BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Penelitian Kebudayaan merupakan bagian yang tidak terpisahan dari kehidupan manusia, termasuk masyarakat Manggarai Raya Flores Nusa Tenggara Timur yang dilahirkan dan dibesarkan dalam kebudayaan Manggarai Raya. Nilai kebudayaan hidup dan dihidupi bukan oleh orang lain tetapi oleh generasi Manggarai Raya itu sendiri. Jiwa petualang yang ditanamkan para leluhur, membawa generasi Manggarai Raya menyebar keseluruh antero Nusantara. Namun sayang, peradapan modern yang semakin digandrungi oleh generasi muda seolah-olah mengabaikan nilai budaya Manggarai Raya yang begitu estetik dan mengagumkan. Petuah yang terungkap dalam “Muku ca pu’u neka woleng curup, Teu ca ambong neka woleng lako, Ipung ca tiwu neka woleng wentuk, neka koas neho kotar agu neka behas nehu kena”(kesatuan kata, kesatuan langkah dan kesatuan tindakan), seolah-olah hanya kata-kata kias belaka. Bahkan bimbingan dan model yang terdapat dalam istilah Toing, Toming, agu Titong ( nasehat, mengikuti, dan harapan), tidak lagi diikuti generasi sekarang, seolah-olah lupa pada diri kita sendiri. Padahal Proklamator Republik Indonesia telah mengingatkan kepada rakyat Indonesia untuk tidak melupakan daerah yang dikenal dengan sebutan “JAS MERAH“ (Jangan Sampai Melupakan Daerah). Kebudayaan Nusantara adalah puncak dari kebudayaan daerah. Ungkapan tersebut selaras dengan pesan
1 http://digilib.mercubuana.ac.id/
nenek moyang orang Flores: “Neka Okes Kuni Agu Kalo”( jangan lupa tanah kelahiran ). Kecenderungan tersebut menunjukkan bahwa nilai-nilai budaya tradisonal daerah mulai dilupakan, bahkan ditinggalkan. Hal ini perlu segera diantisipasi, karena bukan saja dapat mengikis nilai-nilai budaya daerah yang seharusnya perlu dilestarikan sebagai bagian dari kebudayaan nasional, tetapi juga dapat mereduksi (mengurangi) potensi nilai-nilai budaya daerah yang seharusnya dapat diandalkan sebagai daya tarik wisata daerah. Tari Tradisional ”Permainan Caci” sebagai wujud nyata rasa cinta tanah kuni agu kalo (tanah kelahiran) orang Manggarai, dimana “Permainan Cari” dapat memperlihatkan bagaimana filosofi kehidupan sehari-hari orang Manggarai Raya. Seni tari tradisional merupakan barometer perkembangan seni dan budaya daerah yang perlu dikaji serta mempelajari sebagai landasan kebudayaan nusantara. Tari adalah ungkapan perasaan manusia yang dituangkan lewat gerakgerak indah. Tari adalah sebuah cabang seni yang mengandung dua faktor dasar, yaitu ruang dan waktu. Selain itu, pada hakekatnya seni tari adalah gerak. Seni tari sudah dikenal sejak dahulu kala baik yang digelarkan pada upacara-upacara adat maupun pada acara yang bersifat hiburan belaka. Jenis tari tradisional merupakan tarian yang sudah berlaku sejak masa lampau dan hanya dipakai pada setiap upacara adat lama. Tarian ini biasanya hanya digunakan melalui pagelaran pada saat dilakukan upacara pengambilan gelar adat, pergantian pemimpin adat, perkawinan adat maupun menyambut tamu agung.
