BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era yang merangsang kompetisi semakin ketat, komunikasi acap kali di dengung-dengungkan. Baik dikalangan ilmuan, maupun masyarakat awam. Beredarnya berbagai macam barang dan jasa di pasaran, memberikan banyak opsi bagi publik untuk memilih. Hal itu, tentu saja membuat banyak perusahaan membuat strategi untuk meraih simpati, minat, dan menumbuhkan kepercayaan publik. Salah satu strategi yang banyak dilakukan oleh perusahaan adalah mengadakan kegiatan promosi (marketing) produk perusahaan. Hampir semua perusahaan menggunakan strategi tersebut. Faktor pelayanan merupakan ujung tombak eksistensi setiap perusahaan. Memberikan kemudahan kepada konsumen dalam transaksi jual beli, juga merupakan salah satu upaya setiap perusahaan untuk mempertahankan, bahkan merangkul pelanggan baru bagi perusahaan. Kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mempertahankan titik kontak antara konsumen dan perusahaan pun tidak lupa dilakukan, mengingat hal tersebut mempengaruhi keharmonisan yang terjalin antara pihak produsen dan konsumen. Pelayanan yang cepat, tanggap, dan tepat menjadi prinsip yang selalu dijalankan perusahaan untuk mendapatkan nilai plus dari konsumen. Tidak terkecuali perusahaan pakaian, yang dikenal dengan istilah distro yang pada awalnya berkembang pesat di Kota Bandung, diikuti oleh Kota-kota besar lainnya di Indonesia. Distro, adalah kependekan dari distribution store adalah jenis toko di Indonesia yang menjual pakaian dan aksesori yang dititipkan 1
2
oleh pembuat pakaian, atau diproduksi sendiri. Distro umumnya merupakan industri kecil dan menengah (IKM) dengan merk independen yang dikembangkan oleh kalangan muda. Produk yang dihasilkan oleh distro diusahakan untuk tidak diproduksi secara massal, agar mempertahankan sifat eksklusif suatu produk. Konsep distro berawal pada pertengahan 1990-an di Bandung. Saat itu band-band independent di Bandung berusaha menjual merchandise mereka seperti CD/kaset, t-shirt, dan sticker selain di tempat mereka melakukan pertunjukan. Bentuk awal distro adalah usaha rumahan yang di-display dengan etalase dan rak untuk menjual t-shirt. Selain komunitas musik, akhirnya banyak komunitas lain seperti komunitas punk
dan skateboard yang kemudian juga
membuat toko-toko kecil untuk menjual pakaian dan aksesori mereka. Kini, industri distro sudah berkembang, bahkan dianggap menghasilkan produk-produk yang memiliki kualitas ekspor. Pada tahun 2007 diperkirakan ada sekitar 700 unit usaha distro di Indonesia, dan 300 diantaranya ada di Bandung. ORDER Clothing merupakan salah satu industri distro lokal Bandung dengan mengusung slogan “ Explore The Concept “. Seperti industri clothing lainnya, Order memiliki produk dengan konsep tersendiri. Konsep-konsep yang inovatif, kasual, dan variatif, serta design produk yang diolah oleh team produksi dari ORDER memiliki Kualitas yang telah melewati proses quality control yang ketat, sehingga menjadikan ORDER sebagai salah satu distro (clothing) terbaik di kota Bandung. Target marketing dari ORDER mencakup anak muda (Remaja) dan dewasa, baik pria maupun wanita yang ingin tampil fashionable dalam setiap kegiatan. ORDER selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan, seperti kemudahan akses transaksi jual beli, pemberian harga khusus, serta free stuff bagi
3
konsumen yang selalu setia menjadi pelanggan ORDER CLOTHING Bandung. Salah satu upaya ORDER CLOTHING dalam menjaga titik kontaknya dengan para konsumen adalah membentuk strategi marketing, yang biasa disebut dengan Marketing Public Relations. Salah satu bentuk kegiatan Marketing Public Relations yang dijalankan ORDER clothing sebagai penerima re-seller adalah melakukan control (menanyakan
apakah
barang
ditoko
pelanggan
sudah
habis),
serta
memperkenalkan produk baru, menghapus, meluncurkan kembali produk yang sudah mature dan berupaya menjelaskan “product story” agar konsumen terpengaruh dan membeli produk yang dijual. Selain itu, pihak Marketing public relations ORDER membuat website untuk mempermudah, sekaligus menjangkau konsumen di seluruh Indonesia. Pemanfaatan jejaring social, seperti account facebook dan twitter, dibuat untuk menjangkau konsumen daerah, serta mengetahui dan
mewujudkan keinginan konsumen, sebagai sarana explorasi
konsep yang diinginkan konsumen terhadap produk yang dibuat. Mengingat ORDER Clothing bergerak dibidang penjualan, dimana salah satu aspek kesuksesannya dinilai dari banyak atau sedikitnya pembeli (baik konsumen baru, maupun pelanggan), loyalitas konsumen sangatlah penting untuk diperhatikan. Karenanya, ORDER CLOTHING selalu melakukan kontak dengan kosumen, agar bisa memenuhi keinginan konsumen, dan memahami apa yang diingankan oleh khalayak pada umumnya. Istilah marketing public relations muncul dari adanya perbedaan pendapat
para
ahli
public
relations
dengan
praktisi
pemasaran.
Inti
perbedaan terletak dalam pandangan mengenai keberadan public relations, yaitu, public
4
relations bagian dari pemasaran, atau Public Relations sebagai fungsi tersendiri organisasi. Marketing Public Relations merupakan gagasan yang terus dilakukan ORDER Clothing untuk meraih pasar dibidang tekstil. Kegiatan Tele Marketing, personal selling, public Relations, dan advertising dalam bentuk iklan pada suave magazine, brosur, dan flyer merupakan bagian dari kegiatan Marketing Public Relations ORDER Clothing. Berdasarkan hasil penjajakan yang dilakukan oleh peneliti di ORDER Clothing Bandung mengenai Marketing Public Relations dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : 1.
Masih kurangnya kualitas penyajian materi dalam iklan produk ORDER. Contoh : Display website ORDER CLOTHING kurang menarik.
2.
Masih kurangnya promosi melalui media massa cetak. Contoh : Iklan ORDER CLOTHING ditiadakan pada suave magazine.
Permasalahan yang timbul tersebut, diduga disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut : 1.
Kurangnya perhatian dan kesadaran perusahaan pada pentingnya kualitas iklan. Contoh : Tidak adanya edukasi bagi karyawan untuk meng-update display pada website ORDER, agar terkesan lebih menarik.
2.
Kurangnya intensitas pelaksanaan Marketing Public Relations. Contoh : Pelaksanaan Marketing public relations hanya di lakukan di kantor ORDER Clothing, dengan keterbatasan waktu dan fasilitas. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti berusaha mengangkat
permasalahan tersebut kedalam judul skripsi, yaitu “Efektivitas Marketing Public Relations dalam Meningkatkan Loyalitas Konsumen Pada Produk Order Clothing Bandung”
5
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mengedintifikasi masalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana Efektifitas Marketing Public Relations yang meliputi materi kegiatan Marketing Public Relations, Kredibilitas komunikator, frekuensi kegiatan Marketing Public Relations
dan daya tarik kegiatan Marketing
Public Relations dalam meningkatkan loyalitas konsumen pada produk Order Clothing Bandung yang meliputi produk atau jasa, pelayanan, komunikasi dengan konsumen, dan tanggung jawab. 2.
Hambatan apa saja yang dihadapi oleh Order Clothing yang meliputi materi kegiatan Marketing Public Relations, Kredibilitas komunikator, frekuensi kegiatan Marketing Public Relations dan daya tarik kegiatan Marketing Public Relations dalam meningkatkan loyalitas konsumen pada product ORDER Clothing Bandung yang meliputi produk atau jasa, pelayanan, komunikasi dengan konsumen, dan tanggung jawab.
3.
Usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh ORDER Clothing yang meliputi materi kegiatan Marketing Public Relations, Kredibilitas komunikator, frekuensi kegiatan Marketing Public Relations dan daya tarik kegiatan Marketing Public Relations untuk mengatasi hambatan dalam meningkatkan loyalitas pelanggan pada produk ORDER Clothing Bandung melalui Marketing Public Relations.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini selain sebagai syarat ujian siding Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung, Jurusan Ilmu Komunikasi Bidang Kajian Humas adalah sebagai berikut :
6
1.
Mengetahui sejauh mana Efektifitas Marketing Public Relations yang meliputi
materi
kegiatan
Marketing
Public
Relations,
Kredibilitas
komunikator, frekuensi kegiatan Marketing Public Relations dan daya tarik kegiatan Marketing Public Relations dalam meningkatkan loyalitas konsumen pada produk ORDER CLOTHING Bandung. 2.
Mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh ORDER CLOTHING pada saat melaksanakan kegiatan Marketing Public Relations dalam meningkatkan loyalitas konsumen pada produk ORDER CLOTHING Bandung.
3.
Mengetahui mengenai upaya-upaya apa saja yang dilakukan ORDER CLOTHING Bandung dalam melaksanakan Marketing Public Relations, serta bagaimana
mengatasi
hambatan-hambatan
yang
dihadapi
dalam
meningkatkan loyalitas konsumen pada produk ORDER CLOTHING bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Berkaitan dengan judul penelitian, maka penelitian ini terbagi menjadi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yang secara umum diharapkan mampu mendapatkan manfaat bagi pengembangan Ilmu Komunikasi dan Ilmu Hubungan Masyarakat lainnya. 1.4.1 Kegunaan Teoritis 1. Sebagai kajian dan pengembangan Ilmu Komunikasi khususnya mengenai bidang kajian Hubungan Masyarakat.
7
2. Sebagai bahan bacaan bagi pihak lain, khususnya mengenai materi yang penulis teliti, yakni tentang Marketing Public Relation dalam meningkatkan sikap loyal pelanggan. 3. Hasil penelitian ini dapat melengkapi kepustakaan dalam bidang humas, mengenai Efektifitas Marketing Public Relations yang dilakukan oleh ORDER Clothing Bandung dalam meningkatkan sikap loyal pelanggan pada produk. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai kegiatan komunikasi dan hubungan masyarakat, terutama mengenai efektifitas Marketing Public Relations ORDER CLOTHING dalam meningkatkan loyalitas konsumen pada produk. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi ORDER CLOTHING Bandung untuk meningkatkan loyalitas pelanggannya, melalui Marketing Public Relations yang dilakukan. 1.5 Kerangka Pemikiran Sebagai landasan dalam memecahkan masalah, penelitian yang dilakukan di ORDER Clothing Bandung mengenai Marketing public Relations dalam meningkatkan loyalitas konsumen menggunakan teori SMCR (Source- MessageChannel- Receiver). Teori SMCR ini, dekemukakan oleh David K Berlo pada tahun 1960an, dikutip oleh Mulyana, dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Dalam teori Berlo, yang dimaksud receiver adalah penerima pesan, yakni orang, atau orang-orang (dalam komunikasi tatap muka) atau khalayak pembaca, pendengar, atau penonton (dalam komunikasi massa).
8
Sumber dan penerimaan pesan dipengaruhi oleh faktor-faktor keterampilan komunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial, dan budaya. Pesan dikembangkan berdasarkan elemen, struktur, isi, perlakuan, dan kode. Salurannya berhubungan dengan panca indra: melihat, mendengar, menyentuh, membaui, dan merasai (mencicipi). Model ini lebih bersifat organisasional alih-alih mendeskripsikan proses karena tidak menjelaskan umpan balik. Gambar 1.1 Model SMCR (Berlo)
Comm.Skills
Elements
Seeing
Comm.Skills
Attitudes
Structure
Hearing
Attitudes
Knowledge
Content
Touching
Knowledge
Soc. System
Treatment
Smelling
Soc. System
Culutre
Code
Tasting
Culture
Sumber : Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (2001:151) Salah satu kelebihan dari teori SMCR adalah tidak terbatas pada komunikasi public atau komunikasa massa, namun juga komunikasi antar pribadi dan berbagai bentuk komunikasi tertulis. Model SMCR juga merangsang penelitian (bersifat heuristic). Karena memperinci unsure-unsur yang penting dalam proses komunikasi. Mulyana, dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar mengutip pernyataan Berlo mengenai teori SMCR : 1. Sorce (Sumber) adalah pihak yang menciptakan pesan, baik seseorang ataupun kelompok. 2. Message (Pesan) adalah terjemahan gagasan kedalam suatu kode atau simbolik, seperti bahasa atau isyarat. 3. Channel (Saluran) adalah medium yang membawa pesan. 4. Receiver (Penerima) adalah orang yang menjadi sasaran komunikasi. (2001:150)
9
Marketing Public Relations merupakan salah satu strategi yang dilakukan ORDER Clothing untuk meningkatkan loyalitas konsumen, sekaligus merangsang konsumen untuk membeli barang/produk ORDER sendiri. Marketing Public Relations merupakan Public relations dalam konteks pemasaran dan melengkapi serta membantu pencapaian tujuan pemasaran produk atau jasa. Hal ini mengacu pada teori tentang Markeing Public Relations, menurut Kasali dalam bukunya Manajemen Public Relations, sebagai berikut : Marketing Public relations merupakan upaya untuk merangsang suatu pembelian dan sekaligus dapat memberikan nilai-nilai atau kepuasan bagi pelanggan yang telah menggunakan produknya, dan disisi lain melalui kiat Public relations dalam menyelenggarakan komunikasi timbale balik dua arah tersebut melalui informasi atau pesan-pesan yang dapat dipercaya itu diharapkan dapat menciptakan suatu kesan-kesan yang positif terhadap lembaga yang diwakilinya. (2000:11) Penerapan Marketing public Relations menurut Kasali dapat mencapai hasil yang maksimal tergantung pada pelaksanaan faktor-faktor Marketing Public relations yang terdiri dari : 1. 2. 3. 4.
Materi kegiatan Marketing Public relations Kredibilitas Komunikator Frekuensi kegiatan Marketing public Relations Daya tarik kegiatan Marketing Public relations.(1997:53)
Pada intinya, Marketing public relations bertujuan untuk memperoleh dan meningkatkan citra yang baik dari publik terhadap organisasi/instansi/ perusahaan, serta untuk mendapatkan kepercayaan dan penilaian positif dari publiknya, sehingga menciptakan iklim loyal bagi pelanggan terhadap perusahaan. Kondisi penting dalam meningkatkan loyalitas pelanggan menurut Griffin dalam bukunya Customer loyality, diantaranya adalah sebagai berikut : 1.
Karakteristik Loyalitas pelanggan, yaitu suatu interaksi yang terus menerus agar pelanggan bertahan untuk berlangganan kembali atau
10
2.
3.
melakukan pembelian ulang produk/jasa. a. Melakukan pembelian berulang secara teratur, yaitu pelanggan yang terus menerus berulang membeli produk/jasa secara teratur. b. Membeli antarlini produk atau jasa, yaitu pelanggan yang membeli produk/jasa dengan jenis lain atau item yang berbeda tetapi pada perusahaan yang sama. c. Mereferensikan ke orang lain, yaitu meyakinkan kepada orang lain, produk/jasa yang dibeli oleh kita adalah yang terbaik dari produk/jasa yang lainnya, sehingga orang itu kemudian membelinya. d. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan pesaing, yaitu pelanggan yang menolak mengakui bahwa produk/jasa lain lebih baik daripada produk/jasa yang biasa dia beli. Mengkualifikasikan suspect, yaitu semua orang yang diyakini akan membeli (membuktikan) barang/jasa, tetapi belum memiliki informasi tentang barang/jasa perusahaan. a. Kebutuhan dan keinginan pelanggan, yaitu suatu barang/ jasa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pelanggan sehingga dapat memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan. b. Kesediaan dan kemampuan membayar, yaitu suatu perkiraan kebutuhan seseorang untuk membeli barang/jasa, agar bersedia dan mampu untuk membayar barang/jasa yang akan dibelinya tersebut. Mengubah prospek pelanggan, yaitu orang-orang yang memiliki kebutuhan akan jasa tertentu, dan mempunyai kemampuan untuk membelinya. a. Daya tarik bagi filter pengenalan prospek, yaitu memberikan kesempatan prospek untuk memutuskan apakah produk/jasa sesuai dengan kebutuhan mereka. b. Menempatkan keinginan pelanggan, yaitu memberikan informasi yang pelanggan butuhkan untuk membuat keputusan yang menyenangkan dan berlandaskan informasi.(2005: 71-82)
Loyalitas konsumen merupakan sikap yang didapat dari faktor sosial, Loyalitas konsumen merupakan ukuran yang lebih dapat diandalkan untuk memprediksi pertumbuhan penjualan dan keuangan serta dapat didefinisikan berdasarkan perilaku membeli/ penggunaan yang berulang-ulang pada suatu
11
produk/jasa. Moore dalam bukunya Humas Membangun Citra dengan komunikasi menyebutkan tentang landasan loyalitas pelanggan : Hubungan konsumen yang baik sangat bergantung pada nilai produk dan jasa yang diberikan oleh seorang produsen kepada konsumen dan tanggung jawab serta integritas social produsen dalam peranannya sebagai warga perusahaan. (2005:514) Perusahaan harus dapat berkomunikasi dengan konsumen untuk mewujudkan apa saja yang diinginkan konsumen. Dan, berupaya memberikan yang terbaik. Jaminan kulaitas pada produk akan mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk yang dibuat. Dengan komunikasi efektif, pelayanan yang baik, serta kejujuran pihak perusahaan kepada konsumen akan member nilai tambah perusahaan maupun nilai produk itu sendiri. Berdasarkan Teori S-M-C-R tersebut, diselenggarakannya Marketing Public Relations, diharapkan dapat mempengaruhi konsumen, dari konsumen yang tidak loyal menjadi konsumen yang loyal pada produk, serta, dari konsumen yang tidak tahu, menjadi tahu akan keberadaan sebuah perusahaan yang berupa response atas stimulus yang diberikan dari pihak perusahaan, hal ini dapat dilihat pada kerangka pemikiran dari variabel X, yaitu Marketing Public Relations, dan variabel Y yaitu loyalitas konsumen, pada gambar 1.2 berikut ini :
12
Gambar 1.2 Bagan Kerangka Pemikiran Variabel X dan variabel Y RUMUSAN MASALAH Bagaimana Efektifitas Marketing Public Relations dalam meningkatkan loyalitas konsumen pada produk ORDER Clothing Bandung
S-M-C-R
Source
Message
Channel
Variabel X Marketing Public Relation Sub Variabel
Receiver
Variabel Y Loyalitas Konsumen Sub variable 1. Produk atau Jasa 2. Pelayanan 3. Komunikasi dengan Konsumen 4. Tanggung jawab (Moore , 2005 : 514-517)
1. Materi Kegiatan Marketing Public Relations 2. Kredibilitas Komunikator 3. Frekuensi Kegiatan Marketing Public Relations 4. Daya tarik kegiatan Marketing public Relations (Kasali, 2000: 13)
Penurunan Konsep Indikator :
Indikator :
1. Materi Kegiatan Marketing public relations a. Penyajian materi b. Kelengkapan/Kesesuaian materi 2. Kredibilitas Komunikator a. Penguasaan Materi Pesan b. Mampu memberikan jawaban c. Kejujuran d. Bersikap dan bertingkah laku baik 3. Frekuensi Kegiatan Marketing Public Relations a. Waktu pelaksanaan kegiatan M.P.R b. Intensitas pelaksanaan kegiatan M.P.R 4. Daya Tarik Kegiatan M.P.R a. Pemberian harga cuci Gudang b. Voucher atau kupon potongan harga c. Stiker perusahaan
1. Produk atau Jasa a. Kualitas Produk b. Nilai produk 2. Pelayanan a. Kemudahan transaksi jual beli b. Personel pelayanan yang terlatih c. Pemberian bonus pembelian 3. Komunikasi dengan Konsumen a. Media massa cetak b. Media Internet c. Survai Opini 4. Tanggung Jawab a. Jaminan kualitas pada produk b. Edukasi karyawan
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Manusia adalah makhluk sosial. Inilah cirinya, sejalan dengan kemampuan untuk berkomunikasi secara antarpersonal diantara kelompok-kelompok sosial, yang telah menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Sudah tentu, kapasitas untuk berkomunikasi inilah yang menimbulkan kohesi sosial dan dari sinilah berkembangnya peradaban. Dalam istilah sederhana, komunikasi adalah proses penyampaian individu. Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris) adalah “communication”, secara
etimologis
atau
menurut
asal
katanya
adalah
dari
bahasa
Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Efendy, dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek mengutip pengertian ilmu komunikasi Menurut Carl I. Hovland “Ilmu Komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap” (2000:10). Littlejohn menyebutkan, setidaknya terdapat tiga pandangan mengenai komunikasi, seperti yang dikutip Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, yakni : Pertama, komunikasi harus terbatas pada pesan secara sengaja diarahkan kepada orang lain dan diterima oleh mereka. Kedua, komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi penerima, apakah disengaja
14
ataupun tidak. Ketiga, komunikasi harus mencakup pesanpesan yang dikirimkan secara sengaja, namun sengaja ini sulit ditentukan. (2001:57) Semua pakar komunikasi sepakat bahwa komunikasi mencakup perilaku sengaja yang diterima, namun mereka tidak sepakat perilaku lainnya yang dianggap sebagai komunikasi. 2.2 Pengertian Public Relations Asal mula hubungan masyarakat (humas), atau yang dikenal dengan istilah public relations dapat dilacaki kembali pada permulaan peradaban manusia. Unsur- unsur dasarnya – member informasi kepada masyarakat, membujuk masyarakat, dan mengintegrasikan masyarakat – adalah landasan bagi masyarakat zaman dulu yang juga sama bagi masyarakat sekarang. Public Relations merupakan kegiatan komunikasi untuk membentuk atau membangun citra positif sebuah perusahaan terhadap khalayak. Kegiatan Public Relations adalah membangun pengertian masyarakat terhadap perusahaan dan produknya. Profesi Hubungan Masyarakat telah berevolusi dari model konsultan yang diperlukan sewaktu-waktu, sampai menjadi profesi penuh waktu. Public Relation terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang berkepentingan dengannya. Pengertian public Relation menurut beberapa pakar tidak sama, namun pada umumnya, menjurus kepada pembentukkan citra positif. Definisi yang sangat umum diberikan oleh Marston dalam bukunya Modern Public Relations (1979), yang dikutip oleh Kasali dalam bukunya Manajemen Public relation, yakni : Public Relations is planned, persuasive communication designed to influence significant public. (Humas adalah seni untuk membuat perusahaan anda disukai dan
15
dihormati oleh para karyawan, konsumen dan para penyalurnya). (2008 : 6) Dengan membuat perusahaan disukai
karyawan, konsumen, dan
penyalurnya maka perusahaan akan terhindar dari sasaran kemarahan. Namun, hal tersebut tidaklah cukup, perusahaan juga harus menanamkan elemen-elemen lain yang dewasa ini memegang peranan vital dalam membentuk citra positif perusahaan. Public Relations merupakan kegiatan yang terencana dan tersusun, sehingga mempermudah dalam pencapaian tujuan sebuah perusahaan. Definisi humas lainnya dikemukakan oleh Sukatendel 1990, yang dikutip oleh Ardianto dalam bukunya Public Relations Suatu Pendekatan Praktis adalah “Public Relations adalah metode komunikasi untuk menciptakan citra positif dan mitra organisasi atas dasar menghormati kepentingan bersama”. (2004:4) Public
Relations
merupakan
aktivitas
yang
tidak
mengabaikan
kepentingan bersama, humas merupakan suatu usaha yang berkesinambungan di pihak manajemen untuk memperoleh itikad baik dari publik dengan bertindak mengayaumi public untuk memenangkan rasa hormat dari publik. Moore dalam bukunya Humas Membangun Citra dengan Komunikasi, yang disunting oleh Effendy menyebutkan empat unsur dasar humas, yaitu : Empat Unsur Dasar Humas : 1. Humas merupakan filsafat manajemen yang bersifat sosial, adalah filsafat sosial dari manajemen yang meletakkan kepentingan masyarakat lebih dulu pada segala sesuatu yang berkenaan dengan perilaku organisasi. 2. Humas adalah suatu filsafat sosial yang diungkapkan dalam keputusan kebijaksanaan, berarti setiap lembaga memiliki kebijaksanaan-kebijaksanaan yang menetapkan sejumlah tindakan yang harus diikuti dalam kegiatannya. 3. Humas adalah tindakan sebagai akibat dari kebijaksanaan sehat, diasumsikan dengan membantu
16
manajemen dalam menjalankan kebijakan perusahaan dan mengembangkan hubungan baik dengan berbagai macam publik. 4. Humas adalah komunikasi (komunikasi dua arah), melalui komunikasi kepada publik-publiknya, manajemen mengumumkan, menjelaskan, mempertahankan, atau mempromosikan kebijaksanaannya dengan maksud untuk mengukuhkan pengertian dan penerimaan. (2005:6-13) Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa public relations menggunakan metode manajemen berdasarkan tujuan-tujuan khusus meliputi penanggulangan masalah-masalah komunikasi yang memerlukan suatu perubahan tertentu, misalnya mengubah sikap negatif menjadi positif. 2.3
Tujuan dan Fungsi Public Relations
2.3.1 Tujuan Public Relations Tujuan umum humas sebuah organisasi haruslah dijelaskan dalam suatu pernyataan yang ringkas yang mencerminkan filsafat organisasi tersebut ke arah publik luas. Jeffkins, dalam bukunya Public Relations mengemukakan bahwa tujuan PR diantaranya yang pokok adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengubah citra umum di mata khalayak sehubungan dengan adanya kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan perusahaan; 2. Untuk menyebarluaskan cerita sukses yang telah dicapai oleh perusahaan kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan; 3. Untuk meningkatkan bobot kualitas calon pegawai; 4. Untuk memperbaiki hubungan dengan perusahaan itu dengan khalayaknya, sehungungan dengan telah terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan kecaman, kesangsian, atau slah paham dikalangan khalayak terhadap niat baik perusahaan; 5. Untuk mendidik para pengguna atau konsumen agar mereka lebih efektif dan mengerti dalam memanfaatkan produk-produk perusahaan; 6. Untuk mendukung keterlibatan perusahaan sebagai sponsor dari penyelenggaraan suatu acara; 7. Untuk memperkenalkaan perusahaan kepeda masyarakat luas, serta membuka pasar-pasar ekspor baru;
17
8. Untuk mempersiapkan penerbitan saham tambahan ataus karena adanya perusahaan yang go public; 9. Untuk meyakinkan khalayak bahwa perusahaan mampu bertahan atau bangkit setelah krisis; 10.Untuk meningkatkan kemampuan dan ketahanan perusahaan dalam rangka mengahadapi resiko pengambil alihan; 11.Untuk menciptakan identitas perusahaan yang baru; 12.Untuk menyebarluaskan informasi mengenei aktifitas dan partisipasi para pimpinan perusahaan organisasi dalam kehidupan sosial sehari-hari; 13.Untuk memastikan para politisi benar-benar memahami kegiatan-kegiatan atau produk perusahaan yang positif, agar perusahaan yang bersangkutan terhindar dari pelaturan, undang-undang, dan kebijakan pemerintah yang merugikan; 14.Untuk menyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan perusahaan. (2004:63) Ruang lingkup tujuan public relations itu sendiri ternyata sedemikian luas, namun sehubungan dengan keterbatasan sumber daya, maka harus dibuat sebuah sekala prioritas dari sekian banyak hal yang bisa dijadikan tujuan kegiatan public relations dalam sebuah perusahaan. 2.3.2 Fungsi Public Relations Dalam konsepnya, fungsi Public Relations akan menjalankan tugasnya baik ketika menjadi komunikator maupun mediator, menurut Effendy dalam bukunya Hubungan Masyarakat Suatu Komunikologis yaitu : 1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi dengan public internal atau eksternal. 2. Menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada publiknya dan menyalurkan opini public kepada organisasi. 3. Melayani publik dan menasehati pipmpinan Organisasi demi kepentingan umum. 4. Operasionalisasi dan organisasi Public Relations adalah bagaimana membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publiknya untuk mencegah terjadinya rintangan psikologis, baik yang ditimbulkan dari pihak organisasi maupun dari pihak publiknya. (2005:9-10)
18
Dari fungsi humas diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap Public Relations perusahaan memiliki tugas dan wewenang agar fungsi humas tersebut berjalan dengan baik. Untuk mewujudkan tugas tersebut, seorang Public Relations harus bisa bekerjasama dengan baik dengan pihak-pihak lain baik di dalam maupun di luar perusahaan. Tugas seorang Public Relations dalam melaksanakan kegiatan perusahaan menurut Meinanda, dalam bukunya Pengantar Public Relations dalam management adalah : 1. Memberikan Informasi atau penerangan dalam arti mempertahankan mengembangkan terhadap kebijaksanaan yang sudah digariskan oleh seseorang pimpinan kepada public. 2. Menetralisir pendapat-pendapat public yang bersifat negatif terhadap citra dan kebijaksanaan dari pimpinan memjadi citra positif. 3. Menumbuhkan pendapat publik terhadap perusahaan yang bersifat positif melalui kerjasama publik. (1999) Dari definisi diatas, bahwa seorang Public Relations tidak hanya menciptakan opini maupun citra, tetapi juga harus bisa mengarahkan dan merubah citra atau tanggapan negatif, baik dari internal maupun eksternal public dan dari segi kegiatan-kegiatannya. 2.4 Ruang Lingkup Public Relations Secara sederhana tugas praktisi kehumasan adalah menjadi penghubung antara lembaga publik dengan masyarakat luas, agar tercapai saling pengertian, kerjasama dan sinergi yang positif antara berbagai pihak yang ada. Sharpe menggunakan istilah “komunikasi harmonis” dalam hubungan jangka panjang antara perusahaan dan publiknya, yang kemudian menyebut lima prinsip membangun hubungan harmonis dalam komunikasi. Dikutip oleh Kasali dalam bukunya Manajemen Public Relations, yaitu:
19
1. komunikasi yang jujur untuk memperoleh kredibilitas 2. keterbukaan dan konsistensi terhadap langkahlangkah yang diambil untuk memperoleh keyakinan orang lain 3. langkah-langkah yang fair untuk mendapatkan hubungan timbal balik dan goodwill 4. komunikasi dua arah yang terus menerus untuk mencegah keterasingan dan untuk membangun hubungan 5. evaluasi dan riset terhadap lingkungan untuk menentukan langkah atau penyesuaian yang dibutuhkan masyarakat.(Kasali, 2005: 8-9) Secara umum, kegiatan Public Relations meliputi dua macam publik, yaitu internal dan External. Selain itu, Rudy dalam bukunya Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional menyatakan bahwa ruang lingkup Public Relations adalah : 1. 2. 3. 4.
