BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh mahasiswa untuk menghadapi berbagai tantangan, mampu memecahkan masalah yang dihadapi, mengambil keputusan yang tepat sehingga dapat menolong dirinya dan orang lain dalam menghadapi tantangan kehidupan di era globalisasi. Dengan kemampuan berpikir kritis, mahasiswa terbiasa dalam memecahkan permasalahan yang nyata dan harus dipecahkan (Hadiryanto, 2009). Selain kemampuan berpikir kritis, mahasiswa juga perlu memiliki sikap ilmiah yang baik. Sikap ilmiah merupakan kesiapan perilaku seorang individu untuk memperlakukan suatu objek atau kesiapan perilaku yang mencerminkan penilaian kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak suatu individu terhadap objek tersebut (Natawidjaja, 1986). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 23 Tahun 2003 mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan proses belajar yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Menurut Sagala (2008: 63) pembelajaran memiliki dua karakteristik yaitu proses mental mahasiswa untuk berpikir dan proses dialogis yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir sehingga mahasiswa dapat mengkontruksi pengetahuannya sendiri.
1
2
Pembelajaran biologi tidak hanya dapat dilaksanakan di dalam kelas. Ciri dari belajar biologi adalah adanya kegiatan laboratorium atau praktikum. Kegiatan praktikum dalam pembelajaran biologi tidak hanya mementingkan produk, tetapi juga proses. Dalam melaksanakan kegiatan praktikum dosen dituntut memilih jenis kegiatan yang akan dilakukan dan mengelola fasilitas yang diperlukan untuk berlangsungnya kegiatan praktikum (Rustaman, et al., 2005). Hal ini sejalan dengan pendapat Surtiana (2002) bahwa dalam mengkontruksi pengetahuan yang paling memungkinkan adalah dengan dilakukan praktikum di laboratorium. Praktikum merupakan kegiatan mahasiswa untuk mendapatkan gambaran dalam keadaan yang nyata tentang apa yang diperolehnya dalam teori dan terjadi kontak inderawi saat praktikum. Praktikum menurut Utomo dan Ruijter (Redhana, 2008) merupakan kegiatan istimewa yang berfungsi untuk melatih dan memperoleh umpan balik serta meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Pendapat ini diperkuat oleh Hodson (1996) penggunaan praktikum dalam pembelajaran IPA adalah untuk: (a) memotivasi siswa dan merangsang minat serta hobinya, (b) mengajarkan kemampuan-kemampuan yang harus dilakukan di laboratorium, (c) membantu perolehan dan pengembangan konsep, (d) mengembangkan sebuah konsep IPA dan mengembangkan kemampuan-kemampuan dalam melaksanakan IPA, (e) menanamkan sikap ilmiah, (f) mendorong mengembangkan kemampuan sosial. Menurut Liliasari (2005) praktikum memerlukan pengamatan langsung dan mencari hubungan keterkaitan sebab-akibat dari hasil pengamatan tersebut. Untuk
3
melakukan pengamatan, manusia harus dibantu dengan berbagai peralatan, karena manusia mempunyai keterbatasan-keterbatasan. Praktikum sudah seharusnya mendapatkan asesmen yang menyeluruh, tidak hanya produk yang dihasilkan tetapi proses yang terjadi dalam praktikum harus di nilai.