2 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Selain tari tradisional, masih banyak obyek-obyek wisata daerah yang layak dikunjungi di Manggarai dan sekitarnya melalui keindahan alamnya. Seni tradisional dan kekayaan alam tersebut tentu saja perlu dipromosikan agar memberikan nilai tambah bagi daerah. Namun, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Manggarai dalam mempromosikan produk-produk wisata yang ada di Manggarai, antara lain: 1. Obyek wisata, baik wisata budaya, wisata alam, wisata laut, maupun wisata transportasi, belum dikelola dan dikembangkan sesuai harapan wisatawan, karena kekurangan sumber daya, terutama sumber daya manusia dan keuangan. 2. Aksesbilitas dari dan ke lokasi obyek wisata masih sangat terbatas. 3. Belum tersedia fasilitas-fasilitas dasar seperti air bersih, MCK, listrik, telepon, dan fasilitas kesehatan di obyek-obyek wisata. 4. Keterbatasan fasilitas penunjang lainnya seperti fasilitas pos jaga/keamanan, pusat informasi pariwisata, papan reklame/informasi pariwisata, peta jalur pariwisata, fasilitas pementasan atraksi seni budaya, museum, kegiatan kepariwisataan dan sarana rekreasi pantai. 5. Kurangnya perhatian Pemerintah Daerah dalam hal mendorong seluruh masyarakat Manggarai Raya agar mengerti arti pentingnya pariwisata bagi kelangsungan hidup masyarakat Manggarai. Kendala-kendala tersebut sering menjadi halangan tersendiri bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sehingga promosi sering dilupakan, tidak hanya pada bidang seni budaya khususnya tari tradisional, tetapi hampir disemua bidang,
3 http://digilib.mercubuana.ac.id/
termasuk obyek-obyek wisata. Padahal, dampak komunikasi visual (promosi) selalu muncul pada dua sisi ambiguitas: keping pertama, sukses pemasaran; sedangkan keping kedua dampak sosial budaya. Munculnya dampak sosial budaya memang sering tidak dipertimbangkan, mengingat peran promosi hanya sekedar “figuran” yang berfungsi mendukung program pemasaran sebuah budaya. Terhadap fenomena semacam itu, program promosi budaya perlu mempertimbangkan dan sekaligus mengantisipasi dampak sosial budaya yang mungkin timbul, sebab kebutuhan akan kualitas hidup yang lebih baik banyak dipicu oleh makin terbukanya komunikasi antar-budaya. Ini menyebabkan masyarakat di suatu wilayah tidak dapat dihambat lagi untuk menerima nilai-nilai yang berbeda dari sistem yang mereka kenal selama ini.Gesekan silang budaya ini kemudian membelalakkan pandangan banyak orang, sehingga merangsang melakukan adaptasi, akulturasi dan adopsi terhadap nilai-nilai seni pada dunia baru. Memang sulit mencapai keselarasan antara dampak sosial dan komersial. Peran yang bagus dari sisi promosi, mungkin menimbulkan dampak seni yang negatif. Sebaliknya, promosi yang berdampak seni positif, mungkin bisa jadi promosi yang kurang efektif bagi pemasaran. Oleh karena itu, promosi yang dapat memadukan kepentingan komersial dan dampak seni, perlu diupayakan. Promosi adalah suatu usaha untuk memperkenalkan suatu produk/jasa kepada masyarakat/konsumen dengan tujuan memasarkan atau menjual, dan strategi promosi merupakan salah satu langkah penting dalam pemasaran dan upaya untuk meningkatkan pertumbuhan usaha. Bagi dunia usaha, strategi
4 http://digilib.mercubuana.ac.id/
promosi ibarat latihan bagi artis untuk mempertahankan atau memperbaiki penampilan maupun prestasi. Tanpa promosi, suatu produk atau jasa akan sulit dikenal dan dinikmati oleh konsumen. Bentuk promosi yang paling signifikan dan mendasar adalah iklan. Banyak contoh perusahaan yang menjadi terkenal karena beriklan, dan meskipun sudah sangat terkenal masih tetap beriklan untuk dapat mempertahankan posisinya, bahkan untuk memperbaiki pencapaiannya. Promosi antara lain juga dapat dimanfaatkan untuk pelestarian budaya. Menurut UNESCO, heritage yaitu sebagai warisan budaya masa lalu, apa yang saat ini dijalani manusia, dan apa yang diteruskan kepada generasi mendatang, dengan kata lain heritage adalah sesuatu yang seharusnya dilestarikan dari generasi ke generasi mengenai sejarah masalah lalu, umumnya karena dikonotasikan mempunyai nilai yang tinggi sehingga patut dipertahankan atau dilestarikan keberadaannya. Sejarah masa lalu mampu membentuk kepribadian bangsa, seperti yang direfleksikan dari suatu kebudayaan nasional. Warisan budaya (heritage) dewasa ini telah mendapat perhatian yang luas. Tumbuhnya kesadaran tentang perlunya penyelamatan warisan budaya yang merupakan bukti sejarah di masa lalu, selain itu terdapat peluang ekonomi pariwisata yang dapat memanfaatkan warisan budaya secara bijak. Hal tersebut melahirkan berbagai upaya
pelestarian,
pengembangan
dan
pemanfaatan
untuk
kepentingan
peningkatan kehidupan masyarakat. Warisan budaya dapat menjadi alat pemberdayaan bagi pihak-pihak yang terkait, yaitu pemerintah selaku pemegang
5 http://digilib.mercubuana.ac.id/
kebijakan politik, pengusaha dalam bidang ekonomi, dan masyarakat sebagai pemilik kebudayaan.1 Bertolak dari urgensi tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan promosi pelestarian dan pengembangan kebudayaan Manggarai Raya Flores Nusa Tenggara Timur, yaitu: ”Permainan Caci“. Permainan Caci merupakan suatu permainan khas yang berasal dari daerah Manggarai Flores Nusa Tenggara Timur.Walaupun tidak diketahui bagaimana asal mula munculnya Permainan Caci, namun masyarakat Manggarai memandang Permainan Caci sebagai warisan budaya leluhurnya, dan karena itu Permainan Caci tetap dilestarikan dari generasi ke generasi. Bagi masyarakat Manggarai, Permainan Caci tidak hanya dipahami sebatas permainan, tetapi juga bagian dari ritus adat yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat Manggarai, diantaranya: Penti (pesta syukur kampung), pesta rumah gendang baru, perkawinan (wagal), pelantikan bupati, tahbisan uskup dan imam, menyambut tamu penting, dan lainlain. Permainan
Caci
termasuk
dalam
klasifikasi
permainan
perang.