Hubungan dengan pelanggan (customer relations) Hubungan dengan masyarakat (Community relations) Hubungan dengan media (Press relations) Hubungan dengan instansi pemerintah (Government Relations) 5. Hubungan dengan karyawan (employee relations) 6. Hubungan dengan pihak terkait (stakeholder) Dari definisi diatas menunjukkan bahwa ruang lingkup dari Public Relations sangatlah luas. Karenanya, seorang Public Relations harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan memiliki kemampuan dalam menjalankan kegiatannya dengan sikap professional, sehingga dalam menciptakan hubungan yang baik dapat menjangkau ruang lingkup public relations yang sangat luas tersebut. Dari definisi sebelumnya, dapat diambil kesimpulan secara umum, bahwa ruang lingkup Public Relations dibagi menjadi dua bagian, yaitu Internal Public Relations dan External Public Relations. 2.4.1
Internal Public Relations Target kegiatan PR dalam konteks ini adalah menjaga suasana diantara
para karyawan di dalam badan atau perusahaan. Bagaimana menciptakan
20
komunikasi efektif, keserasian hubungan antara pimpinan dan bawahan, baik secara horisontal maupun vertikal, sehingga dapat memperkuat tim kerja perusahaan. Tiap anggota dari badan atau perusahaan itu, dari tingkat pimpinan sampai pesuruh, merupakan Public Relations Officer yang tidak resmi. Dimana segala perilaku mereka mendapat sorotan dari publik dan dapat mempengaruhi nama baik perusahaan. Menurut Yulianti dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Public Relations, menyatakan bahwa hubungan yang terbentuk dalam Public Internal adalah sebagai berikut : 1. Employee Relation, merupakan suatu kegiatan Public Relations dalam memelihara hubungan antara pihak manajemen dengan para karyawannya. Misalnya, memberikan penghargaan atas hasil kerja yang diraih. 2. Manajer relation, merupakan suatu kegiatan Public Relations dalam memelihara hubungan baik antara para manajer di lingkungan perusahaan. Misalnya, koordinasi kerja antara jabatan dan rumah dinas. 3. Labour Relations, merupakan salah satu kegiatan Public Relations dalam memelihara hubungan antara pimpinan dengan serikat buruh yang ada di dalam perusahaan dan turut menyelesaikan masalah-masalah yang timbul diantara keduanya. 4. Stakeholder Relations, merupakan kegiatan Public Relations dalam memelihara hubungan baik antar pemegang saham dengan tujuan membina hubungan dan untuk memajukan perusahaan. Contoh kegiatannya, dengan memberi ucapan selamat kepada para pemegang saham baru, dan mengirimkan majalah organisasi. 5. Human Relation, merupakan suatu kegiatan Public Relations dalam memelihara hubungan antar sesama warga perusahaan, dengan tujuan untuk mempererat rasa persaudaraan dan meningkatkan kesejahteraan dengan kepentingan bersama. (Yulianti, 1999:86) Internal Public Relations juga harus melakukan upaya-upaya untuk dapat memecahkan permasalahan dalam lingkungan intern perusahaan, seperti
21
mempertinggi produktivitas sumber daya manusia (SDM) dalam perusahaan, mengadakan komunikasi teratur dan tepat guna dalam perusahaan secara vertikal dan horisontal. Dalam hal ini, pelaksanaan tergantung pada besar atau kecilnya sebuah perusahaan, serta skala prioritas. 2.4.2
External Public Relation Public
Eksternal
adalah
publik
yang
berada
di
luar
organisasi/instansi/perusahaan yang harus diberikan penerangan/informasi untuk dapat membina hubungan baik. Sama juga halnya dengan public internal maka public eksternal juga menyesuaikan diri dengan bentuk atau sifat, jenis dan karakter dari organisasi yang bersangkutan. Dengan demikian maka yang menjadi public eksternal suatu organisasi akan berbeda dengan organisasi lainnya. Yulianti, dalam bukunya Dasar-dasar Public relations, tujuan membina hubungan dengan publik eksternal adalah proses komunikasi dalam rangka membina dan memelihara hubungan yang harmonis dengan organisasi-organisasi lain, adalah sebagai berikut : 1. Press Relations, mengatur dan memelihara hubungan dengan pers dan umumnya dengan media massa, pers, radio, terutama dengan pers. 2. Government Relations, mengatur dan memelihara hubungan denga pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. 3. Community Relations, mengatur dan memelihara hubungan dengan masyarakat setempat, dimana perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan perusahaan.. 4. Supplier Relations, mengatur dan memelihara hubungan dengan para levelansir agar segala kebutuhan perusahaan dapat diterima secara teratur dan dengan harga dan syarat-syarat yang wajar. 5. Customer Relations, mengatur dan memelihara hubungan dengan para pelanggan, sehingga hubungan itu selalu dalam situasi yang baik bahwa pelangganlah yang sangat membutuhkan perusahaan dan bukan sebaliknya.
22
6. Consumer Relations, mengatur dan memelihara hubungan baik dengan para konsumen agar produk yang dibuat dapat diterima dengan baik oleh para konsumen. 7. Educational Relation, mengatur dan membina hubungan baik dengan public umum. (Yulianti, 2003 : 71) Hubungan dengan publik diluar perusahaan merupakan keharusan yang mutlak. Karena perusahaan tidak mungkin berdiri sendiri tanpa bekerja sama dengan perusahaan yang lain. Karena itu perusahaan harus menciptakan hubungan yang harmonis dengan publik-publik khususnya dan masyarakat umumnya. Salah satunya dengan melakukan komunikasi dengan publik ekstern secara informatif dan persuasif. Informasi yang disampaikan hendaknya jujur, teliti dan sempurna berdasarkan fakta yang sebenarnya. 2.5 Tinjauan Marketing Public Relations (MPR) 2.5.1 Pengertian Marketing Public Relations (MPR) Public Relations merupakan suatu fungsi strategi dalam manajemen yang melakukan komunikasi untuk menimbulkan pemahaman dan penerimaan dari publik. Dalam proses penerimaan publik ini, perusahaan perlu memperhatikan hubungan yang harmonis dengan masyarakatnya, seperti terbuka, jujur, fair, konsisten dan tidak mengasingkan diri. Pekerjaan yang paling sulit adalah memisahkan public relations dari berbagai fungsi yang overlapping di dalam perusahaan. Kekacauan yang sering terjadi ini antara lain disebabkan oleh pemahaman yang berbeda tentang Public Relations. Karenanya, untuk mempertegas fungsi Public Relations dalam sebuah perusahaan, Thomas L Harris, guru besar Journalism pada Northwestern University memisahkan Marketing Public Relations dari Corporate Public Relations.
23
Apa yang disebut sebagai pemasaran (marketing) sebenarnya lebih dari sekedar mendistribusikan barang dari para produsen pembuatnya ke para konsumen pemakainya. Jefkins dalam bukunya Periklanan, yang dialih bahasakan oleh Munandar, mendefinisikan mengenai marketing itu sendiri, yakni “Pemasaran sesungguhnya meliputi semua tahapan, yakni mulai dari penciptaan produk hingga ke pelayanan purna jual setelah transaksi penjualan itu terjadi”. (1997:1). Marketing adalah aktivitas yang dilakukan secara terus menerus oleh sebuah produk unruk memenuhi konsumennya dan mendapatkan keuntungan. Pemasaran biasanya difokuskan pada satu produk atau jasa. Oleh sebab itu, perencanaan pemasaran satu produk akan berbeda dengan produk lainnya. Kotler, dalam buku Manajemen Public Relations menyebutkan konsep Marketing Public Relations sebagai “Public Relations dengan konsep mega markrting” yang memiliki pengertian seperti berikut : Mega marketing adalah aplikasi koordinasi secara terencana atas unsur-unsur ekonomi, psikologi, politik, dan keterampilan public relations untuk memperoleh simpati (kerja sama) dari pihak-pihak yang terkait agar dapat beroperasi atau masuk ke pasar tertentu.(2008:12) Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi Marketing Public Relations dalam sebuah instansi/ perusahaan adalah untuk melakukan penjualan sekaligus menjaga titik kontak dengan konsumen, maupun stakeholder untuk mendapatkan keuntungan maksimal. 2.5.2 Tugas Marketing Public Relations Pemakaian Public Relations dalam pemasaran telah berkembang demikian pesat untuk mendorong kegiatan pemasaran. Berikut adalah ruang lingkup
24
pekerjaan Marketing Public Relations yang diolah dari berbagai sumber, termasuk konsep Harris yang dikutip Kasali dalam bukunya Manajemen Public relations : Ruang Lingkup Pekerjaan Marketing Public Relations : 1. Memposisikan perusahaan sebagai “leader” atau expert 2. Membangun kepercayaan konsumen 3. Memperkenalkan produk baru 4. Menghapus, meluncurkan kembali (relaunch) produkproduk yang sudah mature 5. Mengkomunikasikan keuntungan-keuntungan produk lama 6. Mempromosikan cara-cara pemakaian baru atas produk yang sudah dikenal 7. Melibatkan/menggerakan masyarakat terhadap produk kita 8. Menjangkau “secondary markets” 9. Menekan pasar yang lemah 10. Memperluas jangkauan iklan 11. Menyebarkan berita sebelum beriklan 12. Membuat iklan lebih berbunyi (menjadi bahan pembicaraan) 13. Menjelaskan product story dengan lebih detail 14. Memperoleh publisitas atas produk-produk yang tidak boleh diiklankan. 15. Memperoleh pemberitaan televise atas produk-produk yang tabu diiklankan di teve 16. Mengetes konsep pemasaran 17. Mengidentifikasikan produk (merk) dengan nama perusahaan. 18. Mendorong motivasi tenaga-tenaga penjual (sales force) 19. Mendapatkan dukungan konsumen dengan menjelaskan misi perusahaan 20. Memperoleh dukungan dari para penyalur (pengecer). (2008:13) Marketing Public Relations (MPR) merupakan bagian dari kegiatan pemasaran, penanggung jawab tertingginya adalah manajer pemasaran, dan Objective dari kegiatan MPR adalah mendukung Objective di bidang pemasaran.
25
2.5.3 Aspek-aspek Marketing Public relations Seorang public relations dalam fungsinya sebagai marketing harus dilibatkan dalam proses produksi barang sejak awal, agar product story barang diketahui MPR. Selain itu, agar meminimalisasikan kemungkinan produk yang dibuat gagal total dipasaran karena pihak marketing tidak begitu menguasai seluk beluk produk. Jefkins memberikan tiga tahapan pemasaran agar produk yang dipasarkan dapat sukses meraih konsumen : 1. Penamaan (naming). Disini ditentukan, apakah nama produk itu sendiri sudah merupakan instrument promosi yang baik atau tidak. 2. Pengemasan (packaging). Dalam tahap ini akan dijajaki apakah produk yang bersangkutan akan lebih mudah dipromosikan jika kemasannya diubah. 3. Distribusi. Disini dibicarakan apakah akan lebih ekonomis jika produk itu langsung dijual kepada para pengecer, atau harus melalui pedagang kulakan. (1997:76) Seorang Marketing Public Relations dapat memberikan saran kepada klien tanpa membocorkan satupun rahasia perdagangan berdasarkan pengalamannya yang luas. 2.5.4 Media Marketing Public relations Tugas Marketing Public Relations tentunya tidak lepas dari publisitas dan hubungannya dengan konsumen. dalam melakukan perannya sebagai penghubung antara konsumen dengan perusahaan, dan untuk menarik konsumen agar mau membeli produk peusahaan, Marketing Public Relations menggunakan media seperti yang dituliskan Moore dalam bukunya Humas Membangun Citra Dengan komunikasi yang di alih bahasakan oleh Lilawati trimo, yakni “Surat kabar, majalah, Siaran radio dan Televisi.”(2005 : 196-197). Selain itu, Jefkins dalam bukunya Periklanan memisahkan media publisitas menjadi dua, yakni “iklan lini atas (radio, televisi, sinema/bioskap, lembaga jasa iklan luar
26
ruang) dan iklan lini bawah (Leaflet, folder, brosur atau booklet, catalog, dll).” (1997 : 86) . Media- media tersebut digunakan oleh Marketing Public Relations perusahaan untuk melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pengayaum konsumen dan salah satu ujung tombak perusahaan. 2.6
Pengertian Loyalitas Konsumen Sejak tahun 1980-an, kepuasan pelanggan selalu menjadi sebuah ukuran
kesuksesan bisnis. Semua perusahaan berlomba-lomba untuk dapat memuaskan pelanggannya dengan berbagai cara agar pelanggan menjadi puas dan terpenuhi harapannya. Teorinya, jika pelanggan puas, maka konsumen akan membeli lebih dan terus membeli lagi. Perusahaan percaya bahwa kepuasan pelanggan memberikan hasil yang positif secara keuangan, khususnya dalam hal penjualan produk secara berulang. Namun, fokus perusahaan jangan hanya tertuju pada kepuasan konsumen, tetapi harus menuju ke loyalitas konsumen. Inilah kata kunci yang harus mulai dipahami banyak perusahaan agar dapat terus tumbuh. Seperti halnya brand loyality (loyalitas merek), store loyality juga ditujukan oleh perilaku konsisten, tetapi dalam store loyality, perilaku konsistennya adalah dalam mengunjungi toko di mana konsumen bisa membeli merek produk yang diinginkan. Artinya, konsumen yang loyal terhadap merek akan juga loyal terhadap toko. Dalam hal ini konsumen menjadi loyal terhadap satu merek tertentu disebabkan oleh kualitas produk yang memuaskan, maka dalam store loyality penyebabnya adalah kualitas pelayanan yang diberikan oleh pengelola dan karyawan toko. Loyalitas pelanggan adalah kesetiaan pelanggan akan suatu barang atau jasa dengan melakukan pembelian ulang barang atau jasa tersebut secara terus menerus.
27
Untuk lebih jelasnya, pengertian loyalitas merek adalah “ukuran kedekatan yang dimiliki oleh seorang konsumen dengan sebuah merek” (Aaker, 1997:57). Loyalitas dimunculkan dari kepuasan yang diperoleh konsumen yang melibatkan komitmen konsumen itu untuk membuat investasi yang terus menerus dengan merek atau perusahaan tertentu. Memahami konsep loyalitas Konsumen, maka peneliti mengutip definisi loyalitas pelanggan menirut Hirriyati dalam bukunya Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, yakni : Customer loyality is deeply held commitment to rebuy or repatronize a preferred product or service consistently in the future, desfite situational influences and marketing efforts having the potential to cause switching behavior. (Loyalitas pelanggan adalah komitmen pelanggan yang bertahan untuk berlangganan atau melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku).(2005 : 129) Untuk bisa mempertahankan pelanggan, perusahaan harus memberikan tanggapan sepenuhnya pada keluhan-keluhan pelanggan. Perilaku dan tanggapan perusahaan pada pelanggan sudah semestinya dilakukan dengan sungguhsungguh, dengan memperhatikan hal-hal tersembunyi yang berada dibalik perilaku konsumen. Perusahaan harus hati-hati dalam menghadapi fenomena nice costumer, yaitu pelanggan yang tidak pernah mengeluh apapun dan bagaimanapun layanan yang dia peroleh tapi tidak pernah kembali. Intinya, perusahaan harus memiliki strategi untuk mempertahankan sekaligus mendapatkan konsumen baru, serta berupaya membuat konsumen-konsumennya menjadi loyal. Konsep mengenai loyalitas konsumen lainnya diungkapkan Santoso, dalam bukunya Structural Equation Modelling, dengan menyebutkan “loyality dipengaruhi statisfactions (kepuasan) dan trust (kepercayaan)”. (2007:2).
28
Adapun ciri- ciri konsumen yang loyal terhadap sebuah perusahaannya, menurut Santoso adalah sebagai berikut : Konsumen yang loyal tidak mau berbelanja ke toko lain (berpindah merk atau brand switching), mempromosikan toko tersebut kepada teman atau konsumen lain (word of mouth communications), serta mempunyai niat membeli terus menerus di toko tersebut. (2007:3) Pemberian perhatian kepada pelanggan bukanlah merupakan ide yang baru, bahkan semua perusahaan memandang bahwa consumer focus adalah prioritas utama mereka. Bagi perusahaan yang berorientasi pada pelanggan, kepuasaan pelanggan menjadi sasaran dan kiat perusahaan untuk menciptakan loyalitas pelanggan. Mengamati harapan pelanggan, mengetahui kinerja perusahaan yang dirasakan oleh pelanggan, dan memberikan kepuasan pada pelanggan merupakan tantangan bagi perusahaan yang ingin memenangkan persaingan saat ini. 2.7 Distribution Store (Distro) Distro berasal dari kata distribution store /toko distribusi. Jadi bisa diartikan
sebagai
toko
yang
khusus
mendistribusikan
produk
tertentu
(clothing/pakaian). Clothing merupakan salah satu istilah yang dikenakan untuk perusahaan yang memproduksi pakaian jadi di bawah brand/merk mereka sendiri. Dalam kata lain, clothing merupakan kategori untuk brand/merk yang mengeluarkan produk pakaian jadi. Pakaian jadi ini sebagian besar adalah kaos kemudian sekarang berkembang sampai berbagai perlengkapan yang menunjang lifestyle seperti kacamata, jam tangan, mp3 player, dan sebagainya. Distro di luar Indonesia pada awalnya adalah toko yang khusus menjual produk dari band-band D.I.Y/indie band. Mulai dari album sampai pernak pernik merchandise seperti kaos dan accessories band lainnya. Kemudian ada juga yang menjual produk untuk komunitas tertentu seperti peralatan dan kaos skateboard.
29
Di Bandung pun, distro pertama kali dibuka untuk menjual produk dari band-band luar khususnya band underground serta perlengkapan dan apparel untuk skateboard. Jadi, distro merupakan saluran distribusi barang (clothing), agar barang bisa sampai ke tangan konsumen. adapun pengertian saluran disribusi menurut David A. revzan dalam Marketing Organization Through The Channel yang dikutip Kodrat dalam bukunya Manajemen Distribusi, “Saluran distribusi sebagai suatu jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai kepada pemakai”. (2009:20) dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa saluran distribusi merupakan perantara untuk memindahkan produk atau jasa dari produsen ke konsumen. Berbicara mengenai saliran distribusi, membicarakan dua kutub, yakni kutub produsen dan kutub konsumen, kutub produsen adalah bagaimana produk tersebut dapat tersebar (spread) secara luas. Adapun sisi konsumen adalah bagaimana konsumen bisa memperoleh produk dengan mudah. Produsen maupun distributor ingin mendekekatkan produknnya ke konsumen, sehingga konsumen merasa mudah untuk mendapatkan produk. Produsen distro biasanya melakukan produksi produk dalam skala besar untuk memperoleh biaya per-unit yang lebih rendah. Karenanya, setiap distro harus memperhatikan nilai guna produk untuk meningkatnak income serta meminimalisasi kerugian. Menurut Kodrat dalam Manajemen Distribusi, keempat nilai guna tersebut adalah : 1. Nilai guna Bentuk, merupakan manfaat yang diciptakan oleh adanya perubahan-perubahan dalam usaha memperbaikin suatu barang, dan dilaksanakan oleh kegiatan produksi yang mencakup pengubahan bentuk ataupun fungsi bahan baku, penentuan macam material yang digunakan, adanya pengubahan ukuran, dsb.
30
2. Nilai guna waktu, artinya produk tersedia setiap saat pada saat dibutuhkan. 3. Nilai guna tempat, artinya produk akan memiliki nilai lebih tinggi pada tempat yang berbeda. 4. Nilai guna milik, menunjukkan kegiatan yang merubah kepemilikan suatu barang. Baik pembeli industri maupun konsumen. (2009 :24-25) Pada prakteknya, keempat nilai guna tersebut tidak dapat dipisahkan. Konsumen tidak dapat memperoleh barang jadi tanpa adanya pengangkutan barang tersebut ke tempat tinggalnya, dan tanpa adanya penyimpanan sampai saat dibutuhkan. Mereka juga tidak dapat memiliki suatu barang yang belum diproduksi. Jadi, pada saat konsumen menkonsumsi suatu produk, mereka harus mendapatkan semua nilai guna tersebut. Dalam hal ini, pemasaran dan produksi merupakan dua macam yang sama pentingnya bagi saluran distribusi, dan dilakukan juga oleh distro-distro sebagai produsen clothing yang memiliki brand sendiri. 2.8 Hubungan Teori S-M-C-R dengan Efektifitas Marketing Public Relations Dalam Meningkatkan Loyalitas Konsumen pada Produk Order Clothing. Teori S-M-C-R (Source- Message- Channel- Receiver) dikemukakan oleh David K Berlo, pada tahun 1960 dan dikenal luas oleh dunia komunikasi, yang dikutip Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Teori ini, tidak terbatas pada komunikasi public atau komunikasi massa yang menggunakan media tertentu dalam penyampaian pesan, namun juga komunikasi antarpribadi dan berbagai bentuk komunikasi tertulis. Jadi, unsur- unsur dalam teori ini, menurut Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar adalah : a. b. c. d.
Source (Sumber) Message (Pesan) channel (saluran) receiver (Penerima).(2001:150)
31
Berdasarkan teori tersebut, maka Marketing public Relations adalah sebagai sarana dalam membina hubungan dengan konsumen, serta sebagai salah satu media untuk meningkatkan kesetiaan konsumen terhadap produk Order Clothing, melalui kontak langsung maupun promosi, iklan, serta agenda dalam hal menjaga titik kontaknya dengan konsumen, sehingga konsumen memberikan respon positif, sesuai dengan yang diharapkan perusahaan, khususnya Order Clothing.
32
BAB III METODE DAN OBJEK PENELITIAN 3.1
Metode Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan yaitu penelitian Deskriptif dimana peneliti hanya mengamati kemudian menjabarkan hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Rachmat dalam bukunya Metode Penelitian Komunikasi mengemukakan
bahwa
:
“Penelitian
Deskriptif
tidak
mencari
yang atau
menjelaskan hubungan, tidak manguji Hipotesis atau membuat prediksi”. (2007:24). Tujuan dari penelitian deskriptif ini yaitu untuk mengembangkan masalah-masalah dari satu fenomena yang digabungkan dengan teori untuk memecahkan masalah itu secara rasional. Penelitian desktiptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa, peneliti tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Penelitian Deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan informasi situasi secara rinci yang melakukan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memerikasa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi, menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah. Mengumpulkan dan menuang data dari mulai observasi, angket, dan wawancara untuk kemudian dianalisis. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dengan cermat Efektivitas Marketing public relations dalam meningkatkan loyalitas konsumen pada produk ORDER Clothing Bandung.
