkualitas. LPTK perlu mendeteksi peluang dan ancaman bisnis. Strategi bisnis ini untuk mencapai tujuan lembaga (visi) serta
49
Abdurrahman Mas’ud, et. al., Paradigma…, 249. Dahlan al-Bary, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994), 471. 51 Ibid., 777. 52 Abdurrahman Mas’ud, et. al., Paradigma…, 249. 50
33
memperhatikan misi dari suatu perusahaan atau lembaga baik bagi bangsa, negara dan agama.53 Untuk mewujudkan visi dan misi dari suatu lembaga pendidikan, suatu lembaga memikirkan langkah apa yang akan ditempuh untuk bisa mencapai visi dan misi itu. Karena menurut Kartini Kartono seseorang tidak bisa melakukan kegiatan membangun jika ia tidak terdidik dan terlatih.54 Oleh karena itu pendidikan merupakan kunci pembuka bagi usaha untuk mencerdaskan bangsa, berdasarkan pemaparan di atas sebuah lembaga pendidikan merumuskan tujuan diadakannya pembelajaran. Pada Peraturan Pemerintah No.30 tahun 1990 dijelaskan bahwa peraturan tersebut sangat penting untuk memberikan landasan dan arah yang jelas agar tujuan yang dicita-citakan oleh sebuah lembaga pendidikan bisa tercapai. Tujuan diadakannya pembelajaran di perguruan tinggi adalah di dapat sebuah harapan agar para mahasiswanya mampu bersaing, mempunyai keterampilan atau pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat dalam rangka memasuki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, bermoral luhur dan bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa.55 Suatu lembaga pendidikan pasti akan memberikan pelayanan yang terbaik untuk bisa mewujudkan visi dan misinya, salah satu caranya adalah merumuskan dan menetapkan tujuan dari sebuah pendidikan, yang tertuang dalam tujuan 53
Ibid., 260. Ibid., 250. 55 Ibid. 54
34
pembelajaran yang sering disebut indikator atau tujuan instruksional baik umum maupun khusus. Akan tetapi sebuah LPTK tidak hanya merumuskan itu tetapi juga merumuskan dan menganalisis bagaimana profil lulusan dan kompetensi apa saja yang harus dimiliki oleh seorang lulusan. Jika beberapa indikasi yang dikemukakan di atas menjadi tolak ukur untuk memprediksikan guru agama yang bagaimana yang akan dibutuhkan saat sekarang ini dan masa yang akan datang? Berkenaan dengan itu ada beberapa hal perlu mendapat perhatian kita di dalam pengembangan kurikulum Fakultas Tarbiyah sebagai lembaga LPTK A, yaitu: Pertama, menetapkan kompetensi apa yang harus dimiliki oleh seorang guru agama. Kompetensi tersebut berinduk kepada empat kompetensi pokok, yaitu kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.56 Dilihat dari berbagai sisi, perlu adanya reorientasi kurikulum Fakultas Tarbiyah yang ada sekarang, sehingga output Fakultas Tarbiyah dapat memiliki empat kompetensi pokok yang dari keempat kompetensi pokok ini akan melahirkan berbagai kompetensi lainnya. Untuk mencapai empat kompetensi di atas Fakultas Tarbiyah sebagai LPTK A telah memprogramkan kependidikan yang dibagi kepada tiga pembidangan kurikulum nasional. Pertama, Mata Kuliah Umum (MKU) yang sekarang sering disebut dengan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), yang kedua (MKDK) Mata Kuliah Dasar Keahlian atau yang sekarang (MKK)
56
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia (Jakarta: Prenada Media, 2004), 101.
35
Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan, ketiga Mata Kuliah Keahlian (MKK) atau yang sekarang (MPB) Mata Kuliah Perilaku Berkarya.57 Arah pengembangan kurikulum pendidikan tinggi yang akan datang Menteri Pendidikan Nasional telah mengeluarkan Surat Keputusan No. 232/2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa. Dalam surat keputusan itu ditetapkan bahwa struktur kurikulum pendidikan tinggi dijabarkan dalam bentuk MPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian), MKK (Mata Kuliah Keilmuan Keterampilan), MKB (Mata Kuliah Keahlian Berkarya), MPB (Mata Kuliah Perilaku Berkarya), MBB (Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat.58 Arah dari penyusunan kurikulum adalah bertolak dari penjabaran kompetensi dalam isi kurikulum. Menurut Pilar proses pembelajaran MPK, MKK, MKB, MPB, MBB penetapan kompetensi tenaga kependidikan agama merupakan langkah awal agama dalam pengembangan kurikulum Fakultas Tarbiyah sebagai LPTK. Permasalahan yang dihadapi LPTK A adalah banyaknya faktor-faktor yang kurang mendukung baik itu untuk mencapai visi, misi, tujuan pembelajaran maupun kompetensi lulusan. Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam meningkatkan hasil pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
57 58
Ibid., 98. Ibid.
36
1. Peserta didik. 2. Sarana dan fasilitas. 3. Pendidik atau tenaga pengajar. 4. Lingkungan.59 Ada yang menambahkan yaitu kurikulum dan penilaian hasil belajar. Karena di dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi unsur utama untuk mendukung itu adalah mahasiswa (faktor human) tenaga pengajar dan bahan ajar.60 Unsur dosen merupakan tenaga inti dalam pengembangan dan penyelenggaraan
pendidikan
tinggi
disamping
tenaga
peneliti,
tenaga
administrasi, tenaga pustakawan dan tenaga laboratorium. Sedangkan unsur bahan ajar merupakan satu rangkaian mata kuliah yang mengandung bahan kajian dan pengajaran yang dikenal sebagai kurikulum.61
59
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam, 80-82. CLK Hasan Bisri, Agenda Pengembangan Pendidikan Tinggi Islam (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), 1. 61 Ibid., 2. 60
37
BAB III PAPARAN DATA TENTANG UPAYA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH STAIN PONOROGO DALAM MEMPERSIAPKAN CALON TENAGA PENDIDIK AGAMA ISLAM PROFESIONAL
K. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sejarah Singkat Berdirinya STAIN Ponorogo Sejarah berdirinya Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo tidak dapat dipisahkan dari pasang surut dan perjalanan sejarah IAIN Sunan Ampel. Pada awal tahun 70-an IAIN Sunan Ampel tumbuh dengan pesat dan berhasil membuka 18 fakultas yang tersebar di tiga propinsi: Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat. Salah satu fakultas yang dimaksud adalah Fakultas Syari’ah Ponorogo IAIN Sunan Ampel, yang pada tanggal 6 Robiul awal 1390 H bertepatan dengan 12 Mei 1970 diserah terimakan dari panitia persiapan kepada Menteri Agama Republik Indonesia yang sekaligus dimulai secara resmi penyelenggaraannya dengan membuka Program Sarjana Muda (SARMUD). Fakultas Syari’ah Ponorogo IAIN Sunan Ampel selanjutnya tumbuh dan berkembang dan mulai tahun akademi 1985/1986 menyelenggarakan program doktoral (S-1) dengan membuka Jurusan Qadha’ dan Mu’amalah Jinayah. Selanjutnya berdasarkan tuntutan perkembangan dan organisasi perguruan tinggi, maka dikeluarkanlah Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1997 tentang Pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), yang penyelenggaraannya secara resmi ditanda tangani oleh Menteri Agama pada tanggal 25 Shofar 1418 H bertepatan dengan 30 Juni 1997. Berdasarkan keputusan Presiden sebagaimana tersebut di atas, pada tahun akademi 1997/1998 Fakultas Syari’ah Ponorogo beralih status dari fakultas daerah menjadi STAIN dan merupakan unit organik yang berdiri sendiri di lingkungan Departemen Agama, dipimpin oleh ketua dan bertanggung jawab kepada menteri. Sedangkan pembinaan secara fungsional dilaksanakan oleh Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. Proses alih status Fakultas Syari’ah Ponorogo IAIN Sunan Ampel menjadi STAIN Ponorogo ditetapkan berdasarkan Surat Edaran Direktur Jendral Kelembagaan Agama Islam Nomor E/136/1997. Sejak alih status tersebut
38
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesional dengan membuka tiga jurusan: Syari’ah, Tarbiyah, dan Ushuluddin. Letak Geografis STAIN Ponorogo terletak di Jalan Pramuka Nomor 156 Kelurahan Ronowijayan Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo dengan batas-batas: Sebelah utara : Perumahan penduduk atau jalan Letjen Suprapto GG. Sebelah selatan : Jalan Menur. Sebelah barat : Perumahan Penduduk.62 Sebelah timur : Jalan Letjen Suprapto Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo Berdasarkan pada Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 11 Tahun 1997 tentang pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), maka semua fakultas di lingkungan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang berada di luar IAIN induk berubah nama menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN). Demikian pula halnya dengan IAIN Ponorogo yang semua menginduk kepada Surabaya akhirnya harus melepaskan diri dari induknya yaitu IAIN Sunan Ampel Surabaya. Selanjutnya Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo menjadi lembaga otonom dan merupakan unit organisasi tersendiri di lingkungan Departemen Agama yang dipimpin oleh ketua dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Agama. Pembinaan STAIN secara fungsional dilakukan Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama. Jurusan Tarbiyah adalah salah satu dari tiga jurusan yang dimiliki oleh Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo. Pendirian Jurusan ini berdasarkan pada Keputusan Menteri Agama RI No. 416/1997 tentang status STAIN Ponorogo, juga KMA No. 307/1997 tentang susunan dan organisasi STAIN, dan SK Dirjen Binbaga Islam Depag RI No. F/154/1999 tertanggal 29–06-1999. Sebagai institusi di bawah STAIN Ponorogo, Jurusan Tarbiyah mengkonsentrasikan diri untuk mencetak calon-calon pendidik agama Islam yang profesional, memiliki integritas moral dan spiritual serta memiliki kepribadian yang utuh. Jurusan Tarbiyah terdiri dari empat program studi yaitu Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Program Studi
62
ini.
