BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang memiliki pemikiran dan pendapat berbeda-
beda, atau biasa disebut dengan makhluk multidimensi. Perbedaan ini menyebabkan manusia terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk individu, sikapnya lebih mendahulukan dan mementingkan kesenangan diri sendiri. Sebaliknya, sebagai makhluk sosial manusia lebih mengutamakan kepentingan masyarakat dan lingkungan sekitarnya (Walgito, 2003:15). Sikap manusia yang mengutamakan kepentingan orang lain disebut juga dengan altruisme. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, altruisme mempunyai dua pengertian, yaitu: a) paham (sifat) lebih mengutamakan kepentingan orang lain; b) sikap yang ada pada manusia yang mungkin bersifat naluri berupa dorongan untuk berbuat kebaikan kepada manusia lain. Jika dirunut dari asal katanya, altruisme berasal dari bahasa Prancis yaitu autrui yang berarti orang lain turunan dari kata latin alter (Mangunhardjana, 1997: 16). Menurut David G. Myers, altruisme adalah salah satu tindakan prososial dengan alasan kesejahteraan orang lain tanpa keinginan mendapat balasan (Ginintasasi, 2008:16). Jadi dapat disimpulkan bahwa altruisme adalah tindakan suka rela yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan (Sears, 1994:47).
1
Altruisme adalah sikap yang mengutamakan kebaikan, kesejahteraan, dan kebahagiaan orang lain. Orang altruistis tidak hanya terfokus pada kepentingan pribadi, tetapi juga memperhatikan kepentingan sesama. Perhatian mereka tidak terarah pada sesuatu yang menghasilkan pujian, hadiah, kenaikan pangkat, kenaikan gaji, tetapi terpusat pada perbuatan yang sungguh baik bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa, dan dunia (Mangunhardjana, 1997: 17). Motivasi altruistik muncul karena ada alasan internal di dalam diri seseorang yang menimbulkan positive feeling sehingga memunculkan tindakan untuk saling menolong. Sikap altruisme bisa dibedakan menjadi dua. Pertama, altruisme berdasarkan perasaan loyalitas, yaitu melakukan kebaikan serta membantu dan memotivasi orang lain tanpa menginginkan balasan. Kedua, altruisme berdasarkan pada kewajiban, yaitu melakukan kebaikan karena dorongan moral dari individu tertentu, misalnya kepada Tuhan, raja, pemerintah, dan jiwa patriotisme. (Ginintasasi, 2008:15). Peristiwa kebakaran yang terjadi di sebuah apartemen di Amerika pada 21 Januari 1984, bisa menjadi salah satu contoh tindakan yang didorong oleh sikap altruisme. Pada saat peristiwa kebakaran itu terjadi, seorang anak bernama Timotius Diaksis, 11 tahun, nekad menerobos kobaran api demi menolong seorang nenek bernama Sarah Sherman, 83 tahun. Dalam penyelamatan tersebut, Diaksis mengalami luka bakar dan harus menjalani perawatan di rumah sakit selama beberapa bulan. Sementara, nenek tersebut hanya menderita luka ringan (Sears, 1994:46).