33
3.1.2 Populasi dan sampel Populasi merupakan sekumpulan orang atau jumlah penduduk, peristiwa atau benda yang menjadi pusat penelitian yang akan diteliti. Populasi menurut Sugiono dalam bukunya Statistika Untuk Penelitian adalah sebagai berikut : Populasi adalah wilayah generelalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang akan diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik suatu kesimpulannya.(2005:55) Populasi merupakan kumpulan objek yang lengkap dan jelas yaitu dipelajari sifat-sifatnya. Seperti yang dinyatakan oleh Zuriah dalam bukunya Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, ”Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan”. (2006:116) Jadi, populasi berhubungan dengan data, bukan faktor manusianya. Kalau setiap manusia memberikan suatu data, maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia. Populasi merupakan kumpulan objek yang lengkap dan jelas yaitu dipelajari sifat-sifatnya. Populasi penelitian ini adalah konsumen ORDER Clothing Bandung. Karena jumlah konsumen yang dimiliki ORDER Clothing cukup banyak dan beragam, tidak mungkin peneliti mengumpulkan seluruh populasi, karena akan memakan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit, maka untuk mempermudah peneliti melakukan penelitian dilakukan penarikan sampel, dimana merupakan bagian dari suatu kumpulan objek penelitian. Ruslan dalam buku Metode Penelitian Public Relations Komunikasi menjelaskan tentang pengertian teknik sampling :
dan
34
Teknik sampling merupakan metode pengambilan sampel, dan untuk menentukan sampel yang akan dipergunakan dalam suatu penelitian, ada beberapa teknik sampling yaitu Probability Sampling dan Non Probability Sampling. (Ruslan, 2004 : 150) Bila populasi yang ada cukup banyak, peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Roscoe dalam bukunya Research Methode For Business (1982:256), yang dikutip oleh Sugiono, memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian sebagai berikut ini : 1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 s/d 500. 2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: priawanita, pegawai negri-swasta, dll) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30. 3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 30 kali dari jumlah sampel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (indipendent+dependen), maka jumlah anggota sampel 10x5=50. 4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok control, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 s/d 20.(2005:102-103) Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel non probability. Penelitian ini adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel yang digunakan adalah Accidental sampling (Sampel Aksidental). Alasan mengambil accidental sampling karena peneliti merasa menemukan karakteristik yang cocok yang dapat dijadikan responden, yaitu konsumen Order Clothing itu sendiri. Menurut Ruslan dalam bukunya Metode Penelitian Public Relations dan komunikasi dijelaskan bahwa : Accidental sampling (sampling aksidental) yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan dijumpai, atau
35
siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti yang dapat dipergunakan sebagai sampel, jika dipandang orang kebetulan ditemui itu, maka hal tersebut cocok sebagai data.(2004:156) Adapun responden yang dijadikan sebagai sampel adalah konsumen Order Clothing, yang berbelanja di shop house Order Clothing Jl. Trunojoyo 23 Bandung, dan orang yang menggunakan produk Order Clothing, yang akan diambil sebanyak 50 responden. (n = 50) 3.1.3 Operasional Variabel Setiap penelitian dibutuhkan penjabaran variabel-variabel yang masih berbentuk konsep-konsep abstrak agar didapat suatu bentuk yang lebih nyata. Proses tersebut dinamakan oprasionalisasi variabel. Hal tersebut menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting dalam penelitian. Judul yang dibuat peneliti yaitu Efektivitas Marketing Public Relations dalam meningkatkan sikap loyal konsumen pada Produk ORDER Clothing Bandung. Judul tersebut terdiri dari dua variabel yaitu variabel X dan Y : 1.
Variabel X : Efektifitas Marketing Public Relations
2.
Variabel Y : Loyalitas konsumen Guna memperjelas operasional variabel yang di dapat dalam judul skripsi
peneliti, maka peneliti mengemukakan devinisi operasional sebgai berikut : 1. Efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input. 2. Marketing Public Relations adalah cabang ilmu public relations yang diarahkan pada konsumen, upaya menjaga titik kontak dengan konsumen sekaligus melakukan pemasaran produk. 3. Meningkatkan adalah suatu usaha sungguh-sungguh dan direncanakan sesuai waktu yang telah ditetapkan menuju perubahan yang lebih tinggi
36
tingkatannya dalam tercapainya suatu sasaran dan tujuan
yaitu
meningkatnya loyalitas dari konsumen Order Clothing. 4. Loyalitas Konsumen merupakan respon atas terpenuhinya kebutuhan dan kepuasan konsumen terhadap penggunaan produk (dalam hal ini produk Order Clothing), komitmen pelanggan atas upaya yang dilakukan Order Clothing dalam pemenuhan kebutuhan konsumen. 5. Produk adalah barang-barang hasil produksi Order Clothing, berupa pakaian jadi dan aksesorisnya (Kaos,belt,jeans, dll), yang memiliki design khusus (brand sendiri). 6. ORDER CLOTHING merupakan salah satu industri yang bergerak dibidang clothing (perusahaan yang memproduksi pakaian jadi di bawah brand/merk sendiri) asal Bandung, yang menjual berbagai macam kebutuhan pakaian jadi. Judul penelitian yang diambil oleh peneliti terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas (variabel X), berupa Efektifitas Marketing Public Relations dan variabel terikat (variabel Y) berupa Loyalitas konsumen, yang dapat dilihat pada tabel operasional berikut ini :
37
Tabel 3.1 Bagan Operasional Efektifitas Marketing Public relations dalam Meningkatkan Loyalitas Konsumen pada produk ORDER Clothing Bandung
Variabel
Sub Variabel 1. Materi kegiatan M.P.R
2. Kredibilitas Komunikator Efektifitas Marketing Public Relations (M.P.R)
a. b. a. b. c. d.
Indikator Penyajian Materi Kelengkapan/kesesuaian materi Penguasaan materi pesan Mampu memberikan jawaban Jujur Bersikap dan bertingkah laku baik.
3. Frekuensi Kegiatan M.P.R
a. Waktu pelaksanaan kegiatan M.P.R b. Intensitas pelaksanaan kegiatan M.P.R
4. Daya M.P.R
a. Pemberian harga cuci Gudang b. Voucher atau kupon potongan harga c. Sticker perusahaan
tarik
kegiatan
1. Produk atau jasa
2. Pelayanan Loyalitas konsumen
a. Kualitas Produk b. Nilai produk a. Kemudahan transaksi jual beli b. Personel pelayanan yang terlatih c. Pemberian bonus pembelian
3. Komunikasi dengan Konsumen
a. Media massa cetak b. Media Jejaring Social dan Internet c. Survey Opini
4. Tanggung Jawab
a. Jaminan Kualitas Produk b. Edukasi Karyawan
Sumber : Olahan Peneliti 2010
38
3.1.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik penelitian sebagai salah satu bagian penelitian merupakan salah satu hal yang sangat penting. Hal tersebut dilakukan secara sadar dan terarah karena memang dari berbagai informasi yang tersedia tidak seluruhnya akan digali oleh peneliti. Senantiasa penelitian yang diharapkan dapat dicapai untuk memecahkan sejumlah masalah penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 2. Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencari, mempelajari, dan mengkaji data atau informasi riset melalui jurnal ilmiah, buku-buku referensi/literature yang menunjang dan relevan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. 3. Studi Lapangan yaitu teknik penelitian data dengan penelitian langsung dengan cara-cara sebagai berikut : a. Observasi non partisipan yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mancatat data informasi secara langsung tanpa ikut terlibat dalam Efektifitas Marketing public Relations dalam meningkatkan loyalitas konsumen pada produk Order Clothing bandung. b. Wawancara yaitu bentuk komunikasi atara dua orang, melibatkan peneliti yang ingin memperoleh informasi dari pihak perusahaan dengan mengajukan pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Dengan permasalahan yang diteliti khususnya kepada bagian Marketing Public Relations Order Clothing. d. Angket yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyebarkan sebuah set pernyataan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Penyebaran angket ini dilakukan secara tertulis yang
39
ditunjukan kepada konsumen Order Clothing Bandung sebanyak 50 orang. (n=50) 3.1.5 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yaitu proses penyederhanaan atau pengumpulan data kedalam bentuk yang lebih mudah untuk dibaca, menggambarkan dan mendeskripsikan masalah yang diteliti menyangkut bagaimana cara dan alat penelitian yang diperlukan untuk membahas penelitian. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisa secara deskrtiptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Analisis data dilakukan dengan cara memproses dan mengolah data dari hasil survey melalui kuisioner. Pendekatan kualitatif digunakan sebagai pegangan utama didalam analisa data penelitian ini. Namun, demikian analisa data menggunakan pola pendekatan kuantitatif yang berfungsi sebagai pelengkap. Teknik analisis data dilakukan dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretsikan angka-angka frekuensi sehingga dihasilkan
gambaran
atau
kecenderungan
tertentu.
Selanjutnya
peneliti
menambahkan berbagai informasi atau pengetahuan kuantitatif yang didappatkan dari hasil wawancara, studi kepustakaan dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan masalalah penelitian. Data yang diperoleh kemudian diolah peneliti dengan menggunakan metode analisa deskriptif tersebut, yaitu analisa yang menggunakan gambaran tertentu yang kemudian dianalisis melalui tambahan berbagai informasi dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang didapat dari hasil wawancara langsung dengan pihak ORDER Clothing dan pihak-pihak lain yang bersangkutan dengan masalah yang diteliti. Ruslan dalam bukunya Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi menggunakan teknik analisis data sebagai berikut :
40
1. Editing 2. Coding 3. Tabulasi 4. Pemprosesan data (Data Editing). (2004 : 165) Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : 1. Pengeditan (Editing) Pengeditan (Editing) merupakan proses pengecekan data dan penyesuaian yang diperlukan terhadap data penelitian, Efektifitas Marketing Public Relations dalam meningkatkan Loyalitas Konsumen pada produk ORDER Clothing Bandung yang diperoleh dan dihimpun oleh peneliti melalui teknik survey dan observasi memerlukan editing sebagai usaha menghindari kesalahan, tujuan pengeditan data tersebut merupakan jaminan kelengkapan, konsistensi dan kesiapan data penelitian dalam proses analisis. 2. Pemberian Kode (coding) Pemberian Kode (coding) merupakan proses identifikasi dan klasifikasi data penelitian Efektifitas marketing public relations dalam meningkatkan loyalitas konsumen pada produk ORDER Clothing Bandung kedalam skor numerik atau karekter symbol-simbol tertentu untuk mengklasifikasikan jawaban dari kuisioner atau angket. 3. Tabulasi Tabulasi merupakan proses penyusunan data kedalam bentuk tabel-tabel tertentu disesuaikan dengan analisis yang dibutuhkan. Tabel yang dipakai oleh peneliti
dalam
meneliti
Efektifitas
Marketing
Public
Relations
dalam
meningkatkan loyaitas konsumen pada produk ORDER Clothing Bandung adalah tabel frekuensi, yaitu data yang disurvey melalui kuisioner dianalisis dengan cara menginterpretasikan angka-angka frekuensi. Tabel frekuensi disusun tiap variabel
41
penelitian dan merupakan bahan dasar untuk analisis selanjutnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut : fi P=
x 100% n Keterangan : P = Persentase f = Frekuensi i =Interval 1,2,3…dst n= Jumlah Responden (1997 : 50) Sumber : Sudjana (Metode Statistik, 1996: 50 ) 4. Pemorosesas Data (Data Processing) Pemorosesan data (Data Processing) adalah teknik menganalisa data yaitu dengan mencari arti dan makna dalam bentuk membandingkan teori dan realisasi yang selanjutnya dapat digunakan dalam memecahkan masalah. Data yang diproses
adalah
data
kualitatif,
kuantitatif
maupun
keduanya.
Peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif sebagai pegangan utama, oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini hanya berfungsi sebagai pelengkap saja. Data kualitatif didapat dari observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan pihak ORDER Clothing (head office & shop house) sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui kuisioner atau angket yang disebarkan kepada konsumen ORDER Clothing Bandung. Adapun kriteria penelitian ditaksir sebagai berikut : a. Pengolahan data dilakukan dengan jumlah frekuensi dan jumlah persentase b. Membuat kolom tabulasi c. membuat krteria penelitian sebagai berikut : 1. 50% - 100% Baik/ Meningkat 2. 30% - 49% Kurang Meningkat 3. <30% Tidak Meningkat Sumber : Hasil modifikasi dari Suharsimi Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian (1997 : 243 – 244)
42
3.1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di ORDER Clothing , Jl. Trunojoyo no 23 Bandung. Waktu penelitian dilakukan sejak bulan Februari 2010 sampai dengan bulan Mei 2010.
43
44
3.2
Objek Penelitian
3.2.1 Sejarah ORDER CLOTHING Order adalah perusahaan ritel pakaian, yang resmi berdiri di Bandung, sejak tanggal 7 April, 1999. Dengan harapan besar, yakni dapat berkontribusi dalam desain kreatif industri fashion Indonesia, khususnya di kota Bandung. Pada awal berdirinya, Order hanya memproduksi tas fashion dengan desain khusus, dimana konsumen dapat memesan gaya mereka sendiri. Tapi, seiring berjalannya waktu, serta perkembangan perusahaan, Order memproduksi tas dengan design sendiri dalam jumlah terbatas, kualitas terbaik, serta harga yang terjangkau. Kini, produk Order Clothing, meliputi berbagai kebutuhan pakaian dan aksesoris untuk pria maupun wanita muda (remaja sampai dewasa) dengan model dan design yang tidak ketinggalan jaman. Diantaranya t-shirt, shirt, dompet, tas, ikat pinggang, celana pendek, celana jeans, jaket, sweater, cardigan, topi, sandal dan lainnya. Target Order Clothing sendiri adalah kaum muda fashionable, modern, aktif dan kreatif. Sehingga, dalam setiap aktivitasnya selalu terlihat eye catching dan trendy. Order Clothing memiliki tagline "Explore the konsep", yang selain menjadi motto perusahaan dalam memproduksi produk, tetapi juga bertujuan untuk mengajak konsumen menggunakan berbagai produk Order yang memiliki desain kreatif
dalam keseharian konsumen. Dengan konsep yang
dimiliki,
tentunya perusahaan berharap, akan lebih banyak konsumen yang datang untuk membeli, dan menggunakan produk Order. Karena, produk yang ditawarkan bukan sekedar konsep. Tapi merupakan fashion style, dimana konsumen akan merasa nyaman
memakai produk Order, dan perusahaan pun berusaha
memberikan produk yang terbaik untuk konsumen.
45
3.2.2 Logo Order Clothing Seperti perusahaan pada umumnya, Order Clothing memimiliki logo atau lambang yang menjadi identitas perusahaan. Logo dibuat dengan tujuan agar konsumen mudah mengenal dan mengingat perusahaan. Adapun logo yang dibuat oleh Order Clothing, digambarkan sebagai berikut : Gambar 3.4 Logo Order Clothing
Gambar tersebut menyerupai sayap berwarna merah. Sayap diibaratkan sebagai harapan dan langkah perusahaan (Order Clothing) yang akan terus bergerak naik, dan positif. Sedanggkan warna merah diambil dari filosofi bendera Indonesia, yaitu berani. Berani melangkah untuk kemajuan perusahaan dan kepentingan konsumen, percaya diri dengan karya produk yang dihasilkan, sehingga mampu memuaskan konsumen. 3.2.3 Macam - macam produk ORDER CLOTHING merupakan sebuah konsep Unisex shop
yang
terbentuk sejak tahun 1999. Unisex shop ini merupakan kemasan fashion store for boys and girls. Kebebasan ber-ekspresi pada produk terdapat dalam bentuk, model, warna dan memiliki soul yang bebas. Sejalan perkembangan fashion di Bandung yang begitu pesat terutama industri distro, lambat laun ORDER CLOTHING memperbanyak jenis item produk yang ditawarkan kepada konsumennya.
46
Seiring dengan berjalannya waktu, ORDER pun berusaha untuk terus mengeluarkan inovasi-inovasi baru dan juga menjaga kualitas semua produk yang tersedia, sehingga menjadi suatu produk yang berkualitas tinggi serta keinginan untuk menjadi salah satu clothing terbaik di Bandung yang menjadi barometer kota mode dan fashion di tanah air. Diantara produk-produk yang ditawarkan, tentunya, Order Clothing memiliki produk unggulan yang sudah dikenal, baik di kalangan konsumen, maupun masyarakat luas. Tas dan dompet merupakan produk Order clothing yang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya, baik dari segi bentuk, design, dan bahan. Selain itu, varian dari item yang menjadi produk unggulan pun bermacam-macam, namun tentu saja bersifat limited stock. Sehingga, menambah nilai eksklusif bagi pengguna produk Order Clothing. Gambar 4 merupakan contoh produk unggulan yang berhasil menembus pangsa pasar di Indonesia : Gambar 3.5 Contoh Produk Unggulan Order Clothing
Dompet
Tas
Ransel
Sumber : website order clothing (www.orderrockers.com) Pihak Manajemen Order berharap dan selalu berusaha agar produk yang dibuat selalu eksis dan dapat dinikmati oleh komunitas diluar kota Bandung
47
khususnya kota-kota besar diluar pulau Jawa mengingat kota-kota tersebut memiliki potensi dan daya beli yang sangat baik. Selain produk unggulan di atas, Order Clothing memproduksi berbagai macam kebutuhan pakaian dan accessories fashion, diantaranya: Tas, Dompet, T-shirt, Polo Shirt, Kemeja, Jacket, Topi, Belt, Pants, Sandal, Pin. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk usaha Order Clothing untuk memuaskan konsumen. berbagai macam produk dibuat, dengan model dan design yang beragam, membuat konsumen memiliki banyak pilihan atas kebutuhan mereka. Dari segi profit, perusahaan akan mendapat keuntungan lebih, karena model yang beragam, memungkinkan konsumen membeli lebih dari satu barang/ produk. 3.2.4 Distribusi Produk Order Clothing, selain melayani pembelian retail (satuan), tetapi juga melayani pembelian grosiran dengan harga yang fleksibel. Hingga saat ini, konsumen Order Clothing sudah menyebar sudah menyebar di berbagai kota besar di Indonesia. Adapun shophouse (distributor) tetap yang menyediakan produk Order Clothing diantaranya : Tabel 3.2 (Distribusi Produk) NO
KOTA
DISTRIBUTOR TOKO
1
Jakarta
Bloop, Vertigo, 10 dencies, Zero Six, MSC Distro
2 3 4 5 6 7 8 9
Bekasi Purwakarta Cianjur Depok Tanggerang Salatiga Surabaya Yogyakarta
Clarte, Snowball Indiana zones Simply stuff Inspirator D’mars Skyward Trendshop, Make over, One Shop 308
48
10 11 12 13 14 15 16
Medan Balikpapan Malang Lampung Palembang Cilegon Bali
Barcode, Shopaholic, Simply, R-zoup, Grey Side Black cat, Black star, Wannabe, World distro The Reds, Otherside, Gravity, D’Fandist Explore, Millenium Silver Planet, Lastrick Oneway, Pneumatic Noize
17
Makassar
Vool, Star Style, Fazrock, Jiglabs Rock shop, Mouvi, Forest, Funky
18 19 20 21
Samarinda Padang Banjarmasin Banda Aceh
Primary house, Everyday 99 thoby, Amole HOOPS IBEX
22
Pontianak
ANATHEMA
23
Majalaya
DAV
24
Tasikmalaya
RATBAG, VENDOR Distro
25 26
Bogor Sorong
HALTE Distro Obe Distro
Sumber : Company Profile Order Clothing
49
3.2.5 Struktur Organisasi perusahaan
Gambar 3.6 Struktur Organisasi Order Clothing
50
3.2.6 Job Description Order Clothing (Ketetapan No. 002/OC/KT/IX/07) Bagian Design 1.
Membuat design produk bersifat up to date ( penuh inovasi & kreasi design produk ) yang akan diproduksi oleh masing-masing bagian produksi.
2.
Membuat design untuk semua produk (tas, dompet, t-shirt, shirt, belt, jaket, sandal, sweater, dsb).
3.
Dalam satu bulan masa produksi, design yang telah disetujui oleh Pimpinan perusahaan adalah sejumlah minimal 30 gambar design .
4.
Bertanggungjawab atas pemberian design produk/ design gambar terhadap masing-masing bagian produksi.
Bagian Produksi 1.
Menangani produksi dari masing-masing artikel yang ditangani.
2.
Memastikan semua artikel yang turun produksi dapat selesai sesuai dateline yang telah ditentukan (max. 25-30 hari masa produksi), baik produksi di dalam maupun produksi diluar (makloon).
3.
Bertanggung jawab terhadap proses produksi, mulai dari turun gambar sampai dengan barang turun ke Gudang Barang siap jual.
Bagian Kepala Produksi / Quality control 1.
Mengawasi dan mencatat semua input-output gudang bahan baku dan bahan pembantu.
2.
Menangani semua permintaan bahan baku, bahan pembantu dan aksesoris.
3.
Mengatur Quality Control (QC) dari semua barang yang diproduksi.
51
4.
Mengatur jadwal Quality Control dari semua barang yang masuk Gudang QC.
5.
Memastikan bahwa semua barang yang akan masuk gudang barang siap jual telah 100% lolos QC.
6.
Membuat laporan pemakaian bahan untuk setiap barang yang diproduksi (baik produksi sendiri maupun makloon ) untuk kemudian dibuat laporan HPP (Harga Primer Produksi) dari setiap barang yang diproduksi.
7.
Membuat estimasi waktu kerja yang efektif serta efisien dan memberikan report kepada atasannya.
Bagian Administrasi 1.
Melakukan semua jenis pembukuan yang bersangkutan dengan stok barang dan penjualan barang, baik penjualan di toko sendiri maupun penjualan konsinyasi.
2.
Melakukan pencatatan stok ATK dan inventaris yang dimiliki oleh perusahaan.
3.
Membuat dokumen / kearsipan apabila diperlukan.
Bagian Store Manager 1.
Bertanggung jawab terhadap kontrol setiap shophouse.
2.
Memantau bahwa setiap shopkeeper melaksanakan tugasnya.
3.
Mengontrol kebersihan toko, kerapihan tampilan produk.
4.
Mengevaluasi penjualan dari setiap showroom, untuk kemudian dilaporkan kepada atasannya.
5.
Bertanggung jawab terhadap persediaan / stok barang.
52
6.
Bertanggung jawab terhadap keuangan toko.
7.
Mengatur jadwal kerja shopkeeper.
8.
Menjaga disiplin dan etika shopkeeper dalam melayani customer.
9.
Tanggap terhadap keinginan dan keluhan customer.
Bagian Pemaasaran dan Promosi 1.
Memberikan informasi secara baik dan benar mengenai produk yang dimiliki termasuk Product New Release kepada customer.
2.
Memasarkan produk yang sudah siap jual sesuai dengan pangsa pasarnya.
3.
Bertanggung jawab terhadap pembeli potensial agar kepuasan konsumen tetap terjaga.
4.
Menangani pembelian partai besar (beli putus), kontra bon maupun penjualan dengan system konsinyasi (titip jual).
5.
Bertanggung jawab terhadap barang yang dititip-jualkan kepada distro atau pihak manapun (sesuai perjanjian) baik
penjualan dengan sistim
konsinyasi atau kontra bon. 6.
Mempromosikan Brand perusahaan melalui media yang sesuai dengan pangsa pasar yang akan dituju termasuk menangani setiap bentuk penawaran promosi ( proposal sponsor, endorsement, wardrobe ) yang ditawarkan kepada perusahaan.
7.
Berkewajiban menjaga citra baik perusahaan kepada semua pihak.
Bagian Marketing Public Relations 1. Memperoleh pembeli baru sebanyak mungkin a.
Mengenalkan merk Order Clothing
53
b.
Menawarkan barang sesuai keinginannnya
c.
Mengedukasi pelanggan
d.
Meningkatkan kemampuan dan keinginan membeli
2. Mempertahankan pelanggan supaya loyal a.
Membuat pelanggan puas
b.
Menjalin hubungan yang berkelanjutan
c.
Memberi penghargaan kepada konsumen yang loyal dengan pemberian voucher atau bonus tertentu
d.
Memfasilitasi komunitas pelanggan
3. Membuat pelanggan membeli lebih banyak a.
Frekuensi pembelian lebih sering
b.
Volume pembelian lebih besar : suggest produk dan product story
c.
Manfaat baru
d.
Produk pelengkap
e.
Pemberian harga khusus
4. Mendayagunakan pelanggan a.
Memberikan kesaksian : membuat pelanggan menjadi marketing perusahaan
b.
Membuat pelanggan merekomendasikan produk Order clothing ke relasi mereka
5. Merebut pelanggan pesaing pindah ke Order Clothing a.
Menawarkan kelebihan produk kita
b.
Menawarkan manfaat bagi pelanggan
54
6. Menarik kembali pelanggan Order Clothing yang pindah a.
Melakukan strategi pemulihan
b.
Mengaktifkan ikatan kepada pelanggan
Bagian Gudang Siap Jual 1. Mengawasi dan mencatat setiap barang yang keluar-masuk gudang barang siap jual. 2. Bertanggung jawab terhadap semua persediaan barang yang ada di gudang barang siap jual. 3. Menangani semua permintaan barang, baik untuk stock toko, beli putus, sponsorship, merchant, maupun konsinyasi. 4. Menangani packing barang untuk dikirim meliputi pengiriman barang sampai ke tempat pengiriman (cargo) dan melakukan kontrol terhadap keamanan, kwalitas barang setelah sampai kepada customer.
55
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil angket yang sudah disebarkan sebelumnya, maka, pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Pada penelitian yang bersifat deskriptif ini, peneliti tidak melakukan hipotesis maupun menghubungkan kedua buah variabel, melainkan hanya menggambarkan objek dari penelitian yang didasarkan atas angka sebaran, diagram dan presentasi jawaban konsumen terhadap angket yang disebarkan, juga hasil observasi. Karena begitu banyaknya jumlah populasi konsumen Order Clothing, maka peneliti mengambil sebanyak 50 konsumen sebagai responden dari penelitian ini. Angket sendiri disebarkan kepada 50 orang sesuai dengan jumlah sampel yang ditentukan. Data yang telah didapat, dikumpulkan dan diolah, selanjutnya dianalisa secara deskriptif. Sehingga akhirnya dapat diperoleh kecenderungan respon para responden terhadap setiap pertanyaan yang diajukan di dalam angket. Untuk menambah tingkat kepercayaan analisis data tersebut dilengkapi pula dengan analisis data deskriftif berdasarkan hasil wawancara dan observasi sehari-hari di lapangan. 4.1
Data Umum Responden Pembahasan data umum responden meliputi beberapa hal sebagai berikut :
56
4.1.1 Jenis Kelamin Pertanyaan dari data responden ini bertujuan untuk menjelaskan presentasi jumlah pria dan wanita. Sehingga dapat diketahui perbandingan jenis kelamin para responden. Lebih lengkapnya perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 :
No 1 2
Tabel 4.3 Jenis Kelamin Responden (n=50) Jenis Kelamin F Pria Wanita Jumlah
21 29 50
% 42 58 100
Sumber : Angket, Item Pertanyaan nomor 1
Berdasarkan data penelitian diatas menujukan bahwa mayoritas terbanyak adalah wanita. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen Order Clothing adalah wanita. Dari data tersebut, wanita lebih dominan daripada pria, karena varian produk wanita dari Order Clothing lebih banyak, baik dari model, design, maupun jenis accessories. Selain itu, produk unggulan Order clothing sendiri, seperti tas dan dompet, design dan warnanya lebih cenderung diperuntukan untuk wanita, khususnya wanita yang mengerti fashion. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor brand rival, yang rata-rata, tidak banyak membuat produk untuk wanita, baik pakaian, maupun accessories lain. Namun demikian, produk Order Clothing untuk pria tidak kalah menari, hal tersebut dapat dilihat dari angka presentase konsumen pria yang hanya berbeda tipis dengan presentase konsumen wanita yang datang ke shophouse untuk membeli produk Order Clothing.