Lihat transkrip observasi nomor: 02/-/7-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian
39
Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Program Studi Tadris Bahasa Inggris (TBI), dan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Pimpinan dan Staf Jurusan Tarbiyah Tabel 1. No
Jabatan
1.
Ketua Jurusan Tarbiyah
2.
Sekretaris Jurusan
3. 4. 5.
Kaprodi Pendidikan Agama Islam Kaprodi Pendidikan Bahasa Arab Kaprodi Tadris Inggris
6.
Kaprodi PGMI
7. 8. 9.
Staf Jurusan Staf Jurusan Staf Jurusan
Nama
NIP
Drs. Kasnun, MA Mukhlison Effendi, M.Ag Basuki, M.Ag H. Moh.Munir, M.Ag Drs. Harjali, M.Pd Moh. Miftachul Choiri, MA M. Choirul Anam, SE Umi Rohmah, M.Pd.I Drs. Syamsul Hadi
150255550 150299511 150327277 150295914 150302526 150295749 150321050 150368918 150370331
Dosen Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam Dosen-dosen Jurusan Tarbiyah terbagi menjadi 2 bagian, bagian pertama adalah dosen tetap Prodi Pendidikan Agama Islam yang berjumlah 15 orang dan bagian kedua adalah dosen luar biasa yang berjumlah 40 orang. Tabel 2.1 a. Dosen Tetap Program Studi Pendidikan Agama Islam No 1. 2.
Nama
Jabata n
DR.Hj.St.Maryam Yusuf,M.Ag NIP. 150 215 384 Drs. H. Sugihanto, M.Ag
Lektor Kepala Lektor
Pend S3 S2
Keahlian Pengembangan Kurikulum PAI Fiqh
40
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
NIP. 150 206 247 Drs.H. Edhy Mahfudh, MM NIP. 150 205 416 H. Soepono,SH,M.Si NIP. 150 102 241 Drs. H. Sutoyo, M.Ag NIP. 150 318 326 Elfi Yuliani R., M.Pd.I NIP. 150 285 892 Khusniati Rofi’ah,M.SI NIP. 150 300 069 Basuki, M.Ag NIP. 150. 327 277 Moh. Widda Djuhan, M.Si NIP. 150 286 893 Drs. Ju’Subaidi, M.Ag NIP. 150 302 527 M. Miftahul Ulum, M.Ag NIP. 150 327 278 Ahmad Faruk, M.Fil.I NIP. 150 327 286 Moh. Muhlas, M.Pd NIP. 150 368 921 Umi Rohmah, M.Pd.I NIP. 150 368 918 AB. Musyafa’f, M.Pd.I NIP. 150 368 917
Kepala Lektor
S2
Kapita Selekta Pendidikan
Lektor
S2
Kewiraan
Lektor
S2
Tasawuf
Lektor
S2
Psikologi Pendidikan
Lektor
S2
Hadits
Lektor
S2
Asisten Ahli Asisten Ahli Asisten Ahli Asisten Ahli Asisten Ahli Asisten Ahli Asisten Ahli
S2
Ilmu Pendidikan Islam Sejarah Pendidikan Islam
S2
Civic Education
S2
Filsafat Pendidikan Islam
S2
Filsafat Umum
S2
Bahasa Indonesia
S2 S2
Bimbingan Penyuluhan Tehnologi Pendidikan
b. Dosen Luar Biasa Program Studi Pendidikan Agama Islam Tabel 2.2 No
Nama
1.
H.A.Herry Aman,M.Ag
2.
H. Subroto, M.Si
Jabatan Pend Lektor Kepala Lektor Kepala
Keahlian
S2
Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia
S2
Ushul Fiqih
41
3.
H. Ansor
4.
H. Mursyidi Ridwan, M.Si
5.
Munawir, M.Hum
6.
Miftahul Choiri, M.Ag
7.
Sirojudin Ahmad, S.Ag
8.
M. Widda Djuhan, M.Si
9.
Abu Bakar, M.Ag
10.
Tafsir Pendidikan Lektor Kepala Lektor Kepala
S2
Perbandingan Agama
S2
SBM
S2
Metodologi Penelitian
S1
Fiqih Keluarga
S2
Civic Education
Lektor
S2
Tafsir Pendidikan
Aries Fitriani, M.Pd
Lektor
S2
Bahasa Arab
11.
Irma Rumtianing, M.Si
Lektor
S2
Hadis Pendidikan
12.
Retno Widya NR, M.Pd
Asisten Ahli
S2
Statistik Pendidikan
13.
Muhlison Effendi, M.Ag
Lektor
S2
SBM
14.
Erwin Yudi Prahara, M.Ag
Asisten Ahli
S2
Materi Pendidikan Agama Islam
15.
Futiati Romlah, M.Si
Lektor
S2
Psikologi Pendidikan
16.
Lia Amalia, S.Ag, M.Si
Asisten Ahli
S2
Ilmu Jiwa Belajar PAI
17.
Harisul Watoni
18.
Harir Muzakki, M.Hi
19.
Kadi, S.Ag
20.
Athok Fu’adi
21.
Sugiar
22.
Irfan Riyadi, M.Ag
23.
Juk Zubaidi, M.Ag
Lektor Asisten Ahli Asisten Ahli
SBM Asisten Ahli Asisten Ahli
S2 S1
Fiqih Keluarga Filsafat Pendidikan Islam Teknik Evaluasi Pembelajaran PAI Pengelolaan Kelas
Asisten Ahli Asisten Ahli
S2
Akhlak Tasawuf
S2
Peng. Instrum. Pen. Fiqih
42
24.
Ajat Sudrajat, M.Ag
25.
Miftahul Huda, M.Ag
26.
Sugiyar
27.
Isnatin Ulfa, M.H.I
28.
A. Faruq, M. Fil.I
29.
Aksin, M.Ag
30.
Dra. Hj. Siti Aminah S,M.Ag
31.
Drs. Maftuh Turmudjie
32.
Drs. Waris
33.
Drs. H. Moch. Saichu, M.Si
34.
Asisten Ahli Asisten Ahli
Asisten Ahli Asisten Ahli Asisten Ahli
S2 S2
Kajian Buku Arab Perbandingan Madhzab Kapita Selekta Pendidikan Islam
S2
Fiqih
S2
Filsafat Umum
S2
Bahasa Arab
S2
Ilmu Kalam
S1
Ilmu Kalam
S1
Filsafat Umum
Lektor
S2
ISD
H. Moh. Munir Lc, M.Ag
Lektor
S2
Ulumul Qur’an
35.
Iswahyudi, S.Ag
Asisten Ahli
S1
Filsafat Umum
36.
Mukhlas, M.Pd
S2
Bahasa Arab
37.
Ahmad Mujib, M.Ag
S2
Bahasa Arab
38.
Nu’man Hakim, M.Ag
S2
Ilmu Pendidikan
39.
Imam Sayuti F, M.SI
S2
Ilmu Kalam
40.
Muh. Tasrif, M.Ag
S2
Bahasa Indonesia
Lektor Lektor Kepala Asisten Ahli
Asisten Ahli Asisten Ahli Asisten Ahli Lektor Kepala Lektor
Sajian Data Khusus Tentang Upaya Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo dalam Mempersiapkan Calon Tenaga Pendidik Agama Islam yang Profesional
43
Visi, Misi dan Tujuan Pembelajaran Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua Jurusan Tarbiyah Drs. Kasnun, MA mengenai visi, misi dan tujuan pembelajaran di Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo, sebagaimana data berikut: Visi dari Jurusan Tarbiyah sendiri adalah bisa dilihat di dokumen bahwa visi Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo adalah sebagai pusat pendidikan dan pengembangan tenaga edukatif yang profesional, kompetitif, memiliki integritas moral dan spiritual serta berkepribadian yang utuh sedangkan misinya adalah: Melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran pendidikan Islam secara profesional. Melaksanakan pembinaan profesi di bidang pendidikan agama Islam. Mengembangkan kepekaan dan kepedulian terhadap pertumbuhan dan perkembangan dunia pendidikan Islam baik lokal maupun global.63
Dapat diketahui bahwa Jurusan Tarbiyah merupakan pendidikan tinggi yang mana telah diberikan wewenang oleh pemerintah untuk mencetak tenaga edukatif yang pengembangannya diserahkan kepada yang bersangkutan dalam hal ini Jurusan Tarbiyah. Untuk mencapai visi, misi tersebut salah satu wahana atau jalannya adalah ditetapkannya tujuan pembelajaran yang digunakan sebagai acuan agar tidak salah arah sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Muklison Effendi, M.Ag dan Bapak Kasnun sebagaimana data berikut: Tujuan daripada tujuan pembelajaran ya untuk mencapai visi, misi itu sendiri yang tertuang dalam tujuan Jurusan Tarbiyah agar tidak salah arah.64
Oleh karena itu tujuan pembelajaran sendiri bermanfaat untuk: a) Menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan akademik dalam ilmu pendidikan Islam yang profesional dan kompetitif. b) Menghasilkan
lulusan
yang
mampu
mengembangkan
dan
mengaplikasikan khazanah ilmu Pendidikan Agama Islam seni dan budaya Islam secara tepat.
