BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Suatu organisasi, kelompok atau masyarakat tentunya membutuhkan dan memiliki pemimpin. Masyarakat yang ingin berkembang membutuhkan tidak saja adanya pemimpin namun juga bentuk, tipe ataupun gaya kepemimpinan yang mampu mengarahkan bawahannya. Selain itu dibutuhkan pemimpin yang bersedia memfasilitasi kebutuhan dan kepentingan masyarakat, sekaligus menegakkan aturan yang telah disepakati oleh kelompok masyarakat tersebut. Kepemimpinan di setiap organisasi atau perusahaan memiliki peranan penting dalam mencapai tujuan yang diinginkan oleh organisasi atau perusahaan. Dibutuhkan peran dari seorang pemimpin untuk dapat mengarahkan perilaku kerja bawahannya. Berhasil atau gagalnya suatu perusahaan, sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan yang ada. Ini merupakan suatu ungkapan yang mengatakan pemimpinlah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan suatu pekerjaan. Hal ini juga yang memposisikan seorang pemimpin pada kedudukan yang penting dalam suatu organisasi atau perusahaan. Adanya keterbatasan dan kelebihan tertentu yang dimiliki oleh seseorang, menjadikan kepemimpinan dibutuhkan oleh setiap orang. Di satu sisi manusia memiliki keterbatasan kemampuan dalam memimpin (kebutuhan dipimpin), sedangkan di pihak lain ada orang yang memiliki kelebihan
1
memimpin,
sehingga
timbul
kebutuhan
akan
seorang
pemimpin
dan
kepemimpinan. Kepemimpinan didefinisikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok ke arah tercapainya suatu tujuan tertentu (Thoha, 2003;9). Kemampuan menciptakan hubungan berupa pengaruh bagi orang lain, akan menentukan cara yang digunakan orang lain tersebut (karyawan) dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya. Kepemimpinan
memiliki
kemampuan
untuk
mengarahkan,
merencanakan, mengkoordinasikan dan mengontrol perilaku kerja bawahan. Hal ini menjadikan seorang pemimpin memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Untuk dapat mempengaruhi perilaku orang lain agar mau mengikuti sesuai harapannya. Seorang pemimpin dapat menciptakan sistem atau proses organisasi yang sesuai dengan kebutuhan, baik itu kebutuhan individu, kelompok maupun organisasi. Keberhasilan
seorang
pemimpin
dalam
suatu
organisasi
atau
perusahaan, sangatlah tergantung pada perilaku pemimpin tersebut dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinannya. Perilaku pemimpin tampak dari cara pengambilan keputusan, memerintah, memberi tugas, berkomunikasi, memotivasi orang yang dipimpin, membimbing dan mengarahkan, serta cara pemimpin dalam menegakkan disiplin, mengendalikan dan mengawasi pekerjaan bawahannya, menegur dan memberikan sanksi atau hukuman. Oleh karena itu, perilaku
2
kepemimpinan dalam mengimplementasikan fungsi-fungsi kepemimpinan akan memberikan pengaruh yang sangat besar dan bersifat menentukan dalam pengefektifan organisasi untuk mencapai tujuan. Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard mengembangkan teori tentang perilaku atau gaya kepemimpinan situasional (situational leadership theory). Kepemimpinan situasional yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard ini lebih menekankan pada perilaku pemimpin dalam hubungannya dengan bawahan. Dimana gaya kepemimpinan seseorang adalah pola perilaku yang diperlihatkan orang itu pada saat mempengaruhi aktivitas orang lain seperti yang dipersepsikan orang lain (Hersey & Blanchard dalam Dharma; 1992; 114). Gaya
kepemimpinan
situasional
dari
Hersey
dan
Blancard
dikembangkan menjadi empat gaya kepemimpinan yang merupakan kombinasi dari perilaku mengarahkan dan perilaku mendukung (Thoha, 2003; 64). Perilaku mengarahkan dirumuskan sebagai sejauh mana pemimpin dapat melibatkan diri dalam komunikasi satu arah, seperti dengan memberitahukan bawahan apa yang harus
dilakukan,
kapan
dilakukan,
di
mana
melakukan,
bagaimana
melakukannya, dan pemimpin disini melakukan pegawasan secara ketat kepada bawahannya. Perilaku mendukung adalah sejauh mana seorang pemimpin melakukan komunikasi dua arah, misalnya mendengar, menyediakan dukungan, dorongan, memudahkan hubungan dan melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.