57
4.1.2 Usia Responden Pertanyaan dari responden ini bertujuan untuk mengetahui usia konsumen yang berbelanja ke shophouse. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat mengetahui, serta menganalisis usia konsumen yang dominan menggunakan produk Order Clothing. Mengenai usia responden secara teoritik, dapat dikelompokan sebagai berikut pada tabel 4.4 di bawah ini : Tabel 4.4 Usia Responden (n=50) No Usia 1 Kurang dari 17 tahun 2 17-25 tahun 3 Lebih dari 25 tahun Jumlah
F 6 31 13 50
% 12 62 26 100
Sumber : Angket, Item Pertanyaan nomor 2
Pada tabel tersebut diketahui bahwa responden yang mempunyai usia antara 17-25 tahun adalah yang paling banyak, lebih dari 50% konsumen yang menggunakan produk Order Clothing. Hal tersebut karena design produk yang ditawarkan lebih banyak untuk anak muda, usia sekolah (SMA, mahasiswa, dan orang dewasa yang berjiwa muda). Selain itu, brand distro sendiri yang dikenal dengan image anak muda, sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen muda yang datang, karena pada usia tersebut umumnya konsumen sudah memiliki fashion style sendiri. faktor lain yang mempengaruhi dominasi anak muda sebagai konsumen adalah produk yang limited stock, sesuai dengan tagline kaum muda yang anti pasaran, serta untuk mempertahankan gengsi perusahaan sekaligus konsumen.
58
4.1.3 Status Responden Pernyataan dari data responden ini bertujuan untuk mengetahui status responden, yang terdiri dari pelajar, mahasiswa/i, pegawai, dsb. Data ini ditujukan untuk mengetahui presentase konsumen yang dominan menggunakan produk Order Clothing. Adapun hasil pengumpulan data status responden melalui penyebaran angket, secara rinci dapat dijelaskan pada tabel 4.5 berikut : Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Formal Terakhir Responden (n=50) No 1 2 3 4
Status Responden Pelajar Mahasiswa/i Pegawai Lain-Lain Jumlah
F 19 17 10 4 50
% 38 34 20 8 100
Sumber : Angket, Item Pertanyaan nomor 3
Tabel diatas menunjukkan bahwa, mayoritas konsumen Order Clothing adalah pelajar dan mahasiswa, namun presentasi pelajar menduduki peringkat pertama
sebagai
konsumen
Order
Clothing.
Faktor
hobby,
tentunya
mempengaruhi pembelian. Distro identik dengan musik, band indie, skate, ataupun fashion music, dimana hal tersebut melekat kuat pada image anak muda, baik pelajar SMA, maupun mahasiswa/i. Selain itu, tidak sedikit kalangan pelajar, yang memiliki band musik sendiri, sehingga membeli produk Order Clothing untuk kepentingan perform mereka di atas pentas. Hal tersebut karena produk Order Clothing yang produknya menunjang kepentingan entertainment.
59
4.2
Analisis Deskriptif Data Penelitian Setelah peneliti memaparkan identitas responden, selanjutnya kan
dibahas mengenai analisis deskriptif data penelitian sebagai pertanyaan responden dalam mengisi angket yang disebarkan. Untuk memudahkan dalam memberikan gambaran mengenai hasil penelitian, maka peneliti menjelaskan hasil penelitian dalam bentuk analisis table. Pada pembahasan dalam tabel analisis terdapat penjabaran hasil angket yang dijawab sebagai responden sebagai konsumen Order Clothing dengan jumlah sample 50 orang. Sebagai tambahan, tabel tersebut dilengkapi dengan hasil observasi, wawancara peneliti ditempat penelitian berkaitan dengan objek yang diteliti oleh peneliti. Setelah itu, peneliti juga melakukan pendekatan dengan teori dari buku-buku yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas pada tabel analisis berdasarkan angket, serta dilengkapi juga dengan analisis peneliti berdasarkan uraian-uraian dan penjabaran hasil penelitian dari observasi, wawancara dan teori di atas. Untuk lebih jelasnya, uraian dan penjabaran hasil penelitian tersebut dapat dilihat sebagai berikut. 4.2.1 Analisis Deskriptif Mengenai Marketing public Relations Marketing public Relations merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Order Clothing untuk meraih konsumen agar membeli dan berlangganan produk Order Clothing. Marketing public Relations dibentuk agar perusahaan dapat menjaga titik kontak dengan konsumen, sehingga mempermudah konsumen berbelanja, ataupun ingin mengetahui seluk beluk produk Order Clothing. Kegiatan Marketing Public Relations dilakukan di head office , melalui media
60
gambar atau foto pada majalah bulanan khusus distro (suave magazine), poster, via telepon dan penggunaan fasilitas internet (website dan facebook). Selain itu, pihak marketer selalu mengecek barang pada konsumen yang melakukan pembelian grosir, dan memberikan jaminan barang dikembalikan apabila ada barang yang cacat. Kegiatan Marketing Public Relations lainnya agar konsumen merasa senang adalah pemberian bonus item produk untuk belanja dengan jumlah tertentu, dan diadakan program discount (potongan harga) pada hari-hari tertentu. Souvenir berupa stiker diberikan kepada konsumen yang berbelanja di shophouse, untuk memberikan nilai tambah perusahaan serta mengkatkan penjualan produk. Marketing Public Relations dijalankan oleh Order Clothing, selain untuk mempertahankan konsumen lama (pelanggan tetap), juga untuk mendapatkan konsumen baru, serta meyakinkan konsumen mengenai produk perusahaan agar konsumen loyal terhadap perusahaan. Perusahaan, melalui Marketing public Relations berusaha semaksimal mungkin melayani konsumen untuk memuaskan keebutuhan dan keinginan konsumen, mempermudah konsumen bertransaksi dengan membuat website, dan menerima transaksi via kartu kredit, debit, via transfer, dan pembayaran kontra bon (produk dibayar (biasanya) satu bulan setelah pembelian, dengan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati konsumen dan perusahaan). Order Clothing berharap, dengan berdirinya Marketing Public Relations dalam manajemen perusahaan, dapat meningkatkan loyalitas konsumen lama, maupun konsumen baru pada perusahaan yang sudah hampir 12 tahun berdiri.
61
4.2.1.1 Materi Kegiatan Marketing Public Relations Merupakan isi iklan produk, berupa gambar, layout, konsep iklan, serta informasi-informasi produk maupun perusahaan yang dipromosikan dalam media tertentu, khususnya internet dan media cetak. Maksud dan tujuan adanya materi kegiatan Marketing adalah agar promosi yang dilakukan pihak perusahaan terkonsep dengan baik. Namun demikian, hal tersebut kembali kepada upaya perusahaan dalam kreativitasnya berpromosi baik melalui layout web, keterampilan berbicara, maupun konsep-konsep iklan pada media cetak agar terlihat lebih menarik dan tentunya menjadi factor penarik perhatian konsumen. 4.2.1.1.1 Penyajian Materi Penyajian materi, yaitu upaya perusahaan menyajikan materi produk, baik pada web atau situs jejaring social, berupa layout, ataupun bentuk foto, yang dikemas semenarik mungkin dengan menambah keterangan tertentu, agar konsumen mengetahui nama, bentuk dan detile produk. Keefektifan penyajian materi terlihat dari respon konsumen sebagai responden dalam mengisi angket pertanyaan terkait. Penyajian materi /penyajian iklan sangat penting sebagai daya tarik perusahaan untuk meraih konsumen baru. a.
Kelengkapan Penyampaian Informasi Produk Pertanyaan dari penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai
tanggapan dari responden perihal kelengkapan penyampaian informasi produk Order Clothing yang dilakukan oleh Marketing Public Relations pada media tertentu. Penjelasan ini juga dapat dijadikan acuan bagi perusahaan agar mampu terus mengeksplore kreativitasnya dibidang industry, khususnya fashion.
62
Karenanya, sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan program perusahaan yang dijalankan, peneliti membuat kuesioner, yang penjelasan dari tanggapan responden yang mengisi kuisioner tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini : Tabel 4.6 Tanggapan Responden mengenai Kelengkapan Penyampaian Informasi Produk di web/majalah (n=50) No 1 2 3
Tanggapan Responden
F
%
Lengkap Kurang lengkap Tidak Lengkap
27 13 10
54 26 20
50
100
Jumlah Sumber : Angket, Item Pertanyaan nomor 4
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden mengenai kelengkapan penyampaian informasi produk Order Clothing adalah lengkap. Artinya, Marketing Public relations perusahaan telah melakukan tugasnya sebagai pelayan konsumen dengan baik. Konsumen tidak perlu banyak bertanya mengenai product story, karena pada setiap layout gambar sudah dicantumkan keterangan-keterangan produk, seperti bahan, ukuran, warna, stock barang, maupun nama produk itu sendiri. Hasil observasi yang dilakukan peneliti di lapangan, mengenai kelengkapan penyampaian informasi Order Clothing, lengkap dalam arti, Order Clothing memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan konsumen. informasi yang diberikan adalah informasi yang biasanya di tanyakan oleh konsumen ketika tertarik pada sebuah produk yang di iklankan. Misalnya, harga, macam-macam
63
warna, stock gudang, dan lain sebagainya. Sehingga, mempercepat proses transaksi jual beli. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan pihak Marketing Public relations Order Clothing, menyatakan bahwa pemberian keterangan pada setiap produk dalam media yang digunakan untuk promosi adalah mutlak dilakukan, mengingat konsumen Order Clothing mencakup berbagai wilayah di nusantara, sehingga melakukan transaksi via internet. Mempermudah konsumen merupakan salah satu tugas Marketing Public Relations agar pembeli menjadi konsumen yang loyal, dan hal tersebut cukup berhasil membuat konsumen puas terhadap perusahaan. Terbukti dengan masih banyaknya konsumen yang menjadi pelanggan tetap Order Clothing. Selain memudahkan konsumen, pencantuman informasi produk juga memudahkan pihak perusahaan sendiri pada saat mengumpulkan barang yang diinginkan konsumen. Dengan menuliskan artikel (nama produk), warna, dan jenis produk, memudahkan pencarian barang di stock gudang, sehingga mempercepat pekerjaan staf perusahaan. Berdasarkan data yang diperoleh dari angket, observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti, kelengkapan penyampaian informasi produk cukup membantu konsumen mempermudah pembelian dan memberi pengetahuan tentang product story, keterangan produk ditulis lengkap pada media promosi (website) resmi Order Clothing. Adapun konsumen yang membeli langsung ke shophouse, menurut ahsil observasi yang dilakukan peneliti, tidak memiliki kendala terhadap kelengkapan informasi produk, karena konsumen pembeli retail
64
(satuan) umumnya melihat langsung barang yang akan dibeli, sehingga para konsumen tidak sulit untuk memutuskan membeli produk dari Order Clothing. b. Daya Tarik penyajian iklan Order Clothing pada media internet Pertanyaan dari data penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai tanggapan responden perihal daya tarik penyajian iklan sebagai upaya promosi Order Clothing pada media internet, khususnya layout website Order Clothing di www.orderrockers.com. Penjelasan mengenai tanggapan responden terhadap daya tarik iklan tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.7 : Tabel 4.7 Tanggapan Responden terhadap Daya Tarik Iklan Order Clothing pada media Internet (website Order) (n=50) No Tanggapan Responden F % 1 2 3
Menarik Kurang Menarik Tidak Menarik
Jumlah Sumber : Angket, Item Pertanyaan nomor 5
2 30 18
4 60 36
100
100
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden mengenai daya tarik iklan Order Clothing, dominan responden menjawab kurang menarik. Artinya, Marketing Public Relations kurang maksimal dalam mengemas produknya dalam promosi atau iklan di media internet. Layout design web yang dimiliki Order Clothing tidak terlalu menarik dan terlalu sederhana untuk ukuran website yang dimiliki clothing pada umumnya. Hasil observasi peneliti di lapangan dalam menggunakan media website sebagai alat komunikasi dengan konsumen adalah karena pihak Marketing Public relations Order Clothing lebih mementingkan income yang masuk ke perusahaan
65
dan tidak merasa perlu untuk memperbarui layout website yang sudah ada, agar terkesan lebih menarik. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan pihak Marketing Public Relations , maupun karyawan Order Clothing sendiri, menyatakan bahwa untuk menarik dan mempertahankan konsumen, tidak menitik beratkan pada layout, tetapi memuaskan konsumen dengan pelayanan seperti kelengkapan isi iklan dan kejujuran iklan pada produk yang diiklankan. Karenanya, layout yang kuarng menarik tidak membuat Order Clothing kehilangan konsumen. Berdasarkan data yang diperoleh dari angket, observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti, maka peneliti menganalisis bahwa daya tarik iklan pada website Order Clothing kurang menarik, dilihat dari layout dan design menu yang terdapat pada web tersebut berkesan terlalu sederhana dan tidak terlihat seperi website distro pada umumnya, bertolak belakang dengan tagline Order Clothing sendiri, yakni “explore the concept”. Konsep iklan yang dibuat pihak Marketing Public Relations Order Clothing
ternyata tidak menarik perhatian konsumen
Namun, hal tersebut tidak terlalu berdampak negatif pada penjualan produk, karena faktor pelayanan dari pihak Marketing Public Relations Order Clothing kepada konsumen tetap menjadi yang utama. Hal ini dilihat dari masi banyaknya konsumen pembeli grosiran yang menjadi pelanggan tetap, karena mengetahui kualitas pelayanan yang member kemudahan, keramahan, kejujuran dan kualitas produk itu sendiri.
66
c. Maksimalitas kegiatan promosi ORDER Clothing Pertanyaan dari data penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai respon konsumen terhadap tingkat kemaksimalan kegiatan promosi Order Clothing yang dilakukan oleh Marketing Public Relations, baik melalui media cetak, maupun elektronik. Adapun penjelasannya, dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut : Tabel 4.8 Tanggapan Responden terhadap Maksimalitas kegiatan Promosi Order Clothing (n=50) No Alternatif Jawaban F % 1 Maksimal 14 28 2 Kurang maksimal 27 46 3 Tidak Maksimal 9 18 Jumlah 50 100 Sumber : Angket item no 6
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden terhadap maksimalitas kegiatan promosi yang dilakukan Marketing Public Relations Order Clothing, sebagian besar menjawab kurang maksimal. Artinya, upaya Order Clothing melakukans promosi penjualan kurang maksimal dan tidak dilakukan secara baik. Hal ini menegaskan bahwa upaya Order clothing dalam meraih konsumen sebanyak-banyaknya tidak dilakukan secara efektif. Terlihat dari konsumen yang datang, lebih banyak mengetahui keberadaan Order Clothing saat berbelanja di shophouse, bukan dari media promosi seperti majalah, brosur, atau website. Dengan kata lain, Order Clothing kurang berhasil dalam melakukan promosi. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti terhadap pengunjung mengenai maksimalitas kegiatan promosi yang dilakukan oleh bagian Marketing
67
Public Relations, kurang maksimalnya promosi yang dilakukan adalah karena sejak tahun 2007, Order Clothing sudah tidak berpromosi pada media cetak suave magazine yang biasanya menjadi alat promosi distro di Bandung. Untuk saat ini, Order Clothing tidak banyak melakukan promosi dan merasa cukup dengan kebesaran nama Order yang sudah ada. Promosi hanya dilakukan via web atau banner yang dipajang di shophouse Order Clothing. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan pihak terkait perusahaan sendiri, khususnya Marketing Public Relations Order Clothing, menyatakan bahwa kurang maksimalnya promosi yang dilakukan adalah focus perusahaan yang lebih mengutamakan titik kontak dengan konsumen yang sudah loyal yang biasa membeli grosiran untuk dijual, dan endorsement artis, band-band indie maupun band yang jam terbangnya sudah tinggi, seperti five minute, the titans, program reality show “termehek-mehek” di trans Tv, dll. Karena, menurut mereka, hal tersebut lebih efektif membuat Order Clothing dikenal di masyarakat luas. Berdasarkan data yang diperoleh dari angket, wawancara, maupun observasi
yang
dilakukan
peneliti,
maka
peneliti
menganalisis
bahwa
maksimalitas Order Clothing adalah kurang maksimal, mengingat Marketing Public Relations mengurangi sejumlah promosi pada media tertentu dan lebih focus kepada endorsement dan titik kontak konsumen. hal ini tentu saja akan mempengaruhi presentase konsumen baru yang berbelanja di Order Clothing.
68
4.2.1.1.2
kelengkapan/ Kesesuaian Materi
Kelengkapan/ Kesesuaian materi pada promosi produk yang dilakukan oleh Marketing Public Relations, meliputi kesesuaian kualitas produk pada catalog atau situs resmi Order Clothing dengan produk asli yang ada pada shophouse dan stock gudang di head office. a.
Kesesuaian produk pada iklan dengan produk asli di shophouse Pertanyaan dari data penelitian ini adalah untuk menjelaskan tanggapan
responden mengenai kesesuaian produk pada iklan dengan produk asli di shophouse. Adapun penjelasan mengenai hal tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut : Tabel 4.9 Tanggapan Responden terhadap Kesesuaian produk pada iklan dengan produk di shophouse Order clothing (n=50) No Alternatif Jawaban F % 1 Sesuai 29 58 2 Kurang Sesuai 18 36 3 Tidak sesuai 3 6 Jumlah 50 100 Sumber : Angket item no 7
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden mengenai kesesuaian produk pada iklan dengan produk pada shophouse sebagian besar menyatakan sesuai. Hal ini menegaskan bahwa, tidak ada kecurangan dalam berpromosi untuk mendapatkan konsumen. Order clothing mengiklankan produk seadanya, tidak terlalu melebih-lebihkan produk yang di promosikan, sehingga hal ini tentunya berdampak positif pada perusahaan. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti mengenai kesesuaian produk pada iklan di web dan majalah dengan produk asli di shophouse, Order
69
Clothing memaksimalkan gambar/ foto baik pada situs resmi Order Clothing, maupun pada majalah promosi yang ada. Sehingga, gambar terkesan original, tidak terlihat lebih bagus dari aslinya, untuk memuaskan konsumen dan menghindari kekecewaan pada konsumen yang akan member dampak negatif bagi perusahaan. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti di Order Clothing dengan pihak Marketing Public Relations, menyatakan bahwa mereka senantiasa memberikan yang terbaik untuk konsumen, tidak ingin menipu konsumen dengan promosi gambar yang tidak sesuai. Selain itu, Order Clothing juga selalu menjaga kualitas model, design dan bahan, sehingga konsumen akan selalu merasa kebutuhan fashionnya terpenuhi. Berdasarkan data yang diperoleh dari angket responden, observasi lapangan, serta wawancara dengan pihak terkait perusahaan, khususnya bagian Marketing Public Relations, maka peneliti menganalisis bahwa kesesuaian isi iklan (produk) dengan produk asli di shophouse adalah sesuai. Artinya, Order Clothing bertindak jujur dalam berpromosi, dan tidak hanya memaksimalkan kualitas produknya dengan mengadakan Quality Control, tetapi juga memuat gambar produk semaksimal mungkin, agar konsumen tidak ada yang merasa tertipu dengan promosi yang dilakukan, dan tentunya dapat meningkatkan profit perusahaan denga penjualan yang bertambah. Dengan kata lain, Order Clothing berlaku jujur dalam promosinya.
70
b. Kepuasan Responden terhadap iklan Order Clothing Pertanyaan dari data penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang kepuasan responden sebagai konsumen Order Clothing terhadap iklan yang ada. Penjelasan mengenai kepuasan responden terhadap iklan (pesan) yang disampaikan, dapat dilihat pada table 4.10 berikut : Tabel 4.10 Kepuasan Responden terhadap iklan produk Order clothing (n=50) No Alternatif Jawaban F % 1 Puas 23 46 2 Kurang Puas 17 34 3 Tidak Puas 10 20 Jumlah 50 100 Sumber : Angket item no 8
Tabel diatas menjelaskan bahwa kepuasan responden sebagai konsumen Order Clothing terhadap iklan yang ada, dominan menjawab puas. Artinya, Order Clothing efektif dalam menyampaikan pesan iklan kepada konsumen. konsumen dapat langsung mengetahui seluk beluk produk, dan ciri khas perusahaan yang enjadi konsep pada setiap produk perusahaan. Hal ini berhubungan dengan pencantuman informasi bahan, ukuran, design, nama produk dan ukuran produk itu sendiri, sehingga memudahkan konsumen mengetahui product story. Selain itu juga, kualitas gambar yang terdapat dalam iklan, nyaris sama dengan produk asli yang terdapat pada shophouse. Jadi, kepuasan konsumen terhadap iklan juga dipengaruhi oleh kejujuran Marketing Public Relations berpromosi dan kualitas produk perusahaan yang high quality. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti terhadap kepuasan konsumen, konsumen merasa puas dengan iklan Order Clothing karena kejelasan
71
materi pesan dan informasi produk yang diiklankan, sehingga mengobati rasa ingin tahu konsumen terhadap setiap produk maupun perusahaan. Selain itu juga, faktor kualitas gambar dan kesesuaian gambar dengan produk asli menjadi salah satu
penyebab
konsumen
merasa
puas
dengan
iklan
produk
Order
Clothing.dengan kata lain, kejujuran dalam melakukan promosi, khususnya pada iklan, mempengaruhi grafik kepuasan konsumen. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan pihak Marketing public Relations selaku team promosi Order Clothing mengenai kepuasan konsumen terhadap iklan, menyebutkan bahwa pihak Order Clothing selalu berusaha memberikan yang terbaik dan menjunjung kejujuran dalam berpromosi. Karenanya, hingga saat ini, nama Order Clothing masih ada dalam jajaran distro papan atas di Bandung. Pemilik Order Clothing pun memberikan pernyataan yang sama mengenai konsep kejujuran yang digunakan Order Clothing dalam berpromosi, sehingga mempengaruhi keinginan konsumen untuk terus membeli produk. Berdasarkan data yang diperoleh dari angket, observasi, dan wawancara yang dilakukan peneliti tentang kepuasan konsumen terhadap iklan, dominan konsumen merasa puas karena kejujuran promosi dan kelengkapan pesan iklan produk, sehingga iklan dapat mengobati rasa ingin tahu konsumen tanpa harus bertanya banyak kepada perusahaan. Konsep kejujuran yang ditanamkan perusahaan terhadap promosi iklan terbukti efektif mempengaruhi kepuasan konsumen.
72
4.2.1.2 Kredibilitas Komunikator Merupakan kemampuan crew Marketing yang mencakup Marketing public Relations, shopkeeper ataupun seluruh staf Order Clothing yang bertugas mempromosikan produk sekaligus menjaga titik kontak konsumen dengan perusahaan. 4.2.1.2.1 Penguasaan Materi Pesan Penguasaan materi pesan adalah seberapa banyak penguasaan materi pesan produk maupun perusahaan yang dimiliki komunikator, khususnya pihak Marketing Public Relations yang berfungsi sebagai pintu penghubung perusahaan dengan konsumen. a.
Penguasaan Materi Produk Pertanyaan dari data penelitian ini adalah untuk menjelaskan mengenai
tanggapan responden tentang seberapa banyak penguasaan materi produk yang dimiliki oleh staf order clothing, khususnya pihak Marketing Public Relations itu sendiri. Penjelasan mengenai hal tersebut di atas, dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut : Tabel 4.11 Tanggapan Responden terhadap penguasaan materi produk dari komunikator (n=50) No Alternatif Jawaban F % 1 Mengetahui 24 48 2 Kurang mengetahui 26 52 3 Tidak Mengetahui Jumlah 50 100 Sumber : Angket item no 9
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan responden tentang penguasaan produk dari komunikator adalah kurang mengetahui. Hal ini
73
menegaskan, bahwa perusahaan kurang memberikan edukasi kepada karyawannya mengenai seluk beluk produk, sehingga tidak semua staf memahami benar product story yang dijual kepada konsumen, terutama konsumen yang datang membeli ke shophouse Order Clothing (pembeli satuan). Berdasarkan
observasi
yang
dilakukan
peneliti
terhadap
pihak
perusahaan maupun konsumen di lapangan mengenai penguasaan materi produk yang dimiliki perusahaan, khususnya staf dibidang penjualan dan promosi, karyawan memang kurang mendapatkan edukasi mengenai seluk beluk produk maupun perusahaan. Shopkeeper sebagai salah satu ujung tombak kesuksesan perusahaan tidak diberi pengetahuan tentang jenis produk dan kultur perusahaan. Hasil wawancara peneliti dengan staf dan Marketing Public Relations Order Clothing menyebutkan, perusahaan menerapkan sistem learning by doing dalam bekerja. Jadi, staf baru baik shopkeeper maupun crew lainnya dituntut untuk lebih aktif dan cerdas dalam melaksanakan tugasnya. Perusahaan memang tidak membuat program pelatihan khusus mengenai pengetahuan produk, namun demikian, perusahaan mengadakan training bagi calon pegawai yang akan dikontrak. Berdasarkan hasil obervasi, angket dan wawancara yang dilakukan peneliti di lapangan, pengetahuan komunikator mengenai seluk beluk produk adalah kurang mengetahui. Hal ini disebabkan kurangnya edukasi khusus dari perusahaan bagi karyawan yang baru masuk menjadi staf perusahaan.
74
b. Kemampuan memberi Informasi Perusahaan Pertanyaan dari data penelitian ini adalah untuk menjelaskan mengenai tanggapan responden tentang seberapa besar kemampuan yang dimiliki komunikator (Markeing Public Relations perusahaan, shopkeeper maupun staf terkait) untuk memberikan informasi perusahaan. Penjelasan mengenai hal diatas, dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut : Tabel 4.12 Tanggapan Responden terhadap kemampuan komunikator Dalam memberikan informasi perusahaan (n=50) No Alternatif Jawaban F % 1 Mampu 33 66 2 Kurang Mampu 17 34 3 Tidak Mampu Jumlah 50 100 Sumber : Angket item no 10
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jawaban responden dalam menanggapi pertanyaan mengenai kemampuan komunikator, yakni staf Order Clothing, baik di head Office maupun shophouse dalam memberikan informasi perusahaan, sebagian besar menjawab mampu. Artinya, Order Clothing sudah cukup baik memperkenalkan jati diri perusahaan kepada staf atau karyawannya. Hal ini menegaskan, bahwa dalam hal penguasaan materi, Order Clothing lebih berhasil menerapkan pengetahuan perusahaan ketimbang produknya. Terlihat dari tanggapan responden melalui angket yang diajukan oleh peneliti, lebih dari setengah responden menjawab, bahwa staf Order mampu memberikan jawaban dengan baik, atas setiap pertanyaan mengenai perusahaan. Hasil angket tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil observasi langsung peneliti di lapangan. Staf Order Clothing, khususnya crew Marketing Public
75
Relations dan front liner yang biasa berhubungan dengan khalayak mengetahui dengan baik mengenai perusahaan. Selain itu, pertanyaan yang diajukan konsumen mengenai perusahaan bersifat umum, dan tidak bersifat rahasia sehingga memudahkan staf perusahaan dalam menjawab pertanyaan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan pihak perusahaan dibidang terkait, seperti front liner (shopkeeper) di shophouse maupun crew marketing Public Relations di head office, mengenai kemampuan komunikator dalam menyampaikan informasi-informasi perusahaan sama-sama menyatakan, hubungan yang harmonis antara staf head office dan staf di shophouse memudahkan karyawan Order Clothing dalam mendapatkan informasi. Selain itu, pihak perusahaan selalu melakukan konfirmasi lebih dari satu kali, apabila ada informasi-informasi perusahaan. (konsumen perlu mengetahui)
Baik yang sifatnya umum
maupun yang sifatnya khusus (hanya boleh
diketahui staf Order Clothing). Berdasarkan data yang dikumpulkan peneliti dari hasil angket, wawancara dengan Marketing Public Relations perusahaan dan staf-staf terkait, serta hasil observasi peneliti sendiri dilapangan mengenai kemampuan komunikator dalam memberikan informasi perusahaan kepada konsumen adalah mampu. Terlihat dari besarnya presentase responden yang menjawab positif (mampu). Hal ini disebabkan, selain silaturahmi karyawan berjalan baik, juga perusahaan yang memberi fasilitas kepada karyawannya untuk mengetahui informasi –informasi prusahaan.