63
Lihat transkrip wawancara nomor: 01/1-W/F-1/29.III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 64 Lihat transkrip wawancara nomor: 07/7-W/F-1/05.IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
44
c) Menghasilkan lulusan yang memiliki integritas moral dan kepribadian yang utuh dalam melaksanakan pendidikan di masyarakat. Dengan kata lain bahwa tujuan pembelajaran sendiri adalah merupakan salah satu sarana atau proses terwujudnya tenaga edukatif yang profesional. Untuk mewujudkan misi yang pertama, bahwa disitu disebutkan melaksanakan pendidikan dan pembelajaran pendidikan Islam secara profesional, pihak jurusan telah berusaha mewujudkan misi tersebut dengan cara melakukan atau diadakannya perkuliahan tatap muka yang dilakukan selama 16 kali pertemuan di mana pada perkuliahan itu sudah disusun secara rapi sekenario pembelajaran oleh masingmasing dosen yang di dalamnya terdapat dan tersusun tujuan pembelajaran yang sering disebut dengan indikator atau tujuan instruksional baik itu umum atau khusus. Selain perkuliahan reguler, kegiatan lainnya adalah penugasan individu seperti makalah, diskusi dan lain-lain. Untuk melaksanakan pembinaan profesi di bidang Pendidikan Agama Islam pihak jurusan telah melaksanakan kegiatan mikro teaching (PPLK I) dan praktek langsung di sekolah-sekolah menengah atas seperti SMA, MA dan MTs yang ada di Ponorogo. Dengan alasan bahwa dengan praktek langsung di lapangan mahasiswa sebagai calon guru bisa mengenal dunia yang akan mereka terjuni nanti setelah mereka lulus dari PT-LPTK, sehingga mereka terbiasa untuk bertanggung jawab atas apa yang telah mereka jalani. Untuk mewujudkan misi yang ketiga yaitu mengembangkan kepekaan dan kepedulian terhadap pertumbuhan dan perkembangan dunia pendidikan Islam baik lokal maupun global pihak jurusan telah mempersiapkan bahan ajar atau mata kuliah yang berhubungan dengan dunia Islam yang tergabung dalam MKK (Mata Kuliah Keterampilan dan Keilmuan) yang disesuaikan dengan isu-isu pendidikan yang sedang marak diperbincangkan. Sedangkan tujuan pembelajaran sebagai acuan atau pegangan telah dirumuskan di dalam kurikulum PT (Perguruan Tinggi) yang secara rinci disebutkan di dalam RPP dalam kolom indikator atau tujuan instruksional baik umum atau khusus. Kompetensi Lulusan Khususnya Prodi PAI Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo Untuk mengetahui kompetensi lulusan Prodi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo, peneliti melakukan wawancara dan melihat dokumentasi secara langsung. Wawancara dilakukan dengan Kaprodi Pendidikan Agama Islam sehingga memperoleh data sebagai berikut: Bahwa kompetensi lulusan dari Prodi Pendidikan Agama Islam sendiri didasarkan pada tiga ranah yaitu aspek kognitif, afektif dan spikomotorik. Sedangkan
45
kompetensi lulusan sendiri adalah seperangkat pengetahuan dan keahlian yang harus dimiliki oleh setiap lulusan.65
Hal tersebut bisa dilihat pada profil Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo, sebagaimana data berikut: Dilihat dari aspek kognitif mahasiswa harus: a) Memiliki kemampuan dalam memahami wawasan pendidikan secara komprehensif. b) Menguasai substansi ilmu-ilmu keislaman dan metodologi pembelajaran. Dari aspek afektif mahasiswa harus: a) Memiliki kemampuan untuk menjadi guru agama Islam yang demokratis dan profesional. b) Memiliki kemampuan untuk menjadi guru agama Islam yang selalu mencintai ilmu serta responsif, inovatif, kreatif. Dari aspek psikomotorik mahasiswa harus: a) Memiliki kemampuan dalam menerapkan wawasan pendidikan. b) Memiliki kemampuan dalam mengembangkan kurikulum Pendidikan Agama Islam dan metodologi pembelajaran yang tepat dan dinamis.66
Jika dilihat dari data di atas kompetensi lulusan Prodi Pendidikan Agama Islam yang baik adalah mahasiswa yang bisa menguasai atau memiliki ciri-ciri yang telah disebutkan sesuai dengan ranah yang telah ditentukan masing-masing. Sebagai indikator atau sebagai patokan bahwa mahasiswa yang telah lulus kemudian memiliki IP atau yodisium terakhir minimal 3.00 sudah bisa dikategorikan baik. Sebagai sample dari beberapa orang pada wisudawan atau wisudawati yang mendapat yodisium terakhir di atas 3.50 adalah Nurul Jamilah. Dengan melihat angka terakhir sebesar 3.65 bisa diindikasikan bahwa mahasiswa yang seperti inilah yang baik sekaligus mempunyai kompetensi yang tinggi dalam dunia pendidikan. Mata Kuliah yang Diajarkan Untuk Mencapai Kompetensi Lulusan Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo Untuk mengetahui mata kuliah apa saja yang diajarkan di Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo untuk mencapai kompetensi lulusannya, maka peneliti melihat dokumen tentang mata kuliah Prodi Pendidikan Agama Islam, mata kuliah apa saja yang diajarkan sebagaimana data berikut: Mata kuliah dibagi dalam kelompok kompetensi yang mana kompetensi sendiri dibagi menjadi 2 yaitu kompetensi utama 99 SKS (68,75%) dan penunjang 45 SKS (31, 25%) sedangkan kelompok kompetensi sendiri dibagi menjadi lima67 yaitu: 65
Lihat transkrip wawancara nomor: 02/2-W/F-2/01.IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 66 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 02/D/F-2/07.IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 67 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 03/D/F-3/07.IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
46
a) Mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK) 19 sks (13,19%). b) Mata kuliah keilmuan dan keterampilan (MKK) 45 sks (34,03%). c) Mata kuliah keahlian berkarya (MPB) 65 sks (42,36%). d) Mata kuliah perilaku berkarya (MPB) 9 sks (6,25%). e) Mata kuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB) 6 sks (4,17%). Dalam pelaksanaannya mata kuliah ini terbagi ke dalam 5 kompetensi dengan rincian secara umum sebagai berikut: Tabel 3.1 Mata Kuliah Program Pendidikan Agama Islam No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Kode MK STA.1.3.01 STA.1.3.02 STA.1.303 STA.1.1.04 STA.1.1.05 STA.3.3.06 STA.2.2.07 STA.2.1.08 STA.2.2.09 STA.2.2.10 STA.2.2.11 STA.2.2.12 STA.2.2.13 STA.2.2.14 STA.2.2.15 STA.3.1.16 STA.3.1.17 STA.4.3.18 TAR. 3.2.19 TAR.3.4.20 TAR.3.3.21 TAR.4.4.22
Mata Kuliah Bahasa Arab Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Pancasila Civic education MSI Filsafat Umum ISD/IAD Ilmu Kalam Ulumul Qur’an Ulumul Hadits Tafsir Hadits Ushul Fiqh Fiqih Akhlaq Tasawuf Sejarah Peradaban Islam Metode Penelitian Ilmu Pendidikan Psikologi Umum Psikologi Pendidikan Psikologi Perkembangan
SKS 6 6 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2
47
TAR.4.4.23 TAR.5.4.24 TAR.5.4.25 TAR.7.3.26 TAR.7.3.27 TAR.4.3.28 TAR.5.2.29 TAR.7.5.30 TAR.6.3.31 TAR.8.3.32 TAR.6.3.33 PAI.4.1.34 PAI.4.2.35
23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
SBM Bimbingan dan Penyuluhan Adm dan Manajemen Pendidikan Kajian Buku Arab Kajian Buku Inggris Pengelolaan Kelas Metodologi Penelitian Pendidikan KKN PPLK Skripsi Statistik Fiqh Keluarga Hadits Pendidikan
2 2 2 2 2 2 2 4 4 6 3 3 3
Jadi masing-masing mata kuliah di atas disebar dan dibagi sesuai dengan kelompok kompetensi dan pada semester berapa perkuliahan tersebut akan diberikan. Seperti data berikut ini: Tabel 3.2 Mata Kuliah Program Pendidikan Agama Islam Beserta Dosen yang Mengajar MPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian)
1.
STA.1.1.05 Civic Education
2
1
2. 3. 4. 5.
STA.3.1.16 PAI.4.1.34 STA.2.1.08 STA.1.1.04
3 3 2 2
I IV I I
Dosen Pengampu M. Widda Djuhan dan Layyin Mahfiana, M.Hum M. Irfan Riyadi Harir Muzakki Soepono, SH Soepono, SH
3
III
M. Widda Djuhan
2
III
2
III
No
6. 7. 8.
