BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Luka bakar merupakan salah satu aspek yang dapat menurunkan nilai estetika dari penampilan individu, yang disebabkan karena pasien luka bakar sering sekali harus menerima bekas luka fisik baik hipertropik maupun keloid yang umumnya bersifat permanen (Miller et al., 2007). Menurut Morison (2004), pembentukan jaringan parut hipertropik pada luka bakar disebabkan oleh proses inflamasi dan proses re-epitelisasi luka yang berkepanjangan, proliferasi berlebih dari fibroblas, serta terjadinya degradasi kolagen yang melibatkan fase penyembuhan luka bakar (Farquhar, 1992). Sehingga dengan memaksimalkan fase penyembuhan luka bakar, pengobatan luka bakar dan pencegahan jaringan parut hipertropik dapat dioptimalkan. Obat standar yang umum digunakan dalam penanganan awal luka bakar adalah berupa sediaan topikal yang hanya mengandung antibiotika. Salah satunya berupa antibiotika silversulfadiazin, yang hanya bekerja pada fase inflamasi (Atiyeh et al., 2006). Pengobatan topikal dengan krim silver sulfadiazin dilaporkan memiliki efek toksisitas, dapat menghambat peran fibroblas dalam proses penutupan luka dan dapat menyebabkan leukopenia selama minggu pertama setelah cedera (Dzulfikar, 2012; Thomas et al, 2009). Selain itu, pengembangan pengobatan luka bakar dengan bahan alam juga telah banyak dilakukan. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan pengujian aktivitas terhadap ekstrak etanol 95% kulit buah manggis, ektrak etanol 70% daun
binahong dan ekstrak etanol 70% herba pegagan kepada tikus yang diinduksi oleh luka bakar. Sediaan cold cream dengan 10% ekstrak etanol 95% kulit buah manggis yang diberikan kepada tikus yang diinduksi luka bakar secara hispatologis mampu menurunkan infiltrasi sel radang serta meningkatkan pembentukan kolagen secara signifikan (Puspitasari, 2013). Ekstrak etanol Garcinia mangostana memiliki aktivitas antioksidan yang cukup signifikan dibandingkan ekstrak Houttuynia cordata, Eupatorium odoratum, serta Senna alata (Chomnawang et al., 2007). Secara in vivo γ-mangostin yang terkandung dalam ekstrak kulit manggis diketahui dapat menghambat terjadinya inflamasi dan udema pada tikus yang diinduksi karagenan (Nakatani et al., 2004). Kandungan triterpenoid dan saponin yang terkandung didalam ekstrak etanol 70% binahong diduga mampu mempercepat proses penutupan luka dan epitelisasi melalui kemampuannya dalam memproduksi faktor I kolagen yang bertanggung jawab dalam proses penutupan luka (Miladiyah and Bayu, 2012), serta meningkatkan granulasi jaringan dan kepadatan kolagen (Karismawan, 2013). Pemberian 1% ekstrak etanol 70% herba Centella asiatica pada tikus yang diinduksi luka bakar telah terbukti mampu mencegah pembentukan bekas luka hipertropik dan keloid pada hari ke 7 – 28 (Astiti, 2013). Morisset et al. (1987) melaporkan bahwa asiaticoside yang merupakan kandungan utama Centella asiatica dapat menurunkan terjadinya fibrosis pada luka sehingga mampu mencegah pembentukan bekas luka hipertrofik dan keloid.
Ketiga kombinasi ekstrak tersebut telah diformulasikan kedalam sedian topikal bentuk cold cream yang mampu mengobati luka bakar sekaligus mencegah pembentukan bekas luka hipertropik dan keloid akibat luka bakar. Setiap sediaan topikal yang beredar wajib memenuhi standar atau persyaratan mutu keamanan dan kemanfaatan sesuai dengan perundang-undangan (Menkes RI, 2010). Uji keamanan dilakukan mencangkup pengujian dari bahan baku atau produk akhir. Penggunaan sediaan topikal dan penggunaan produk bahan alam diketahui dapat menimbulkan dermatitis kontak iritasi, dermatitis kontak alergi dan fitofotodermatitis (Almeida et al., 2008; Asmara, dkk., 2012). Sehingga pengujian efek iritasi kulit dari bahan baku atau produk akhir sediaan topikal merupakan elemen penting dari prosedur keamanan sediaan topikal (Robinson dan Perkins, 2002). Terdapat beberapa metode pengujian iritasi kulit seperti pengujian pada kelinci sebagai hewan coba ataupun secara in vivo dengan menggunakan model kulit yang terdiri dari dermis dan epidermis. Namun, fisiologis kulit kelinci yang tidak sama dengan kulit manusia menyebabkan beberapa senyawa bersifat sangat toksik pada kulit kelinci dari pada kulit manusia. Selain itu, pendekatan baik secara in vivo maupun in vitro yang dikalibrasi terhadap data manusia sering kali tidak sesuai dengan keadaan manusia (Basketter et al., 2012; Costin et al., 2009). NASCR (National Academy of Sciences and Committee for the Revision) menganjurkan aplikasi tunggal uji tempel 4 jam untuk menguji iritasi pada kulit manusia. Pengujian iritasi dilakukan selama empat jam (human 4-hour patch test) untuk menghindari respon iritasi yang lebih besar dari iritasi ringan. Keuntungan
human 4-hour patch test adalah hasil yang sangat akurat dalam penentuan iritasi kulit dan dapat digunakan untuk identifikasi iritasi dari zat tunggal maupun campuran dalam formulasi (Basketter et al., 2012). Berdasarkan latar belakang di atas, maka pada penelitian ini dilakukan uji iritasi sediaan cold cream kombinasi ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.), daun binahong (Anredera cordifolia), dan herba pegagan (Centella asiatica) sebagai sediaan topikal antiluka bakar dengan metode human 4-hour patch test. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana hasil uji iritasi sediaan cold cream kombinasi ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.), daun binahong (Anredera cordifolia), dan herba pegagan (Centella asiatica) sebagai sediaan topikal antiluka bakar?
1.3 Tujuan Penelitian Mengetahui hasil uji iritasi sediaan cold cream kombinasi ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.), daun binahong (Anredera cordifolia), herba pegagan (Centella asiatica) sebagai sediaan topikal antiluka bakar.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman penulis mengenai metode penilaian derajat iritasi sediaan cold cream kombinasi ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.), daun binahong (Anredera
cordifolia) dan herba pegagan (Centella asiatica) sebagai sediaan topikal antiluka bakar. 1.4.2 Bagi Industri Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan mengenai pengujian keamanan sediaan cold cream kombinasi ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.), daun binahong (Anredera cordifolia) dan herba pegagan (Centella asiatica) sebagai sediaan topikal antiluka bakar. 1.4.3 Bagi Masyarakat Dapat memperkirakan resiko iritasi dalam penggunaan cold cream kombinasi ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.), daun binahong (Anredera cordifolia) dan herba pegagan (Centella asiatica) sebagai sediaan topikal antiluka bakar.