3
Keempat gaya kepemimpinan itu adalah Telling Style atau gaya penjelasan dimana, perilaku pemimpin menunjukkan banyak pengarahan dan sedikit dukungan bagi bawahannya, Selling Style atau gaya menjual pemimpin banyak
mengarahkan
bawahannya
dan
banyak
memberikan
dukungan,
Participating Style atau gaya partisipasi pemimpin menekankan pada banyak memberikan dukungan dan sedikit dalam mengarahkan bawahan, dan Delegating Style atau gaya pendelegasian pemimpin memberikan sedikit dukungan dan sedikit pengarahan (Thoha, 2003; 65). Keempat gaya kepemimpinan ini didasarkan pada tingkat kemampuan (kesiapan dan kematangan) bawahan dalam menerima atau menolak pemimpin. Kesiapan dan kematangan menunjuk pada tingkat kemauan dan kemampuan anggota organisasi sebagai bawahan dalam menerima dan menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. Pada intinya teori perilaku atau gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blancard menekankan pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan atau perkembangan para bawahan yang dipimpin. Kemampuan mempengaruhi orang lain yang dicerminkan dari perilaku seorang pemimpin akan mempengaruhi penilaian bawahan terhadap pemimpin yang secara langsung berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Hal ini karena bawahan sebagai anggota organisasi atau perusahaan dapat merasakan gaya kepemimpinan yang diterapkan.
4
Kepuasan kerja adalah suatu efektifitas atau respon emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan. Kepuasan kerja bukanlah suatu konsep tunggal. Seseorang dapat relatif puas dengan suatu aspek dari pekerjaannya dan tidak puas dengan salah satu atau lebih aspek yang lainnya (Kreitner & Kinicki; 2003; 271). Para pimpinan perlu menyadari bahwa semua persoalan mengenai kepuasan kerja bukan saja didasari dengan perlu adanya perubahan pada sistem pekerjaan yang baru, namun dapat juga berasal dari berbagai aspek pekerjaan itu sendiri yang dirasakan oleh karyawan. Seperti kebutuhan yang tidak terpenuhi, harapan akan upah dan kesempatan promosi yang harus diterima oleh karyawan, lingkungan kerja, dan perlakuan secara adil di tempat kerja. Untuk itu pemimpin dapat menemukan dan menentukan suatu gaya kepemimpinan yang dianggap paling efektif sesuai dengan berbagai kondisi lingkungan yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan yang dipimpinnya. Apabila gaya kepemimpinan yang diterapkan tidak tepat dalam arti tidak sesuai dengan kondisi dan situasi dalam organisasi atau perusahaan maka tujuan yang ingin dicapai akan terbengkelai dan karyawan akan merasa tidak puas. Namun sebaliknya, jika gaya kepemimpinan yang diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan yang berada di perusahaan atau organisasi, maka akan tampak sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya. Rumah Sakit Panti Rapih adalah suatu rumah sakit yang mampu menerima rujukan dari rumah sakit lain disekitarnya. Didirikan pada tahun 1929,
5
Rumah Sakit Panti Rapih memandang pasiennya sebagai sumber insipirasi dalam motivasi kerja dengan memberikan pelayanan kepada siapa saja secara professional dan penuh kasih sayang dalam suasana bersyukur kepada Tuhan yang memberikan segalanya Pelayanan professional dengan memperhatikan standar layanan sesuai dengan perkembangan dan ilmu teknologi yang tersedia serta pelayanan dengan tanpa membeda-bedakan pasien diharapkan mampu memberikan kesan berarti bagi pasien yang datang. Karyawan maupun pasien harus dapat merasakan layanan yang ikhlas, jujur dan penuh kasih, sehingga mampu merasakan pengayoman Tuhan sebagai pemberi hidup yang mampu memberikan dengan kasih setia tanpa batas, serta adil dan tidak membedakan umatnya. Falsafah Rumah Sakit Panti Rapih yang mana memandang karyawan sebagai mitra karya dengan memberdayakan karyawan untuk mendukung kualitas kerja dan dengan mewajibkan diri menyelenggarakan kesejahteraan karyawan secara terbuka, proporsional, adil dan merata sesuai dengan perkembangan dan kemampuan. Diharapkan kepuasan kerja karyawan akan meningkat sehingga pelayanan yang diberikan akan semakin maksimal dan pasien juga merasa terpuaskan. Rumah Sakit Panti Rapih diartikan sebagai Rumah Sakit Penyembuhan, dikelola oleh yayasan yang bernama Yayasan Panti Rapih dan jalinan kerjasama dengan suster-suster cinta kasih Santo Carolus Boromeus. Dalam struktur organisasi, rumah sakit ini dipimpin oleh seorang direktur utama yang