2
Selain contoh di atas, sikap altruisme dapat dilihat dari pengabdian seorang dokter, guru, pekerja sosial dan agamawan yang menjalankan tugas serta profesinya tanpa pamrih. Mereka ikhlas membantu sesama demi mengabdi pada kemanusiaan. Kisah para pengabdi kemanusiaan juga dapat ditemukan dalam salah satu karya sastra Prancis karangan Antoine de Saint-Exupéry tahun 1939 yang berjudul Terre des hommes. Antoine de Saint-Exupéry adalah salah seorang novelis terkenal Prancis. Lahir dengan nama Antoine-Marie-Roger de Saint-Exupéry tahun 1900 di Lyon, anak ketiga dari lima bersaudara. Tahun 1926 ia bergabung dengan Latecoere1 (nantinya berganti nama menjadi Aeropostale) sebagai salah seorang penerbang pelopor yang membuka jalur pos menuju koloni-koloni Afrika dan Amerika Selatan. Ia diangkat menjadi kepala lapangan terbang di Cape Juby, Maroko, salah satu tugasnya adalah menyelamatkan pilot yang terdampar dan ditawan oleh suku pemberontak2. Terre des hommes merupakan novel karya Antoine de Saint-Exupéry yang bercerita tentang pengorbanan dan perjuangan pilot pengantar surat dari Prancis ke Afrika dan Amerika Selatan. Ketika para pilot melaksanakan tugas tersebut, mereka menemukan berbagai macam hambatan dan rintangan. Misalnya, mereka terdampar di pegunungan Andes, ditahan oleh para perompak, bahkan mengalami kelaparan dan dehidrasi ketika tersesat di gurun pasir. Novel Terre des hommes
1
Latecoere adalah perusahaan perakitan pesawat yang berbasis di Touluse, Prancis. Perusahaan ini didirikan oleh Pierre-Georges Latécoère tahun 1917. http://www.latecoere.fr/content/en/About_us/History/ diakses pada tanggal 11 Desember 2013 pukul 22.29 2 Husen, Ida Sundari. 2011. “Terre Des Hommes” Bumi Manusia. Jakarta : PT. Gramedia hlm. 218-219.
3
juga
mengungkapkan
jiwa
kepahlawanan
para
perintis
(pilot)
yang
menghubungkan jalur udara antara Prancis dan Amerika Selatan. Novel Terre des hommes telah diterjemahkan ke dalam dua bahasa, yaitu bahasa Inggris dengan judul Wind, Sands and Stars, dan dalam bahasa Indonesia dengan judul Bumi Manusia. Novel tersebut pernah mendapatkan beberapa penghargaan, diantaranya: Grand Prix du roman de l’Académie française tahun 1939, US National Book Award tahun 1940, dan mendapat urutan ke 3 dari 100 buku petualangan-eksplorasi terbaik dalam majalah National Geographic Adventure3. Selain Terre des hommes (1939) pengalaman Antoine de Saint-Exupéry sebagai seorang penerbang telah diabadikan dalam beberapa karya sastra. Diantaranya, Courrier du sud (1930), telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul (Pesawat Pos Selatan), mengisahkan hubungan ParisDakar. Vol de nuit (1932) (Terbang Malam), Pilote de guerre (1940) menggambarkan renungan seorang pejuang selama melaksanakan misi yang siasia dan berbahaya di jalur penerbangan Jerman. Novel Le petit prince (1943) (Pangeran Cilik) merupakan sebuah fabel anak-anak penuh teka-teki yang membuat nama Antoine de Saint-Exupéry melambung. Karya-karya tersebut menggambarkan keinginannya untuk menyampaikan ‘pesan’ tentang kebesaran makna hidup, penyerahan diri pada keabadian, dan gagasan tentang idealisme kemanusiaan. Menurut dia, kebahagiaan manusia terletak pada perbuatan atau tindakan (action) yang menghubungkan manusia satu sama lain dan mendorong
3
http://en.wikipedia.org/wiki/Wind,_Sand_and_Stars diakses pada tanggal 18 November 2012 pukul 22.25
4
terjadinya kerja sama yang berguna. Bagi dia menjadi pilot merupakan kesempatan untuk mengetahui batasan-batasannya sebagai manusia, besarnya keinginan, tanggung jawab terhadap sesama, dan pentingnya tujuan yang lebih berharga dari pada hidup itu sendiri (Husen, 2001: 181-182). Melalui Terre des hommes Antoine de Saint-Exupéry memperlihatkan makna persahabatan, persaudaraan dan pengorbanan tanpa batas dalam membantu orang lain. Novel tersebut juga mengajarkan pembaca untuk memandang bumi dengan cara dan bentuk yang berbeda sehingga mereka dapat mengenal lebih dalam, tidak hanya yang terlihat oleh mata. 1.2 Permasalahan Pada umumnya karya sastra mengisahkan pertentangan dan perlawanan antara satu tokoh dengan tokoh lain. Perlawanan dan pertentangan yang diceritakan pun beranekaragam, dapat berupa peperangan, kekerasan, pengucilan, dan masih banyak lagi. Tidak berbeda dengan karya sastra lainnya, novel Terre des hommes juga mengemukakan permasalahan yang sama. Hanya saja perlawanan yang harus dihadapi tokoh dalam novel ini bukanlah manusia, melainkan kekuatan alam dan diri mereka sendiri. Novel karya Antoine de Saint-Exupéry mengemukakan tentang kehidupan pilot pengantar surat yang dipenuhi dengan pertentangan (konflik) batin ketika mereka harus berhadapan dengan berbagai bentuk bahaya. Konflik batin para pilot tersebut disampaikan melalui bahasa tidak langsung yaitu berupa simbol-simbol dengan menggunakan kalimat-kalimat puitis dan filosofis.