Kode
Mata Kuliah
Akhlaq Tasawuf Fiqh Keluarga ISD Pancasila Sejarah STA.3.1.17 Peradaban Islam Perbandingan PAI.3.1.51 Madzhab PAI.6.1.52 Perbandingan
SKS SMT
Mursyidi R dan Ahmad Faruq Mursyidi R
48
Agama 19 MKK (Mata Kuliah Keilmuan dan Ketrampilan) Mata Kuliah
SKS SMT
Dosen Pengampu Nu’man Hakim Irma Rumtianing Ahmad Munir Erwin Yudi Prahara
No
Kode
1.
TAR.3.2.19
Ilmu Pendidikan
3
III
2.
PAI.4.2.35
Hadits Pendidikan
3
IV
3.
PAI.4.2.36
Tafsir Pendidikan
3
IV
4.
PAI.4.2.41
4
V
5.
PAI.4.2.44
3
IV
Basuki
6.
PAI.6.2.47
2
VI
Miftahul Ulum
7. 8.
PAI.4.2.49 STA.2.2.07
Materi PAI di SMU/MA Filsafat Pendidikan Islam Pengembangan Pemikiran Pendidikan Islam Ilmu Pendidikan Islam Filsafat Umum
3 2
IV II
9.
PAI.6.2.42
SPI di Indonesia
2
VI
10.
STA.2.2.09
Ilmu Kalam
2
II
11.
STA. 2.2.10 Ulumul Qur’an
3
II
12.
STA.2.2.11
Ulumul Hadits
3
II
13.
STA.2.2.12
Tafsir
3
III
14.
STA.3.2.13
Hadits
3
III
15. 16.
STA.2.2.14 STA.2.2.15
3 3
II II
17.
TAR.5.2.29
Ushul Fiqh Fiqh Metodologi Penelitian Pendidikan
Basuki Waris Widda Djuhan Imam Sayuti H. Moh. Munir, Lc. M.Ag Khusniati Rofi’ah Ahmad Munir Khusniati Rofi’ah Subroto Sugihanto
2
V
Basuki
49
18.
PAI.5.2.45
Kapita Selekta Pendidikan
2
V
Sugiyar
49 MKB (Mata Kuliah Keahlian Berkarya) Mata Kuliah
SKS SMT
No
Kode
1.
STA.1.3.01
Bahasa Arab
6
I&II
2. 3.
STA.1.3.02 STA.1.3.03
6 2
I&II I
4.
STA.3.3.06
3
I
5.
TAR.3.3.21
2
IV
6.
TAR.4.3.23
2
III
7.
TAR.5.3.25
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Metodologi Studi Islam Psikologi Pendidikan Strategi Belajar Mengajar Administrasi dan Manajemen Pendidikan
2
III
8.
TAR.4.3.28
Pengelolaan Kelas
2
IV
9. 10. 11.
TAR.6.3.31 TAR.7.3.31 TAR.8.3.32
PPL I PPL II Skripsi
4 4 6
VI VII VIII
12.
TAR.6.3.33
Statistik
3
VI
13.
TAR.5.3.39
Perencanaan Pembelajaran PAI
3
V
14.
PAI.6.3.40
Pengembangan Kurikukum PAI
3
VI
15.
PAI.6.3.43
3
V
16.
PAI.5.3.48
3
V
17.
PAI.6.3.50
2
VI
Teknik Evaluasi Pembelajaran PAI Metodologi Pembelajaran PAI Teknologi Pendidikan
Dosen Pengampu Ahmad Mujib Udin Safala Moh. Tasrif Saifullah Lia Amalia Mukhlison Effendi Edhy Mahfudh Miftakhul Choiri Retno Widya NR Hj. ST. Maryam Yusuf Hj. ST. Maryam Yusuf Athok Fuadi Miftahul Choiri AB.
50
18.
STA.4.3.18
Metode Penelitian
3
IV
19.
TAR.7.3.26
Kajian Buku Arab
2
VI
20.
TAR.7.3.26
Kajian Buku Inggris
2
VI
21.
PAI.7.3.37
Masail Fiqhiyah
2
VI
Musyafa Edhy Mahfudh Ajat Sudrajat Ajat Sudrajat Ajat Sudrajat
62 MPB (Mata Kuliah Perilaku Berkarya) No
Kode
1.
TAR.3.4.20
2.
TAR.4.4.22
3.
TAR.5.4.24
4.
PAI.6.4.38
SKS SMT
Mata Kuliah Psikologi Umum
2
III
2
V
2
IV
3 9
V
SKS
SMT
Psikologi Perkembangan Bimbingan dan Penyuluhan Ilmu Jiwa Belajar PAI
Dosen Pengampu Elfi Yuliani Rohmah Elfi Yuliani Rohmah Umi Rohmah Lia Amalia
MBB (Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat) No
Kode
Mata Kuliah
1.
TAR.7.5.30
KPM
4
VII
2.
PAI.7.5.46
Sosiologi Pendidikan
2
V
Dosen Pengampu Mitahul Ulum
6 Mata kuliah-mata kuliah di atas telah disusun dan diajarkan sesuai dengan tingkat semester mahasiswa. Usaha-usaha yang Dilakukan Pihak Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo Prodi Pendidikan Agama Islam dalam Mencapai Kompetensi Lulusan yang Baik
51
Untuk mengetahui usaha apa saja yang telah dilakukan oleh Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo, baik dalam bentuk kegiatan rutin maupun dalam bentuk kegiatan tahunan yang sifatnya kegiatan penunjang atau kegiatan sekunder, maka peneliti telah melakukan wawancara dengan ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam yaitu Bapak Basuki As Adi, M.Ag dan telah melakukan observasi terhadap beberapa kegiatan pelaksanaan perkuliahan dan mikro teaching (PPLK I), yang kemudian mendapatkan data sebagai berikut: a) b) c)
d)
e)
Untuk mencapai kompetensi itu ada beberapa kegiatan yang dilakukan pihak jurusan ada beberapa hal diantaranya: Perkuliahan tatap muka selama 16x (perkuliahan reguler). Perkuliahan tutorial dengan tujuan supaya mahasiswa tidak gagap teknologi. Tugas mandiri beda dengan tugas tutorial bedanya kalo tugas tutorial itu seperti membuat makalah, browsing di internet dan lain-lain. Kalau tugas mandiri ini lebih pada kreatifitas siswa seperti menyusun silabus, penelitian, dan lain-lain. Diadakannya PPLK I atau (mikro teaching) yang diawali dengan pembekalan dengan membuat 2 kali RPP dan 2 kali praktek. PPLK II atau classroom teaching yang pada waktu pelaksanaannya mahasiswa disebar kelas 15 sekolah SMA, MA maupun MTs yang ada di Ponorogo.68
Kegiatan-kegiatan di atas merupakan kegiatan primer yang setiap hari diadakan di kampus, selain kegiatan-kegiatan tersebut masih ada beberapa kegiatan penunjang yang telah dilaksanakan oleh jurusan, sebagaimana data berikut: Kegiatan lain selain kegiatan-kegiatan di atas masih ada diantaranya diadakannya workshop-workshop baik yang terencana maupun yang tidak terencana. Untuk workshop yang terencana itu ada workshop pengembangan kepribadian guru yang menjadi nara sumber KPI dari Surabaya. Kemudian ada workshop yang tidak terencana yang diadakan prodi sendiri diantaranya workshop active learning dan workshop PTK (Penelitian Tindakan Kelas) workshop peningkatan mutu.69
Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Miftahul Khoiri sebagaimana data berikut: Untuk mencapai kompetensi lulusan yang baik pihak jurusan telah melakukan kegiatan-kegiatan diantaranya: Diadakannya perkuliahan reguler. Diadakan evaluasi. Penugasan secara mandiri. Diskusi. PPLK I (mikro teaching). PPLK II
Selain yang di atas mahasiswa bisa belajar secara mandiri, kemudian adanya workshop-workshop untuk mahasiswa.
68
Lihat transkrip wawancara nomor: 05/5-W/F-4/03.IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 69 Ibid.
52
Jadi sistem evaluasi dan belajar yang sifatnya individu juga perlu dilakukan demi terciptanya atau tercapainya kompetensi lulusan yang baik.70 Semua usaha-usaha di atas adalah sebagai sarana dan jalan bagi mahasiswa bagaimana mereka bisa dipersiapkan untuk menjadi tenaga edukatif yang profesional karena profesional sendiri merupakan sebuah proses. Selain kegiatan di atas biasanya ada yang terencana dan tidak terencana. Kebanyakan yang tidak terencana itu menjadi inisiatif bagi prodi untuk dilaksanakan guna membekali mahasiswa sebelum benar-benar terjun langsung di masyarakat. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Tercapainya Tujuan Pembelajaran dan Kompetensi Lulusan Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat tujuan pembelajaran dan kompetensi lulusan ini, semuanya tidak lepas dari peran oleh beberapa pihak yang semuanya saling mengisi dan kolaboratif sehingga apa yang selama ini diimpikan dan dicita-citakan akan dapat terwujud. Faktor human atau manusia, elemen-elemen penting sebagai alat sarana dan prasarana untuk mengetahui itu semua peneliti memperoleh data dari beberapa dosen secara langsung. Sebagaimana data berikut: Dari segi pendukung diantaranya: 1. Kegiatan perkuliahan reguler. 2. Selain itu kegiatan-kegiatan mahasiswa HMJ, SMJ diantaranya sering diadakan seminar pendidikan, diskusi fajar, diskusi biasa dan lain-lain. 3. Kualifikasi dosen yang sudah S2 dan S3. 4. Kurikulum. Adapun faktor penghambatnya: 1. Kreatifitas mahasiswa untuk mengembangkan kompetensi dirinya masih kurang. 2. Sarana dan prasarana yang kurang. 3. Evaluasi yang kurang maksimal.