6
bertanggung jawab kepada Yayasan Panti Rapih. Dari sistem kepemimpinan rumah sakit ini, diharapkan sasaran utama yang hendak dicapai dapat terwujud, dimana dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna yang sebaik mungkin dengan biaya terjangkau. Terlepas dari hal tersebut diatas, dalam penelitian yang dilakukan oleh M. Anwar dan Rr. Sri Handayani Wahyuningsih yang mengamati ciri kepemimpinan, faktor situasional dan kepuasan kerja ditemukan adanya pengaruh signifikan dari ciri pemimpin terhadap kepuasan kerja. Dikatakan bahwa faktor kepemimpinan memiliki kekuatan menstimuli kinerja bawahan dengan ciri spesifik yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi, hal ini akan mendorong terciptanya kepuasan kerja (Anwar dan Wayuningsih, 2004). Dari sini penulis
tertarik
KEPEMIMPINAN
untuk
membuat
HERSEY
skripsi DAN
dengan
judul
BLANCHARD,
“GAYA SERTA
HUBUNGANNYA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA”.
1.2. Rumusan Masalah 1. Gaya kepemimpinan Hersey dan Blanchard manakah yang digunakan dalam kepemimpinan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta ? 2. Bagaimana hubungan antara gaya kepemimpinan Hersey dan Blanchard yang digunakan dengan kepuasan kerja karyawan ?
7
1.3. Batasan Masalah 1. Penelitian hanya ditujukan kepada karyawan administrasi kantor dari Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta 2. Gaya
kepemimpinan
adalah
cara
seseorang
menjalankan
peranan
kepemimpinannya, dengan memberikan sifat kepada pendekatan dalam memimpin orang (Amstrong; 1994;101) 3. Obyek gaya kepemimpinan adalah sistem kepemimpinan kolektif di Rumah Sakit Panti Rapih. 4. Gaya kepemimpinan yang diteliti adalah gaya kepemimpinan Hersey dan Blanchard. Gaya kepemimpinan ini antara lain meliputi : - Telling style atau gaya penjelasan. Disebut telling, karena dalam penggunaan gaya ini ditandai oleh adanya komunikasi satu arah. Pemimpinlah yang merumuskan atau menetapkan peran pengikut. Gaya ini diperlukan karena bawahan masih rendah tingkat kematangannya. - Selling style atau gaya menjual. Disebut selling, karena dalam penggunaan gaya ini sebagian besar pengarahan masih dari pemimpin, tetapi pemimpin sudah mencoba memberi kesempatan komunikasi dua arah, dan memberikan pula dukungan emosi-sosial, supaya pengikut dapat memahami apa yang mereka putuskan untuk dikerjakan. - Participating style atau gaya partisipasi. Disebut participating, karena dalam penggunaan gaya ini baik pemimpin maupun bawahan bersama-sama terlibat dalam pembuatan keputusan melalui komunikasi dua arah.
8
- Delegating style atau gaya pendelegasian. Disebut delegating, karena dalam penggunaan gaya ini pengikut diberi kesempatan secara luas untuk melaksanakan sendiri tugasnya menurut kemampuan dan kemauannya, sedangkan pemimpin sendiri cukup melakukan pengawasan saja. 5. Kepuasan kerja adalah suatu efektifitas atau respon emosional terhadap berbagai segi dari pekerjaan seseorang (Kreitner & Kinicki; 2003; 271). Karyawan yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi akan memandang pekerjaannya sebagai hal yang menyenangkan. Berbeda dengan karyawan yang memiliki kepuasan kerja rendah, ia akan melihat pekerjaannya sebagai hal yang menjemukan dan membosankan, sehingga karyawan tersebut bekerja dalam keadaan terpaksa. Item-item Minnesota Satisfaction Quetionaire (MSQ) yang terseleksi untuk mengukur kepuasan kerja antara lain : a. Pengakuan Pengakuan disini berupa penghargaan yang diterima karyawan atas pekerjaan yang telah dilakukan b. Kompensasi Kompensasi adalah merupakan bayaran yang diterima oleh seseorang yang sesuai dengan pengharapan mereka. c. Pengawasan Pengawasan yang dimaksudkan disini berupa cara karyawan diamati ketika melakukan pekerjaannya.