76
4.2.1.2.2 Kemampuan komunikator dalam memberikan jawaban Merupakan sejauhmana kemampuan komunikator dalam memberikan jawaban baik menggenai produk maupun perusahaan, sehingga
mampu
mempengaruhi konsumen berpikir positif terhadap perusahaan, kemudian membeli produk yang ditawarkan. a. kemampuan mempengaruhi konsumen Pertanyaan dari data penelitian ini adalah untuk menjelaskan seberapa besar komunikator dapat mempengaruhi konsumennya sebagai komunikan agar membeli produk perusahaan. Adapun penjelasannya, dapat dilihat dari table 4.13 berikut : Tabel 4.13 Tanggapan Responden terhadap kemampuan komunikator Dalam mempengaruhi konsumen (n=50) No Alternatif Jawaban F % 1 Mampu 28 56 2 Kurang Mampu 19 38 3 Tidak Mampu 3 6 Jumlah 50 100 Sumber : Angket item no 11
Table di atas menjelaskan, bahwa dominan konsumen menjawab, pelaku promosi penjualan sebagai komunikator perusahaan mampu mempengaruhi konsumen sebagai komunikan untuk membeli produk yang ditawarkan di Order Clothing. Artinya, Order Clothing staf kompeten dibidang penjualan karena mampu mempengaruhi konsumen melakukan pembelian. Selain itu juga, perusahaan terbukti memiliki kualitas produk yang baik, terlihat dari konsumenkonsumen yang kemudian menjadi pelanggan tetap Order Clothing sendiri.
77
Menurut hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap konsumen mengenai kemampuan staf Order Clothing, khususnya crew-crew yang bergerak dibidang penjualan dan promosi baik di store maupun head office, konsumen berpendapat, staf perusahaan mampu mempengaruhi mereka untuk membeli produk. Selain jenis varian setiap jenis produk yang beraneka ragam, pemberian informasi positif mengenai produk dan perusahaan juga menjadi salah satu penarik konsumen membeli produk perusahaan. Penjelasan lainnya mengenai kemampuan komunukator sebagai staf promosi penjualan untuk mempengaruhi konsumennya, didapat peneliti dari hasil wawancara dengan pihak terkait di perusahaan yang menyatakan, bahwa kemampuan menarik konsumen untuk membeli produk dapat mempengaruhi berkembang atau tidaknya perusahaan. Karenanya, perekrutan staf atau karyawan yang aktif, terampil dan memiliki skill dibidang penjualan merupaka hal pokok yang dilakukan perusahaan. Training yang dilakukan selama satu bulan juga bertujuan untuk mengetahui sejauhmana kepiawaian calon pegawai dalam meyakinkan konsumen serta keloyalan terhadap perusahaan. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, baik dari hasil angket, wawancara, maupun hasil observasi langsung ke lapangan, maka peneliti menganalisis tingkat kepiawaian komunikator untuk mempengaruhi konsumennya membeli pruk Order Clothing adalah mampu. Hal ini dipengaruhi oleh ketelitian perusahaan dalam merekrut pegawai melalui training yang diadaakan sebelum calon pegawai menandatangi kontrak. Selain itu, karyawan juga cepat belajar dan memiliki skill di bidang promosi.
78
b. Kepuasan Konsumen atas pemberian informasi produk dan perusahaan Pertanyaan dari data penelitian ini adalh dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar kepuasan konsumen dalam mendapatkan berbaagai informasi dari staf Order Clothing, baik informasi produk, maupun informasi perusahaan itu sendiri. adapun penjelasan mengenai hal tersebut, dijelaskan pada tabel 4.14 berikut : Tabel 4.14 Tanggapan Responden mengenai kepuasan konsumen atas pemberian informasi perusahaan dan produk (n=50) No Alternatif Jawaban F % 1 Puas 31 62 2 Kurang Puas 17 34 3 Tidak Puas 2 4 Jumlah 50 100 Sumber : Angket item no 12
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan sebagian besar responden sebagai konsumen Order Clothing merasa puas dengan penjelasan informasi yang diberikan oleh shopkeeper ataupun Marketing Public Relations sebagai bagian promosi perusahaan. Hal ini menegaskan bahwa staf dalam perusahaan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi konsumen, sehingga membuat perusahaan memiliki citra positif di masyarakat. Selain itu, perusahaan diuntungkan dengan banyaknya konsumen baru karena keberhasilan Marketing Public Relations menjadikan konsumen tersebut menjadi media promosi perusahaan. Hasil observasi peneliti di lapangan menunjukkan hasil yang tidak berbeda dengan angket yang telah disebar kepada responden sebagai konsumen Order Clothing. Pemberian informasi produk dan perusahaan memberikan kepuasan kepada konsumen mengenai hal pemberian informasi karena
79
keterampilan komunikator dalam beropini kepada konsumen. Faktor lain yang meningkatkan kepuasan konsumen adalah pengetahuan komunikator tentang perusahaan dan keaktifan staf Order Clothing kepada pihak produksi untuk mengetahui seluk beluk produk, sehingga mampu memberikan jawaban kepada konsumen. Hasil wawancara peneliti dengan komunikator dilapangan menyatakan, bahwa kepuasan konsumen merupakan salah satu titik keberhasilan kemajuan perusahaan. karenanya, Order Clothing tidak sembarangan merekrut pegawai dan selalu berupaya memberikan informasi-informasi kepada staf-stafnya, serta memberikan pengarahan etos kerja pada tahap training, sebelum calon pegawai menandatangani kontrak kerja. Hasil observasi peneliti di lapangan, angket yang disebar kepada responden sebagai konsumen, dan hasil wawancara dengan pihak komunikator sebagai staf promosi dan penjualan di perusahaan mengenai kepuasan konsumen atas pemberian informasi prosduk perusahaan, lebih dari setengah konsumen menjawab puas. Ini membuktikan bahwa Order Clothing memiliki kredibilitas yang baik dibidang edukasi karyawan, sehingga dapat menuntungkan perusahaan. 4.2.1.2.3 Tingkat Kejujuran Komunikator Merupakan tingkat kejujuran yang dimiliki perusahaan terhadap konsumen. Baik berupa penyampaian kekurangan dan kelebihan produk, maupun informasi yang berkainat dengan perusahaan, seperti event yang akan digelar/diikuti perusahaan, program khusus perusahaan, dll.
80
a.
Kejujuran informasi produk Pertanyaan dari data penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggapan
responden mengenai kejujuran yang dimiliki perusahaan, khususnya crew- crew yang bertatapan langsung dengan konsumen, sehingga memungkinkan pemberian informasi produk. Adapun penjelasan mengenai tanggapan responden tentang kejujuran perusahaan tersebut, dapat dilihat dari tabel 4.15 berikut ini : Tabel 4.15 Tanggapan Responden Kejujuran Informasi produk (n=50) No Alternatif Jawaban F % 1 Jujur 27 62 2 Kurang Jujur 23 34 3 Tidak Jujur Jumlah 50 100 Sumber : Angket item no 13
Berdasarkan tabel diatas, dapat dinyatakan, bahwa tanggapan mengenai kejujuran perusahaan adalah positif. Artinya, perusahaan mampu meyakinkan konsumen sekaligus membuktikan kepada konsumen, bahwa setiap produk hasil produksi Order Clothing memiliki kualitas yang baik. Hasil observasi peneliti lapangan di Order Clothing, tidak jauh berbeda dengan hasil angket yang disebarkan kepada responden sebagai konsumen Order Clothing, yakni komunikator jujur dalam menyampaikan pesan/ kekurangan dan kelebihan produknya. Keterbukaan komunikator tersebut justru membuat konsumen semakin loyal kepada perusahaan dan merasa puas terhadap produkproduk yang dibuat oleh Order Clothing. Hal ini terbukti dari banyaknya konsumen, baik pembeli satuan maupun grosiran yang sudah menjadi pelanggan tetap selama bertahun-tahun. Kejujuran membuahkan kepercayaan kepada
81
konsumen terhadap Order Clothing sejak industry pakaian ini berdiri 12 tahun lalu. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Marketing Public Relations Order Clothing menyebutkan, kejujuran merupakan komitment perusahaan dalam berkreasi maupun memasarkan produknya. Membangun citra perusahaan harus dimulai dengan kejujuran, agar kepercayaan konsumen terhadap perusahaan dan produknya terbangun. Dengan demikian, produk perusahaan akan lebih mudah diterima oleh konsumen yang tentunya menguntungkan perusahaan. Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan, hasil angket serta hasil wawancara yang dilakukukan dengan pihak Marketing Public Relations, perusahaan berhasil menciptakan image jujur dimata konsumen, karena Order Clothing berupaya terbuka dalam memasarkan dan memberi tahu kekurangan dan kelebihan produk. Selain itu, kejujuran dan keterbukaan yang dilakukan oleh Order Clothing juga dibarengi dengan kualitas produk yang maksimal, sehingga menumbuhkan kepercayaan konsumen. b. Keterpercayaan penyampaian informasi Pertanyaan dari data penelitian ini adalah untuk mengetahui respon dari konsumen mengenai kepercayaan responden sebagai konsumen terhadap staf perusahaan
dalam
hal
penyampaian
informasi.
Penjelasan
mengenai
keterpercayaan konsumen terhadap penyampaian informasi perusahaan oleh staf perusahaan, dapat dilihat pada table 4.16 berikut :
82
No 1 2 3
Tabel 4.16 Tanggapan Responden mengenai keterpercayaan penyampaian informasi (n=50) Alternatif Jawaban F Terpercaya 36 Kurang Terpercaya 14 Tidak Terpercaya Jumlah 50
% 72 28 100
Sumber : Angket item no 14
Tabel diatas menunjukkan bahwa, sebagian besar konsumen Order Clothing menanggapi positif kredibilitas komunikator dalam hal keterpercayaan. Artinya, sebagian besar responden menyatakan, bahwa staf Order Clothing terpercaya dalam penyampaian informasi perusahaan. Hal tersebut merupakan salah satu bukti lain dari kesuksesan perusahaan untuk menciptakan image positif perusahaan. Salah satu alasan yang memberikan nilai positif perusahaan bagi konsumen adalah produk perusahaan yang tidak mengecewakan, sehingga pada akhirnya, konsumen merespon positif atas kredibilitas komunikator dibidang kejujuran dan keterpercayaan dalam penyampaian informasi. Berdasarkan
hasil
observasi
peneliti
di
lapangan
mengenai
keterpercayaan komunikator dalam menyampaikan informasi perusahaan, bahwa komunikator mampu memberikan jawaban yang memuaskan konsumen. tentunya, dampak positif terhadap perusahaan semakin bertambah dengan banyaknya responden yang menyebutkan, bahwa Order Clothing memiliki staf yang dapat dipercaya dalam hal penyampaian informasi. Hal ini tidak lepas dari kejujuran yang
ditanamkan
perusahaan
kepada
setiap
karyawannya.
Keterbukaan
perusahaan, hubungan yang baik antar karyawan, membuat atmosfer pekerja
83
menjadi nyaman, dan dari situ karyawan mengetahui banyak tentang perusahaan, yang kemudian dapat dikomunikasikan kepada konsumen. Hasil wawancara peneliti dengan pihak terkait mengenai keterpercayaan komunikator, dalam hal ini staf Order Clothing dalam menyampaikan informasiinformasi perusahaan yang bersifat jujur mutlak dilakukan. Agar, perusahaan memiliki nilai tambah dan memiliki kredibilitas yang baik dimata konsumen. selain itu juga, Order Clothing berupaya untuk menanamkan konsep kejujuran pada produk yang dibuat, seperti memberi kualitas yang paling baik dengan harga yang sesuai, agar konsumen merasa puas. Berdasarkan dari perbagai data yang dimiliki peneliti melalui angket, observasi lapangan, serta wawancara yang dilakukan peneliti dengan pihak-pihak perusahaan mengenai keterpercayaan komunikator dalam memberikan informasi perusahaan yang direspon baik oleh responden dikarenakan konsep kejujuran yang ditanamkan pada karyawan Order Clothing, dan produk yang dibuat. 4.2.1.2.4
Attitude komunikator Attitude komunikator merupakan tatakrama, tingkah laku komunikator,
dalam hal ini shopkeeper atau bagian Marketing Public Relations perusahaan yang berhubungan langsung dengan konsumen. Attitude ini meliputi bagaimana komunikator
melayani
konsumen,
sikap
komunikator,
keramahtamahan
komunikator saat melayani konsumen. a.
Ramah tamah terhadap konsumen Pertanyaan dari data penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
respon dari konsumen sebagai responden peneliti tentang seberapa besar tingkat
84
keramahan komunikator kepada konsumennya. Adapun penjelasan mengenai hal tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut :
No 1 2 3
Tabel 4.17 Tanggapan Responden mengenai Keramahtamahan komunikator (n=50) Alternatif Jawaban F Ramah 34 Kurang Ramah 15 Tidak Ramah 1 Jumlah 50
% 68 30 2 100
Sumber : Angket item no 15
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan, bahwa keramahtamahan yang ditunjukkan komunikator kepada konsumennya, dijawab ramah oleh sebagian besar responden. Penjelasan di atas membuktikan, bahwa Order Clothing mampu memberikan edukasi yang baik bagi karyawannya untuk melayani pelanggan ataupun konsumen. Kenyamanan berbelanja membuat konsumen memberikan nilai tambahnya untuk Order Clothing, karena konsumen merasa dilayani dengan baik. Hasil observasi peneliti di lapangan, tingkat keramah tamahan komunikator (shop keeper maupun marketing Public Relations Perusahaan) yang berhubungan langsung dengan konsumen, sebagian besar responden menjawab ramah. Hal tersebut membuktikan, bahwa perusahaan mampu memberikan rasa puas dan senang kepada konsumen. konsumen merasa kebutuhannya selain terpenuhi, tetapi juga merasa dilayani demgan sangat baik. Hal ini tentu saja member nilai tambah perusahaan dimata konsumen. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan pihak perusahaan seperti shopkeeper di shophouse maupun staf Marketing Public Relations yang
85
bergerak dibidang promosi dan penjualan, menyatakan bahwa setiap perusahaan yang menjual produknya harus dapat menanamkan keramahtamahan pada konsumen, konsumen harus dilayani sebaik mungkin agar mereka tidak hanya terpuaskan secara lahir dengan produk kualitas yang baik, tetapi juga dari sisi batin, konsumen terpuaskan karena pelayanan yang baik. Berdasarkan hasil angket, hasil wawancara peneliti dengan pihak terkait perusahaan,
maupun
hasil
observasi
peneliti
di
lapangan,
mengenai
keramahtamahan komunikator terhadap konsumen, lebih dari 50 persen responden menjawab ramah. Hal ini, selain didukung oleh bassic karyawan yang aktif dan santun saat melayani konsumen, tetapi juga dipengaruhi oleh edukasi dari perusahaan yang menuntut karyawannya untuk memberikan service yang baik kepada konsumen. b. Maksimalitas Pelayanan Komunikator Pertanyaan dari data pertanyaan ini adalah untuk mengetahui tentang seberapa maksimal komunikator memberi pelayanan yang baik kepada konsumen. baik dari kecepatan melayani, keramahan komunikator, kesabaran komunikator, dan lain sebagainya. Penjelasan mengenai tanggapan responden tentang maksimalitas pelayanan yang diberikan komunikator tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.18 di bawah ini :
86
No 1 2 3
Tabel 4.18 Tanggapan Responden mengenai Maksimalitas Pelayanan komunikator (n=50) Alternatif Jawaban F Maksimal 27 Kurang Maksimal 23 Tidak Maksimal Jumlah 50
% 54 46 100
Sumber : Angket item no 16
Tabel diatas menjelaskan, jumlah responden yang menyatakan pelayanan staf Order Clothing maksimal, mencapai 54%. Artinya, sebagian besar responden setuju, bahwa pelayanan yang diberikan oleh Order Clothing sudah maksimal dan perlu dipertahankan demi mempertahankan sekaligus mengembangkan citra baik perusahaan di masyarakat luas. Kemaksimalan pelayanan yang diberikan perusahaan, berupa attitude shopkeeper, kemudahan fasilitas dalam pembayaran (transaksi), maupun pemberian souvenir berupa sticker dapat meningkatkan rasa puas yang dimiliki konsumen setelah berbelanja di Order Clothing. Berdasarkan obsevasi yang dilakukan peneliti di lapangan mengenai tinhkat maksimalitas pelayanan yangdiberikan pihak perusahaan kepada konsumen,
perusahaan
berusaha
member
kepuasan
konsumen
dengan
memaksimalkan pelayanan mereka. Diantaranya, menerapkan kata sambutan kepada konsumen yang datang ke shophouse, cekatan dalam melayani konsumen, aktif dan ramah dalam melayani konsumen, serta member masukan kepada konsumen apabila diperlukan. Hal ini tentu saja membuat konsumen merasa nyaman, puas, dan senang berbelanja di Order Clothing. Hasil wawancara peneliti dengan pihak Marketing Public Relations Order Clothing menyatakan, bahwa kemaksimalan pelayanan yang diberikan oleh
87
Order Clothing adalah sebuah keharusan demi mengembangkan perusahaan sekaligus mempertahankan citra baik perusahaan. sejak awal mula berdiri, Order Clothing dikenal dengan service nya yang memuaskan dan kesungguhannya dalam mengayaumi konsumen. karenanya, Order Clothing bisa menjangkau pasar di seluruh Indonesia. Berdasarkan hasil angket dari responden, observasi peneliti di lapangan, dan wawancara antara peneliti dengan pihak perusahaan terkait mengenai maksimalitas pelayanan yang diberikan Order Clothing kepada konsumennya, Order Clothing menanggapi dengan serius, bahwa kemaksimalan yang sudah direspon baik oleh masyarakat selaku konsumen Order Clothing, harus dipertahankan, sekaligus ditingkatkan, karena pelayanan yang maksimal adalah salah satu kunci sukses Order Clothing dalam meraih pasar di bidang pakaian di Indonesia. 4.2.1.3 Frekuensi kegiatan Marketing Public relations Frekuensi kegiatan Marketing Public Relations adalah sering atau tidaknya waktu pelaksanaan kegiatan Marketing Public Relations, seperti pelaksanaan event, program potongan harga, pemberian souvenir, melakukan check barang, quality control, dsb. Hal tersebut diatas demi terjalinnya hubungan yang harmonis dengan konsumen. 4.2.1.3.1
Waktu Pelaksanaan Kegiatan Marketing Public Relations Merupakan frekuensi waktu pelaksanaan kegiatan Marketing Public
Relations yang dilakukan oleh perusahaan, demi menjaga titik kontaknya dengan konsumen, dan membuat konsumen semakin loyal kepada perusahaan.
88
a. Penambahan Frekuensi Iklan Produk Order Clothing Maksud dari pertanyaan data penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggapan responden mengenai perlu atau tidaknya penambahan frekuensi iklan produk Order Clothing. Adapun penjelasan mengenai hal tersebut di atas, dapat dilihat pada table 4.19 berikut : Tabel 4.19 Tanggapan Responden mengenai Penambahan Frekuensi iklan Produk Order Clothing (n=50) No Alternatif Jawaban F % 1 Perlu 28 56 2 Kurang Perlu 12 24 3 Tidak Perlu 10 20 Jumlah 50 100 Sumber : Angket item no 17
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui, sebagian besar responden menjawab perlu untuk menambbahkan frekuensi waktu iklan produk Order Clothing perlu ditambah, mengingat perusahaan kurang mengiklankan produknya dan telah mengurangi frekuensi iklan pada majalah suave. Hasil observasi peneliti di lapangan mengenai perlu atau tidaknya perusahaan menambah frekuensi iklan produk, menyebutkan perlu dilakukan karena, masyarakat pada umumnya mengetahui keberadaan perusahaan hanya melalui banner yang dipajang di depan shophouse. Selain itu, perusahaan mencabut iklan di media suave magazine, sehingga mengurangi pengetahuan konsumen tentang produk perusahaan. Hasil wawancara antara peneliti dengan pihak perusahaan terkait mengenai perlunya frekuensi iklan produk Order Clothing menyatakan, frekuensi iklan produk Order Clothing dikurangi karena lebih menitik beratkan penjualan
89
kepada konsumen yang sudah loyal kepada perusahaan, dan memanfaatkan keberadaan konsumen dengan menjadikannya sebagai alat promosi perusahaan (menceritakan perusahaan dari mulut ke mulut). Berdasarkan hasil angket, hasil observasi di lapangan, dan hasil wawancara peneliti dengan perusahaan mengenai frekuensi iklan produk Order clothing, responden menyatakan perlu untuk menambah frekuensi iklan, mengingat minimnya frekuensi iklan Order Clothing yang ada. Selain itu, focus perusahaan juga sebaiknya tidak hanya kepada konsumen yang sudah loyal, tetapi juga perlunya meraih konsumen baru melalui iklan yang dibuat. b. Intensitas melihat iklan Order Clothing Pertanyaan dari data penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggapan responden tentang seberapa banyak waktu konsumen yang dimiliki untuk melihat iklan produk-produk Order Clothing. Adapun penjelasan mengenai intensitas waktu yang dimiliki konsumen untuk melihat iklan Order Clothing dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut : Tabel 4.20 Tanggapan Responden mengenai Intensitas Melihat Iklan Order Clothing (n=50) No 1 2 3
Alternatif Jawaban Sering Jarang Tidak Pernah Jumlah
F 4 28 18 50
% 8 56 36 100
Sumber : Angket item no 18
Dari tabel tersebut, dapat diketahui, mayoritas responden sebagai konsumen dari Order Clothing menjawab jarang melihat iklan produk Order
90
Clothing. Selain karena kurangnya promosi produk yang dilakukan perusahaan, tetapi juga Order Clothing telah mencabut iklannya dari majalah suave yang terbit satu bulan sekali, dan biasanya diberikan sebagai bonus untuk konsumen yang berbelanja di distro-distro. Media jejaring sosial yang ada-pun kurang dimaksimalkan dengan baik. Order Clothing kurang memaksimalkan promosi lewat media iklan, sehingga konsumen jarang melihat iklan produk Order Clothing. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di lapangan, yakni shophouse maupun head office Order Clothing Bandung, intensitas yang minim dalam melihat iklan Order Clothing disebabkan kurangnya promosi yang dilakukan perusahaan dalam beriklan, maupun pemanfaatan dunia maya untuk mempromosikan produknya. Hasil wawancara antara peneliti dengan pihak perusahaan, khususnya dengan staf Marketing Public Relations Order Clothing, mengenai intensitas waktu melihat iklan produk Order Clothing menyebutkan, perusahaan memang tidak mengiklankan khusus produk di media tertentu, namun demikian, produk di promosikan melalui program endorsement kepada artis, band indie Bandung maupun band yang sudah terkenal lua di masyarakat, maupun program televisi yang sudah dikenal luas dan memiliki jam tayang tinggi di televisi. Menurut pihak perusahaan, hal tersebut terbukti efektif meningkatkan penjualan produk. Berdasarkan hasil angket, observasi peneliti di lapangan, maupun hasil wawancara peneliti dengan pihak perusahaan terkait, mengenai masalah intensitas waktu konsumen melihat iklan produk Order clothing, dominan responden
91
menjawab jarang melihat iklan Order Clothing. Hal ini menegaskan, bahwa perusahaan memang kurang berinvestasi pada media iklan, tetapi perusahaan menginvestasikan promosinya melalui endorsement, sehingga perusahaan dapat menghemat biaya promosi, namun tetap mendapat keuntungan. 4.2.1.3.2
Intensitas Pelaksanaan Kegiatan Marketing public relations Intensitas pelaksanaan kegiatan marketing public relations adalah
seberapa banyak waktu yang dilakukan oleh perusahaan, khususnya Marketing Public Relations dalam melakukan promosi, dan bagaimana tanggapan konsumen mengenai kegiatan-kegiatan yang dilkukan oleh Marketing Public Relations itu sendiri . a. Kepuasan Konsumen tentang Intensitas Promosi di Web Pertanyaan dari data penelitian ini adalah untuk menjelaskan memgenai kepuasan konsumen atas intensitas promosi perusahaan yang dilakukan di website. Adapun penjelasannya, dapat dilihat dari tabel 4.21 berikut : Tabel 4.21 Tanggapan Responden mengenai kepuasan Intensitas promosi di web Order Clothing (n=50) No 1 2 3
Alternatif Jawaban Puas Kurang Puas Tidak Puas Jumlah
F 24 18 8 50
% 48 36 16 100
Sumber : Angket item no 19
Berdasarkan data dari tabel di atas, tanggapan responden sebagai konsumen Order Clothing mengenai kepuasan konsumen dalam intensitas promosi di web Order Clothing, dominan responden menjawab puas. Artinya,
92
Order Clothing memberikan kepuasan mengenai intensitas pengetahuan produk. Keterangan dan informasi yang diberikan oleh Order clothing maksimal dalam pelayanan pelanggan. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di lapangan, mengenai tanggapan responden terhadap kepuasan akan pengetahuan produk, responden dominan menjawab puas karena kelengkapan informasi itu sendiri. perusahaan memang kurang mengiklankan produknya, tetapi dalam hal informasi, perusahaan memberikan info-info lengkap pada semua produk. Sehingga, konsumen merasa puas. Hasil wawancara peneliti dengan pihak perusahaan terkait, yakni pihak Marketing Public Relations Order Clothing mengenai kepuasan konsumen akan intensitas perusahaan, dalam hal informasi produk, memang mayoritas yang mewngetahui update informasi adalah konsumen-konsumen yang sudah lama menjadi pelanggan tetap Order Clothing, namun konsumen pun terpuaskan karena iklan yang tidak menipu. Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan, hasil angket dari konsumen Order Clothing, serta hasil wawancara peneliti dengan pihak-pihak berwenang perusahaan, mengenai kepuasan konsumen terhadap informasi iklan Order Clothing, dominan tresponden menjawab puas, karena informasi perusahaan bersifat jujur dan terbuka. Selain itu, perusahaan juga memberika layanan kemudahan akses transaksi yang menambah nilai plus bagi perusahaan dimata konsumen.
