BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembangunan pasar modal yang kuat merupakan kebutuhan primer dari negara-negara yang ingin membangun ekonominya, hal ini dapat dilakukan dengan pengembangan produk dan peningkatan penetrasi. Dalam perkembangannya, karena preferensi dan kebutuhan investor dan penerbit ekuitas yang kian beragam, maka dikembangkan berbagai macam derivatif, seperti opsi, swap, future, dll. (Strong, 2002). Pada akhir semester pertama tahun 2011, kepemilikan pemodal asing mencapai 63,43% dari total nilai saham yang diperdagangkan di BEI (Tim Studi Volatilitas Pasar Modal Indonesia, 2011). Selain itu, fakta bahwa volatilitas pasar saham di pasar negara-negara berkembang (emerging market) umumnya jauh lebih tinggi daripada pasar negara-negara maju (Bekaert & Harvey, 1995) kian menyusutkan minat warga untuk berinvestasi di pasar model. Di negara-negara tersebut, umumnya tingkat volatilitas yang tinggi lebih dilatarbelakangi oleh instabilitas ekonomi (Kaminsky, Reinhart, & Vegh, 2005). Oleh karena itu, volatilitas yang tinggi dapat mengganggu pertumbuhan dan pengembangan pasar modal (Levine & Zervos, 537-558). Demikian pula yang terjadi di Indonesia, yang volatilitas pasar modalnya dipengaruhi oleh sejumlah faktor.
1
2
Faktor-faktor yang memengaruhi volatilitas dikelompokkan dalam empat kategori: sektor riil, sektor keuangan, kejadian luar biasa (shock), dan kebijakan moneter (Panetta, et al., 2009). Kebijakan moneter merupakan suatu faktor sangat penting yang terbukti berdampak pada volatilitas pasar saham dan stabilitas makroekonomi (Calvo, 1983). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa liberalisasi pasar saham akan berimbas pada berkurangnya volatilitas pasar saham di negara-negara berkembang (Kim & Singal, 2000). Meskipun demikian, imbas ini akan mengalami perbedaan keadaan manakala investor asing memiliki proporsi yang signifikan dalam kepemilikan saham dan nilai transaksi saham. Di bursa baru, dengan indeks investability yang lebih tinggi (yang berarti lebih terbuka bagi pemodal asing) memiliki volatilitas imbal hasil yang lebih tinggi daripada indeks investability yang rendah. Indeks investability yang dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan peran investor lokal. Data menyebutkan partisipasi investor lokal pada BEI masih rendah, hanya sekitar 300-ribuan orang atau hanya sekitar 0,2 % dari total seluruh penduduk Indonesia (Hartono, 2012). Investor lokal masih enggan untuk berinvestasi di pasar modal karena beberapa alasan, diantaranya: (i) deposit awal yang tinggi, (ii) mahalnya biaya untuk membentuk portofolio optimal dan efisien, (iii) volatilitas yang tinggi, dan (iv) tingginya keraguan mengenai kehalalan investasi di BEI. Oleh karena itu, diperlukan kemudahan khusus bagi investor lokal agar nilai kapitalisasi dapat meningkat, volatilitas lebih rendah dan mampu menjawab variabel kehalalan sesuai syariah.
3
Salah satu metode yang tepat dalam menyelesaikan masalah ini adalah menerbitkan opsi beli yang berpihak pada investor lokal, yakni penerbitan opsi beli urbun. Hal ini dikarenakan opsi beli urbun memiliki beberapa kelebihan, yaitu (i) diperdagangkan dalam satu waktu untuk spesifikasi yang sama meminimalisir kepanikan investor, (ii) direkomendasikan banyak ilmuwan muslim sebagai intrumen investasi yang halal, dan (iii) biaya investasi yang relatif rendah, sehingga portofolio efisien memerlukan modal yang lebih sedikit. Pembentukan instrumen opsi dirasa cukup sulit untuk dilaksanakan di Indonesia (Pasaribu, 2009). Hal ini diakibatkan karena volatilitas pasar saham Indonesia yang terbilang sangat tinggi (Wondabio, 2006). Namun, seiring pasar yang terdidik, volatilitas dapat terus menurun, karena spekulasi intuitif terus berkurang. (Merton, 1973). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat banyaknya penduduk Indonesia pada tahun 2010 mencapai 237.556.363 jiwa .Mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam. (Badan Pusat Statistik, 2011). Animo investasi derivatif syariah di Indonesia terus meningkat, hal ini dibuktikan dengan positifnya kinerja reksadana syariah jika dibandingkan dengan IHSG dan LQ45, dilihat dari capaian indeks berbasis syariah yang sejauh ini hanya minus 4 persen atau jauh lebih kecil dibandingkan indeks LQ45 dan Jakarta Composite Indeks (JCI) yang minus 5-8 persen. (Antonio & Mahfudz, 2012). Ini menunjukan bahwa saham syariah berkinerja lebih baik dari saham konvensional, sehingga ini merupakan kesempatan emas bagi industri derivatif syariah Indonesia untuk tumbuh dan berkembang, baik secara akademik maupun praktis.