Perlengkapan yang digunakan dalam permainan caci mirip dengan nama-nama perlengkapan perang, misalnya perisai, (nggiling, toda), cemeti (alat untuk menyerang kalut, koret), pelindung kepala (panggal), agang dan ndeki (peralatan yang digunakan untuk menghalangi serangan langsung cemeti). Permainan Caci diperankan oleh sepasang laki-laki, dimana dalam permainan secara bergantian kedua penari saling memukul dan menangkis. Dalam suatu permainan caci, bisa 1
Siswanto. Pariwisata dan pelestarian warisan budaya. Balai Arkeologi Yogyakarta, 2007. http://arkeologika.files.wordpress.com/2008/07/08_siswanto_edit. pdf (diakses 05 Mei 2015).
6 http://digilib.mercubuana.ac.id/
dua atau tiga pasang laki-laki yang mempertunjukannya. Perminan Caci diperankan hanya oleh para pria. Peranan kaum perempuan biasanya hanya sebatas memukul gong dan gendang guna mengiringi permainan caci (kelong). Keunikan permainan caci yang menggambarkan filosofi kehidupan orang Manggarai serta keaslian alamnya adalah menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan budaya Manggarai, baik dari sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur rumah adat, dan struktur tata ruang dan lingkungan yang berpotensi untuk dikembangkan sehingga bermanfaat bagi masyarakat Manggarai khususnya dan masyarakat Indonesia umumya dalam bidang pariwisata. Karakteristik budaya yang dimiliki masyarakat Manggarai, misalnya aktivitas masyarakat, karakter alam dan budaya yang unik, memiliki nilai jual kegiatan pariwisata di Manggarai. Dalam optimalisasi yang berkaitan dengan etnotourisme, harus memiliki prinsip-prinsip atau ciri-ciri kedaerahan sebagai daya tarik sehingga tujuan wisatawan dapat terakomodir dengan baik dan dapat memuaskan wisatawan. Berdasarkan pengamatan peneliti, dari sekian banyak wisatawan yang berkunjung ke Manggarai Flores ada wisatawan yang khusus wisatawan budaya dengan motivasi belajar tentang adat istiadat, serta ikut serta dalam ritual keagamaan, bahkan ikut dalam permainan caci dan berbagai kegiatan-kegiatan lainnya. Peluang pariwisata dilihat dari posisi Manggarai Flores Nusa Tenggara Timur cukup besar karena berada pada jalur ”Segi Tiga Emas” Pariwisata dikawasan timur Indonesia, yaitu Bali, Lombok dan Bima disebelah barat, serta
7 http://digilib.mercubuana.ac.id/
tanah Toraja sebelah utara, sedangkan Manggarai berada ditengah-tengah. Posisi strategis ini merupakan suatu keberuntungan bagi masyarakat Manggarai, apalagi kalau dilihat dari perpsektif konsep “berpariwisata secara cerdas,” yaitu upaya untuk membangun sikap berwisata, sekaligus meningkatkan sisi intelektualitas dan rasa nasionalisme wisatawan sehingga mampu mereduksi dampak negatif dari adanya aktivitas wisata. Sikap yang kritis terhadap dampak negatif pariwisata pada warisan budaya dan pada lingkungan telah mendorong usaha yang kreatif untuk masuk dalam wacana saat ini. Karena perubahan sosial yang sangat kompleks dalam proses modernisasi, industrialisasi, dan pembangunan ekonomi yang mengikutinya harus menjadi konteks yang harus dipahami oleh pariwisata.2 Pengembangan dan promosi pariwisata budaya yang ada di Manggarai merupakan suatu daya tarik yang mampu dimanfaatkan sebagai salah satu aspek yang dapat memperbaiki kondisi daerah secara ekonomi. Pada era otonomi daerah Manggarai Flores, pariwisata diharapkan dapat memberikan pembagunan sektor ekonomi yang baik untuk pemerintah dan masyarakat. Hewison menyatakan bahwa diseluruh dunia peninggalan sejarah dan pariwisata mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan. Pariwisata digunakan sebagai alasan ekonomi untuk pelestarian benda-benda artefak dan kehidupan rakyat di mata wisatawan.3 Di tingkat Asia Tenggara, pemanfaatan warisan budaya yang dikaitkan dengan industri pariwisata membuat beberapa negara yang tergabung dalam Association of South East Asian Nations (ASEAN) menandatangani Deklarasi Borobudur yang dilampiri dengan rencana kerja Borobudur Plan of Actions pada 2
Ibid. M.C. Halland J. Page.The Geography of Tourism and Recreation Environment, Place and Space. London: Routledge, 1999, 123.