93
b. Intensitas iklan produk Order Clothing Pertanyaan dari data penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggapan responden mengenai volume waktu perusahaan dalam beriklan. Hal ini dijawab oleh responden melalui anket yang disediakan oleh peneliti. Adapun penjelasan mengenai tanggapan responden tentang volume waktu perusahaan dalam beriklan, lewat media cetak maupun media elektronik, dapat dilihat dalam sebuah tabel 4.22 dibawah ini : Tabel 4.22 Tanggapan Responden mengenai intensitas iklan Order clothing (n=50) No 1 2 3
Alternatif Jawaban sering Jarang Tidak Ada Jumlah
F 5 35 10 50
% 10 70 20 100
Sumber : Angket item no 20
Dari hasil angket yang dijelaskan dalam table 4.22, sebagian responden sebagai konsumen Order Clothing mengaku jarang melihat iklan Order Clothing melalui media cetak maupun website. Hal ini dapat menegaskan, bahwa Order Clothing kurang memperhatikan intensitas dalam beriklan. Padahal, iklan sangat penting dilakukan untuk meningkatkan penjualan dan menambah nilai ni mata konsumen. Hasil observasi penelti dilapangan juga menunjukkan, bahwa Order Clothing kurang memaksimalkan fasilitas yang ada untuk beriklan. Perusahaan kurang royal mengeluarkan dana dalam berpromosi, sehingga tak jarang masih ada konsumen yang belum mengenal dengan baik brand Order Clothing.
94
Berhentinya Order Clothing beriklan di suave magazine sebagai media cetak yang dikenal untuk promosi berbagai distro juga mempengaruhi tanggapan responden atas hal ini. Hasil wawancara antara peneliti dengan pihak Order Clothing, yakni Marketing Public Relations setempat mengenai intensitas iklan produk Order Clothing menyatakan, bahwa Order Clothing memang tidak memaksimalkan iklan sebagai media promosi produk Order Clothning. Perusahaan lebih mengutamakan kerjasama dengan stasiun televise atau program-orogram tertentu yang ditonton olrh khalayak luas. Menurut perusahaan, hal ini cukup ampuh untuk memperkenalkan produk perusahaan kepada masyarakat, yang nantinya menjadi konsumen Order Clothing. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan terkait, hasi angket dari responden, serta observasi peneliti di lapangan mengenai intensitas waktu Order Clothing dalam beriklan, dominan responden mengaku jarang melihat iklan Order Clothing pada media tertentu, namun pihak perusahaan memiliki alibi atas hal tersebut. Mereka menyatakan pengurangan intensitas iklan pada media tettentu adalah untuk menghemat biaya iklan yang mahal, tetapi hal tersebut dibarengi dengan ditingkatkannya kerjasama dengan public figure yang dijadikan icon produk perusahaan, atau disebut dengan endorsement. 4.2.1.4 Daya Tarik Kegiatan Marketing Public Relations Daya tarik Marketing Public Relations adalah seberapa banyak kegiatan Marketing Public Relations tersebut menarik perhatian konsumen dengan program
95
atau acara tertentu. Salah satunya dengan pemberian souvenir kepada konsumen konsumen, atau voucher kepada konsumen tertentu, dan lain- lain. 4.2.1.4.1 Penawaran Harga Cuci gudang, pemberian voucher, dan Souvenir berupa Stiker brand Perusahaan Merupakan program kegiatan yang dilakukan oleh Order Clothing sebagai penarik konsumen agar berminat membeli produk yang ditawarkan oleh perusahaan. hal ini merupakan upaya khusus perusahaan untuk menjaaring lebih banyak konsumen. a.
Pengaruh Harga Cuci gudang Terhadap Konsumen Pertanyaan dari data penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
tanggapan responden mengenai harga cuci gudang yang ditawarkan pihak perusahaan kepada konsumen. Adapun penjelasan mengenai pengaruh harga cuci gudang terhadap pembelian konsumen atas produk Order Clothing, dapat dilihat pada table 4.23 : Tabel 4.23 Tanggapan Responden tentang pengaruh Penawaran harga cuci gudang produk Order Clothing (n=50) No 1 2 3
Alternatif Jawaban Berpengaruh Kurang Berpengaruh Tidak Berpengaruh Jumlah
F 37 13 50
% 74 26 100
Sumber : Angket item no 21
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa, penawaran harga cuci gudang berpengaruh terhadap pembelian konsumen atas produk yang di jual. Hal ini tentunya didasari dari habbit masyarakat yang suka dengan barang murah dengan
96
kualitas bagus. Selain itu, penawaran harga cuci gudang memang selalu mengundang animo masyarakat, sehingga lebih banyak konsumen yang datang ke store. Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan mengenai penawaran harga cuci gudang perusahaan dan pengaruhnya terhadap pembelian konsumen, hal ini tentu saja sangat berpengaruh mengingat harga pakaian di distro adalah untuk masyarakat menengah ke atas, jadi, saat harga cuci gudang ditawarkan, lebih banyak masyarakat yang datang untuk membeli produk yang ada. Selain itu juga, besarnya presentase konsumen yang terpengaruh untuk membeli produk pada saat penawaran harga cuci gudang adalah karena kualitas barangnya yang baik. Biasanya, barang yang dijual dengan harga cuci gudang adalah barangbarang yang masa stok nya sudah habis (tiga bulan kebelakang), namun, karena kualitasnya sama dengan barang baru, masalah waktu tersebut tidak menyurutkan pembelian pada konsumen terhadap produk. Hasil wawancara dengan pihak perusahaan menyebutkan, penawaran harga cuci gudang dilakukan untuk mempercepat habisnya stok barang di gudang, sehingga tidak ada tumpukkan barang yang sudah lama. Namun demikian, barang tersebut tentu saja merupakan barang-barang yang sudah melewati tahap Quality Control, sehingga memiliki kualitas yang baik, dan konsumen pun terpuaskan. Berdasarkan hasil angket, observasi peneliti di lapangan, maupun hasil wawancara peneliti dengan staf terkait perusahaan mengenai pengaruh konsumen terhadap penawaran harga cuci gudang. Hampir seluruh konsumen menjawab terpengaruh, hal ini disebabkan kualitas barang yang dikenal baik dan brand
97
bergengsi perusahaan yang dapat meningkatkan animo masyarakat untk membeli produk. b. Memberi souvenir (stiker) Pertanyaan dari data penelitian ini adalah untuk mengetahui sekaligus menjelaskan tanggapan responden tentang pemberian stiker kepada konsumen dalam setiap pembelian produk. Penjelasan mengenai hal tersebut diatas, terdapat pada tabel 4.24 di bawah ini : Tabel 4.24 Tanggapan Responden Mengenai Upaya Memberikan Souvenir Perusahaan (n=50) No 1 2 3
Alternatif Jawaban Memberi Nilai Positif Kurang Memberi Nilai Positif Tidak Memberi Nilai Positif Jumlah
F 31 12 7 50
% 62 24 14 100
Sumber : Angket item no 22
Berdasarkan table 4.24 diatas, yakni bahasan mengenai tanggapan responden terhadap pemberian sriker perusahaan kepada konsumen yang melakukan pembelian, dominan konsumen menjawab hal tersebut memberikan nilai positif bagi perusahaan. Artinya, souvenir yang diberikan berhasil mengambil hati konsumen untuk memberi nilai tambah kepada perusahaan. Konsumen pada umumnya senang diberi hadiah, karenanya, pemberian bonus sekecil apapun memberi kepuasan kepada konsumen. selain itu juga, pemberian stiker merupakan alat promosi yang baik untuk meningkatkan penjualan, hal tersebut terbukti efektif karena dengan demikian, masyarakat yang mengetahui
98
identitas perusahaan semakin bertambah, karena stiker tersebut mengandung unsure perusahaan, seperti logo atau merk perusahaan. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti dilapangan mengenai tanggapan responden tentang pemberian souvenir perusahaan berupa stiker kepada konsumen, responden menjawab hal tersebut memberikan nilai positif bagi perusahaan, karena konsumen mendapatkan bonus saetiap melakukan pembelian. Stiker yang di design menarik memberikan daya tarik tersendiri bagi konsumen, sehingga
mampu menjadikan konsumen sebagai salah satu alat
promosi perusahaan. Hasil wawancara peneliti dengan pihak perusahaan mengenai pemberian bonus
perusahaan berupa stiker kepada konsumen menyatakan, bahwa hal
tersebut adalah salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk berpromosi dan member kepuasam kepada konsumen. perhatian kecil kepada konsumen akan memberikan dampak baik pada perusahaan, karenanya, pemberian bonus berupa stiker termasuk ke dalam pelayanan terhadap konsumen. Hal ini terbukti berhasil untuk memperkenalkan brand perusahaan sendiri. Berdasarkan hasil angket, hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Marketing Public Relations Order Clothing, dan hasil observasi peneliti sendiri di lapangan mengenai pemberian stiker berupa bonus untuk konsumen, responden sebagian besar menjawab hal tersebut member nilai positif kepada perusahaan. Kultur konsumen pada umumnya senang diberi hadiah, karenanya perusahaan memasukkan stiker ebagai salah satu pelayanan kepada konsumen, demi meningkatkan kepuasan konsumen dan mendorong konsumen untuk
99
kembali berbelanja di Order Clothing karena daya tarik hadiah yang diberikan perusahaan. c.
Voucher Belanja Order Clothing Pertanyaan dari data penelitian ini dibuat untuk mengetahui tentang
tanggapan responden mengenai fasilitas voucher yang diberikan, dan kesesuaian jumlah voucher dengan harga barang produk Order Clothing. Penjelasan mengenai tanggapan responden tentang fasilitas vocher dan kesesuaian jumlah voucher dengan harga produk, dijelaskan pada table 4.25 berikut : Tabel 4.25 Tanggapan Responden Mengenai Fasilitas Voucher dan Kesesuaian Harga Produk (n=50) No 1 2 3
Alternatif Jawaban Pernah Jarang Tidak pernah
F 8 11 31
% 16 22 62
Jumlah
50
100
Sumber : Angket item no 23
Dari tabel 4.25 di atas, dijelaskan bahwa hampir seluruh responden tidak pernah mendapatkan voucher belanja dari Order Clothing. Konsumen umumnya mendapatkan fasilitas potongan harga tertentu apabila ada relasi sebagai pegawai atau staf perusahaan. tidak banyak responden yang memiliki voucher perusahaan, karena voucher perusahaan bersifat untuk kalangan terbatas perusahaan, sehingga, konsumen yang tidak memiliki hubungan khusus dengan perusahaan tidak ada yang memiliki voucher, bahkan tidak tahu menahu mengenai fasilitas voucher belanja perusahaan, terlihat dari banyaknya responden yang mengaku tidak pernah mendapat voucher belanja sama sekali.
100
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di lapangan, mengenai fasilitas voucher belanja dan kesesuaian jumlah voucher yang diberikan dengan harga produk perusahaan, sebagian besar responden menjawab tidak pernah mendapatkan voucher belanja, karena fasilitas free voucher tersebut hanya diberikan kepada pihak-pihak tertentu yang memiliki hubungan khusus dengan perusahaan. Terbukti dari kalangan keluarga pemilik perusahaan yang membeli produk dengan voucher belanja, atau band-band tertentu yang masih eksis dan pernah memiliki ikatan kerjasama dengan perusahaan (di endorsed). Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dilapangan, dengan pihak terkait perusahaan, seperti karyawan dan Marketing Public Relations Order Clothing mengenai fasilitas voucher belanja, menyatakan, bahwa voucher belanja biasanya diberikan kepada orang terdekat perusahaan dengan nominal tertentu, sesuai dengan harga barang yang ada. Selain itu, voucher diberikan untuk kepentingan bisnis, seperti memberikan kepada band-band tertentu yang tidak terikat endorsement dengan perusahaan sejenis manapun, atau digunakan sebagai rasa terimakasih perusahaan kepada instansi atau perusahaan tertentu karena pernah member bantuan kepada Order Clothing. Berdasarkan hasil angket, data observasi, dan wawancara peneliti dengan perusahaan mengenai vasilitas voucher belanja, sebagian responden menyatakan tidak pernah mendapat voucher belanja karena tidak memiliki hubungan khusus dengan perusahaan, baik berupa hubungan kekerabatan dengan pemilik perusahaan, maupun hubungan bisnis dengan perusahaan.
101
4.2.2
Loyalitas Konsumen Loyalitas konsumen adalah ukuran kesetiaan konsumen kepada produk
perusahaan, ataupun kepada perusahaan. Loyalitas konsumen sangat penting ditingkatkan, untuk mengembangkan perusahaan dan memberikan citra baik kepada perusahaan. Untuk membuat konsumen loyal, tentunya Order Clothing berupaya semaksimal mungkin agar konsumen memberikan nilai positif kepada perusahaan sekaligus puas berbelanja di perusahaan. 4.2.2.1 Produk dan Jasa Produk merupakan barang-barang hasil produksi Order Clothing yang dijual di shophouse, yang pembuatannya melalui serangkaian proses tertentu, salah satunya adalah pengecekan barang atau Quality Control agar barang yang dijual tidak mengewakan kosumen. Barang tersebut berupa pakaian serta aksesoris yang menunjang fesyen sehari-hari. Jasa merupakan pelayanan yang diberikan oleh Order Clothinng kepada konsumen, seperti keramah tamahan, memberi saran apabila diperlukan, service maksimal kepada konsumen, baik berupa ucapan sampai dengan sikap positif shopkeeper selaku karyawan perusahaan kepada konsumen. selain itu, kemudahan transaksi seperti pelayanan melalui kartu Debit atau Kredit, transfer rekening, hingga pengiriman barang antar pulau digolongkan kedalam jasa dari perusahaan kepada konsumen. Artinya, jasa merupakan bentuk moral yang dilakukan oleh karyawan perusahaan dalam hal memaksimalkan pelayanan untuk menambah kepuasan konsumen.
102
4.2.2.1.1 Kualitas Produk Kualitas produk adalah ukuran baik atau tidaknya nilai suatu barang. Hal ini dinilai berdasarkan kulifikasi barang yang dimiliki, seperti bahan, model, bentuk, gambar, dan lain sebagainya. a.
Pengetahuan Produk Pertanyaan dari data penelitian ini adalah untuk menjelaskan tanggapan
responden mengenai tahu atau tidaknya responden sebagai konsumen tentang produk Order Clothing. Adapun penjelasan mengenai pengetahuan responden tentang produk Order Clothing, dapat dilihat pada table 4,26berikut : Tabel 4.26 Tanggapan Responden Mengenai Pengetahuan Produk Order Clothing (n=50) No 1 2 3
Alternatif Jawaban Mengetahui Kurang Mengetahui Tidak Mengteahui Jumlah
F 26 24 50
% 52 48 100
Sumber : Angket item no 24
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa, konsumen sebagian mengetahui produk Order Clothing. Pengetahuan konsumen ini sangat beraneka ragam, dari hanya sekedar mengetahui jenis produk yang ada di store, sampai dengan konsumen yang sudah lama menjadi pelanggan tetap, sehingga mengetahui benar seluk beluk produk Order Clothing, serta cirri khas produk dari perusahaan itu sendiri. Berdasarkan observasi di lapangan yang dilakukan oleh peneliti mengenai pengetahuan konsumen akan produk perusahaan, baik jenis, maupun
103
seluk beluk yang terdapat dalam produk tersebut, responden mayoritas menjawab megetahui, dengan latar belakang alasan yang beragam. Konsumen awam hanya mengetahui produk dari macamnya yang ada di shiophouse, sedangkan konsumen yang sudah lama berlangganan, banyak mengetahui mengenai waktu produksi, bahan dasar produk, sampai dengan nama dari setiap produk tersebut.hal ini menegaskan, Order Clothing memiliki konsumen yang beragam. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan pihak perusahaan mengenai pengetahuan produk menyatakan, jawaban responden yang mengetahui dan yang tidak mengetahui memang hanya berbeda sedikit, namun terus memacu perusahaan agar produknya terus dikenal oleh masyarakat. Dengan upaya- upaya tertentu dan promosi produk yang terus dilakukan. Perusahaan melakukan endorsement, yaitu menjadi sponsor artis yang sering tampil di berabagai acara, baik show on maupun show off. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan, hasil angket, serta hasil observasi yang dilakukan peneliti di lapangan mengenai pengetahuan konsumen terhadap produk Order Clothing, dominan responden menjawab mengetahui, dengan latar belakang alasan. Tidak sedikit responden yang hanya sekedar tahu, mengingat minimnya media iklan yang dibuat oleh Order Clothing, namun adapula yang memang sudah menjadi konsumen perusahaan sejak lama, sehingga benar-benar mengetahui produk perusahaan. b.
Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Loyalitas Pertanyaan dari data penelitian ini adalah ubtuk mengetahui sekaligus
menjelaskan seberapa baik kualitas produk Order Clothing, sehingga mampu
104
mempengaruhi konsumen untuk membeli produk yang disediakan perusahaan. Adapun penjelasannya, dapat dilihat pada tabel 4.27 di bawah ini : Tabel 4.27 Tanggapan Responden Mengenai Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Loyalitas (n=50) No 1 2 3
Alternatif Jawaban Mempengaruhi Kurang Mempengaruhi Tidak Mempengaruhi Jumlah
F 27 23 50
% 54 46 100
Sumber : Angket item no 25
Berdasarkan penjelasan dari tabel di atas, dapat dikethui bahwa tanggapan responden mengenai kualitas produk, dan pengaruhnya terhadap pembelian, sebagian besar responden menjawab hal tersebut mempengaruhi mereka untuk membeli dan menggunakan produk Order clothing. Konsumen menyukai barang dengan kualitas baik, kualitas tersebut bersifat relatif dari segi bentuk dan model, namun kualitas bahan baku menjadi mutlak bagi perusahaan dalam membuat produk sekaligus menjadi pertimbangan bagi konsumen untuk menggunakan hasil produksi dalam kehidupannya sehari-hari. Konsumen yang kritis akan lebih banyak mengetahui produk yang ada, serta akan menadi konsumen yang loyal kepada perusahaan apabila mereka mengetahui kualitas baik produk Order Clothing. Observasi peneliti di lapangan mengenai pengaruh kualitas produk terhadap minat beli konsumen, mayoritas konsumen terpengaruh melakukan pembelian di shophouse karena kualitas produk yang baik. Kualitas produk Order Clothing yang terdiri dari berbagai unsur seperti bahan baku, bentuk, design,
105
warna yang beragam berhasil meyakinkan konsumen bahwa, produk tersebut layak digunakan. Order Clothing memang memiliki produk dengan kualitas yang tidak perlu dipertanyakan, terutama produk utamanya, yakni dompet dan tas, Order Clothing berhasil merebut pasar hingga hampir ke seluruh Indonesia. Hasil wawancara antara peneliti dengan pihak perusahaan mengenai kualitas produk Order Clothing sendiri, dan hubungannya dengan pembelian konsumen menyatakan, Order Clothing merupakan industry distro yang memiliki image dan citra tersendiri, berbeda dengan industry pakaian lainnya. Sehingga, Order Clothing selalu berusaha menciptakan image eksklusif dengan memiliki bahan baku yang baik, serta stok yang terbatas dalam setiap barangnya. Artinya, Order Clothing tidak hanya berkelas dibidang bentuk bahan, tetapi juga memiliki kelas tersendiri yang tidak dapat disamakan dengan brand lainnya. Karenanya, konsumen tidak segan untuk membeli produk Order Clothing sebagai produk fesyen mereka. Berdasarkan hasil observasi peneliti dilapangan, hasil angket dan hasil wawancara yang dilakukan peneliti mengenai pengaruh kualitas produk terhadap daya tarik konsumen untuk membeli barang, sebagian besar konsumen tertarik untuk membeli barang di Order Clothing karena terpengaruh oleh kualitas produk yang dimiliki sekaligus di produksi oleh perusahaan. 4.2.2.1.2
Nilai Produk Merupakan ukuran baik atau buruknya suatu barang/ produksi hasil
perusahaan. nilai suatu produk diperlukan untuk mengukur sukses / tidaknya
106
produk tersebut dalam menarik minat konsumen.semakin besar nilai yang dimiliki suatu barang, semakin besar kemungkinan barang tersebut cepat habis. a.
Pengaruh Latar Belakang Produsen Pertanyaan dari data penelitian ini adalah bertujuan untuk menjelaskan
tanggapan responden mengenai pengaruh latar belakang perusahaan yang membuat produksi barang terhadap konsumennya. Adapun penjelasan mengenai hal tersebut, dapat dilihat pada table 4.28 berikut : Tabel 4.28 Tanggapan Responden Mengenai Latar Belakang Perusahaan Terhadap Pembelian Produk (n=50) No 1 2 3
Alternatif Jawaban Mempengaruhi Kurang Mempengaruhi Tidak Mempengaruhi Jumlah
F 29 18 3 50
% 58 36 6 100
Sumber : Angket item no 26
Berdasarkan tabel diatas, dijelaskan bahwa 58% responden menjawab latar belakang perusahaan mempengaruhi mereka dalam melakukan pembelian produk Order Clothing. Artinya, perusahaan memiliki kredibilitas yang baik dimata konsumen, sehingga mampu meyakinkan konsumen untuk menjadi pemakai produk Order Clothing. Konsumen tidak hanya melihat dari satu sisi agar menjado loyal kepada perusahaan, tetapi aspek-aspek lain seperti latar belakang perusahaan juga dapat mempengaruhi konsumen dan memiliki daya tarik tersendiri bagi konsumen. hal tersebut mengaskan, bahwa kepercayaan konsumen terhadap suatu produk tidak hanya dilihat dari kualitas barang yang
107
ada, tetapi juga dilihat dari kualitas perusahaan, nama besar perusahaan, serta image perusahaan itu sendiri. Berdasarkan hasil observasi peneliti dilapangan, mengenai latar belakang perusahaan dengan pengaruhnya terhadap konsumen untuk melakukan pembelian, hal tersebut memang sangat mempengaruhi konsumen. dimana, setiap konsumen pada awalnya melihat citra dalam diri perusahaan sebelum memutuskan untuk menjadi pembeli sekaligus pemakai produk tersebut. Perusahaan yang memiliki kredibilitas baik sangat berpotensi lebih mudah mendapatkan konsumenkonsumen baru atas citranya yang sudah terbentuk baik. Hasil wawancara antara peneliti dengan perusahaan, mengenai pengaruh latar belakang perusahaan terhadap daya tarik konsumen untuk membeli barang, menyatakan
bahwa
perusahan
selalu
meminimalisasikan
konflik
dalam
perusahaan, agar tidak menjadi issue –issue yang dapat merugikan perusahaan. konsumen akan bertahan apabila citra baik yang telah dibangun sejak lama tidak tercoreng karena kelalaian-kelalaian tertentu. Berdasarkan hasil angket, hasil observasi peneliti di lapangan, maupun hasil wawancara antara peneliti dengan perusahaan mengenai pengaruh latar belakang perusahaan terhadap pembelian oleh konsumen, sebagian besar responden mengaku, latar brlakang perusahaan mempengaruhi mereka melakukan pembelian. Hal tersebut menegaskan, bahwa konsumen memutuskan membeli suatu produk karena nilai produk itu sendiri, tetapi latar belakang perusahaan itu sendiri, yang menambah baik atau buruknya nilai produk, dan mempengaruhi mutu suatu produk dimata konsumen. karenanya, pihak perusahaan selalu
108
berupaya memberikan yang terbaik dan mempertahankan citra perusahaan dengan berbagai cara yang sportif dan jujur. b. Kepuasan Terhadap Jenis Produk Pertanyaan dari data penelitian ini adalah untuk menjelaskan tanggapan responden mengenai kepuasan responden sebagai konsumen dalam hal keragaman produk yang diproduksi oleh Order Clothing. Penjelasan mengewnai kepuasan konsumen terhadap keragaman produk itu sendiri, dapat dilihat pada table 4.29 berikut: Tabel 4.29 Tanggapan Responden Mengenai Keragaman Produk (n=50) No 1 2 3
Alternatif Jawaban Puas Kurang Puas Tidak Puas Jumlah
F 25 18 7 50
% 50 36 14 100
Sumber : Angket item no 27
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa, dominan responden merasa puas dengan keragaman jenis, bentuk, maupun design produk yang dimiliki Order Clothing. Konsumen merasa kebutuhan fesyen mereka terpuaskan dengan berbelanja di Order Clothing, karena memiliki macam-macam jenis pakaian, jaket, maupun aksesoris busana seperti belt, sandal, dan lain sebagainya. Hal ini tentunya harus terus diperhatikan oleh perusahaan, guna meningkatkan keaneka ragaman produk agar konsumen terpuaskan. Berdasarkan hasil observasi peneliti dilapangan mengenai kepuasan konsumen akan keragaman produk Order Clothing, responden sebagian besar
109
menjawab puas karena, Order Clothing memiliki berbagai macam jenis produk fesyen, yang setiap jenisnya memiliki berbagai varian, sehingga konsumen dapat memilih barang apa saja yang mereka butuhkan, dengan bentuk, design yang menarik dan tidak ketinggalan jaman. Hasil wawancara antara peneliti dengan pihak Order Clothing mengenai kepuasan dalam keanekaragaman jenis produk perusahaan, menyatakan bahwa banyaknya jenis produk dibuat untuk memanjakan konsumen. dibandingkan dengan brand lain, Order Clothing memiliki lebih banyak jenis produk fashion, supaya memudahkan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya, dan agar perusahaan bisa mewndapatkan untung yang maksimal, dengan menjual berbagai produk fesyen. Berdasarkan hasil angket, observasi di lapangan, serta hasil wawancara antara peneliti dengan pihak terkait perusahaan, mengenai kepuasan konsumen akan keragaman produk yang dimiliki, konsumen cenderung puas dengan hal tersebut. Hal ini tentunya sebagai salah satu pembuktian perusahaan dalam memanjakan konsumennya. Ini merupakan salah satu nilai produk yang positif. Keanekaragaman produk, arinya member kepuasan kepada konsumen-konsumen yang beraneka ragam selera, maupun kebutuhannya. Dengan demikian, Order Clothing sejauh ini telah memberikan yang terbaik kepada konsumennya dalam hal jenis produk. 4.2.2.2 Pelayanan Pelayanan merupakan fasilitas yang diberikan oleh perusahaan (shopkeeper/ Marketing Public Relations) dalam melayani pelanggan, seperti
110
memberi kemudahan fasilitas transaksi jual beli, pemberian informasi produk maupun informasi perusahaan, dan lain sebagainya yang bertujuan memudahkan konsumen sekaligus mempengaruhi konsumen agar tertatik membeli produk. 4.2.2.2.1
Kemudahan Transaksi Jual Beli Kemudahan transaksi jual beli adalah salah satu fasilitas dari perusahaan
dalam
bidang
pelayanan
untuk
mempermudah
konsumen
melakukakn
pembayaran, melalui via kartu, via transfer rekening, ataupun pelayanan pembelian via online. Hal ini merupakan salah satu bentuk pelayanan perusahaan untuk memberikan kenyamanan berbelanja kepada konsumen. Bukti dari perusahaan memberikan yang terbaik kepada pelanggannya, salah satunya adalah dengan memberikan pelayanan seramah mungkin dan sebaik mungkin, guna mempertahankan loyalitas konsumen. a.