Faktor pendukung tercapainya tujuan pembelajaran71 dan kompetensi lulusan kuncinya terletak pada pengelola di sini adalah dosen sebagai pengantar dan kurikulum sebagai mediatornya. Adapun dari faktor penghambatnya ialah iklim akademis yang kurang dan sarana prasarana yang masih jauh dari kata ideal untuk dikatakan lengkap. Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu Rohmah, sebagaimana data berikut: 1. 2. 3. 4. 70
Diantara faktor pendukungnya: Kualifikasi dosen. Kurikulum harus market table. Kerjasama yang baik diantara elemen-elemen pendidikan. Perkuliahan reguler.
Lihat transkrip wawancara nomor: 03/3-W/F-4/02.IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 71 Lihat transkrip wawancara nomor: 04/4-W/F-5/02.IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
53
5. Motivasi dari mahasiswa. Adapun faktor penghambatnya: 1. Ketidaksesuaian dosen pengampu dengan mata kuliah yang diajarkan. 2. Sarana dan prasarana yang kurang memadai. 3. Mahasiswa banyak yang belum bisa menjadi SAL (Student Aktive Learning). 4. Lingkungan keluarga kurang memberikan suport.72
Iklim akademis dan mahasiswa sangat berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pembelajaran dan kompetensi lulusan. Adapun sarana dan prasarana yang kurang memadai menjadi faktor penghambat tercapainya tujuan pembelajaran dan kompetensi lulusan. Ditegaskan juga oleh Bapak Kasnun, sebagaimana data berikut: Adapun faktor pendukungnya: Kwalifikasi tenaga dosen yang sudah S2 dan S3. Banyaknya pondok pesantren dan sekolah favorit. Perkuliahan tatap muka. Adapun faktor penghambatnya: Iklim akademis dari mahasiswa yang sangat kurang apa buktinya kuliah masih banyak yang telat, jarang masuk dan sebagainya. Banyak dosen-dosen yang masih mementingkan keperluan pribadi serta masih banyak dosen yang tidak sesuai antara keahlian dan mata kuliah yang diajarkan. Kurangnya sarana dan prasarana. Tidak adanya perpustakaan prodi. Kurangnya tenaga staf.73
Faktor terpenting untuk mencapai tujuan pembelajaran dan kompetensi lulusan yang baik tentunya harus diiringi dengan kerja keras dan kerjasama yang baik oleh beberapa pihak yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, sebaliknya jika faktor-faktor pendukung di atas kurang salah satu atau bahkan tidak ada, maka untuk mencapai tujuan pembelajaran dan kompetensi lulusan yang maksimal akan sulit dicapai.
72
Lihat transkrip wawancara nomor: 06/6-W/F-5/04.IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 73 Lihat transkrip wawancara nomor: 08/8-W/F-5/05.IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
54
BAB IV ANALISIS DATA TENTANG UPAYA PRODI PAI JURUSAN TARBIYAH STAIN PONOROGO DALAM MEMPERSIAPKAN CALON TENAGA PENDIDIK AGAMA ISLAM PROFESIONAL
1. Analisis Data Tentang Visi, Misi dan Tujuan Pembelajaran di Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo, penulis dapat menyimpulkan bahwa visi, misi dan tujuan pembelajaran di Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo adalah sebagai berikut: Jurusan
Tarbiyah
sebagai
lembaga
pendidikan
tinggi
yang
diselenggarakan dengan sistem terbuka yang diberikan tugas oleh pemerintah sebagai pencetak calon guru, memiliki visi dan misi yang kuat. Dari sini ditemukan bahwa segenap PTAI harus mempunyai sebuah impian di mana dituangkan dalam visi, sedangkan misi adalah tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai mimpi (visi) itu. Visi dari Jurusan Tarbiyah adalah sebagai pusat pengembangan tenaga edukatif yang profesional, kompetitif, memiliki integritas moral dan spiritual serta berkepribadian yang utuh. Visi dan misi disusun bukan semata-mata karena adanya keinginan dari salah satu pihak akan tetapi visi, misi Jurusan Tarbiyah dibuat, terbentuk, dan berkembang sesuai dengan tuntutan pasar, kemauan dan saran dari beberapa pihak khususnya dunia riil pendidikan. Masyarakat global merupakan masyarakat ilmu pengetahuan, menuntut setiap
55
individu menguasai pengertian ilmu pengetahuan dalam kehidupan. Sesuai dengan undang-undang No. 14 tentang guru dan dosen pada bab 1 ketentuan umum disebutkan bahwa lembaga pendidikan tenaga kependidikan adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru pada anak usia dini jalur pendidikan formal. Dari keterangan di atas jelas bahwa visi dari Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo menganut undang-undang dan dikembangkan sesuai dengan tuntutan dunia pendidikan serta tidak mengabaikan lembaga yang memayungi yaitu Departemen Agama. Tetap memperhatikan dan memasukkan dasar agama yang notabennya
adalah
sebagai
guru
Pendidikan
Agama
Islam
serta
mengkombinasikan pendidikan umum supaya tidak kalah saing dengan guru non Pendidikan Agama Islam. Suatu visi tidak akan menjadi kenyataan jika sebuah visi hanya diletakkan sebagai sebuah impian tanpa adanya sebuah tindakan untuk mewujudkan visi tersebut. Misi disinilah yang menjadi pelaku untuk mewujudkan daripada visi. Menurut Kamus Ilmiah Populer misi adalah suatu tugas amanat pesan. Misi adalah upaya atau tindakan untuk mewujudkan daripada visi. Misi Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo secara umum adalah lebih bersifat pada langkahlangkah atau usaha demi terwujudnya tenaga educatif, serta lebih mengacu kepada bagaimana seorang tenaga educatif cinta dan senang dengan bidang profesinya, tidak hanya ahli tapi tanggap, peka dan peduli terhadap dunia pendidikan baik pendidikan umum dan khususnya pendidikan Islam. Dengan misi
56
ini diharapkan bahwa visi daripada jurusan dapat tercapai dengan kesadaran dan tanggung jawab sehingga dapat survive di era yang semakin global. Jadi sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi STAIN berusaha mengurangi kelemahan, dan berusaha melakukan adaptasi dengan lingkungannya, untuk mengurangi efek negatif dari ancaman-ancaman yang timbul akibat dari ketidak percayaan masyarakat atau konsumen pendidikan dengan mutu lulusan sebagai komponen pokok manajemen strategik yang diterapkan di IAIN maupun STAIN, perlu mendeteksi peluang dan ancaman bisnis (pemasaran lulusan). Analisa profil perusahaan yang dimaksud perusahaan di sini adalah lembaga khususnya Jurusan Tarbiyah, strategi bisnis untuk mencapai tujuan lembaga (visi) serta memperhatikan misi dari perusahaan atau lembaga baik bagi bangsa, negara dan agama. Kembali ke misi, memang misi di sini memikul tanggung jawab dan kepedulian yang tinggi untuk memajukan pendidikan nasional maupun pembangunan nasional. Disinilah Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo memulai berusaha untuk menjadi yang baik dari yang terbaik. Dengan visi, misi tersebut diharapkan fungsi Jurusan Tarbiyah akan menjadi lebih mulia. Tujuan pembelajaran yang ada di Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo bukan hanya kegiatan rutin yang diadakan setiap hari efektif perkuliahan. Lebih daripada itu tujuan pembelajaran sendiri lebih bermakna pada proses sekaligus petunjuk arah demi terwujudnya visi dan misi agar apa yang diimpikan pihak jurusan tidak salah arah. Selain itu tujuan pembelajaran bermanfaat untuk
57
membekali lulusan dengan kemampuan akademik yang cukup serta mempunyai kepribadian dan integritas moral yang baik. Harapan secara umum diadakan tujuan pembelajaran adalah dapat terciptanya calon guru yang bisa digugu dan ditiru, cerdas secara intelektual, profesional dalam pekerjaan, berkepribadian, berguna dalam masyarakat, inovatif, kreatif, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan budi pekerti luhur. Menurut Kartini Kartono, manusia tidak bisa melakukan kegiatan membangun jika ia tidak terdidik, dan berada dalam taraf primitif serta buta huruf. Karena itu pendidikan merupakan kunci pembuka bagi usaha mencerdaskan bangsa. Salah satu cara untuk mendidik adalah dengan diadakan pembelajaran sebagai kebutuhan primer pendidikan. Dengan pembelajaran itu seseorang dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan tiap-tiap individu yang kemudian tujuan pembelajaran itu dapat dirumuskan ke dalam tujuan pembelajaran supaya gunanya lebih spesifik sesuai dengan visi, misi yang akan dijalankan oleh lembaga atau pihak jurusan. Jika visi dan misi itu kita cermati maka pihak jurusan telah melaksanakan visi dan misi itu secara bertahap dan konsisten. Bertahap dalam arti selalu memperbaiki sistem yang sudah ada untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Konsisten dalam arti tetap mempertahankan hal-hal yang dianggap baik walaupun sebenarnya cara atau metode yang dipakai sudah kuno atau model lama. Karena masih dianggap layak dan berhasil untuk mewujudkan cita-cita suatu lembaga.
