BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Integrated Reporting (disingkat IR) adalah pelaporan yang banyak diterapkan oleh berbagai perusahaan di berbagai negara saat ini. IR adalah mekanisme dalam menyajikan informasi mengenai strategi, tata kelola, kinerja dan prospek yang berkaitan satu dengan lainnya dalam suatu laporan tunggal (IIRC, 2011). Laporan tunggal tersebut dinamakan integrated report. Singkatnya, output yang dihasilkan melalui IR adalah suatu laporan tunggal yang dinamakan integrated report. IR bukan hanya sebatas menghasilkan integrated report, namun esensinya adalah perusahaan dapat meninjau dan mengevaluasi ulang aktivitas bisnisnya dalam rangka penciptaan nilai secara berkelanjutan. IR berkontribusi dalam peningkatan kualitas informasi yang disajikan oleh perusahaan (IIRC, 2013). Hal ini dimaksudkan agar pelaporan informasi menjadi lebih baik seiring dengan tuntutan dan kebutuhan dari berbagai pihak. Berbagai perusahaan yang mulai menerapkan IR bermula dari adanya inisiatif dari suatu lembaga yang dibentuk pada tahun 2010. Lembaga tersebut dinamakan the International Integrated Reporting Council (disingkat IIRC). Tujuan pembentukan lembaga tersebut adalah mengembangkan suatu pedoman mengenai IR yang sesuai dengan kompleksitas bisnis saat ini sehingga dapat memenuhi kebutuhan dari para pemangku kepentingan (IIRC, 2011). Berbagai pihak yang
1
2
terlibat di dalam IIRC mencakup pemerintah, investor, perusahaan, pembuat standar, profesi akuntan dan organisasi non-pemerintah (IIRC, 2013). Sejak didirikan pada tahun 2010, IIRC mulai melakukan langkah stratejik terkait IR. IIRC mempublikasikan discussion paper pada tahun 2011. Discussion paper memuat paparan mengenai pentingnya IR dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan dari berbagai pihak. Discussion paper merupakan langkah awal dari IIRC untuk mengembangkan suatu pedoman mengenai IR. Pada tahun 2012, IIRC menerbitkan rancangan pedoman IR. Rancangan tersebut resmi diterbitkan menjadi suatu pedoman IR pada bulan Desember 2013 dengan judul the International Integrated Reporting Framework (disingkat
Framework). Framework berfungsi sebagai acuan bagi perusahaan yang akan mengadopsi IR sebagai model pelaporannya. Perusahaan dapat mengidentifikasi prinsip dan elemen IR yang sesuai dengan karakteristik bisnisnya. Gagasan IR sebenarnya muncul sebelum IIRC dibentuk. Perusahaan yang menjadi pioner dalam menyajikan laporan tunggal adalah Novo Nordisk (De Villiers et al. [2014], serta Eccles dan Krzus [2010]). Perusahaan ini bergerak di sektor layanan kesehatan dan mulai menyajikan laporan tunggal pada tahun 2003. Novo Nordisk merupakan contoh perusahaan yang berupaya mengintegrasi informasi keuangan dan non-keuangan dan terefleksi dari laporannya (Eccles & Krzus, 2010). Negara yang menjadi pioner mengenai IR adalah Afrika Selatan melalui pedoman “King III” pada tahun 2009. King III memuat persyaratan wajib (mandatory) kepada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Johannesburg untuk menerbitkan integrated report (ACCA, 2012).