9
d. Hubungan Hubungan merupakan interaksi yang terjadi diantara sesama karyawan maupun karyawan dengan pimpinan, karena kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial.
1.4. Tujuan Penelitian 1. Untuk melihat gaya kepemimpinan Hersey dan Blanchard mana yang diterapkan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara gaya kepemimpinan Hersey dan Blanchard yang digunakan dengan kepuasan kerja karyawan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak yang berkepentingan, antara lain : a. Bagi perusahaan Memberikan sumbangan pemikiran atau sebagai bahan pertimbangan atau masukan bagi perusahaan guna mengevaluasi mengenai peran gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan.
10
b. Bagi universitas Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan informasi untuk penelitian selanjutnya dan sebagai tambahan referensi perpustakaan UKDW. c. Bagi penulis Untuk menerapkan teori yang selama ini diperoleh di bangku kuliah khususnya di bidang manajemen personalia. d. Bagi disiplin ilmu Memberikan sumbangan berupa wacana pengetahuan yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja karyawan.
1.6. Hipotesis Berdasarkan permasalah di atas penulis mengembangkan hipotesis yang berdasarkan pada saat penelitian sebagai berikut : 1. Ke empat gaya kepemimpinan Hersey dan Blanchard diterapkan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. (telling style, selling style, participating style, delegating style) 2. Ada hubungan antara gaya kepemimpinan Hersey dan Blanchard yang digunakan dengan kepuasan kerja karyawan.
11
1.7. Metodologi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini adalah studi kasus yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap obyek karyawan yang terbatas sehingga dalam penarikan kesimpulannya nanti hanya berlaku pada obyek yang diteliti. 2. Sumber Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari responden yaitu hasil penelitian melalui kuesioner yang disebarkan kepada para bawahan mengenai gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja. Data sekunder adalah data yang sudah ada di perusahaan yang berupa sejarah perkembangan perusahaan 3. Metode Pengambilan Sampel a. Populasi yang dimaksud disini adalah keseluruan karyawan administrasi yang bekerja pada kantor dari Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. b. Sampel adalah sebagian populasi yang menjadi sumber banyaknya data atau besarnya data dalam suatu penelitian dan di anggap bisa keseluruhan populasi. Tujuan sampel untuk memperoleh keterangan mengenai obyek yang diamati dari populasi. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel karyawan administrasi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
12
4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan penyebaran kuesioner. Dimana akan dilakukan pengumpulan data melalui pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun dalam suatu daftar untuk diisi oleh responden. Kemudian dikumpulkan kuesioner yang telah diisi untuk dianalisis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan 2 macam kuesioner yaitu : a. Kuesioner kelompok satu terdiri atas pertanyaan-pertanyaan mengenai gaya kepemimpinan Hersey dan Blanchard. Pemberian bobot nilai pada kuesioner yang dibagikan kepada setiap responden dengan menggunakan skala likert, karateristik skor yang digunakan tersebut adalah Sangat setuju diberi bobot nilai lima (5), Setuju diberi bobot nilai empat (4), Agak setuju diberi bobot nilai tiga (3), Tidak setuju diberi bobot nilai dua (2), dan Sangat tidak setuju diberi bobot nilai (1) b. Kuesioner kelompok dua terdiri atas pertanyaan-pertanyaan tentang kepuasan kerja karyawan. Dalam penelitian ini variabel kepuasan kerja diukur dengan menggunakan 10 item pertanyaan dari The Minnesota Satisfaction Questionare (Kreitner & Kinicki; 273; 2003). MSQ adalah suatu instrument penelitian yang sering digunakan dalam beberapa penelitian mengenai kepuasan kerja. Pertanyaan terdiri dari 10 item yang telah dikembangkan dengan rentang jawaban yang disediakan adalah antara 1 sampai 5. Nilai 1 berarti responden sangat tidak puas terhadap
13
dimensi kepuasan yang tercermin dalam pertanyaan, dan nilai 5 berarti sangat memuaskan.
