BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Sekolah sebagai satu unit organisasi pendidikan formal merupakan wadah kerja sekolompok orang (kepala sekolah guru-guru, staf, dan siswa) untuk mencapai tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan sekolah, baik dari kuantitas maupun kualitasnya sangat tergantung pada orang-orang yang tergabung di dalam lembaga sekolah itu. Secara khusus keberhasilan sekolah banyak ditentukan oleh: guru-guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah. Kinerja guru sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Di satu pihak, ada kemungkinan kinerja guru guru berhasil dalam pekerjaannya karena ia memiliki kemampuan dan keterampilan, untuk itu di pihak lain, tingkat kinerja guru dapat juga dipengaruhi oleh hubungan interaktif dalam berbagai kerja seperti alat-alat, metode atau cara kerja, hubungan dengan rekan kerja maupun hubungan dengan kepala sekolah dan pengawas sekolah. Sejalan dengan hal di atas, kualitas pengelolaan dalam proses pembelajaran akan turut menentukan kapasitas dan kinerja guru dalam rangka mencapai hasil yang optimal dan semua ini tidak lepas dari peran supervisi baik yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun oleh pengawas sekolah, meningkatnya kinerja guru diharapkan dapat membangun pondasi yang kuat dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
1
Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia berdasarkan pembukaan UndangUndang Dasar 1945 adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Implementasi tujuan tersebut pada era reformasi telah dimantapkan melalui Undang –Undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta peraturan lainnya. Disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hopkin (2007) menyebutkan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara nilai prestasi siswa yang dicapai dengan proses pembelajaran. Proses pembelajaran di kelas merupakan satu hal yang sangat penting, dimana pada kegiatan inilah para siswa dididik, dilatih dan diajarkan sesuatu sehingga mereka mampu menguasai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Salah satu komponen yang menentukan dalam proses pembelajaran di dalam kelas adalah kinerja seorang guru (Hadis dan Nurhayati, 2010). Keberadaan pendidik atau guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam sistem pendidikan nasional, karena seorang guru memiliki peran yang sangat sentral dalam proses pembelajaran. Peranan guru dalam proses pembelajaran sampai saat ini belum bisa digantikan oleh media atau alat mesin yang lain. Masih banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, system nilai, perasaan, motivasi, keteladanan dan masih banyak yang lain yang diharapkan merupakan hasil dari proses pembelajaran yang tidak dapat dicapai oleh alat-alat tersebut. Disinilah kelebihan manusia dalam hal ini
2
guru dari alat-alat atau teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu mempermudah mengembangkan
kehidupannya. kemampuan
Oleh
karena
kinerjanya
itu
seorang guru
wajib
untuk
dalam
melaksanakan
tugas
untuk
menghadapi tantangan pendidikan di masa yang akan datang. Dalam permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 mengamanatkan bahwa proses pembelajaran seharusnya dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta bmemberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk mengimplementasikan amanat permendiknas tersebut sosok guru atau pendidik dituntut memiliki kinerja baik sehingga mampu mengimplementasikan niliai-nilai yang diharapkan dan mampu mengantarkan peserta didiknya menjadi anak-anak yang berprestasi. Namun saat ini di sebagian satuan pendidikan banyak guru yang menganggap pembelajaran adalah hanya kegiatan rutin saja sehingga kegiatan proses belajar mengajar belumlah mencapai sebagaimana yang diharapkan ini semua juga terkait dengan kinerja guru yang masih rendah. Berdasarkan hasil pengamatan mengenai kinerja guru di Kecamatan Gandrungmangu Kabupaten Cilacap dalam hal perencanaan pengajaran, guru-guru yang telah menyiapkan perangkat pembelajaran seperti, Program tahunan (Prota), Silabus, Rencana Program Pengajaran (RPP) tepat pada awal semester masih belum menunjukan angka yang bagus. Kemudian diantara sekolah sekolah yang ada di wilayah UPT Disdikpora Kecamatan Gandrungmangu Kabupaten Cilacap mash terdapat proses pembelajaran yang monoton, membosankan, tidak menarik, dan kadang tidak melihat kondisi kesiapan atau kemampuan siswa dalam 3
menerima pelajaran dikarenakan proses pembelajaran yang diterapkan oleh beberapa orang guru tersebut berbasis teacher Center dan akhirnya menyebabkan layanan belajar yang diterima peserta didik kurang berkualitas. Lowler (1984) menyatakan bahwa kinerja guru berhubungan dengan kemampuan dan kecakapan melakukan sesuatu. Selanjutnya Kast dan Rosenzweig (1979) yang didukung oleh Hoy dan Miskel (1978) menyatakan bahwa kinerja guru merupakan suatu kemampuan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta motivasi. Pendapat ini senada dengan yang dikemukakan Vroom dan Deci (1970) bahwa kinerja seseorang dalam mengerjakan sesuatu pekarjaan,berkaitan dengan kemampuan dan keterampilan orang tersebut dalam menggunakan kemampuan dan keterampilannya ketika melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepadanya (Herman, 2006). Dalam
mengimplementasikan
berbagai
paradigma
baru
dalam
dunia
pendidikan seperti Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), yang merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi kepada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu,efisiensi dan pemerataan pendidikan, sekolah juga juga meaksanakan pembinaan dan pemantauan (supervisi) yang berkesinambungan dengan program yang terarah dan sistematis terhadap guru dan personil pendidikan lainnya. Sehubungan dengan pembinaan dan pemantauan tersebut peran dari seorang pengawas sekolah melalui kegiatan supervisi diharapkan mampu memperbaiki kualitas pembelajaran guru di kelas, dan jenis supervisi yang relevan adalah supervisi akademik.