Kemudahan Berbelanja Pertanyaan dari data penelitian berikut ini adalah untuk mengetahui
sekaligus menjelaskan tanggapan responden tentang kemudahan fasilitas berbelanja yang diberikan Order Clothing kepada konsumen, (via online). Pemanfaatan jejaring social digunakan sebagai media promosi perusahaan untuk memperkenalkan produknya, sekaligus memperkenalkan brand perusahaan. namun, hasil dari pekerjaan Marketing Public Relations Order Clothing terlihat dari beberapa responden yang menanggapi angket yang diberikan oleh peneliti mengenai terbantu atau tidaknya konsumen dalam berbelanja dengan adanya fasilitas online perusahaan. Adapun penjelasan mengenai tanggapan responden tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.30 berikut :
111
Tabel 4.30 Tanggapan Responden Mengenai Fasilitas Pelayanan Online (n=50) No 1 2 3
Alternatif Jawaban Terbantu Kurang Terbantu Tidak Terbantu Jumlah
F 2 30 18 50
% 4 60 36 100
Sumber : Angket item no 28
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa, tanggapan responden mengenai kemudahan belanja yang diberikan perusahaan melalui media internet (on line), sebagian besar responden menjawab kurang merasa terbantu. Kurangnya promosi yang dilakukan oleh Marketing Public Relations sebagai alat promosi perusahaan, membuat sebagian besar responden cendrung tidak athu mengenai situs resmi ataupun jejaring social yang dimiliki oleh perusahaan. Hasil dari observasi peneliti di lapangan mengenai fasilitas kemudahan berbelanja menyatakan konsumen kurang terbantu karena masi banyak responden yang tidak mengetahui tentang situs jejaring social yang dimiliki oleh perusahaan. hal ini, tentu saja tidak membuat konsumen lebih mudah berbelanja, kurangnya promosi, kurangnya focus kepada promosi via online, mengakibatkan minimnya konsumen yang berbelanja via online. Konsumen rata-rata masih harus datang ke shophouse untuk dapat mengetahui dan berbelanja produk Ordr Clothing. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan pihak terkait perusahaan yang bergerak di bidang promosi perusahaan menyebutkan, bahwa fasilitas online digunakan Order Clothing untuk melayani pembeli grosiran, dan
112
mempermudah konsumen di luar kota maupun luar pulau untuk memilih barang yang mereka kehendaki. System yang mereka terapkan dalam perusahaan adalah focus yang berlainan untuk konsumen yang berbeda. Misalnya, shopkeeper difokuskan untuk melayani pembelian satuan di shophouse, sedangkan pihak Marketing Public Relations di maksimalkan fungsinya dengan melakukan promosi via online kepada konsumen-konsumen yang kira- kira akan melakukan pembelian partai besar. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan pelayanan, dan meminimalisasi kekecewaan konsumen, mengingat Sumber Daya Manusia yang dimiliki Order Clothing terbatas, namun konsumen Order Clothing sudah mencakup berbagai daerah, baik di dalam kota, luar kota, maupun luar pulau. Perusahaan masih harus mempertimbangkan banyak aspek untuk dapat melakukan perekrutan karyawan baru, mengingat Order Clothing masih masuk kedalam kategori produksi rumahan yang belum sama level-nya perusahaanperusahaan besar. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di lapangan, hasil angket, serta wawancara dengan pihak-pihak yang berwenang dibidangnya, respondeng mengaku kurang terbantu dalam berbelanja online, hal ini kurangnya promosi dari perusahaan sendiri tentang adanya fasilitas online yang diberikan, karena, pihak petusahaan menanamkan konsep yang berbeda dalam melayani pelanggannya. Hal ini diharapkan dapat menjadi perhatian perusahaan untuk memaksimalkan pelayanan.
113
b. Kemudahan Transaksi Pembayaran (Fasilitas Kartu Debit, Kredit, Transfer) Pertanyaan dari data penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tanggapan responden mengenai kemudaha transaksi pembayaran yang diberikan kepada konsumen.
Pembayaran
lewat
media
elektrik
dilakukan
untuk
memaksimalkan pelayanan kepada konsumen, dengan tujuan keamanan, kemudahan dan kenyamanan berbelanja. Terbantu atau tidak-nya konsumen dalam hal ini, dapat dilihat dari tabel 4.31 di bawah ini : Tabel 4.31 Tanggapan Responden Mengenai Kemudahan Transaksi Pembayaran (n=50) No 1 2 3
Alternatif Jawaban Memudahkan Kurang Memudahkan Tidak Memudahkan Jumlah
F 40 10 50
% 80 20 100
Sumber : Angket item no 29
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan mengenai fasilitas pembayaran elektronik via kartu kredit, kartu debit, ataupun transfer via rekening memudahkan responden untuk bertransaksi. Penggunaan kartu elektronik dewasa ini memang digunakan masyarakat modern sebagai alat transaksi pembayaran, tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, pelajarpun belakangan banyak yang memiliki kartu elektronik untuk memudahkan mereka berbelanja. Konsumen Order Clothing merasa terbantu dengan adanya fasilitas pembayaran elektronik, karena sifatnya aman, cepat, dan mudah.
114
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di lapangan, mengenai fasilitas pembayaran via kartu elektronik, responden mengaku, penggunaan kartu elektrik yang diberlakukan oleh perusahaan mempermudah mereka bertransaksi. Hal ini terlihat dari hampir seluruh responden menjawab “mempermudah” mereka bertransaksi. Hal ini tentunya berdampak baik pada perusahaan, yang mengadakan kerjasama dengan Bank tertentu untuk membuat fasilitas pembayaran elektrik. Selain mempermudah, juga memberikan keamanan dalam berbelanja. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan perusahaan, mengenai adanya fasilitas kartu elektronik sebagai alat pembayaran menyatakan, pembayaran elektrik sengaja difasilitasi di store sebagai sarana pembayaran yang aman, dan mengingat distro membidik masyarakat mengengah ke atas, memungkinkan konsumennya lebih menyukai membawa kredit card daripada uang tunai, demi keamanan. Antisipasi tersebut dilakukan agar konsumen yang tidak membawa uang tunai tidak repot untuk mencairkan uangnya di ATM. Pelayanan transaksi elektrik ini diadakan perusahaan sejak tahun 2005 silam. Berdasarkan hasil angket dari responden, observasi peneliti di lapangan, maupun hasil wawancara peneliti dengan pihak perusahaan mengenai fasilitas kartu elektronik dan fungsinya yang mempermudah konsumen, dilakukan dengan tujuan salah satunya sebagai antisipasi konsumen yang tidak jadi membeli barang karena tidak membawa uang tunai. Selain itu, factor keamanan dan kenyamanan berbelanja menjadi factor lainnya yang membuat perusahaan mengadakan fasilitas kartu “gesek” di shophouse sebagai alat transaksi pembayaran.
115
4.2.2.2.2
Personel yang Terlatih Personel yang terlatih adalah individu -individu Order Clothing yang
bertugas melayani pelanggan ataupun konsumen baru, baik di store atau di head office, yang memiliki kemapuan maksimal untuk memuaskan konsumennya. Baik dari segi bicara maupun tingkah laku saat bertemu dengan konsumen sebagai calon pembeli. a. Staf yang Terlatih Pertanyaan dari data penelitian ini adalah untuk mengetahui sekaligus menjelaskan tanggapan responden selaku konsumen mengenai sejauhmana profesionalisme shopkeeper Order clothing dalam melayani pelanggan. Adapun penjelasannya, dapat dilihat pada tabel 4.32 berikut : Tabel 4.32 Tanggapan Responden Mengenai Staf yang Terlatih (n=50) No 1 2 3
Alternatif Jawaban Terlatih Kurang Terlatih Tidak Terlatih Jumlah
F 34 16 50
% 68 32 100
Sumber : Angket item no 30
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa dominan responden menjawab, bahwa staf Order Clothing terlatih dalam melakukan pelayanan kepada konsumen. konsumen merasa kebutuhannya berbelanja terpenuhi dari segi produk maupun pelayanan ramah yang diberikan shopkeeper. Selain itu, konsumen merasa keingintahuannya akan produk terpuaskan atas informasi yang diberikan shopkeeper.
116
Berdasarkan Observasi yang dilakukan peneliti dilapangan mengenai staf yang terlatih, perusahaan memang tidak memberikan edukasi khusus kepada shopkeepernya, namun shopkeeper Order Clothing melewati masa trainning sebelum menandatangani kontrak dengan perusahaan. hal tersebut dilakukan untuk melewati masa uji coba dan pembelajaran mengenai tugas-tugas shopkeeper di Order Clothing. Pada umumnya, tidak perlu waktu yang lama bagi calon pegawai untuk beradaptasi dengan tugas dan kewajiban sebagai staf Order Clothing. Dengan deminkian, terlatih atau tidak nya seoraang shopkeeper dalam melayani konsumen bukan hanya pengaruh perusahaan, melainkan juga pengaruh Sumber Daya Manusia itu sendiri. Hasil wawancara antara peneliti dengan staf perusahaan terkait menyebutkan, Order Clothing memiliki kualifikasi sendiri dalam merekrerut karyawannya. Hal ini dilakukan agar Order Clothing memiliki karyawan atau staf yang dapat mempertahankan sekaligus meningkatkan kredibilitas Order Clothing sebagai salah satu distro papan atas kota Bandung. Berdasarkan data yang dimiliki peneliti dari hasil angket, hasil observasi di lapangan, dan hasil wawancara antara peneliti dengan perusahaan mengenai keterlatihan shopkeeper dalam melayani pelanggan, responden sebagian besar menjawab terlatih, hal ini karena perusahaan tidak sembarangan dalam merekrut pegawai, karena akan berpengaruh kepada citra perusahaan itu sendiri. namun demikian, perlunya edukasi khusus kepada karyawan masi perlu dilakukan oleh perusahaan, mengingat masi adanya responden yang menilai staf Order Clothing tidak terlatih dalam melayani konsumen.
117
b. Kedisiplinan karyawan Merupakan ketepatan karyawan dalam bekerja. Seperti tepat waktu, melakukan pekerjaan dengan baik, dan tidak “nongkrong” saat jam kerja. Kejujuran dalam bekerja, termasuk dalam disiplin karyawan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pekerja. Adapun maksud dari pertanyaan data penelitian ini adalah utuk mengetahui tanggapan responden mengenai kedisiplinan karyawan Order Clothing dalam melaksanakan tugasnya, khususnya sebagai shopkeeper. Penjelasan mengenai tanggapan responden tersebut dapat dilihat pada tabel 4.33 berikut : Tabel 4.33 Tanggapan Responden Mengenai Kedisiplinan Karyawan (n=50) No 1 2 3
Alternatif Jawaban Disiplin Kurang Disiplin Tidak Disiplin Jumlah
F 23 27 50
% 46 54 100
Sumber : Angket item no 31
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui, bahwa sebagian besar responden menyatakan kedisiplinan karyawan Order Clothing masih kurang disiplin. Artinya, tingkat kedisiplinan karyawan Order Clothing harus ditingkatkan untuk mendapatkan nilai baik dimata konsumen. Ketelatan karyawan pada saat bekerja, dan shopkeeper yang tidak ada di dalam toko saat jam kerja, menjadi alasan konsumen menilai negatif kedisiplinan karyawan Order Clothing. Hal ini menegaskan bahwa pemilik perusahaan harus meningkatkan perhatiannya pada kedisiplinan karyawan demi kebaikan perusahaan.
118
Hasil observasi peneliti dilapangan mengenai kedisiplinan karyawan dalam bekerja seimbang dengan hasil angket dari responden. Kedisiplinan karyawan
Order Clothing kurang disiplin, dalam hal ketepatan waktu, dan
korupsi waktu pada saat bekerja. Jam kerja shopkeeper Order Clothing dimulai pada pukul 09.00 – 15.00WIB untuk shift 1, dan 15.00 – 21.00 WIB untuk shift 2. Namun, pada prakteknya, terkadang shopkeeper datang lebih telat 10 menit sampai satu jam dari waktu yang telah di tentukan. Selain itu, pada saat jam kerja, tak jarang shopkeeper tidak ada di dalam toko, melainkan berada di luar dan berbincang dengan shopkeeper lain. Hal ini terkadang membuat konsumen mengurungkan niatnya masuk ke dalam toko, karena merasa tidak ada yang melayani, dan tentunya, berdampak pada berkuranganya penjualan. Hasil wawancara antara peneliti dengan shopkeeper Order Clothing mengenai kedisiplinan saat bekerja menyatakan, pihak perusahaan memberikan dispensasi waktu hingga 10 menit untuk keterlambatan waktu, apabila terlambat lebih dari 10 menit, gaji shopkeeper untuk hari itu di potong R0.5000,-. Namun, perusahaan kurang tegas dalam menngefektifkan program potong gaji tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari hasil angket, observasi di lapangan, serta hasil wawancara dengan pihak perusahaan mengenai kedisiplinan kerja karyawan Order Clothing, responden menyatakan bahwa karyawan kurang disiplin saat bekerja. Hal ini disebabkan selain individu shopkeeper tersebut, juga kurang konsistennya perusahaan dalam melaksanakan peraturan yang telah dibuat.
119
4.2.2.2.3
Bonus Pembelian Merupakan bonus yang diberikan oleh Order Clothing kepada konsumen
yang membeli produk. Bonus tersebut biasanya berupa souvenir (stiker logo dan merk perusahaan) maupun hasil produksi perusahaan, seperti tas, jaket, dompet, dll. Untuk bonus produk, biasanya diberikan kepada konsumen yang membeli produk dengan partai besar/ grosiran. a. Bonus dari Perusahaan Maksud adari data penelitian ini adalah untuk menjelaskan tanggapan responden mengenai bonus yang diberikan oleh Order Clothing untuk konsumen yang membeli produk, baik satuan maupun grosiran. Penjelasan dari maksud pertanyaan ini, dapat dilihat pada tabel 4.34 di bawah ini : Tabel 4.34 Tanggapan Responden Mengenai Bonus souvenir Order Clothing (n=50) No 1 2 3
Alternatif Jawaban Sering Jarang Tidak Pernah Jumlah
F 27 18 5 50
% 54 36 10 100
Sumber : Angket item no 32
Dari tabel 4.34 tersebut, dapat diketahui, bahwa dominan responden sering mendapatkan bonus souvenir dari perusahaan berupa stiker, mengingat bonus produk hanya diberikan kepada konsumen yang melakukan pembelian grosiran. Konsumen mendapatkan stiker apabila melakukan pembelian terhadap produk yang dijual oleh Order Clothing.
120
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di lapangan mengenai bonus stiker atau produk yang diberikan oleh Order Clothing kepada konsumen, konsumen mendapat fasilitas souvenir gratis berupa stiker berbentuk logo perusahaan, atau merk perusahaan apabila melakukan pembelian produk di shophouse. Adapun free produk biasanya diberikan kepada konsumen yang membeli grosiran, untuk menambah nilai plus perusahaan. Design stiker yang menarik memberi kesan tersendiri kepada konsumen. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan pihak terkait di Order Clothing mengenai bonus untuk konsumen dalam setiap melakukan pembelian produk menyatakan, hal tersebut merupakan salah satu strategi promosi Order Clothing untuk meningkatkan penjualan dan menambah jumlah konsumen. selain itu, memberikan souvenir merupakan bentuk kepedulian perusahaan kepada konsumen yang pada umumnya senang mendapat hadiah. Bonus produk diberikan kepada pembeli grosiran, dengan harapan konsumen dapat menjadi pelanggan tetap Order Clothing, serta merasa puas berbelanja di Order Clothing. Berdasarkan data penelitian yang dimiliki peneliti dari anket, hasil wawancara, maupun hasil observasi di lapangan mengenai bonus yang diberikan Order Clothing kepada konsumen, Order Clothing sering memberikan bonus tertentu
kepada
konsumen
yang
melakukan
pembelian
tertentu,
guna
meningkatkan nilai positif dan melakukan promosi untuk menambah konsumen, akan keberadaan brand Order Clothing sendiri.
121
b. Pengaruh souvenir terhadap pembelian Pertanyaan dari data penelitian ini adalah untuk mengetahui sekaligus menjelaskan tentang tanggapan responden mengenai pengaruh souvenir yang diberikan Order Clothing terhadap pembelian. Penjelasan mengenai souvenir yang diberikan menjadi daya tarik bagi konsumen untuk melakukan pembelian kembali atau tidak, dapat dilihat dari tabel 4.35 di bawah ini : Tabel 4.35 Tanggapan Responden Mengenai Pengaruh Bonus Souvenir terhadap Pembelian (n=50) No 1 2 3
Alternatif Jawaban Mempengaruhi Kurang Mampengaruhi Tidak Mempengaruhi Jumlah
F 35 10 5 50
% 70 20 10 100
Sumber : Angket item no 33
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pemberian souvenir kepada konsumen dapat mempengaruhi konsumen untuk melakukan belanja ulang. Rasa terimakasih perusahaan melalui sebuah stiker membuat konsumen merasa senang berbelanja di Order Clothing. Artinya, kepuasan konsumen bertambah dengan adanya kepedulian kecil dari perusahaan. Dari hasil observasi peneliti di lapangan, mengenai pengaruh bonus souvenir terhadap pembelian, setiap konsumen pasti merespon positif terhadap hadiah ataupun fasilitas geratis sekecil apapun. Konsumen merasa lebih senang berbelanja di tempat yang memiliki daya tarik khusus, seperti Order Clothing yang memberikan souvenir perusahaan kepada siapun yang berbelanja disana. Peneliti mengakui, tidak ada konsumen yang hanya loyal kepada satu produk atau
122
satu brand. Konsumen selalu mencari yang lebih baik, dan lebih menguntungkan. Namun, strategi memberikan stiker berlogo perusahaan bukan ide yang buruk untuk menarik simpati konsumen dapat dikatakan berhasil. Artinya, perusahaan cukup pandai dalam menjaga titik kontaknya dengan konsumen. seperti free stuff yang diberikan kepada pembeli grosiran, akan membuat konsumen tersebut merasa senang dan dihargai. Sehingga, image positif lagi-lagi timbul di benak konsumen terhadap Order Clothing. Hasil wawancara antara peneliti dengan pihak perusahaan, khususnya Marketing Public Relations menyatakan, memberikan free stuff kepada pelanggan grosiran ataupun stiker perusahaan merupakan strategi menjaga titik kontak Order Clothing dengan konsumennya. Selain itu, agar konsumen mampu mengingat dan menjadi alat promosi brand perusahaan itu sendiri. memberikan stiker atau bonus merupakan bentuk rasa terima kasih dari perusahaan karena telah berbelanja dan menggunakan brand Order Clothing. Pihak perusahaan-pun tidak memungkiri, bahwa tidak ada satupun konsumen yang loyal pada satu merk, namun Order Clothing mencoba untuk tetap menjaga stabilitas pembelian dengan memberikan fasilitas tertentu agar konsumen merasa puas. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari angket, hasil observasi peneliti di lapangan, serta hasil wawancara dengan Marketing Public Relations, responden mengaku terpengaruh untuk melakukan pembelian ulang di Order Clothing karena adanya bonus berupa stiker atau free stuff yang diberikan perusahaan. Artinya, perusahaan cukup berhasil menjaga titik kontak dengan konsumen.
123
4.2.2.3 Komunikasi Dengan Konsumen Komunikasi dengan konsumen adalah segala cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperkenalkan produknya, ke khalayak luas melalui mediamedia yang dapat dilakukan untuk berpromosi, baik promosi produk, maupun brand perusahaan sendiri. 4.2.2.3.1
Media Massa cetak Merupakan media massa yang memuat tulisan, gambar, grafik, dan
sejenisnya seperti koran, majalah harian, majalah mingguan, dsb. Dan dapat digunakan sebagai media komunikasi dan promosi antara perusahaan dengan konsumen. a.
Suave Magazine Suave Magazine merupakan majalah edisi distro yang terbit satu bulan
sekali. Isi dari suave Magazine adalah promosi distro-distro yang ada di Indonesia, di antaranya Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta. Pada awalnya, Suave Magazine yang terbit di Bandung hanya memuat distro-distro kota Bandung, namun, seiring berjalannya waktu, distro semakin bertambah dan merambah ke berbagai kota besar Indonesia. Biasanya, Suave Magazine diberikan Cuma-cuma kepada konsumen yang membeli produk distro di Bandung, namun untuk di luar kota, seperti Jakarta dan Yogyakarta, Suave magazine di jual di distro-distro kota tersebut. Pertanyaan dari data penelitian ini adalah untuk mengetahui sekaligus menjelaskan seberapa besar pengetahuan konsumen mengenai majalah suave yang terbit yang terbit satu bulan sekali, mengingat majalah ini tidak di jual bebas dan hanya dapat ditemui di distro- distro yang melakukan promosi di dalamnya.
124
Adapun penjelasan mengenai pengetahuan konsumen terhadap Suave magazine, dapat dilihat pada tabel 4.36 di bawah ini : Tabel 4.36 Tanggapan Responden Mengenai Suave Magazine (n=50) No 1 2 3
Alternatif Jawaban Mengetahui Kurang Mengetahui Tidak Mengetahui Jumlah
F 21 15 14 50
% 42 30 28 100
Sumber : Angket item no 34
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden mengetahui tentang Suave Magazine. Biasanya, Suave Magazine diberikan free kepada konsumen yang berbelanja di distro yang melakukan promosi pasda majalah tersebut. Konsumen biasanya melihat- lihat catalog distro yang ada pada halaman Suave Magazine sebelum berbelanja untuk mengetahui beberapa produk, serta design khas setiap distro. Karenanya, banyak responden mengaku tahu tentang Suave Magazine karena sebelumnya mereka membaca majalah tersebut bahkan memiliki majalah Suave. Konsumen yang mengetahui majalah Suave pada umumnya adalah konsumen yang biasa membeli produk distro untuk keperluan sehari-harinya. Hasil observasi peneliti di lapangan, mengenai suave Magazine sendiri, majalah yang terbit satu bulan sekali ini di stock terbatas oleh supplyer dengan alasan majalah tersebut diberikan Cuma-cuma kepada distro-distro yang khususnya melakukan promosi pada majalah tersebut. Artinya, majalah ini bersifat untuk kalangan terbatas, seperti orang-orang yang berbisnis di bidang
125
distro, atau orang-orang yang biasa berbelanja di distro. Selain orang-orang tersebut di atas, rata-rata konsumen tidak begitu mengetahui majalah tersebut, bahkan cendrung tidak tahu. Mengingat stok Suave Magazine sendiri terbatas, yakni sepuluh majalah untuk setiap distro, maka Order Clothing pun selektif dalam memberikan gratis majalah tersebut kepada konsumen. Order Clothing memilih konsumen luar pulau untuk memberikan bonus majalah sebagai akses promosi dan komunikasi konsumen dengan perusahaan. Hasil wawancara penelti dengan Marketing Public Relations di lapangan menyatakan, promosi melalui Suave Magazine tidak terlalu efektif mengingat sifat dari majalah tersebut yang masih untuk kalangan terbatas, dan kurang bersifat umum. Majalah hanya dapat ditemui di distro-distro tertentu, sementara konsumen di luar perusahaan masih banyak yang belum mengenal dengan baik produk distro. Hal ini membuat Order Clothing mencabut iklannya dari Suave Magazine beberapa tahun lalu, karena menanggap majalah tersebut kurang efektif untuk berpromosi produk maupun brand perusahaan. Berdasarkan data penelitian dari hasil anket, observasi lapangan, dan wawancara peneliti dengan perusahaan, mengenai Suave Magazine, responden dominan
memberikan jawaban mengetahui. Namun demikian, tidak sedikit
responden mengaku kurang mengetahui media Suave Magazine. Terbatasnya stok Suave Magazine serta terbatasnya sifat majalah tersebut membuat Order Clothing menghentikan iklannya di Suave Magazine. Hal ini tentunya berpengaruh kepada pengetahuan konsumen akan produk Order Clothing.
126
b. Pengaruh iklan media cetak terhadap Minat Konsumen Pertanyaan dari data penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh Suave Magazine atau brosur yang dibuat Order Clothing dalam mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian brand Order Clothing. Adapun penjewlasan mengenai seberapa besar pengaruh media cerak tersebut, dapat dilihat pada hasil angket di tabel 4.37 berikut : Tabel 4.37 Tanggapan Responden Mengenai Pengaruh Iklan Media Cetak Terhadap Minat Konsumen (n=50) No 1 2 3
Alternatif Jawaban Berminat Kurang Berminat Tidak Berminat Jumlah
F 20 16 14 50
% 40 32 28 100
Sumber : Angket item no 35
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa presentase terbesar responden mengenai pegaruh media cetak terhadap minat beli konsumen kepada produk perusahaan menyebutkan berminat. Hal ini disebabkan oleh kualitas gambar, maupun kualitas asli produk yang diiklankan. Konsumen yang berminat membeli produk yang ditawarkan umumnya sudah mengetahui kredibilitas perusahaan, karena telah menggunakan produk Order Clothing sebelumnya. Iklan yang dimuat secara jujur, tentunya memacu konsumen untuk melakukan pembelian ulang di shophouse, dan design-design yang dibuat oleh Order Clothing menjadi daya tarik sendiri bagi konsumen, sehingga timbul minat konsumen untuk membeli produk tersebut.
127
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di lapanmgan mengenai pengaruh media cetak yang ada, seperti brosur maupun majalah terhadap minat beli konsumen, iklan cenderung mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian. Minat beli konsumen akan timbul apabila iklan yang ada di kemas menarik dan latar belakang perusahaan diketahui kredibilitasnya. Kemasan produk pada iklan mempengaruhi daya tarik konsumen terhadap suatu produk, dan mempengaruhi penilaian terhadap brand perusahaan. Karenanya, iklan harus bersifat jujur agar berdampak positif kepada masyarakat, dan supaya konsumen tidak dikecewakan dengan kualitas barang yang tidak sesuai dengan iklan. Hasil wawancara yang di lakukan oleh peneliti dengan staf Marketing Public Relations Order Clothing tentang pengaruh media cetak terhadap minat beli konsumen, perusahaan memang kurang memaksimalkan promosi lewat media iklan, hal ini dilakukan untuk menghemat anggaran perusahaan yang dirasa kurang efektif dalam meningkatkan penjualan. Namun demikian, nama besar Order Clothing masi memiliki pengaruh baik di mata konsumen, mengingat masi banyaknya responden yang berminat membeli produk Order Clothing. Berdasarkan hasil anket, observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti mengenai pengaruh media cetak terhadap minat konsumen, konsumen mengaku berminat setelah melihat iklan media cetak karena daya tarik iklan tersebut dan nama besar Order Clothing yang di miliki. Terbukti hingga kini, meskipun intensitas iklan Order Clothing di kurangi, penjualan Order Clothing masi dapat dikatakan stabil.