3
Sampai saat ini, perusahaan menyajikan laporan tahunan (annual report) dan laporan berkelanjutan (sustainability report) secara terpisah. Laporan tahunan yang penekanannya pada laporan keuangan (financial report) lebih ditujukan kepada para pemilik modal. Penyajian laporan keuangan diatur secara khusus oleh badan tertentu seperti IASB (International Accounting Standards Board) dalam IFRS (International Financial Reporting Standards) dan bersifat wajib (mandatory). Laporan berkelanjutan ditujukan kepada pihak yang lebih luas, yaitu kepada para pemangku kepentingan. Penyajiannya sesuai dengan pedoman yang dibuat oleh GRI (Global Reporting Initiative) dan umumnya bersifat sukarela (voluntary). Laporan terpisah (laporan keuangan dan laporan berkelanjutan) menuai pendapat kontra dari berbagai pihak. Informasi yang disajikan tidak memiliki keterkaitan antara satu laporan dengan laporan lainnya (Berndt et al., 2014). Hal ini menimbulkan kesulitan bagi para pemangku kepentingan untuk menganalisis informasi tersebut dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan. Investor sulit untuk memahami bagaimana kinerja non-keuangan berkaitan dengan kinerja keuangan, serta kontribusi kinerja non-keuangan dalam penciptaan nilai perusahaan (Eccles & Serafeim, 2014). Singkatnya, perusahaan menyajikan dua laporan yang memuat informasi-informasi yang berbeda dan tidak dapat dikaitkan keduanya. Penelitian-penelitian mengemukakan bahwa laporan berkelanjutan tidak mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan (Yuliana [2010], Purnomo dan Tarigan [2014], serta Wibowo dan Faradiza [2014]). Hasil penelitian tersebut menyiratkan bahwa laporan berkelanjutan jarang digunakan oleh investor sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Hal ini semakin mendukung bahwa
4
informasi yang terdapat di dalam laporan berkelanjutan dan laporan keuangan tidak berkaitan sehingga menyulitkan pengguna informasi. Ketidak-keterkaitan informasi antara kedua laporan tersebut menjadikan adanya gagasan untuk mengintegrasikannya. Integrasi informasi mencakup informasi keuangan dan informasi non-keuangan. Singkatnya, laporan tahunan dan laporan berkelanjutan diintegrasikan dalam suatu laporan tunggal yang disebut integrated report (Eccles & Krzus, 2010). Integrated report berperan dalam pembaharuan pelaporan yang masih terpisah menjadi dua laporan terpisah saat ini. ACCA dan Net Balance Foundation (2011) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi adopsi IR pada lima puluh perusahaan di Bursa Efek Australia. Hasil penelitian ditemukan bahwa adanya variasi dari integrasi informasi non-keuangan (tata kelola, sosial dan lingkungan) ke dalam bisnis utama perusahaan. Hasil penelitian ACCA dan Net Balance Foundation (2011) sejalan dengan penelitian EY (2014) bahwa kualitas dari laporan bervariasi. Selain itu, EY (2014) menyatakan terdapat peningkatan dari laporan yang disajikan dibanding tahun lalu. Sementara Van Zyl (2013) menemukan bahwa tingkat integrasi relatif rendah dan perusahaan mengungkapkan informasi minimum yang dipersyaratkan. Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh PWC (2013), Berndt et al. (2014) dan Deloitte (2014) yang bertujuan untuk mengevaluasi penerapan IR dan mengidentifikasi aspek atau elemen spesifik yang perlu dikembangkan lebih lanjut terkait kesesuaiannya dengan Framework. PWC (2013) dan Deloitte (2014) menemukan bahwa tata kelola berpeluang besar untuk dikembangkan lebih lanjut
5