4
Dilihat dari prosesnya, tujuan umum supervisi akademik adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru agar mampu meningkatkan kualitas kinerjanya dalam melaksanakan tugas proses belajar mengajar (Danin & Khairi, 2010). Namun kenyataan di lapangan fenomena yang terjadi adalah bahwa intensitas kedatangan pengawas sekolah untuk memberikan pembinaan supervisi akademik masih minim karena kehadiran pengawas sekolah dalam satu bulan paling banyak tiga kali sehingga pemberian layanan bantuan dan bimbingan akademik pada guru kurang representatif. Kemudian ketika pengawas sekolah datang ke sekolah, pengawas sekolah jarang sekali melakukan kunjungan kelas untuk memberikan bantuan dan bimbingan akademik tetapi pengawas sekolah lebih banyak duduk di kantor atau ruang kepala sekolah untuk membahas persoalan administrasi sekolah. Selain itu ketika pengawas sekolah melaksanakan kunjungan supervisi akademik ke dalam kelas, masih ada guru-guru yang berperilaku kaku dan takut terhadap pengawas sekolah, sehingga guru tidak berani berinisiatif dan berinovasi dalam mengelola pembelajarannya. Berdasarkan permasalahan yang diutarakan ini yang melatarbelakangi pentingnya penelitian dilakukan. 1.2 PERUMUSAN MASALAH 1. Guru di dalam melaksanakan proses pembelajaran tidak sesuai dengan standar proses karena untuk mengimplementasikan amanat permendiknas tersebut guru atau pendidik dituntut memiliki kinerja yang baik sehingga mampu menginternalisasikan nilai-nilai yang diharapkan dan mampu mengantarkan peserta didiknya menjadi anak-anak yang berprestasi.
5
2. Kehadiran pengawas sekolah ke sekolah jarang melakukan kunjungan kelas untuk memberikan bantuan dan bimbingan akademik tetapi pengawas sekolah lebih banyak duduk di kantor atau ruang kepala sekolah untuk membahas persoalan administrasi sekolah. 3. Ketika pengawas sekolah melakukan kunjungan supervisi akademik ke dalam kelas, masih ada guru yang berperilaku kaku dan takut terhadap atasan, sehingga guru tidak berani berinisiatif dan berinovasi dalam mengelola pembelajaran. 1.3 PERTANYAAN PENELITIAN 1. Apakah terdapat pengaruh positif supervisi akademik oleh pengawas sekolah terhadap kinerja guru sekolah dasar? 2. Adakah pengaruh positif antara dimensi supervisi akamik oleh pengawas sekolah secara simultan terhadap guru sekolah dasar
khususnya tentang
perencanaan dan persiapan? 3. Adakah pengaruh positif antara dimensi supervisi akademik oleh pengawas sekolah secara simultan terhadap dimensi kinerja guru sekolah dasar khususnya tentang pelaksanaan proses pembelajaran? 4. Adakah pengaruh positif antara dimensi supervisi akademik oleh pengawas sekolah secara simultan terhadap dimensi kinerja guru sekolah dasar khususnya tentang tanggung jawab professional?
6
1.4 TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk menguji pengaruh supervisi akademik oleh pengawas sekolah terhadap kinerja guru sekolah dasar. 2. Untuk menguji pengaruh antara dimensi supervisi akademik oleh pengawas sekolah secara simultan terhadap dimensi kinerja guru sekolah dasar khususnya tentang perencanaan dan persiapan. 3. Untuk menguji pengaruh antara dimensi supervisi akademik oleh pengawas sekolah secara simultan terhadap dimensi kinerja guru sekolah dasar khususnya tentang proses pembelajaran. 4. Untuk menguji pengaruh antara dimensi supervisi akademik oleh pengawas sekolah secara simultan terhadap dimensi kinerja guru sekolah dasar khususnya tentang tanggung jawab profesinya. 1.5. MANFAAT PENELITIAN Manfaat akademis penelitian adalah dapat menambah dan mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan peneliti dalam dunia pendidikan pada umumnya tentang pembuktian pengaruh supervisi akademik oleh pengawas sekolah terhadap kinerja guru.sedangkan manfaat praktis penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi: 1. Bagi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cilacap dalam merumuskan kebijakan tentang upaya peningkatan kinerja guru.
7
2. Bagi pengawas sekolah, dalam melakukan pembinaan dalam upaya peningkatan kinerja guru. 3. Bagi guru, tentang pengaruh supervisi akademik terhadap kinerjanya. 4. Bagi praktisi dan pemerhati pendidikan mengenai gambaran empirik tentang implementasi pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kinerja guru sebagai suatu fungsi manajemen. 1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN Penelitian ini tidak mengungkap semua faktor yang mempunyai hubungan dengan kinerja guru, karena variabel bebas yang diteliti hanya meliputi supervisi akademik oleh pengawas sekolah. Sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja guru sekolah dasar UPT Disdikpora Kecamatan Gandrungmangu Kabupaten Cilacap.
8