128
4.2.2.3.2
Media Internet Media internet merupakan jaringan online, yang digunakan perusahaan
untuk melakukan promosi atau mengenalkan produknya kepada khalayak luas. Pemanfaatan internet sebagai sarana promosi perusahaan meliputi media jejaring social (facebook, twitter), website, maupun yahoo messager. a.
Efektifitas Promosi Di Internet Pertanyaan dari data penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sekaligus
menjelaskan mengenai tanggapan responden tentang keefektifan promosi produk yang di lakukan di dunia maya atau internet. Adapun penjelasan mengnai hal tersebut di atas, dapat di lihat pada tabel 4.38 berikut : Tabel 4.38 Tanggapan Responden Mengenai Efektifitas Promosi Di Internet (n=50) No 1 2 3
Alternatif Jawaban Efektif Kurang Efektif Tidak Efektif Jumlah
F 4 28 18 50
% 8 56 36 100
Sumber : Angket item no 36
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa keefektifan promosi di dunia maya atau internet masi kurang efektif. Artinya, responden kurang mengetahui adanya promosi lewat internet, yang disebabkan kurangnya sosiali dari perusahaan akan keberadaan situs resmi Order Clothing, maupun jejaring social yang di miliki oleh Order Clothing. Hal ini tentunya tidak membantu banyak bagi konsumen untuk mengetahui lebih banyak tentang produk perusahaan di dunia maya.
129
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di lapangan mengenai keefektifan promosi atau publikasi produk Order Clothing via online atau internet, responden menjawab kurang efektif, karena pihak perusahaan sendiri tidak terlallu mempromosikan situsnya kepada konsumen. konsumen pembeli satuan (konsumen eceran) cenderung tidak tahu, bahwa Order Clothing memiliki situs khusus untuk promosi, hal ini disebabkan, karena konsumen dan shopkeeper sama-sama pasif dalam bertanya dan memberikan informasi perusahaan yang dapat meningkatkan penjualan. Hasil wawancara yang dilakukan penelti dengan pihak terkait menenai efektifitas media internet dalam publikasi produk, perusahaan kembali menegaskan bahwa, promosi di dunia maya lebih di khususkan untuk pembeli partai besar, mengingat terbatasnya Sumber Daya Manusia yang dimiliki, sementara semua konsumen menuntut untuk dilayani dengan maksimal. Baik konsumen pembeli eceran maupun partai besar. Dengan demikian, ketidak efektifan promosi lewat dunia yang dinilai oleh responden tersebut bersifat subjektif, tergantung siapa yang menjadi konsumen. pada umumnya, konsumen yang biasa membeli via online cendrung terpuaskan dengan adanya publikasi internet karena mempermudah transaksi. Berdasarkan hasil anket, hasil wawancara, serta observasi peneliti di lapangan mengenai keefektifan media internet dalam berpromosi, sebagian besar respnden sebagai konsumen menjawab kurang efektif, karena pada ummnya tidak tahu menahu adanya faasilitas online Order Clothing. Namun, hal itu rupanya
130
salah satu strategi perusahaan agar semua konsumen dapat dilayani dengan maksimal. 4.2.2.3.3
Survei Opini Survei opini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengetahui opini atau tanggapan konsumen tentang pelayanan fasilitas media internet yang ada di perusahaan. a.
Kepuasan Konsumen Terhadap Produk Pertanyaan dari data penelitian ini untuk mengetahui sekaligus
menjelaskan tanggapan konsumen dalam hal kepuasan mereka terhadap produk yang dijual. Apakah memenuhi kebutuhan berbusana, atau sebaliknya. Berikut adalah tabel 4.39 yang menjelaskan tanggapan responden mengenai kepuasan konsumen terhadap produk yang di jual tersebut. Tabel 4.39 Tanggapan Responden Mengenai Kepuasan Terhadap produk (n=50) No 1 2 3
Alternatif Jawaban Memuaskan Kurang Memuaskan Tidak Memuaskan Jumlah
F 22 17 11 50
% 44 34 22 100
Sumber : Angket item no 37
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa, Order Clothing mampu memuaskan konsumennya dalam melegkapi kebutuhan berbusana.Kelengkapan jenis produk Order Clothing membuat konsumen tidak perlu repot untuk mencari semua kebutuhan fesyen sehari-hari. Konsumen merasa puas karena dimanjakan dengan produk yang beragam, serta design dan bentuk yang beragam pula.
131
Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan, mengenai kepuasan konsumen terhadap produk Order Clothing, berbagai macam dan jenis produk Order Clothing membuat konsumen puas. Order Clothing memiliki berbagai macam jenis produk untuk melengkapi kebutuhan dalam berbusana, baik pria maupun wanita. Kelengkapan jenis produk tersebut menjadi salah satu alasan konsumen merasa puas terhadap Order Clothing. Hasil wawancara antara peneliti dengan Order Clothing menyatakan, bahwa kesuksesan perusahaan tidak hanya meliputi kualitas produk ataupun umber Daya Manusianya, tetapi juga kelengkapan dari jenis produk itu sendiri harus diperhatikan guna melengkapi kebutuhan konsumen. Karenanya, Order Clothing menambah koleksi terbarunya setiap minggu dengan design-design yang update dan kualitas bahanyang baik. Sehingga, keloyalan konsumen akan tetap terjaga. Berdasarkan hasil anket dari responden, hasil observasi lapangan, maupun hasil wawancara peneliti dengan pihak-pihak yang berwenang di Order Clothing mengenai kepuasan konsumen terhadap produk menyatakan, bahwa sebagian besar responden merasa puas dengan macam – macam produk yang ada di Order Clothing. Selain karena jenisnya yang beragam, tetapi juga kualitas barangnya yang baik menjadi alasan konsumen menyatakan puas terhadap produk yang
ditawarkan.
produksinya
tepat
Karenanya, waktu,
Order
agar
Clothing
target-target
berusaha penjualan
menyelesaikan terpenuhi,
dan
memaksimalkan fasilitas berupa melengkapi keragaman produk supaya konsumen tidak perlu mencari ke toko lain untuk melengkapi kebutuhan berbusananya.
132
4.2.2.4 Tanggung Jawab perusahaan Tanggung Jawab perusahaan, adalah tanggung jawab yang dimiliki perusahaan terhadap konsumennya. Artinya, Order Clothing memiliki jaminan, bahwa kualitas produk perusahaan adalah baik. 4.2.2.4.1
Jaminan Kualitas Produk Jaminan kualitas produk merupakan jaminan yang diberikan perusahaan
kepada konsumen, berupa barang dapat ditukar apabila barang tersebut rusak. Order Clothing memberikan harga yang sesuai dengan kulaitas barang. a.
Kesesuaian Harga dengan Kualitas Produk Pertanyaan dari data penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menjelaskan tanggapan responden mengenai keseuaian harga produk dengan kualitas produk di Order Clothing. Adapun penjelasannya, dapat dilihat pada tabel 4.40 berikut : Tabel 4.40 Tanggapan Responden Mengenai Kepuasan Terhadap produk (n=50) No 1 2 3
Alternatif Jawaban Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai Jumlah
F 32 18 50
% 64 36 100
Sumber : Angket item no 38
Dari tabel di atas, diketahui bahwa tanggapan responden mengenai kesesuain harga produk dengan kualitas produk tersebut adalah sesuai. Hal ini membuktikan, akualitas produk yang terdapat pada Order Clothing terjamin. Selain itu, konsumen merasa puas, karena terdapat jaminan barang ditukar apabila
133
ada yang rusak (reject), dalam jangka waktu tertentu. Pelayanan ini meyakinkan konsumen bahwa Order Clothing memiliki barang yang berkualitas. Menurut hasil observasi peneliti di lapangan, mengenai keseuaian harga produk dengan kualitas produk, responden sebagian besar menjawab sesuai. Selain itu juga, di lapangan jarang di temukan konsumen yang complain karena kualitas barang yang buruk. Artinya, Order Clothing perlu mempertahankan sekalingus meningkatkan kualitas produk yang sudah ada. Konsumen akan membayar harga berapapun untuk kualitas yang baik. Sebaliknya, perusahaan bertanggung jawab apabila barang yang baru dibeli konsumen rusak karena teknis. Seperti pemasangan kancing yang kurang kencang, resleting lepas, dsb. Karenanya, pelayanan penukaran barang diberlakukan untuk menanggulangi kekecewaan konsumen. Hasil wawancara dengan pihak perusahaan menyatakan, harga yang diberikan Order Clothing sesuai dengan kualitas produk. Selain itu, kesan eksklusif menciptakan kesesuaian harga pada Order Clothing. Artinya, harga yang diberikan perusahaan fleksible, mengingat bahan baku yang berkualitas baik, dan stok yang terbatas. Perusahaan berharap, konsumen merasa puas dengan semua aspek yang ada pada Order Clothing. Berdasarkan hasil angket, hasil observasi lapanga, dan hasil wawancara dengan pihak perusahaan, dominan responden mengakui bahwa harga produk yang ada, sesuai dengan kualitas produk yang dimiliki. Apabila terdapat kerusakan dari perusahaan, konsumen dapat menukarnya dalam jangka waktu tertentu, hal ini dilakukan perusahaan untuk menambah kepuasan konsumen.
134
4.2.2.4.2
Edukasi Karyawan Edukasi karyawan merupakan pembelajaran yang diberikan oleh
perusahaan kepada shopkeepernya agar dapat melayani pelanggan dengan baik. Edukasi ini berupa pemberitahuan mengenai tata cara menyambut konsumen yang datang ke store, tempat menyimpan stok barang, penggunaan program DMS (Distro Management Service), pelayanan via kartu elektrik, kontra bon, serta pelayanan konsumen pembeli grosiran atau beli putus. b. Staf yang Terlatih Pertanyaan dari data penelitian ini adalah untuk mengetahui sekaligus menjelaskan tanggapan responden selaku konsumen mengenai sejauhmana profesionalisme shopkeeper Order clothing dalam melayani pelanggan. Adapun penjelasannya, dapat dilihat pada tabel 4.41 berikut : Tabel 4.41 Tanggapan Responden Mengenai Staf yang Terlatih (n=50) No 1 2 3
Alternatif Jawaban Terlatih Kurang Terlatih Tidak Terlatih Jumlah
F 34 16 50
% 68 32 100
Sumber : Angket item no 39
Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa dominan responden menjawab, bahwa staf Order Clothing terlatih dalam melakukan pelayanan kepada konsumen. konsumen merasa kebutuhannya berbelanja terpenuhi dari segi produk maupun pelayanan ramah yang diberikan shopkeeper.
135
Selain itu, konsumen merasa keingintahuannya akan produk terpuaskan atas informasi yang diberikan shopkeeper. Berdasarkan Observasi yang dilakukan peneliti dilapangan mengenai staf yang terlatih, perusahaan memang tidak memberikan edukasi khusus kepada shopkeepernya, namun shopkeeper Order Clothing melewati masa trainning sebelum menandatangani kontrak dengan perusahaan. hal tersebut dilakukan untuk melewati masa uji coba dan pembelajaran mengenai tugas-tugas shopkeeper di Order Clothing. Pada umumnya, tidak perlu waktu yang lama bagi calon pegawai untuk beradaptasi dengan tugas dan kewajiban sebagai staf Order Clothing. Dengan deminkian, terlatih atau tidak nya seoraang shopkeeper dalam melayani konsumen bukan hanya pengaruh perusahaan, melainkan juga pengaruh Sumber Daya Manusia itu sendiri. Hasil wawancara antara peneliti dengan staf perusahaan terkait menyebutkan, Order Clothing memiliki kualifikasi sendiri dalam merekrerut karyawannya. Hal ini dilakukan agar Order Clothing memiliki karyawan atau staf yang dapat mempertahankan sekaligus meningkatkan kredibilitas Order Clothing sebagai salah satu distro papan atas kota Bandung. Berdasarkan data yang dimiliki peneliti dari hasil angket, hasil observasi di lapangan, dan hasil wawancara antara peneliti dengan perusahaan mengenai keterlatihan shopkeeper dalam melayani pelanggan, responden sebagian besar menjawab terlatih, hal ini karena perusahaan tidak sembarangan dalam merekrut pegawai, karena akan berpengaruh kepada citra perusahaan itu sendiri. namun demikian, perlunya edukasi khusus kepada karyawan masi perlu dilakukan oleh
136
perusahaan, mengingat masi adanya responden yang menilai staf Order Clothing tidak terlatih dalam melayani konsumen. 4.3
Kaitan Analisis Teori S-M-C-R dengan Marketing Public Relations dalam Meningkatkan Loyalitas Konsumen Pada produk Order Clothing Teori S-M-C-R mengasumsikan adanya komunikan yang menyampaikan
pesan secara langsung maupun media tertentu, yakni seseorang yang berusaha mengirimkan pesan, berupa produk yang di promosikan kepada konsumennya, sehingga memberi respon loyal konsumen atas pesan yang disampaikan. S-M-C-R dikenal luas dan dikemukakan oleh David K Berlo, yang dikutip oleh Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, dalam teori S-M-C-R, terdapat empat unsur yang memiliki peranan dan hubungan antara komunikator dengan komunikan, yaitu : “Source (Sumber), Message (Pesan),
Channel
(Saluran),
dan
Receiver
(Penerima)”
(2001:150).
Berdasarkan teori ini, maka peneliti mencoba menganalisis hubungan antara teori dengan judul yang peneliti ambil mengenai Marketing Public Relations dalam Meningkatkan Loyalitas Konsumen pada produk Order Clothing. Source (Sumber) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sumber pesan yang disampaikan kepada komunikan, yakni pihak Order Clothing, khususnya Marketing Public Relations Order Clothing sendiri yang merupakan divisi perusahaan yang berhubungan dengan konsumen selaku komunikan. Message (Pesan) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pesan-pesan yang disampaikan oleh Marketing Public Relations tersebut, melalui komunikasi antarpribadi dengan konsumen di shophouse maupun melalui media-media
137
tertentu dengan promosi, iklan, website, telepon, dan lain sebagainya. Pesan yang disampaikan berupa produk yang ditawarkan, serta program-program perusahaan untuk meningkatkan minat konsumen dalam membeli produk. Channel (Saluran) maksud dari penelitian ini adalah media yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan, dengan maksud, komunikator dapat mengkomunikasikan tujuannya kepada komunikan, adapun saluran yang digunakan oleh Marketing Public Relations Order Clothing antara lain : telepon, internet, media cetak, kontak langsung dengan komunikan. Receiver (penerima) maksud dari penelitian ini adalah orang-orang yang menerima pesan dari komunikator, dengan kata lain, konsumen yang menerima pesan dari Marketing Public Relations yang bertindak sebagai sumber pesan. Penyampaian informasi produk, berupa promosi, ataupun kegiatankegiatan yang dilakukan Marketing Public Relations lainnya diharapkan dapat meningkatkan loyalitas konsumen pada produk Order Clothing. Kegiatan tersebut merupakan strategi perusahaan agar mampu mempengaruhi konsumen supaya membeli produk, sehingga perusahaan bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal dengan bertambahnya konsumen baru, maupun meningkatnya jumlah konsumen yang semakin loyal terhadap produk- produk perusahaan. Marketing Public relations dalam penelitian ini berperan sebagai komunikator yang menyampaikan pesan berupa informasi produk, data-data produk. Prodak merupakan isi pesan yang hendak diberikan komunikator, melalui media internet, ataupun media cetak sebagai media penghubung antara perusahaan dengan konsumennya. Komunikasi tentunya akan berlangsung secara efektif
138
apabila ada perhatian dari komunikan sendiri, yakni respon dari konsumen terhadap informasi yang diberikan perusahaan tersebut. Detelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka munculah efek dari proses komunikasi tersebut, yakni efek loyalitas konsumen itu sendiri pada produk Order Clothing yang ditawarkan. Hasil yang di-inginkan Order Clothing sebagai komunikator kegiatan komunikasi ini adalah meningkatnya loyalitas konsumen terhadap produk-produk yang ada di Order Clothing. Melihat mekanisme kerja proses komunikasi yang ada, peneliti berpendapat bahwa teori yang digunakan telah sesuai dengan maksud kegiatan. Perusahaan menggunakan media tertentu sebagai sarana memberikan informasi produk. Konsumen menjadi tahu mengenai produk maupun perusahaan itu sendiri, sehingga mampu mempengaruhi konsumen tersebut membeli produk yang ditawarkan. Artinya, tujuan dari kegiatan Marketing Public Relations tersebut sudah sudah tercapai, dan selanjutnya diharapkan adanya kegiatankrgiatan yang lebih dapat mengembangkan perusahaan dan meningkatkan loyalitas konsumen itu sendiri. 4.4
Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam kegiatan Marketing Public Relations dalam meningkatkan loyalitas konsumen pada produk Order Clothing Berdasarkan penelitian, analisis anket, observasi di lapangan serta
wawancara peneliti dengan perusahaan, pada pelaksanaan kegiatan Marketing Public Relations dalam meningkatkan loyalitas konsumen pada produk Order
139
Clothing, tidak terlepas dari masalah-masalah yang menghambat kegiatan tersebut. Masalah-masalah tersebut antara lain : 1.
Kurangnya Intensitas promosi mengenai adanya website atau situs-situs resmi Order Clothing di internet, disebabkan kuarnagnya Sumber Daya manusia di bidang promosi dan penjualan, sehingga focus perusahaan tidak dapat dimaksimalkna dengan baik kepada seluruh konsumen. akibatnya, yang mengetahui kemudahan layanan fasilitas transaksi jual beli, umumnya hanya diketahui oleh konsumen yang biasa membeli grosiran, untuk dijual kembali. Selain itu, tidak adanya pelayanan transaksi jual beli retail (satuan) via online membuat konsumen tidak merasa dimudahkan dengan adanya fasilitas online tersebut. Konsumen masih harus di repotkan dengan datang ke shophouse untuk dapat membeli produk yang di maksud. Hal ini tentu saja tidak memberikan efek praktis kepada konsumen yang hendak belanja produk perusahaan.
2.
Masih kurangnya kedisiplinan karyawan saat bekerja. Kurang tegasnya perusahaan dalam menjalankan peraturan membuat karyawan, khususnya shopkeeper sering datang tidak tepat waktu. Kurangnya control terhadap pegawai di store yang lokasinya berbeda dengan lokasi produksi di kantor, serta kurangnya kesadaran individu dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, membuat keterlambatan ini terus berlangsung. Selain itu, korupsi waktu kerja sering sekali dilakukan oleh para karyawan toko, dengan berada di luar toko saat jam kerja, yang mengakibatkan konsumen mengurungkan niatnya untuk kedalam toko yang berdampak berkurangnya
140
penjualan. Namun, sifat merugikan perusahaan ini tidak semata-mata kesalahan dari shopkeeper. Kurang tegasnya pengelola Order Clothing dalam melaksanakan pasal peraturan menjadi sebab karyawannya tidak tepat waktu. 3.
Kurang menariknya penyajian iklan produk Order Clothing. Hal ini menyebabkan, kurangnya respon dari konsumen baru, karena layout iklan website yang terkesan standard dan kurang menarik. Layout yang kurang memiliki daya tarik, tidak menambah nilai terhadap kualitas iklan perusahaan.
4.
Kurangnya jalinan komunikasi dengan konsumen, seperti media massa cetak dan elektronik. Order Clothing kurang mempromosikan produknya secara intensif, hal ini membuat nama besar Order Clothing perrlahan-lahan tidak terlalu terdengar di telinga masyarakat. Melakukan pensiun terhadap iklan pada majalah suave sebagai salah satu alat komunikasi distro dengan konsumennya, merupakan keputusan yang kurang bijaksana, karena tidak dapat menjangkau konsumen baru untuk memperkenalkan brand Order Clothing. Selain itu, adanya situs resmi Order Clothing di media internet juga kurang di sosialisasikan dengan baik.
5.
Masih kurang maksimalnya edukasi karyawan, sehingga tidak sedikit responden yang mejawab staf Order clothing kurang terlatih. Meskipun dominan responden menjawab staf Order Clothing terlatih dalam melayani konsumennya, namun yang menjadi minoritas mengenai kredibilitas staf perusahaan harus diperhatikan, mengingat shop keeper merupakan ujung tombak Order Clothing, yang dapat mempengaruhi konsumennya untuk memberikan nilai positif bagi perusahaan.
141
4.5 Usaha- usaha yang dilakukan untuk mengatasi hambatan- hambatan Marketing Public Relations dalam meningkatkan loyalitas konsumen pada produk Order Clothing Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Marketing Public Relations Order Clothing serta staf yang terkait di Order clotthing, usaha-usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam menangani hambatan –hambatan dalam kegiatan Marketing Public Relations tersebut antara lain : 1. Membagi tugas secara professional, antara staf kantor dengan staf toko, staf di kantor, yang memiliki fasilitas internet, diberi tugas khusus untuk melakukan follow up kepada konsumen-konsumen tertentu, yang berpotensi membeli produk Order Clothing secara geosiran. Sedangkan staf di store, atau shopkeeper di utamakan memaksimalkan pelayanan kepada konsumen yang membeli produk satuan. Hal ini dilakukan agar satu sama lain melakukan konsentrasi terhadap tugasnya masing-masing, dan agar semua konsumen terpuaskan karena terlayani dengan baik, dan tidak ada yang terabaikan. 2. Perusahaan membuat system potong gaji sebagai sanksi kepada shopkeeper atau karyawan yang datang telat ke tempat kerjanya. Pemotongan gaji sebesar Rp.5000,- dilakukan apabila karyawan yang bersangkutan, terlambat lebih dari sepuluh menit dari waktu yang ditentukan. Selain itu, diadakan control mendadak dari pihak pengelola untuk menghindari shopkeeper yang meninggalkan toko pada saat jam kerja. Namun pada pelaksanaannya, hal ini belum berjalan efektif.
142
3. Iklan yang terdapat di website, diberikan informasi sedetail mungkin, agar konsumen merasa puas dari segi kelengkapan informasi, serta memasang banner logo perusahaan sekaligus alamat webite Order Clothing di shophouse agar konsumen yang datang mengetahui situs resmi Order Clothing. 4. Endorsed kepada band-band indie, band local, serta program televisi dilakukan untuk mengimbangi di cabutnya iklan Order Clothing di media cetak bulanan Suave magazine. Endorsement di anggap lebih efektif dalam melakukan promosi produk. 5. Adanya program interview dan training sebagai proses penerimaan karyawan baru. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana kecapakan calon karyawan, sekaligus untuk memberikan pembelajaran kepada calon karyawan melalui training yang bersifat learning by doing tentang tugas dan kewajiban calon karyawan tersebut, serta pengetahuan mengenai informasi produk yang di jual di Order Clothing.
143
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan peneliti di Order Clothing, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran yang dapat bermanfaat dalam pelaksanaan kegiatan Marketing Public Relations. Adapun kesimpulan yang ditarik oleh peneliti dalam penelitian sebagai berikut : 1.
Kegiatan yang dilakukan Marketing public Relations cukup mendapat respon yang baik dari responden. Dari semua kegiatan yang dilakukan, sudah memberikan nilai positif dari konsumen kepada perusahaan, terbukti dari stabilnya penjualan, di tengah persaingan yang semakin ketat.
2.
Semua kendala atau hambatan yang dihadapi oleh Marketing Public relations Order Clothing mengenai intensitas promosi, kedisiplinan karyawan, daya tarik website yang dimiliki, komunikasi dengan konsumen, serta kurangnya edukasi terhadap pegawai perusahaan senantiasa dapat di atasai sebaikbaiknya, sehingga secara keseluruhan, Marketing public Relations dapat menjalankan kegiatannya dengan baik dan di nilai positif oleh responden selaku konsumen Order Clothing.
3.
Usaha-usaha yang dilakukan dalam menghadapi kendala atau hambatanhambatan yang terjadi pada kegiatan Marketing Public relations dinilai baik, karena semua kendala diatasi dengan cermat oleh staf terkait.
144
4.
Pesan atau informasi yang disampaikan pada Marketing Public Relations juga dinilai cukup efektif untuk membangun persepsi masyarakat khususnya konsumen terhadap kualitas produk Order Clothing.
5.
Dari hasil data penelitian yang didapat, baik dari hasil observasi, serta hasil angket menunjukkan bahwa konsumen Order Clothing memberi respon positif atas upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan loyalitas konsumen. Karena penerapan kejujuran perusahaan dalam promosi maupun berproduksi, hal tersebut tentunya memberi efek yang baik kepada perusahaan. Konsumen menjadi loyal terhadap produk perusahaan karena tidak ada unsure menipu, dan perusahaan juga memberikan pelayanan terbaiknya, sehingga pesan atau informasi yang dimaksud oleh Order Clothing tersampaikan kepada konsumen.
5.2 Rekomendasi Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa Marketing Public Relations yang dijalankan oleh Order Clothing dapat meningkatkan Loyalitas Konsumen pada produk Order Clothing. Namun berdasarkan uraian kesimpulan yang dijabarkan sebelumnya, ada beberapa hal yang perlu peneliti sarankan sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan Marketing Public Relations untuk meningkatkan loyalitas konsumen pada produk Order Clothing, sebagai berikut : 1. Sebaiknya, intensitas promosi dalam berbagai media dijalankan semaksimal mungkin dan sesering mungkin, mengingat kemajuan perusahaan salah satunya ditentukan oleh ada atau tidaknya konsumen.
145
2. Sebaiknya, perusahaan melakukan Update berkala terhadap layout website yang dimiliki, agar terlihat lebih menarik, serta tidak terlambat dalam mengupdate produk baru di situs online yang dimiliki, sehingga konsumen tidak perlu datang ke shophouse untuk dapat mengetahui produk terbaru perusahaan. 3. Sebaiknya, pengelola perusahaan dapat bertindak tegas terhadap perusahaan yang lalai saat bekerja, seperti meninggalkan toko saat jam kerja, atau keterlambatan waktu karyawan dari jam yang ditentukan, sehingga menimbulkan efek jera bagi karyawan yang tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. 4. Sebaiknya, program menjalin komunikasi dengan konsumen melalui media cetak maupun internet terus disosialisasikan dan ditingkatkan, mengingat persaingan di industry distro yang semakin ketat, sehingga nama besar perusahaan dapat terus terjaga. 5. Sebaiknya, edukasi terhadap karyawan dilakukan berkala, supaya karyawan, terutama fronliner yang berhubungan langsung dengan konsumen dapat menginformasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan produk secara baik, bila diperlukan. Komunikator yang berhasil adalah komunikator yang mampu menyampaikan pesan-pesannya kepada konsumen, sama hal nya dengan penjual yang mengetahui seluk beluk produk dan perusahaan, kemudian menyampaikan informasi tersebut dengan baik dan jujur, maka konsumen akan terpengaruh untuk membeli produk tersebut. Karenanya, edukasi terhadap karyawan perlu ditingkatkan.