Menurut National Research Council/ NRC (1996) standar asesmen
pembelajaran sains harus mengalami pergeseran penekanan dari “yang mudah dinilai” menjadi “yang penting untuk dinilai”. Selanjutnya menurut Fuchs (Zainul, 2008) salah satu asesmen yang dapat memperbaiki proses pembelajaran mahasiswa adalah asesmen kinerja karena membantu
dosen
dalam
membuat
keputusan-keputusan
selama
proses
pembelajaran. Menurut Stiggins (1994) asesmen kinerja memiliki beberapa alasan untuk digunakan dosen antara lain kemampuan mahasiswa yang tidak dapat dideteksi dengan cara tertulis yaitu keterampilan dan kreatifitas, dan memberi peluang yang lebih luas kepada dosen untuk menganalisis kemampuan mahasiswa secara total, serta dapat melihat kemampuan siswa pada saat proses pembelajaran tanpa menunggu proses akhir. Asesmen sangat diperlukan agar diperoleh gambaran mahasiswa secara keseluruhan. Rustaman (2008) mengatakan bahwa kemampuan menilai sebagai kunci keterlaksanaan penilaian dalam pembelajaran IPA. Orang yang mampu melakukan penilaian (assessment literates) adalah mereka yang memahami prinsip dasar penilaian. Mariana (2008) mengungkapkan bahwa dalam menilai perlu mempertimbangkan perangkat pengukuran dalam menentukan hasil belajar siswa dalam IPA, yang memungkinkan untuk memperoleh informasi pencapaian
4
belajar siswa pada tataran kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills). Kenyataan dewasa ini sebagian besar waktu pembelajaran didominasi oleh dosen dan mahasiswa menjadi pasif menunggu instruksi dosen tentang apa-apa yang harus dipelajari, apa yang harus dilakukan (Kurniati, 2001). Kenyataan di lapangan pembelajaran biologi masih bersifat hafalan, kering, dan kurang mengembangkan proses berpikir (Rustaman dan Rustaman, 1997). Konsep sulit dan abstrak justru diajarkan hanya dengan ceramah (Kertodirekso, et al., dalam Wulan 2003; Anggraeni, 2001). Praktikum merupakan jantung kegiatan pembelajaran IPA (Subiyanto, 1998). Sayangnya, hasil penelitian Anggraeni (2001) dan Permanasari (2003) mengungkapkan bahwa kegiatan praktikum jarang bahkan tidak pernah dilakukan di sekolah-sekolah sehingga pembelajaran IPA hanya sebagai teori yang abstrak. Guru menganggap praktikum menyita waktu dan tenaga sehingga banyak guru yang enggan melakukannya. Salah satu alasan guru tidak melakukan praktikum pada konsep tertentu berdasarkan hasil penelitian Wulan (2003) adalah karena guru kekurangan waktu dan kurang memiliki kemampuan dalam mengaplikasikan konsep-konsep yang sulit. Kertodirekso, et al., (Wulan, 2003) mengungkapkan bahwa siswa SMU mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep biologi antara lain disebabkan guru kurang mengembangkan kegiatan praktikum. Praktikum selama ini masih berdasarkan buku penuntun praktikum sehingga mahasiswa hanya melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk yang terdapat dalam buku praktikum. Kondisi ini menyebabkan mahasiswa kurang memahami
5
prosedur praktikum dengan baik dan kurang dapat mengembangkan kreativitas mahasiswa (Redhana, 2008). Mahasiswa tidak mampu menggali informasi dan merancang percobaan untuk memecahkan suatu masalah. Banyak mahasiswa beranggapan hanya ada satu cara dalam memecahkan suatu masalah, yaitu cara yang terdapat dalam buku penuntun praktikum. Sejalan dengan hal tersebut, mahasiswa hendaknya dibekali kemampuan mengelola praktikum dalam rangka menunjang tanggung jawabnya setelah lulus. Hasil penelitian Wulan (2003) menunjukkan bahwa guru biologi yang baru lulus dan memiliki pengalaman mengajar dan kemampuan mengelola praktikum yang lebih rendah dibandingkan dengan guru yang telah lama mengajar. Kenyataan seperti itu seharusnya tidak terjadi jika pendidikan mahasiswa dibenahi. Hasil studi pendahuluan pada mata kuliah Biologi Dasar mahasiswa Pendidikan
Biologi
menunjukkan
pencapaian
kelulusan
sebanyak
65%.
Rendahnya kelulusan mahasiswa dalam menempuh mata kuliah ini harus menjadi perhatian, diduga kuat ada yang salah dengan proses belajar mengajar biasa. Praktikum yang kurang menyeluruh dan terpisah dengan praktikum diduga menjadi alasan permasalahan ini. Oleh sebab itu perlu adanya metode pembelajaran berbasis praktikum agar calon guru memperoleh bekal dalam bekerja ilmiah, kemampuan memecahkan masalah tentang fenomena biologi sebagai bekal dalam menempuh ilmu biologi lanjutan dan bertugas sebagai guru biologi kelak. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh Hamidah bahwa konsep metabolisme dianggap guru-guru di Lampung sebagai konsep abstrak yang sulit
6
untuk dikonkritkan dan kenyataannya sebagian besar guru terpaku pada buku teks. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti menemukan bahwa konsep ini merupakan konsep yang sulit bagi mahasiswa. Hal tersebut didukung oleh Sproull (Meyer dan Land, 2003) bahwa konsep metabolisme merupakan konsep yang sulit bagi mahasiswa dalam mengintegrasikan dan membuat hubungan antara topik konseptual dan ”dunia di sekitar mereka”, konsep ini berkaitan erat dengan topik Fisiologi. Mariana (2008) mengungkapkan bahwa asesmen yang digunakan oleh guru dan dosen tidak menyeluruh. Dosen masih sedikit mengembangkan dan menggunakan kuesioner untuk mengukur sikap mahasiswa dari suatu topik bahasan tertentu. Jika mahasiswa diberi kesempatan melakukan kegiatan praktikum yang meniru ahli IPA dalam menemukan fenomena alam, yang diberikan skor biasanya hanya berupa laporan. Penilaian yang dilakukan dosen tidak menyeluruh sehingga tidak diperoleh gambaran seutuhnya. Evaluasi yang dilakukan juga tidak memperoleh gambaran yang menunjukkan keterampilan IPA mahasiswa. Selama ini dosen mengukur pencapaian mahasiswa dalam IPA hanya menggunakan asesmen berupa tes tertulis. Asesmen yang digunakan umumnya pertanyaan dengan tipe jawaban pendek dan soal esei yang tidak terstruktur. Soalsoal pilihan ganda yang ada hanya berupa ingatan semata, sedangkan esei penilaiannya relatif sangat sulit dan cenderung tidak objektif. Kenyataan seperti ini tidak dapat menunjukkan kondisi belajar mahasiswa yang sebenarnya (Mariana, 2008; Kaesih, 2007; Mulyana, 2005).
