BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang masalah Perkembangan merupakan suatu pola perubahan sejak pembuahan dan terus
berlanjut
selama
rentang
kehidupan
individu,
(Santrock
2007).
Perkembangan anak meliputi beberapa aspek perkembangan, salah satu aspek yang penting dalam perkembangan anak adalah perkembangan bahasa. Perkembangan bahasa merupakan salah satu dari perkembangan tahapan anak yang seharusnya diperhatikan oleh guru dan orangtua karena manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Bahasa adalah salah satu alat untuk berkomunikasi. Dengan bahasa seseorang dapat menyampaikan perasaan atau mengekspresikan keinginnya. Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005) dan MacWhinney, (1999) bahwa bahasa adalah simbol atau dari suatu ide atau suatu pemikiran seseorang yang ingin dikomunikasikan oleh seorang dan diterima oleh orang lain melalui bahasa yang diucapkan. Sehingga bahasa dapat digunakan anak untuk berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya dan untuk bertukar pikiran kepada orang lain. Pada masa sekarang, anak usia dini dengan cara berbahasanya sangat terpengaruh oleh berbagai macam faktor salah satunya seperti di lingkungan keluarga. Dalam perkembangan bahasa anak di dunia pendidikan, pendidik harus mengajarkan tentang cara berbahasa yang jelas sehingga anak dapat mengerti dengan benar tentang sesuatu yang harus diungkapkannya dan dapat 1
mengembangkan kata-kata menjadi suatu kalimat yang benar. Dengan adanya faktor yang muncul maka perlu ditingkatkan lagi penerapan berbahasa yang jelas kepada anak sehingga anak berani untuk menyatakan keinginannya sendiri tanpa dibantu oleh orang terdekatnya seperti orangtua atau pendidik artinya anak diberi kesempatan untuk berbicara sendiri. Menurut Christiana Hari Soetjiningsih (2012) bahwa kemampuan bahasa dipengaruhi oleh usia pra sekolah sekitar 3%. Pada umur 5-6 tahun perkembangan anak masih mempunyai permasalahan pada perkembangan bahasa. Oleh sebab itu sangat penting bila diberikan pelatihan melalui bermain peran untuk mengembangkan berbahasa anak sehingga dapat menambah kosa kata yang baru. Di antara 20 anak di Kelompok B Kristen 03 Eben Haezer Salatiga, ditemukan beberapa anak sudah mampu berbicara tetapi masih belum maksimal misalnya saat menjawab pertanyaan orang lain kalimat yang diucapkannya terputus-putus seperti: kata ya dan tidak dan dilanjutkan dengan menggelengkan atau menganggukan kepala, artinya anak hanya menjawab berdasarkan pertanyaan yang diajukan oleh guru. Terdapat 12 orang anak (60%) yang mengalami masalah kemampuan berbahasa yang masih belum maksimal. Beberapa anak tersebut kurang mampu menjawab pertanyaan sederhana, mereka lebih suka menjawab dengan menganggukan kepala atau jawaban ya atau tidak. Selain itu, beberapa anak tidak mampu menyampaikan pesan secara sederhana dan tidak mampu menceritakan pengalaman atau kejadian yang dialaminya secara sederhana. Salah satu faktor penyebab rendahnya kemampuan berbahasa anak, disebabkan oleh proses pembelajaran bahasa khususnya pada lingkungan sekolah, saat anak 2
mengikuti pembelajaran di sekolah dikarenakan guru juga kadang berbicara bahasa dengan kata-kata yang terputus-putus seperti makan (ma’am). Dari uraian diatas adapun indikator yang diambil peneliti untuk dijadikan penilaian pada anak usia 5-6 tahun yang harus dicapai yaitu; anak menjawab pertanyaan yang lebih kompleks (anak dapat menjawab pertanyaan dari teman sebayanya), menirukan kalimat yang sederhana (anak mampu mengungkapkan kalimat yang didengarnya) dan menceritakan pengalaman atau informasi tentang sesuatu hal (anak dapat menceritakan kembali tentang peran yang dimainkannya). Diharapkan menggunakan metode bermin peran akan membantu anak dalam melatih dan mengembangkan kemampuan berbahasanya. Akibat dari masalah kemampuan bahasa tersebut, Christiana Hari Soetjiningsih (2012) berpendapat bahwa kemampuan berbahasa pada masa kanak-kanak harus diatasi sejak dini dikarenakan akan sangat berpengaruh pada perkembangan sosial anak, dimana anak mengalami kesulitan dalam berteman dan bergaul dengan orang lain, serta rasa malu saat anak dewasa nanti. Kemampuan komunikasi adalah salah satupenyampaian informasi kepada orang lain. Guru berkomunikasi bersama anak dengan berbagai cara seperti melalui perkataan. Berkomunikasi dengan anak haruslah dengan cara yang tepat supaya anak dapat mengerti dengan apa yang akan kita sampaikan. Menurut Catron dan Allen (1999) bermain dapat meningkatkan komunikasi anak. Dari penelitian ini, peneliti menggunakan metode “bermain peran”, karena dengan bermain peran anak akan mencoba untuk menyatakan keinginannya kepada orang lain, bermain peran juga dapat mengembangkan 3