sesuai Framework. Berndt et al. (2014) mengemukakan bahwa sebagian perusahaan yang diteliti berada pada tingkatan IR yang menengah. Berbagai penelitian terdahulu mengenai IR mereflekasikan upaya dari berbagai pihak, baik akademisi maupun lembaga profesional, untuk berkontribusi dalam pengembangan IR yang masih pada tahap awal. Seiring dengan penelitian Berndt et al. (2014) dengan judul “the Future of Integrated Reporting: Analysis and Recommendations” bahwa praktik pelaporan perlu ditingkatkan. IR merupakan upaya untuk meningkatkan praktik pelaporan korporasi tersebut. Negara yang telah menetapkan aturan wajib (mandatory) mengenai IR adalah Afrika Selatan. Perusahaan-perusahaan pada Bursa Efek Johannesburg mulai menerbitkan integrated report sejak tahun 2010. Adanya negara pelopor yang mengawali IR menjadi bahan pembelajaran bagi negara lainnya dan berbagai pihak untuk menganalisis pelaporan perusahaan tersebut serta mempertimbangkan implementasi IR. IR merupakan pelaporan yang tergolong baru bagi perusahaan publik di Indonesia. Belum ada aturan yang mengakomodasi IR di Indonesia seperti di negara-negara lain. Walaupun demikian, Simposium Nasional Akuntansi XVII (SNA XVII) pada tahun 2014 mengusung tema “Peran Akuntan dalam Mewujudkan Sustainable Development melalui Integrated Reporting.” Hal ini menyiratkan perlunya peran serta dari berbagai pihak, terutama akuntan, untuk memahami dan berkontribusi dalam pengembangan IR di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesiapan perusahaan pada indeks LQ-45 untuk menerapkan IR. Identifikasi melibatkan aspek atau elemen
6
tertentu yang perlu dikembangkan lebih lanjut terkait kesesuaiannya dengan Framework. Pemilihan indeks LQ-45 sejalan dengan pernyataan dari IIRC bahwa perusahaan besar lebih ditujukan dalam implementasi IR (IIRC, 2011). Analisis menggunakan daftar pertanyaan berjumlah tujuh puluh enam pertanyaan yang mengakomodasi delapan elemen IR. Daftar pertanyaan digunakan untuk menilai kesesuaian laporan perusahaan saat ini terhadap Framework. Daftar pertanyaan tersebut mengacu pada penelitian Berndt et al. (2014). Hal yang membedakan adalah adanya tambahan pertanyaan yang mengakomodasi elemen IR mengenai dasar penyusunan dan penyajian (basis of preparation and presentation). Hasil penelitian diharapkan berkontribusi dalam meningkatkan kualitas penyajian informasi dalam laporan tahunan sesuai dengan Framework. Hal ini dikarenakan penelitian mengenai IR yang tergolong baru di Indonesia. Selain itu, adanya potensi bahwa model pelaporan korporasi pada masa mendatang berbasis IR seiring dengan perkembangan bisnis global dan tuntutan dari berbagai pihak terhadap pelaporan korporasi yang lebih baik. 1.2 Rumusan Permasalahan IR merupakan model pelaporan yang banyak diterapkan oleh perusahaanperusahaan di berbagai negara saat ini. Pelaporan ini dimaksudkan agar informasi yang disajikan menjadi lebih baik seiring dengan tuntutan dan kebutuhan dari berbagai pihak. Penelitian yang dilakukan oleh ACCA dan Net Balance Foundation (2011), PWC (2013), Berndt et al. (2014), Deloitte (2014), EY (2014) bertujuan untuk mengevaluasi penerapan IR dan mengidentifikasi elemen spesifik yang perlu dikembangkan lebih lanjut terkait kesesuaiannya dengan Framework. Hal ini
7
menyiratkan bahwa berbagai pihak turut berkontribusi dalam penerapan IR saat ini maupun penerapan IR yang lebih baik pada masa mendatang. Penelitian mengenai IR tergolong baru di Indonesia. Padahal, adanya potensi bahwa model pelaporan perusahaan pada masa mendatang berbasis IR. Hal ini seiring dengan perkembangan bisnis secara global dan kebutuhan dari berbagai pihak terhadap pelaporan yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesiapan penerapan IR pada indeks LQ-45 dari perspektif informasi dalam laporan tahunan. Identifikasinya mengacu pada delapan elemen IR yang dimuat di dalam Framework. 1.3 Pertanyaan Penelitian Apakah perusahaan publik pada indeks LQ-45 siap untuk menerapkan Integrated Reporting? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi kesiapan menerapkan Integrated Reporting pada indeks LQ-45. 1.5 Motivasi Penelitian Adanya kebutuhan secara berkelanjutan dan global untuk menyesuaikan pelaporan perusahaan guna memenuhi ekspektasi dan kebutuhan dari para pemangku kepentingan. IR adalah model pelaporan perusahaan yang diupayakan secara global untuk disajikan oleh perusahaan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan IR di Indonesia, baik bagi perusahaan publik yang menyusun dan menyajikan laporan