5
1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada subbab sebelumnya, penelitian ini menghasilkan beberapa rumusan masalah, yaitu : 1. Bentuk-bentuk konflik batin setiap tokoh untuk memahami dan memaknai semua tindakan mereka ketika berada dalam keadaan krisis. 2. Sikap-sikap altruisme dan konflik batin yang disampaikan melalui bahasa tidak langsung, yaitu berupa simbol-simbol dengan menggunakan kalimatkalimat puitis dan filosofis. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, tujuan teoritis, yaitu untuk mengenal dan memahami makna sikap altruisme melalui kalimat-kalimat puitis dan filosofis yang terdapat dalam novel. Penerapan teori sistem lima kode Roland Barthes untuk menganalisis simbol-simbol yang dipergunakan dalam novel Terre des hommes sehingga pembaca dapat lebih memahami pesan-pesan yang tersimpan dalam karya sastra tersebut. Kedua, tujuan praktisnya adalah apresiasi kesusastraan Prancis khususnya novel Terre des hommes. Penelitian ini juga bertujuan untuk meningkatkan rasa solidaritas terhadap sesama melalui sikap altruisme, sehingga memunculkan rasa percaya dan keyakinan terhadap diri ketika mengambil sebuah keputusan. Selain itu, penelitian ini juga mengungkapkan bahwa semua yang dilakukan dengan tulus dan pantang menyerah akan mendapatkan hasil yang baik serta memuaskan.
6
1.5 Landasan Teori Teori adalah asas dan hukum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan (KBBI, 1996: 1041). Dalam sebuah penelitian teori dibutuhkan sebagai landasan dan pedoman analisis untuk memecahkan masalah. Penelitian ini menggunakan teori semiotika sistem lima kode Roland Barthes. 1.5.1. Teori Semiotika Kata semiologi atau lebih dikenal dengan semiotika berasal dari bahasa Yunani, yaitu semeion yang berarti tanda atau seme yang berarti penafsir tanda (Sobur, 2004:16). Semiotika adalah nama cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda-tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi pengguna tanda4. Dalam buku Semiotika Negativa, Roland Barthes menjelaskan bahwa makna suatu tanda bukanlah makna bawaan atau alamiah melainkan dihasilkan melalui sistem tanda yang dipakai dalam kelompok tertentu. Pada sistem tanda, suatu tanda dapat menghasilkan makna karena prinsip perbedaan (difference), dengan kata lain makna dihasilkan oleh sistem perbedaan atau sistem hubungan tanda-tanda. Oleh karena itu, tugas analisis semiotik adalah merekonstruksi sistem hubungan yang secara kasat mata tidak terlihat (Sunardi, 2004:45).