berkomunikasi anak karena ketika anak bermain anak akan mengeluarkan ide-ide didalam dirinya. Anak mengekspresikan pengetahuan yang dia miliki dan sekaligus anak mendapatkan kosakata baru yang diekspresikan lewat bermain yang menyenangkan. Menurut Moritz Lazarus pada abad 19 (dalam Suyanto 2005) bahwa bermain peran adalah salah satu bentuk pembelajaran, dimana peserta didik ikut terlibat aktif memainkan peran-peran tertentu. Bermain pada anak merupakan salah satu sarana untuk belajar. Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, anak berusaha untuk berbicara dan mendapatkan kata-kata yang baru, sehingga dari pengalaman yang didapatkan dapat menambah kosa kata baru. Adanya metode bermain peran maka akan membantu guru dalam mengembangkan perkembangan berbahasa anak. Sehingga bahasa anak dapat berkembang dengan cepat. Dengan demikian, anak dapat berbicara dengan lebih dari beberapa kata kepada teman sebanyanya maupun orang lain. Bermain peran yang diterapkan bagi anak akan meningkatkan berbahasa (berbicara) anak. Menurut Docket dan Fleer (2000) bermain adalah kebutuhan bagi anak sehingga dapat meningkatkan kemampuannya. Sebab bermain adalah dunia anak, maka anak akan senang bila disekelingnya ada alat permainan yang banyak. Alangkah baiknya jika anak bermain dengan teman sebayanya sehingga anak mampu berinteraksi melalui berkomunikasi. Bermain peran sangat cocok untuk anak, dengan menggunakan permainan bermain peran pendidik dapat mengawasi anak, sehingga pada saat anak berbicara dengan bahasa yang terputus-putus, pendidik dapat mengulangi bahasanya kemudian anak menirukan. 4
Dalam bermain peranterdapat 2 metode bermain peran mikro dan metode bermain makro dapat dilihat dari jenisnya menurut Erikson (1963) yaitu metode bermain peran mikro anak memainkan peran menggunakan benda-benda kecil, seperti binatang-binatang dan orang-orangan kecil. Metode bermain peran makro anak menjadi tokoh dan menggunakan alat-alat yang besar, seperti baju dan lainlain. Berdasarkan penjelasan tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berbahasa Anak Melalui Metode Bermain Peran Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk B Kristen 03 Eben Haezer Salatiga”.
1.2. Rumusan masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah Apakah bermain peran dapat meningkatan kemampuan berbahasa anak di TK B Kristen 03 Eben Haezer Salatiga?
1.3. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak di TK B Kristen 03 Eben Haezer Salatiga melalui bermain peran.
5
1.4. Manfaat penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah 1. Secara teoritis Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan sebagai kajian bersama mengenai upaya untuk meningkatkan bahasa anak menggunakan metode bermain peran di TK B Kristen 03 Eben Haezer Salatiga, sehingga dapat dijadikan sumber informasi dalam dunia pendidikan. 2. Sedangkan secara praktis a) Untuk siswa merasa senang dalam kegiatan bermain peran karena dapat berperan langsung menjadi karakter orang lain. Di samping itu dalam bermain peran, melalui berinteraksi anak mudah dalam berkomuikasi dengan jelas. b) Untuk orangtua dapat digunakan sebagai pemahaman dan gambaran bagi orangtua maupun pendidik dan menerapkan peningkatkan kemampuan bahasa anak menggunakan metode bermain peran di TK B Kristen 03 Eben Haezer Salatiga. c) Untuk guru dapat menjadi masukan bagi pendidik disekolah untuk lebih memperhatikan cara berbahasa anak dengan jelas. Sehingga dapat
meningkatkan
kemampuan
maksimal.
6
berbahasa
anak
dengan