1.8. Metode Analisis Data 1. Analisis Validitas Validitas adalah suatu alat ukur untuk mengukur sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Sutrisno Hadi; 1991 :23). Rumus yang digunakan :
r=
n(∑xy) − (∑x∑y) [n∑x2 − (∑x2 )] [n∑y2 − (∑y2 )]
Dimana : r : koefisien korelasi setiap pertanyaan atau item x : skor atau nilai setiap pertanyaan y : skor total nilai dari setiap pertanyaan atau ietm n : jumlah sample (responden) Taraf signifikan (α) 5 % = 0,05. Apabila r hitung > r table, maka kuesioner sebagai alat ukur akan dikatakan valid. 2. Analisis Reliabilitas Analisis reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran itu dapat memberi hasil yang relative tidak berbeda bila dilakukannya terhadap obyek yang sama untuk mengukur reliabilitasnya,
14
penulis
menggunakan
teknik
belah
dua
(ganjil-genap),
yaitu
mengelompokkan skor butir bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan kelompok skor bernomor genap sebagai belahan kedua. Langkah selanjutnya adalah mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua yang diperoleh dengan koefisien Korelasi Spearman Brown (Umar, 2000:199) rbb =
Rumus :
2(rxy ) 1 + rxy
Dimana : rbb
= koefisien
reliabilitas item ganjil-genap
rxy = koefisien korelasi antara item bernomor genap dan item bernomor ganjil Taraf nyata (α) = 5 %. Apabila r hitung > r tabel, maka berarti kuesioner sebagai alat ukur dalam penelitian ini telah reliabel. 3. Analisis Persentase Penggunaan analisis prosentase ini bertujuan untuk mengetahui profil responden yang memiliki alternative yang ada dengan responden secara keseluruhan (Winarsunu 2002;22). Rumus : P =
y x100 % n
15
Dimana : P
: nilai persentase
x
: jumlah data berdasarkan profil responden
N
: jumlah data keseluruhan
4. Analisis Korelasi Rank Spearman Untuk melihat apakah ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja karyawan, maka digunakan analisis korelasi rank spearman, korelasi ini merupakan ukuran atas kadar atau derajat hubungan antara data yang telah disusun menurut peringkat atau rankingnya. Koefisien korelasi spearman (rs), dihitung dengan rumus korelasi rank spearman (Santoso, 2001; 242). Dengan rumus :
rs = 1 −
6∑ d 2 n(n 2 − 1)
Dimana : rs = koefisien korelasi d = menunjukkan perbedaan ranking antara variabel yang diteliti n = jumlah pasangan x dan y dalam data 6 = bilangan konstan Langkah-langkah dalam menghitung rank korelasi : 1. Menyusun data berdasarkan rangking, apabila ada rangking yang sama maka rangking ditentukan berdasarkan rata-ratanya.
16
2. Menghitung perbedaan rangking untuk masing-masing data (d) dan mengkuadratkan hasilnya (d2) dan menjumlakan hasilnya. 3. Masukan ke dalam rumus korelasi rank spearman (rs) Uji signifikansi : Untuk menguji signifikansi korelasi (hubungan) antara gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja karyawan digunakan prosedur pengujian sebagai
berikut (Supranto; 1992; 339):
1. Hipotesis - Ho : kedua variabel tidak ada hubungan satu dengan lainnya. - Hi : kedua variabel ada hubungan yang signifikan satu dengan lainnya 2. Dasar pengambilan keputusan : a. Dengan memperbandingkan t hitung dengan t tabel Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak b. Dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan : Probabilitas > 0,05 maka Ho diterima Probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak 3. Keputusan Membandingkan t hitung dengan t table a. Mencari t hitung :
t = rs
n −1 2 1 − rs
17
b. Mencari t tabel Dengan tingkat kepercayaan 95 % dan tingkat signifikansi 5 % dilakukan uji dua sisi
Ho diterima Ho Ditolak ttable
Ho Ditolak ttabel Kurva Normal
I.9. Sistimatika Penulisan BAB I. Pendahuluan, Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, metode penelitian, metode analisis data dan serta sistimatika penulisan. BAB II. Landasan teori, Bab ini yang akan dibahas adalah mengenai landasan teori yang dipakai sebagai dasar penelitian yang berhubungan dengan gaya kepemimpinan Hersey dan Blanchard dan kepuasan kerja. BAB III. Gambaran umum perusahaan, Bab ini berisi tentang gambaran umum perusahaan meliputi ; sejarah dan perkembangannya, struktur organisasi. BAB IV. Pembahasan, Bab ini membahas analisis data dengan menggunakan analisis penggujian validitas dan reabilitas kuesioner, analisis korelasi rank spearman BAB V. Kesimpulan dan saran
18