3
8 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Agustus 2006. Penandatanganan kesepakatan tersebut merupakan rangkaian agenda Simposium Internasional bertema “Jejak-jejak Peradaban” (trails of civilization) yang isinya berupa komitmen untuk mengembangkan pariwisata melalui pengelolaan dan promosi warisan peradaban bersama dalam wujud kerja sama wisata ziarah dan budaya. Banyak negara di dunia yang mengembangkan sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan dan menjadikan aspek budaya negerinya sebagai salah satu andalan daya tarik wisata. Keinginan untuk memanfaatkan warisan budaya sebagai daya tarik wisata mulai muncul tahun 1963 ketika Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan BangsaBangsa (United Nations) mengadakan konferensi tentang “International Travel and Tourism” di Roma. Dalam laporan Konferensi Roma tersebut, UNESCO menyajikan laporan bertajuk The Cultural Factors in Tourism (Aspek-Aspek Budaya dalam Pariwisata), yang isinya selain menekankan pentingnya pariwisata untuk memromosikan perdamaian, persahabatan antar negara, juga menegaskan pentingnya negara-negara untuk melestarikan (preserve) dan mempromosikan (promote) warisan budaya dalam pembangunan ekonominya. Pengenalan warisan budaya ditempuh untuk memperkaya pengalaman wisatawan dan pada saat yang bersamaan keuntungan ekonomi yang diperoleh dari industri pariwisata dapat digunakan untuk meningkatkan program konservasi dan pembangunan budaya.4 Pilihan mengembangkan industri pariwisata dengan memanfaatkan kekayaan warisan budaya dan memanfaatkan hasil industri untuk melestarikan budaya juga menjadi strategi banyak negara. Negeri Cina, Mesir dan Indonesia, dalam 4
Ahimsa-Putra, H.S.Mengembangkan wisata budaya dan Budaya Wisata, Yogyakarta: Puspar, 2004, 96.
9 http://digilib.mercubuana.ac.id/
pengembangan pariwisata masing-masing, juga memanfaatkan warisan budaya, baik dalam pengertian fisik maupun nilai dan gaya hidup untuk memikat wisatawan. Mengingat pentingnya strategi promosi yang efektif dalam mempromosikan (promote) warisan budaya kepada pasar (wisatawan) dalam pembangunan ekonominya, maka strategi promosi menjadi sebuah langkah strategis dalam menyampaikan informasi kepada wisatawan (pasar sasaran) pariwisata. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh dalam bentuk penelitian yang berjudul: ANALISIS PRAKTIK PROMOSI ”PERMAINAN CACI” SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI MANGGARAI RAYA FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR PADA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN PEMDA MANGGARAI RAYA
1.2. Fokus Penelitian Strategi promosi ”Permainan Caci” sebagai daya tarik wisata budaya di Manggarai Raya oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan melalui: perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.
1.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui strategi promosi ”Permainan Caci” sebagai daya tarik wisata budaya di Manggarai Raya oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan melalui: perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.
10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis: sebagai bahan referensi dan informasi bagi penelitian lain serta memperkaya penelitian dalam bidang komunikasi pemasaran dan periklanan. 2. Manfaat praktis: dapat dimanfaatkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Daerah Manggarai Raya dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) melalui sektor pariwisata serta dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat Manggarai. 3. Manfaat Sosial: sebagai salah satu kontribusi pariwisata di Manggarai Raya, secara khusus dan bangsa Indonesia pada umumnya.
11 http://digilib.mercubuana.ac.id/