4
Perkembangan ilmu manajemen keuangan yang bermetamorfosis menjadi semakin kuantitatif (khususnya untuk valuasi dan strategi investasi), sehingga menuntut
peran
ilmuwan
bidang
matematika
dan
statistika
untuk
mengembangkannya. Perkembangan besar bidang valuasi opsi dicatat oleh Fischer Black dan Myron Scholes (Black & Scholes, 1973). Hal ini melatarbelakangi pengembangan metode lain yang lebih baik seperti indeks volatilitas (Brener & Galai, 1989) dan volatilitas tak langsung (Whaley, 1993). Berdasarkan latar belakang di atas, diperlukan sejumlah penelitan tentang valuasi harga opsi beli urbun. Hal ini yang melandasi penulis ingin menyusun tesis dengan topik valuasi opsi beli urbun.
1.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian pada tesis ini adalah: 1. Menjelaskan perbedaan opsi beli urbun dengan opsi beli tipe Eropa. 2. Menjelaskan teknik valuasi opsi beli urbun dengan model Black-Scholes.
1.3 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penulisan tesis ini adalah: 1. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah pemahaman mengenai valuasi harga opsi beli urbun dengan model Black-Scholes. 2. Memberi semangat bahwa masih banyak celah untuk diteliti pada bidang fenomena sosial yang dipandang dari sudut pandang ilmu matematika, khususnya matematika keuangan syariah.
5
1.4 Tinjauan Pustaka Lompatan besar dalam bidang penilaian harga derivatif dilakukan oleh Black dan Scholes (1973). Meskipun model ini sudah cukup lama dan banyak diperbaiki dari berbagi sisi asumsi, model ini masih sering dipakai. Beberapa ilmuwan mencoba melakukan pendekatan untuk melakukan penyesuaian konsep-konsep keuangan syariah dengan konsep opsi diantaranya (Obaidullah, 1998), (Bacha, 1999) dan (Dali & Jalil, 2006). Salah satu penelitian yang pernah dilakukan dalam penentuan harga opsi beli urbun adalah penentuan harga dengan Artificial Neural Network oleh Tafri dan Adzhar (2013).
1.5 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penyusunan tesis ini adalah studi literatur (kajian teori) dan bimbingan langsung oleh dosen pembimbing. Mengacu pada konsep metode penetuan harga opsi beli tipe Eropa dengan model Black-Scholes, penulis berusaha menjelaskan penggunaan model Black-Scholes untuk menilai harga opsi beli urbun.
1.6 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan pada tesis ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang dari permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
6
BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang teori dasar yang menunjang tentang opsi beli urbun dan model penentuan harga opsi dengan metode Black-Scholes. BAB III PENENTUAN HARGA OPSI BELI URBUN DENGAN MODEL BLACK-SCHOLES Pada bab ini akan dibahas tentang urbun sebagai kontrak opsi , penentuan harga opsi beli urbun dengan menggunakan model Black-Scholes. BAB IV STUDI KASUS Pada bab ini akan dibahas studi kasus penentuan harga opsi beli urbun dengan mengunakan data saham-saham yang terdapat pada JII (Jakarta Islamic Index). BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini diberikan simpulan dan saran agar penelitian dapat dikembangkan lebih lanjut. .