8
tahunan maupun bagi berbagai pihak yang fokus dalam pengembangan IR di Indonesia. 1.6 Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan berkontribusi dalam pengembangan IR di Indonesia karena IR tergolong model pelaporan baru di Indonesia. Pihak yang dituju dalam penelitian ini digolongkan menjadi tiga pihak, yaitu praktisi, regulator dan akademisi. Kontribusi utama dari penelitian ditujukan kepada praktisi. Praktisi yang dimaksud adalah perusahaan publik pada indeks LQ-45, industri dan pemilik modal. Penelitian dapat menjadi bahan pembelajaran bagi perusahaan publik pada indeks LQ-45, maupun bagi perusahaan publik lainnya, untuk meninjau pelaporannya. Perusahaan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar pengambilan keputusan terkait penentuan evaluasi ulang pelaporannya. Begitu pula pada industri dan pemilik modal. Penelitian diharapkan berkontribusi kepada kedua pihak tersebut sebagai bahan pembelajaran dalam memahami pentingnya IR sebagai model pelaporan perusahaan. Kedua pihak tersebut perlu untuk memahami bahwa IR digagas oleh banyak pihak untuk menjadi model pelaporan saat ini dan masa mendatang. Pemahaman mengenai IR menjadikan kedua pihak tersebut dapat secara kritis menilai pelaporan pada perusahaan publik perlu ditingkatkan melalui IR atau tidak. Pihak kedua yang dituju adalah regulator. Regulator memegang peranan penting dalam membuat kebijakan dan aturan. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan atas kemungkinan dibuatnya suatu pedoman maupun aturan bagi perusahaan publik di Indonesia untuk menerapkan IR. Regulator dapat
9
mempertimbangkan aturan dari negara lain seperti Afrika Selatan dan Australia. Afrika Selatan memberlakukan aturan wajib bagi perusahaan publik di negaranya untuk menerbitkan integrated report sebagai laporan tahunan, sementara Australia menetapkan dasar sukarela. Adanya aturan dari regulator dapat menjadi acuan bagi perusahaan publik di Indonesia untuk menerapkan IR. Dari sisi keilmuan, penelitian diharapkan berkontribusi sebagai literatur mengenai IR di Indonesia. Penelitian ini dapat menjadi pioner untuk penelitianpenelitian selanjutnya karena belum ada penelitian mengenai IR di Indonesia. 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut. Bab I: Pendahuluan Bab ini memaparkan latar belakang masalah, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan. Bab II: Tinjauan Pustaka Bab ini memaparkan kajian literatur yang melandasi penelitian serta penelitianpenelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Bab III: Latar Belakang Kontekstual Penelitian Bab ini menguraikan Gambaran umum mengenai objek yang diteliti. Bab IV: Rancangan Penelitian Bab ini menguraikan rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dan mencakup jenis penelitian, sumber data, serta teknik pengumpulan data & analisis data.
10
Bab V: Pemaparan Temuan Bab ini memaparkan temuan-temuan yang diperoleh selama pengumpulan data. Bab VI: Ringkasan dan Pembahasan Bab ini menguraikan ringkasan penelitian dan pembahasan mengenai analisis data. Pembahasan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Bab VII: Simpulan dan Rekomendasi Bab ini memaparkan mengenai simpulan, rekomendasi penelitian.
dan keterbatasan