58
Dilihat dari baik atau tidak suatu misi peneliti mempunyai pendapat bahwa visi dan misi Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo sudah termasuk baik dan dirasa sudah cukup untuk mencetak tenaga pendidik agama Islam profesional. Karena dari visi dan misi itu sudah dirumuskan tentang pembinaan profesi yang dalam hal ini dirasa masih sangat perlu karena tanpa adanya pembinaan profesi, diadakannya pendidikan dan pembelajaran dalam bidang keguruan serta menghadirkan isu-isu pendidikan yang sedang marak diperbincangkan maka image seorang guru Pendidikan Agama Islam yang profesional tidak akan muncul. Guru Pendidikan Agama Islam yang profesional, sebelumnya dididik dan dilatih di bidangnya hingga benar-benar menjadi guru Pendidikan Agama Islam yang siap pakai tidak hanya siap latih. Penilaian yang diberikan kepada visi dan misi Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo sudah bagus hanya kadang-kadang dalam pelaksanaannya sering tidak konsisten entah karena faktor dosennya, sistem atau kendala-kendala lain yang memungkinkan hal-hal tersebut tidak dapat dilaksanakan atau tertunda pelaksanaannya karena sesuatu hal. Akan tetapi, jika visi dan misi itu dilaksanakan dengan baik dan konsisten maka untuk mewujudkan tenaga pendidik agama Islam yang profesional akan terwujud walaupun tidak sesempurna dan sebaik yang diimpikan dan dicitacitakan. Setidaknya image guru Pendidikan Agama Islam yang kompetennya hanya berdo’a atau mimpin do’a pada acara-acara tertentu terbantahkan dengan output yang seperti itu.
59
2. Analisis Data Tentang Kompetensi Lulusan Prodi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo Terkait dengan visi, misi yang telah dijalankan maka sebuah lembaga tidak bisa lepas dari lulusan. Jelas bahwa lulusan tidak hanya sekedar lulus akan tetapi lulusan tidak akan lulus jika ia tidak memiliki beberapa kompetensi. Khusus untuk lulusan Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo, kompetensi yang harus dimiliki adalah bagaimana atau kemampuan apa yang telah dimiliki oleh masing-masing individu sebagai penyandang gelar S.Pd.I. Kompetensi menurut Kamus Ilmiah Populer adalah kecakapan, kewenangan, kekuasaan atau kemampuan. Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen dijelaskan bahwa: kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Sedangkan lulusan adalah alumni dari sebuah sekolah atau perguruan tinggi. Jadi kompetensi lulusan adalah seperangkat pengetahuan yang harus dimiliki oleh masing-masing siswa yang telah menuntaskan pendidikannya. Telah diketahui bahwa lulusan dari Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo didasarkan pada 3 ranah atau 3 aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari aspek kognitif sendiri mahasiswa diharapkan untuk memiliki pemahaman, kemampuan, serta wawasan pendidikan secara komprehensif serta menguasai substansi ilmu-ilmu keislaman dan
60
metodologi pembelajaran. Jika kompetensi itu dikaitkan dengan 4 kompetensi guru, maka termasuk kompetensi profesional. Di mana kompetensi profesional sendiri adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Dari sini dapat dilihat bahwa pemahaman, kemampuan, wawasan pendidikan dan menguasai substansi ilmu-ilmu keislaman serta metodologi pembelajaran merupakan salah satu aspek untuk menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Penulis mengkategorikan ini ke dalam kelompok kompetensi profesional karena cenderung melihat pada ruang lingkup daripada kompetensi profesional diantaranya adalah mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran serta mampu menangani dan mengembangkan substansi ilmu bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya, nya di sini lebih membidik pada guru atau calon guru. Melihat aspek yang kedua lulusan tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo adalah memiliki kemampuan untuk menjadi guru Pendidikan Agama Islam yang demokratis dan profesional serta menjadi guru Pendidikan Agama Islam yang mencintai ilmu serta responsif, inovatif, kreatif. Secara umum kompetensi ini adalah untuk membangun semangat para mahasiswa supaya lebih sadar dan bisa bertanggung jawab terhadap pekerjaannya kelak. Tidak hanya mengandalkan orang-orang yang ada disekitarnya. Aspek afektif di sini cenderung pada kompetensi kepribadian walaupun tidak leteriek seperti yang
61
diungkapkan oleh literatur-literatur tentang kompetensi kepribadian akan tetapi usaha untuk menjadi guru Pendidikan Agama Islam yang bisa diterima dengan dasar sifat yang menunjukkan bagaimana ia bersikap sudah cukup untuk menjadikan guru Pendidikan Agama Islam sebagai panutan dan kompetensi yang bisa dibilang cukup baik. Aspek ketiga lebih cenderung bagaimana seorang mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu yang telah diterimanya di kampus dan bagaimana seorang mahasiswa mampu mengembangkan ilmu tersebut. Tujuan dari pihak jurusan merumuskan kompetensi ke dalam beberapa aspek yang kemudian dari beberapa aspek masih dibagi menjadi beberapa sub-sub tidak lain hanyalah untuk memudahkan pihak pengelola dalam menjalankan tugasnya supaya tujuannya menjadi lebih jelas serta dapat menentukan langkah-langkah apa yang akan ditempuh dengan memperhatikan indikator-indikator kompetensi tersebut. Pada dasarnya ketiga aspek kompetensi tersebut telah mengacu dan mempertimbangkan empat kompetensi guru, yaitu kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, profesional dan sosial. Walaupun dalam perumusan kompetensi lulusan tidak dijelaskan secara rinci yang mana yang termasuk kompetensi paedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial dalam 3 aspek tersebut, namun dengan melihat rincian dari masing-masing aspek hendaknya kita tahu dan bisa mengkategorikan serta bisa mengaitkan dengan 4 kompetensi yang harus dimiliki guru maupun calon guru (lulusan).
62
Setelah melihat rincian-rincian seperti yang sudah pernah dibahas dan dijelaskan di muka bahwa untuk mengetahui seorang mahasiswa cakap atau tidak, kreatif apa tidak, kompeten apa tidak, memiliki wawasan ilmu yang luas apa tidak, maka tidak akan cukup jika hanya dilihat dari beberapa dokumen yang menyatakan dan hanya menerangkan tentang kompetensi apa yang harus dikuasai mahasiswa setelah mereka menuntaskan studinya di STAIN Ponorogo ini. Jika diindikasikan bahwa jurusan telah mematok yodisium akhir pada mahasiswa sebesar 3.00 yang dalam hal ini tergolong baik dengan predikat sangat memuaskan, bisa dilogika bahwa mahasiswa yang mempunyai yodisium di atas 3.00 misalnya 3.25, 3.50, 3.65 dan sebagainya bisa dikatakan bahwa lulusan tersebut tergolong istimewa. Dalam arti lulusan tersebut bisa dikategorikan ahli atau profesional. Angka hanyalah sebuah indikator. Tetapi dengan angka itu pula kita bisa mengetahui dan mempunyai persepsi bahwa siapapun orangnya jika ia memiliki nilai tinggi maka ia adalah seorang yang cerdas, karena dengan angka-angka itulah orang lain bisa menilai secara objektif terhadap seseorang. Jadi untuk mengetahui kompetensi lulusan yang baik sesuai yang diharapkan pihak jurusan, bahwa secara kognitif dia cakap, secara afektif ia sigap dan secara psikomotorik ia cekatan bisa dilihat sebagai indikator atau patokan dengan melihat yodisium terakhir. Yang mana bila mahasiswa mempunyai yodisium terakhir di atas 3.00 berarti dia bisa dikatakan sebagai yang profesional. Walaupun menurut peneliti angka bukanlah sebuah jaminan yang pasti apakah
63
lulusan itu benar-benar berkompeten apa tidak dibidangnya akan tetapi setidaknya angka bisa dijadikan patokan untuk membuktikan bahwa lulusan itu benar-benar berkompeten ahli dalam bidangya khususnya bidang pendidikan.
3. Analisis Data Tentang Mata Kuliah yang Diajarkan Untuk Mencapai Kompetensi Lulusan Untuk mencapai kompetensi lulusan suatu lembaga pendidikan tidak mungkin hanya merencanakan dan menyusun kompetensi lulusan yang baik, tanpa memikirkan tujuan pendidikan yang menopang terwujudnya kompetensi lulusan yang baik. Di STAIN Ponorogo khususnya Jurusan Tarbiyah telah menentukan mata kuliah apa saja yang diajarkan untuk mencapai kompetensi lulusan yang baik diantaranya terbagi menjadi 5 kelompok besar mata kuliah dasar dalam pengembangan berbagai bidang keahlian atau kompetensi lulusan. Bertitik tolak dari tujuan program studi, maka dapat diketahui posisi masing-masing mata kuliah, sehingga tujuan mata kuliah itu mudah dirumuskan atau tujuan pengajaran masing-mamsing mata kuliah (tujuan instruksional) mengacu pada tujuan program studi. Harapan dari dikelompokkannya mata kuliah-mata kuliah tersebut adalah supaya mahasiswa tidak terlalu terbebani dengan berbagai disiplin ilmu sehingga pengkhususan pada kompetensi tertentu menjadi tidak tercapai. Karena lulusan sarjana “S1” adalah lulusan siap pakai bukan merupakan tenaga siap latih.