4
Zoest, Aart van, 1993, Semiotika : Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang Kita Lakukan dengannya. Terjemahan Ani Soekowati, Jakarta:Yayasan Sumber Agung hlm.1
7
Roland Barthes dalam buku Elements of Semiology (1964) juga menyatakan bahwa tujuan penelitian semiotika adalah untuk menyusun kembali fungsi sistem signifikasi selain-bahasa. Tugas ini dijalankan melalui langkah-langkah seperti yang dilakukan oleh seorang strukturalis, yaitu membangun sebuah simulacrum dari objek yang sedang diteliti sehingga dapat menjelaskan mengapa objek ditangkap sebagai objek (Sunardi, 2004: 36-39). Roland Barthes adalah salah seorang pemikir strukturalis yang mempraktikan model linguistik dan semiologi Saussurean. Ia intelektual dan kritikus sastra Prancis yang ternama dalam penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra (Sobur, 2004:63). Seperti konsep semiotika Saussure, semiotika Barthes juga mengenal konsep signifié dan signifiant yang merupakan komponen-komponen tanda (signe) (Sunardi, 2004:41). Semiotika yang sering dibahas Barthes adalah sistem pemaknaan tataran kedua atau konotatif, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya yaitu sistem pemaknaan tataran pertama atau denotatif. Menurut Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Pada tingkat denotasi, bahasa menghadirkan kode-kode sosial yang bersifat eksplisit, yaitu kode-kode yang maknanya akan segera muncul ke permukaan berdasarkan relasi penanda dan petandanya sedangkan pada tingkat konotasi, bahasa menghadirkan kode-kode yang maknanya bersifat implisit atau tersembunyi (Sobur, 2004:63-71).
8
Menurut Barthes, proses menganalisis sebuah teks diawali dengan membagi-bagi teks
tersebut menjadi beberapa segmen yaitu berupa
unitas-unitas (leksia-leksia). Leksia merupakan satuan terkecil pembacaan, sepotong bagian teks yang apabila diasosiasikan dapat berdampak atau mempunyai fungsi yang khas dibandingkan dengan potongan teks lain. Sebuah leksia dapat berupa apa saja, satu atau dua kata, sepotong kalimat ataupun sebuah paragraf (Barthes, 2007:388-390). Untuk mempermudah memahami pemaknaan teks sastra tersebut, Roland Barthes memperkenalkan lima sistem kode dengan memperhatikan tiap aspek yang penting dan menonjol, yaitu: 1.5.1.1. Kode Proairetik atau Kode Aksi Kode ini merupakan kode yang mengatur alur suatu cerita atau narasi dan menjamin bahwa teks yang dibaca merupakan sebuah cerita, yaitu serangkaian aksi yang saling berkaitan satu sama lain. Setiap aksi atau tindakan dalam cerita dapat disistematisasikan atau disusun. Prinsip yang dilakukan adalah penyeleksian, yaitu dengan mengenali gerak, aksi, atau peristiwa dengan berangkat dari satu titik ke titik lain secara sintagmatik. 1.5.1.2. Kode Hermeneutik Kode hermeneutik disebut juga kode enigma atau kode teka-teki. Kode
tersebut
merupakan
kumpulan
unitas
pembacaan
yang
mengartikulasi pertanyaan yang muncul dalam teks. Kode hermeneutik 9
berkisar pada tujuan untuk mendapatkan kebenaran dari pertanyaan yang muncul dalam teks. 1.5.1.3. Kode Referensial/Kode Budaya Kode referensial atau kode budaya merupakan penanda yang merujuk pada seperangkat referensi atau pengetahuan umum yang mendukung teks dengan mengindikasikan tipe-tipe pengetahuan yang menjadi rujukan tersebut. Kode ini berkaitan dengan berbagai sistem pengetahuan dan sistem nilai yang tersirat di dalam teks. Kode referensial berkenaan dengan tema-tema yang dapat disusun melalui proses pembacaan teks. 1.5.1.4. Kode Semik Kode semik atau kode konotatif merupakan sebuah kode relasi penghubung yang berupa konotasi dari orang, tempat, objek, yang petandanya adalah sebuah karakter (sifat, atribut, predikat). Sederhananya, kode semik adalah tanda-tanda yang ditata sehingga memberikan suatu konotasi maskulin, feminim, kebangsaan, kesukuan, loyalitas. Kode ini juga memanfaatkan isyarat, petunjuk, atau kilasan makna yang ditimbulkan oleh penanda tertentu, lebih tepatnya mirip dengan tema atau struktur tematik (Barthes, 1975: 19).