7
Dampak dari penggunaan asesmen yang hanya mengutamakan aspek kognitif saja dikemukakan oleh Fajar (Mulyana, 2005) bahwa mahasiswa dipaksa untuk melahap informasi yang disampaikan tanpa diberi peluang untuk melaksanakan refleksi secara kritis. Dalam hal ini mahasiswa hanya dituntut untuk belajar dengan cara menghapal semua informasi yang telah disampaikan oleh dosen. Asesmen kinerja sudah seharusnya selalu digunakan dalam penilaian IPA. Hasil penelitian Iskandar (2000) mengungkapkan penerapan asesmen kinerja juga masih jarang digunakan oleh dosen. Hal ini dikarenakan dosen kurang memahami prosedur penilaiannya dan kurang berpengalaman dalam menyusun dan merumuskan kriteria-kriteria untuk dijadikan pedoman penilaian. Oleh karena itu, ada kesenjangan antara pembelajaran biologi yang idealnya mahasiswa memerlukan pengalaman langsung tetapi kenyataan yang ada praktikum diberikan masih terpisah dengan perkuliahan. Dengan pembelajaran berbasis praktikum diharapkan mahasiswa menjadi terampil bekerja di laboratorium dan kemampuan berpikir kritisnya menjadi berkembang. Penilaian kinerja diharapkan akan berdampak pada keaktifan mahasiswa karena kegiatan praktikumnya langsung diases, kemudian pembelajaran berbasis praktikum dapat memacu mahasiswa mengembangkan sikap ilmiahnya sehingga berdampak pada peningkatan sikap ilmiah mahasiswa. Dengan bekal pembelajaran berbasis praktikum diharapkan calon guru memiliki bekal yang cukup untuk mengelola pembelajaran konsep metabolisme.
8
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : ”Bagaimanakah pembelajaran berbasis praktikum dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah mahasiswa pada konsep metabolisme? Rumusan masalah diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian yaitut: a) Bagaimanakah
pembelajaran
berbasis
praktikum
dapat
meningkatkan
kemampuan berpikir kritis mahasiswa? b) Bagaimanakah pembelajaran berbasis praktikum dapat meningkatkan sikap ilmiah mahasiswa? c) Kendala-kendala apa yang dihadapi dosen dan mahasiswa dalam pembelajaran berbasis praktikum untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah mahasiswa? d) Bagaimanakah
tanggapan
mahasiswa
dalam
pembelajaran
berbasis
praktikum?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini untuk memberikan alternatif suatu model pembelajaran beserta asesmennya yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah mahasiswa.
9
2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini untuk: a. Menganalisis kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah mahasiswa pada pembelajaran berbasis praktikum konsep metabolisme b. Menganalisis tanggapan mahasiswa dan kendala- kendala yang dihadapi dosen dan mahasiswa dalam pembelajaran berbasis praktikum
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah: “pembelajaran berbasis praktikum dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah mahasiswa pada konsep metabolisme”.
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat antara lain dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi dosen, guru dan mahasiswa tentang pembelajaran berbasis praktikum pada konsep metabolisme. Diharapkan dosen dan guru dapat menggunakan
pembelajaran
berbasis
praktikum
dan
asesmennya
dalam
pembelajaran biologi terutama konsep metabolisme mengingat konsep ini merupakan konsep yang sulit bagi peserta didik. Mahasiswa dapat membiasakan diri dalam melakukan penyelidikan ilmiah dalam rangka meningkatkan kemampuan dasar bekerja ilmiah dan memberikan dasar penguasaan yang benar dan bermakna pada kegiatan pembelajaran Biologi Dasar khususnya konsep metabolisme.