64
Mata kuliah yang terdiri dari MPK, MKK, MPB, MBB dan MKB semuanya disusun dan disesuaikan dengan beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap mahasiswa yang telah menyelesaikan pendidikannya. Mata kuliah ini disusun mengacu pada kurikulum yang telah ada atau yang sedang dipakai disuatu lembaga untuk memudahkan lembaga memilih dan menyesuaikan dosen pengampu yang benar-benar berkompeten dalam bidangnya. Serta mampu membawa
mahasiswa
atau
dengan
kata
lain
mampu
menghantarkan
mahasiswanya lebih cepat menguasai tiap-tiap kompetensi yang telah ditentukan. Mata kuliah yang diberikan ditujukan untuk memberikan pengalaman kepada calon tenaga kependidikan agar mereka mempunyai kompetensi seperti yang telah ditentukan. Jika ada sebuah pertanyaan apakah mata kuliah yang telah disusun dan diajarkan pada saat perkuliahan sudah mampu untuk menghasilkan atau menciptakan guru yang mempunyai kompetensi seperti yang diharapkan? Untuk menjawab pertanyaan itu, maka sesuai dengan pengamatan peneliti mata kuliah-mata kuliah yang telah diajarkan itu secara umum telah membantu menghantarkan mahasiswa untuk mencapai kompetensi secara maksimal. Hanya ada beberapa hal dalam teknik pelaksanaannya, kadang-kadang tidak sesuai dengan harapan mahasiswa. Mata kuliah yang seharusnya bisa dan enjoy diberikan kepada mahasiswa berubah menjadi suatu yang amat menakutkan, menjadi beban, menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan sehingga penguasaan terhadap materi tertentu menjadi tidak maksimal.
65
Uraian di atas adalah sedikit gambaran mengapa kompetensi lulusan yang baik dan profesional masih sulit untuk diwujudkan. Mungkin karena ketidaksesuaian dosen pengampu mata kuliah dengan keahliannya, atau mahasiswa yang tidak peduli sesuai dengan apa yang dibicarakan Puket II di Majalah Al-Milah edisi bahwa mahasiswa STAIN Ponorogo itu kelemahannya satu yaitu tidak mau belajar, sedangkan lulusannya juga satu tidak bisa apa-apa. Jadi secara keseluruhan mata kuliah-mata kuliah yang diajarkan telah memberikan sumbangan yang besar untuk menciptakan lulusan dengan kompetensi lulusan yang baik. Karena tanpa adanya perkuliahan atau mata kuliah-mata kuliah itu mahasiswa menjadi tidak tahu, tidak mengerti bahkan tidak mempunyai pegangan dan dasar yang kuat tatkala mereka sudah terjun dalam dunia pendidikan. Semakin banyak SKS yang diberikan pada tiap mata kuliah maka semakin baik pemahaman mahasiswa, walaupun sedikit bobot atau SKS yang diberikan pada tiap mata kuliah jika mahasiswa mampu mengelola, mengembangkan dan bersungguh-sungguh dalam mempelajarinya maka bukan omong kosong. Jika mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo mempunyai kompetensi lebih, dibandingkan dengan mahasiswa lulusan LPTK lain.
4. Analisis Data Tentang Usaha-usaha yang Dilakukan Jurusan Tarbiyah Untuk Mencapai Kompetensi Lulusan Usaha-usaha yang dilakukan pihak jurusan tidak hanya merumuskan visi, misi, tujuan pembelajaran, kompetensi lulusan serta mata kuliah untuk penunjang
66
tercapainya kompetensi lulusan yang baik, akan tetapi masih banyak kegiatan yang sifatnya primer maupun sekunder yang bisa menopang tercapainya kompetensi lulusan yang baik. Pokok paling penting dan utama untuk mencapai kompetensi lulusan yang baik adalah belajar dan berlatih. Seseorang dikatakan profesional karena ia sudah terdidik dan terlatih dibidangnya karena profesional sendiri merupakan proses. Kegiatan-kegiatan pokok dalam aplikasinya terdapat beberapa kegiatan yaitu perkuliahan reguler jelas bahwa dengan tidak adanya perkuliahan tatap muka memungkinkan mahasiswa tidak punya landasan teori yang kuat bisa jadi terjadi penyimpangan profesionalitas tenaga edukatif karena ketidaktahuannya dalam bidangnya sendiri, adanya tugas-tugas dengan harapan untuk melatih siswa berfikir secara sistematis dan melatih tanggung jawab mahasiswa dalam melaksanakan tugasnya. Bentuk pelatihan yang sifatnya belajar adalah PPLK I dan PPLK II. PPLK I (mikro teaching) dan PPLK II diadakan dalam rangka pembinaan profesi keguruan. PPLK I (mikro teaching) adalah memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mempraktekkan semua keterampilan mengajar dalam peer teaching sebelum melaksanakan PPLK II. Adapun kegiatan penunjang untuk mencapai kompetensi lulusan diantaranya diadakannya workshop-workshop dan latihan kependidikan. Diantara workshop-workshop itu yang sudah diadakan di STAIN Jurusan Tarbiyah khusus Prodi Pendidikan Agama Islam adalah workshop pengembangan kepribadian
67
guru yang telah dilakukan berkali-kali dengan maksud memberikan alternatif lain bagi mahasiswa untuk bisa mengembangkan dan memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya selain mengandalkan ilmu dan pelatihan di kampus. Usaha-usaha yang telah dilakukan pihak jurusan untuk mengoptimalkan potensi mahasiswanya sebenarnya sudah mendekati maksimal tetapi tinggal bagaimana mahasiswa itu mampu mengembangkan diri dengan memaksimalkan potensi serta menerapkan ilmu yang telah mereka peroleh. Tidak hanya itu usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak jurusan hanyalah segelintir kegiatan demi terwujudnya visi dan misi lembaga, seperti diungkapkan oleh ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam bahwa usaha-usaha di atas belum maksimal karena selama ini hasil yang di dapat belum memuaskan. Peneliti juga berpendapat bahwa usaha-usaha itu sebenarnya sudah maksimal jika setiap mahasiswa sadar, dan bertanggung jawab serta mampu memaksimalkan dan mengoptimalkan kegiatan-kegiatan itu sekaligus mampu mengembangkannya secara mandiri di luar kegiatan-kegiatan itu. Akan tetapi bisa dikatakan belum maksimal karena tidak sedikit mahasiswa yang tidak mengetahui bahkan sama sekali tidak tahu bahwa pihak jurusan telah melaksanakan kegiatankegiatan, seperti workshop atau mungkin seminar tentang pendidikan. Walaupun banyak yang tahu tapi ternyata pesertanya terbatas hanya 20-30 orang sehingga mereka yang berminat untuk mengikuti kegiatan itu menjadi kecewa karena keterbatasan peserta.
68
Seharusnya kegiatan-kegiatan yang sifatnya sekunder atau penunjang kegiatan primer itu bisa disebarluaskan, mungkin beberapa minggu sebelum kegiatan itu dilaksanakan dengan kapasitas peserta tidak terbatas. Walaupun dengan alasan bahwa 20-30 orang peserta bisa disebar pada setiap kelompok sebagai joker atau nara sumber bagi yang lain dirasa hal ini tidak efektif karena pada kenyataannya mereka sama dengan peserta yang tidak mengikuti latihan (workshop). Kesimpulannya kegiatan-kegiatan atau usaha-usaha yang dilaksanakan pihak Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo belum maksimal dengan alasan karena untuk menjadi guru yang profesional harus lebih banyak praktek dan berlatih. Mungkin dengan menambah jam untuk mikro teaching dan menambah jadwal untuk PPLK-II yang selama ini hanya satu bulan mungkin bisa ditambah menjadi 1 semester (6 bulan) tanpa mengabaikan perkuliahan yang lain, karena profesional merupakan proses.