10
1.5.1.5. Kode Simbolik Kode simbolik merupakan jenis penanda yang mampu membawa pembaca untuk memasuki dunia lambang-lambang sekaligus maknanya. Lambang-lambang dalam wilayah simbolis mempunyai banyak makna yang dapat saling bertukar tempat. Simbol adalah aspek pengkodean fiksi yang khas bersifat struktural. Kode ini berkaitan dengan tema dalam arti yang sebenarnya dan erat hubungannya dengan kode konotatif yaitu tema dalam keseluruhan cerita atau dalam kutipan narasi. 1.6. Tinjauan Pustaka Setelah melakukan peninjauan ke beberapa sumber, ditemukan beberapa karya yang menggunakan novel Terre des hommes sebagai objek material. Diantaranya adalah sebuah disertasi berbahasa Prancis dengan judul Terre des Hommes de Saint-Exupéry: la conquête d’un nouvel espace5 disusun oleh Maria de Jesus Cabral, mahasiswi sastra Prancis lulusan Universidade de Coimbra tahun 2005. Menurut disertasi tersebut, Terre des hommes merupakan sebuah novel berbentuk narasi yang menggabungkan peristiwa masa lalu dengan fiksi. Posisi narator dalam novel diceritakan sebagai tokoh yang serba tahu, terkadang narator berperan sebagai tokoh, pencerita atau sebagai saksi dari kisah tersebut. Sebuah critical paper berbahasa Inggris tentang Terre des hommes juga pernah ditulis oleh Lawrence N. Siegler pada tahun 1996 dengan judul Wind,
5
http://www4.crb.ucp.pt/Biblioteca/Mathesis/Mat9/mathesis9_105.pdf diakses pada tanggal 14 Oktober 2012 pukul 21.52
11
Sand, and Stars Antoine de Saint-Exupéry Critical Paper6. Critical paper ini membahas perbedaan antara novel Terre des hommes edisi Prancis dengan terjemahannya edisi Inggris, yaitu Wind, Sand, and Stars. Menurut Lawrence, novel edisi Prancis lebih bersifat filosofis dibandingkan dengan novel edisi Inggris yang lebih disesuaikan dengan realita atau kehidupan nyata. Misalnya penulisan judul dalam edisi Inggris yaitu Wind, Sand, and Star menjadi lebih konkret dibanding judul yang terdapat dalam edisi Prancis. Novel ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Ida Sundari Husein pada tahun 2011 dengan judul Bumi Manusia. Terjemahan tersebut digunakan sebagai pedoman dan rujukan untuk menerjemahkan kembali data yang telah terkumpul dalam bab pembahasan. Karya Antoine de Saint-Exupéry selain Terre des hommes yang pernah dibahas dan diteliti, adalah: skripsi milik Yulian Suhamto tahun 2010 dengan judul Semiotika Absurditas dalam Roman Vol De Nuit karya Saint-Exupéry. Penelitian ini membahas tentang makna absurditas yang terdapat di dalam novel Vol De Nuit. Skripsi milik Sanityas Suryobroto tahun 2012 dengan judul Humanisme Dalam Novel Le Petite Prince Karya Antoine de Saint-Exupéry. Penelitian ini, membahas humanisme dalam bentuk analisis isi. Selanjutnya, penelitian yang menggunakan teori semiotika sistem lima kode semiotika Roland Barthes cukup banyak ditemukan, beberapa diantaranya adalah Pluralisme: Kajian Sistem Lima Kode Roland Barthes Dalam Roman Le Désert Karya Albert Memmi oleh Risa Chairani tahun 2011. Skripsi ini meneliti
6
http://okul.selyam.net/docs/index-110231.html diakses pada tanggal 7 November 2012 pukul 13.08
12
kemajemukan yang terdapat dalam novel postkolonial dengan menerapkan teori lima kode Roland Barthes. Pemaknaan Eksistensi Manusia Dalam Novel Le Sang Des Autres Karya Simone De Beauvoir (Tinjauan Lima Kode Semiologi Roland Barthes) oleh Agnes Karina Rosari tahun 2011. Bagan Perbandingan Penelitian KaryaAntoine de Saint-Exupéry Terdahulu
Wind, Sand, and Stars Antoine de Saint-Exupéry (Lawrence N. Siegler, 1996)
Terre des Hommes de SaintExupéry: la conquête d’un nouvel espace (Maria de Jesus Cabral,
Altruisme dalam Novel Terre
2005 )
des Hommes Karya Antoine de Saint-Exupéry. Analisis
Semiotika Absurditas dalam
Semiotika Barthesian
Roman Vol De Nuit karya SaintExupéry (Suhamto, 2010) Humanisme dalam Novel Le Petite Prince Karya Antoine de Saint-Exupéry (Sanityas, 2012) Berdasarkan data-data yang terdapat di atas, penelitian terhadap novel Terre des hommes yang membahas altruisme dengan menggunakan analisis semiotika Barthesian belum pernah dibahas dan diteliti, sehingga penelitian ini layak untuk dilakukan. Penelitian ini diharapkan dapat memunculkan penelitian-
13
penelitian lain terhadap novel karya Saint-Exupéry sehingga akan memperluas khazanah pengetahuan terhadap novel ini. 1.7. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian novel Terre Des Hommes dititikberatkan pada unsur intrinsik dan difokuskan pada aspek semiotika yang mengarah ke nilai-nilai positif dalam sikap altruisme para tokoh. Pada aspek ini karya sastra akan dilihat sebagai kumpulan tanda-tanda yang memiliki makna tersirat dan tersurat. Setelah itu digunakan
teori
semiotika
sistem
lima
kode
Roland
Barthes
untuk
mengungkapkan sikap altruisme dan konflik batin para tokoh yang terdapat dalam kalimat-kalimat puitis dan filosofis yang tersembunyi dalam novel Terre des hommes. 1.8. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode ini menitikberatkan pada segi alamiah dan berdasarkan kepada karakter yang terdapat dalam data. Pada tahap awal penelitian dilakukan dengan menentukan bentuk objek material yang akan digunakan, yaitu karya sastra berjudul Terre des hommes karya Antoine de Saint-Exupéry. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah : 1. Membaca karya sastra secara heuristik, yaitu pembacaan secara berurutan dari awal hingga akhir cerita. 2. Membuat sinopsis dan diagram peristiwa (évenement) berupa tokoh, waktu, dan tempat.
14
3. Membaca secara hermeneutik, yaitu pembacaan secara lebih mendetail untuk memahami dan menemukan permasalahan yang terdapat di dalam novel. Untuk itu dilakukan tahap-tahap berikut : a. Membuat penggalan-penggalan kalimat terbaik yang memiliki peluang interpretasi (leksia). b. Leksia-leksia tersebut akan diberi nomor dan digarisbawahi untuk mempermudah proses menganalisis data. c. Menganalisis seluruh leksia yang dihasilkan satu persatu dengan mengaplikasikan teori semiotika Roland Barthes terhadap novel Terre des hommes. 4. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis data untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang dipaparkan dalam rumusan masalah. 1.9. Sistematika Penyajian Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari (1) latar belakang, (2) permasalahan, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) landasan teori, (6) tinjauan pustaka, (7) ruang lingkup penelitian, (8) metode penelitian, dan (9) sistematika penyajian. Bab II merupakan pembahasan yang disajikan dalam dua subbab, yaitu (1) sikap altruisme dan konflik batin tokoh Terre des hommes dalam sistem lima kode Roland Barthes dan (2) analisis judul novel Terre des hommes. Bab III berisi kesimpulan penelitian dan saran. Pada bagian akhir skripsi disertakan résumé, daftar pustaka, dan lampiran yang berisi diagram peristiwa novel Terre des hommes. 15