5. Analisis Data Tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Tercapainya Tujuan Pembelajaran dan Kompetensi Lulusan Faktor-faktor pendukung tercapainya kompetensi lulusan, diantara faktorfaktor itu yang terpenting diantaranya adalah faktor dari human (manusia) yang terdiri dari mahasiswa, dosen dan tenaga staf, kemudian kurikulum. Kurikulum merupakan sarana untuk mencapai kesuksesan baik pencapaian kompetensi maupun tujuan pembelajaran perguruan tinggi biasanya memakai kurikulum
69
nasional dan pada implementasinya masing-masing kurikulum dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasar (dunia pendidikan). Tiga unsur utama dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi, yaitu mahasiswa, dosen dan bahan ajar. Dari faktor-faktor yang telah ada faktor manusialah yang sering menjadi persoalan. Jika diteliti satu persatu mahasiswa merupakan
sentral
pengembangan
pendidikan
tinggi,
sedangkan
dosen
merupakan tenaga inti dalam pengembangan pendidikan tinggi, sedangkan bahan ajar merupakan suatu kesatuan atau rangkaian mata kuliah yang mengandung bahan kajian dan pengajaran atau lebih dikenal dengan kurikulum. Jadi dapat disimpulkan bahwa ketiga unsur pendidikan itu tidak dapat dipisah antara satu dengan lainnya. Adapun metode dan media, implisit dalam kurikulum, sarana dan prasarana serta satuan penyelenggaraan pendidikan lainnya merupakan unsur penunjang terhadap kelancaran ketiga unsur itu. Dalam hal ini bukan berarti sarana dan prasarana, metode dan faktor-faktor lainnya tidak bermanfaat dan menunjang tercapainya kompetensi lulusan dan tujuan dari pembelajaran justru hal-hal kecil itulah yang kadang menjadi batu kerikil atau menjadi masalah yang sering dibicarakan dan didiskusikan. Sedangkan faktor penghambat tercapainya kompetensi lulusan dan tujuan pembelajaran di Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo secara keseluruhan adalah faktor sarana dan prasarana, kualitas tenaga dosen yang tidak sesuai dengan ilmunya, faktor ekstern maupun intern dari mahasiswa, referensi serta evaluasi. Di atas jelas dijelaskan bahwa faktor sarana dan prasarana merupakan faktor
70
penunjang pendidikan yang mempunyai nilai lebih dari faktor yang lain. Tidak berarti bahwa faktor yang lain tidak perlu diadakan. Perlu diperhatikan bahwa sukses dan tidaknya dunia pendidikan terletak pada komponen-komponen yang ada ibarat pohon jika tidak ada salah satu komponennya sudah bisa dipastikan bahwa pohon itu tumbuh tidak subur, kerdil bahkan mati. Sama halnya dengan hal ini, demi tercapainya kompetensi lulusan yang berkualitas dan tujuan pembelajaran yang ideal maka diperlukan kerja keras dan kerjasama yang baik diantara komponen-komponen yang sudah ada yang kemudian ditunjang dengan komponen penunjang yang lain. Bila pendidikan diibaratkan dengan sebuah pabrik, maka pabrik tersebut bila ingin menghasilkan produk yang berkualitas dimulainya dengan memasok bahan baku yang berkualitas pula, dengan alasan semakin baik bahan bakunya (row input) akan semakin baik pula kualitas (output)nya. 1. Dipandang dari sudut peserta didik ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar. a. Faktor intern yang terdiri dari faktor jasmani yang meliputi kesehatan, kelengkapan indra dan sebagainya dan faktor psikologis diantaranya faktor IQ, bakat, minat, kematangan, kesiapan dan sebagainya. b. Faktor ekstern diantaranya faktor keluarga, sekolah, hubungan guru dengan siswa, hubungan lembaga dengan orang tua siswa, masyarakat.
2. Sarana dan prasarana
71
Sarana dan fasilitas yang cukup dan memadai memudahkan siswa dalam proses pembelajaran karena siswa tidak hanya mendengarkan guru atau dosen tapi siswa bisa terlibat langsung secara fisik dan phisikhis. 3. Pendidik Guru atau dosen adalah faktor pendidikan yang amat penting sebab di tangan guru metode, kurikulum, alat pembelajaran lainnya akan hidup dan berperan. Faktor pendidik juga sangat membantu tercapainya kompetensi pada peserta didik. 4. Lingkungan Lingkungan ada dua macam, lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yakni suasana dan keadaan berlangsungnya pendidikan. Lingkungan sosial yakni iklim dan suasana kependidikan. Sesuai dengan apa yang telah diungkapkan Bapak Kasnun bahwa iklim akademis yang bisa menghambat dan bisa juga menunjang tercapainya tujuan pembelajaran dan kompetensi lulusan. Iklim akademis di sini adalah suasana yang diciptakan oleh mahasiswa dan dosen baik yang bersifat negatif maupun yang positif. Dari penjelasan di atas jelas bahwa perangkat pembelajaran atau pendidikan baik itu perangkat lunak (soft were) maupun (hard were) perangkat keras sangat membantu tercapainya kompetensi lulusan dan tujuan pembelajaran di STAIN Ponorogo. Untuk itu diperlukan pengelolaan dan pembaharuan kembali dari semua pihak demi terwujudnya harapan-harapan yang telah ada.
72
BAB V PENUTUP
L. Kesimpulan Visi dan misi Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo sudah termasuk baik dan sudah memenuhi standar untuk menciptakan tenaga edukatif yang profesional khususnya di bidang agama, hanya pada saat pelaksanaannya Jurusan Tarbiyah kurang konsisten, entah itu karena faktor intern jurusan seperti kekurangan tenaga dosen atau dari faktor exstern jurusan seperti kualitas mahasiswa yang tidak begitu diperhatikan. Profil kompetensi lulusan Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo yang bisa dikatakan profesional, kreatif, inovatif serta berwawasan ilmu pengetahuan yang luas dapat dilihat dari yodisium atau IP terakhir pada waktu mereka lulus. Mahasiswa yang beryodisium terakhir di atas 3.25 bisa dikatakan bahwa mahasiswa tersebut adalah lulusan terbaik. Mata kuliah-mata kuliah yang diajarkan di Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo khususnya Program Studi Pendidikan Agama Islam yang tergabung pada 5 kelompok mata kuliah diantaranya MPK, MKK, MPB, MKB, MBB telah dirasa cukup dan telah memberikan sumbangan yang besar untuk menciptakan lulusan yang memiliki keterampilan yang baik. Jadi semakin banyak SKS yang diberikan pada kelompok mata kuliah tertentu seperti MKK,
73
MKB dan MPB maka pemahaman mahasiswa terhadap disiplin ilmu tertentu menjadi semakin bertambah dan bertambah luas. Usaha-usaha yang dilakukan pihak Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo untuk mencapai kompetensi yang baik diantaranya: a. Diadakannya perkuliahan reguler yang dilaksanakan selama 16 kali pertemuan. b. Tugas individu seperti pembuatan makalah, diskusi dan sebagainya. c. Perkuliahan tutor di mana tugas antara satu individu berbeda dengan yang lainnya. d. Dilaksanakannya PPLK I (mikro teaching) dengan 2 kali pembuatan RPP dan 2 kali praktek. e. Dilaksanakan PPLK II (praktek langsung di lapangan) diadakan selama 1 bulan di SMA, MA, MTs yang ada di Ponorogo. Selain usaha-usaha primer di atas, ada usaha yang lain diantaranya: Diadakannya workshop pengembangan kepribadian guru di Wisma Darussalam Gontor dengan peserta 30 orang. Workshop tentang PTK (Penelitian Tindakan Kelas) sebelum dilaksanakannya PPLK II. Workshop sebelum diadakannya mikro teaching. Faktor pendukung tercapainya kompetensi lulusan yang baik diantaranya: a. Faktor dari mahasiswa. b. Faktor tenaga pendidik atau dosen.
74
c. Kurikulum. d. Sarana dan prasarana yang cukup memadai. e. Lingkungan yang mendukung baik dari faktor exstern maupun intern kampus. Faktor penghambat tercapainya kompetensi lulusan diantaranya: Iklim akademis mahasiswa yang semakin lama semakin berkurang. Kualitas dosen yang tidak sesuai dengan keahliannya. Tidak adanya perpustakaan prodi. Evaluasi atau penilaian yang diadakan kepada mahasiswa kurang selectif.
Saran Menjadi seorang guru memang tidak mudah seperti yang dibayangkan oleh setiap orang, sebelum ia siap menjalankan profesinya, hendaknya ia menjalani pendidikan dengan sebaik-baiknya. Tugas lembaga pendidikan tinggi adalah sebagai pencetak tenaga educatif yang profesional, untuk itu alangkah baiknya, kualitas dari mahasiswa perlu untuk ditingkatkan. Jika setiap komponen pendidikan bekerja saling melengkapi dan saling keterkaitan maka terciptanya GPAI yang profesional akan semakin mudah sesuai dengan visi, misi yang dibawa oleh suatu lembaga.
75
DAFTAR RUJUKAN
Al Bary, Dahlan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola, 2001. Anwar. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education). Bandung: Alfabeta, 2004. Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000. ---------. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998. ---------. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1980. Basuki. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2007. Bisri Cik Hasan. Agenda Pengembangan Pendidikan Tinggi Islam. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999. Darajat, Zakiah. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995. Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta: Prenada Media, 2004. Danim, Sudarman. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2002. Djohar. Guru Pendidikan dan Pembinaannya. Yogya: CV. Grafika Indah, 2006. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996. Echois, John M. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996. Hamalik, Oemar. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara, 2002. Isjoni. Gurukah yang Dipersalahkan, Menakar Posisi Guru di Tengah Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
76
Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Mas’ud, Abdurrahman. Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995. ---------. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Pidarta, Made. Landasan Kependidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997. Rianto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: DT SIL, 1996. Samana. Profesionalisme Keguruan. Yogya: Kanisius, 1994. Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006. Suparlan. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2006. Sukmadinata, Nana Saodih. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002. Tolkah, Imam. Membuka Jendela Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004. Usman, Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Bandung: Citra Umbara, 2006. Yusuf, Choirul Fuad. Inovasi Pendidikan Agama dan Keagamaan. Jakarta: Depag RI, 2006.