Pengembangan Panduan Praktikum Fisiologi Tumbuhan I Berorientasi Heuristic Terbimbing untuk Melatih Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Ika Nurani Dewi dan Septiana Dwi Utami Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Mataram Emai:
[email protected] Abstract: This research aims to produce a practical guide book Plant Physiology I oriented heuristic guided in an effort to training students' critical thinking skills. The research that has been carried out referring to the R & D research method, which consists of 3 steps: (1) preliminary studies, (2) stage of product development, and (3) the stage of product testing. This study was conducted in two phases. The first phase, to develop devices that are capable of training critical thinking skills. The second phase is done to implement the research instrument developed by orienting the objectives to be achieved. Instrument in this study is the validation study sheets, mastery tests critical thinking skills, cognitive achievement test process, as well as performance assessment sheet. Data were analyzed descriptively. The results showed that: (1) learning tools developed either in general category, (2) mastery of critical thinking skills of students as a whole have increased the value of the N-gain average as a whole belongs to the category average (0.30-0.70), (3) a score of mastery learning is a process THB 72.7 is included in the category of complete (≥70). This increase is supported by the performance of the pre-lab, lab activities and categorized postlaboratorium well. The results showed that the learning device was developed to study materials pollution and environmental management can train critical thinking skills of students. Abstrak: Penelitian ini bertujuan menghasilkan buku panduan praktikum Fisiologi Tumbuhan I berorientasi heuristic terbimbing sebagai upaya untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Penelitian yang telah dilaksanakan mengacu pada metode penelitian R&D, yang terdiri dari 3 langkah : (1) studi pendahuluan, (2) tahap pengembangan produk, dan (3) tahap pengujian produk. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama, mengembangkan perangkat yang mampu melatihkan keterampilan berpikir kritis. Tahap kedua dilakukan untuk mengimplementasikan instrumen penelitian yang dikembangkan dengan mengorientasikan pada tujuan yang ingin dicapai. Instrumen pada penelitian ini yaitu lembar validasi perangkat pembelajaran, tes penguasaan keterampilan berpikir kritis, tes hasil belajar kognitif proses, serta lembar penilaian kinerja. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) perangkat pembelajaran yang dikembangkan secara umum berkategori baik, (2) penguasaan keterampilan berpikir kritis mahasiswa secara keseluruhan mengalami peningkatan, yaitu dengan nilai N-gain rata-rata secara keseluruhan termasuk dalam ketegori sedang (0,30-0,70), (3) skor ketuntasan belajar THB proses adalah 72.7 termasuk dalam kategori tuntas (≥70). Peningkatan tersebut ditunjang oleh kinerja pada tahap pra-laboratorium, kegiatan laboratorium dan postlaboratorium berkategori baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada bahan kajian pencemaran dan pengelolaan lingkungan dapat melatihkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Kata kunci: Panduan Praktikum, Heuristic Terbimbing, Kemampuan Berpikir Kritis
Pendahuluan Kemampuan berpikir perlu dikembangkan sejak dini, karena diharapkan dapat menjadi bekal dalam menghadapi persoalan dan kehidupan sehari-hari. Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis, logis, sistematis, objektif, jujur dan disiplin dalam memandang dan menyelesaikan
© 2014 LPPM IKIP Mataram
masalah yang berguna untuk kehidupan dalam masyarakat termasuk dunia kerja. Nasution, (2008) menjelaskan bahwa kemampuan berpikir juga sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu agar siswa mampu memecahkan masalah tingkat tinggi. Salah satu proses berpikir adalah keterampilan berpikir kritis. Johnson (2002)
Jurnal Kependidikan 13 (3): 229-238
mengemukakan keterampilan berpikir kritis disebut juga sebagai keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu modal intelektual yang sangat penting bagi setiap orang (Penner, dalam Dwijananti, 2010), sehingga pengembangan keterampilan berpikir kritis menjadi sangat penting bagi siswa di setiap jenjang pendidikan. Jika keterampilan berpikir kritis perlu dilatihkan pada siswa, maka mahasiswa sebagai calon guru juga dituntut untuk memiliki keterampilan berpikir kritis.Dalam upaya menciptakan pebelajar yang mandiri, mahasiswa selaku calon guru yang profesional dituntut memiliki kemampuan berpikir kritis untuk merancang dan mengembangkan proses belajar yang efektif. Kemampuan berpikir kritis dapat dilatihkan melaluipendekatan pembelajaran heuristic terbimbing.Menurut Poyla (dalam Zulfiani, 2009) heuristik adalah suatu penuntun yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu masalah yang mengarah pada pemecah masalah untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Lebih lanjut Shoenfeld (dalam Dahar, 2006) menjelaskan bahwa heuristik merupakan saran atau petunjuk umum yang dapat membantu siswa untuk mengerti lebih baik suatu masalah atau membuat kemajuan ke arah pemecahan masalahnya. Berdasarkan beberapa definisi heuristic yang dikemukakan di atas, maka pembelajaran heurictic terbimbing merupakan pembelajaran yang melatihkan dan membimbing mahasiswa untuk dapat menemukan konsep secara mandiri dalam merencanakan penyelesaian masalah yang bersifat menantang. Hal ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengem-
230
bangkan segala kemampuan yang dimiliki termasuk kemampuan berpikir kritis. Oleh sebab itu mahasiswa perlu mengalami suatu kegiatan yang dirancang agar mereka mampu menemukan dan memahami konsep, teori, hukum serta memecahkan masalah kehidupan sehari-hari secara bersama-sama. Salah satu kegiatan, yang dapat melibatkan mahasiswa untuk melakukan percobaan dengan melaksanakan maupun membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari secara berkelompok adalah melalui kegiatan praktikum. Melalui kegiatan praktikum mahasiswa dididik dan dilatih untuk terampil dalam mengolah dan memperoleh informasi dalam aktifitas berpikir. Lebih lanjut Woolnough (dalam Rustaman, 2005) mengemukakan bahwa kegiatan praktikum tidak hanya mempersoalkan hasil akhir, tetapi bagaimana proses berpikir dapat berkembang. Kegiatan praktikum dapat mendukung mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir (hand on mind on). Kegiatan praktikum dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir logis. Dengan demikian, melalui pembelajaran praktikum mahasiswa dirangsang untuk berpikir kritis memecahkan masalah, menganalisis permasalahan dari fakta yang ada, serta menemukan konsep dan prinsip, sehingga tercipta kegiatan belajar yang lebih bermakna dengan suasana belajar yang kondusif. Kegiatan praktikum yang ditekankan pada kemampuan berpikir logis dan bernalar dalam menyelesaikan masalah merupakan bagian dari berpikir kritis. Hasil studi lapangan yang dilakukan di IKIP Mataram ditemukan beberapa ken-
Ika Nurani Dewi dan Septiana Dwi Utami, Pengembangan Panduan Praktikum Fisiologi Tumbuhan I
dala dalam proses pembelajaran khususnya pada kegiatan praktikum. Pertama, pembelajaran praktikum masih menekankan pada aktifitas mengingat dan memahami, padahal tantangan masa depan menuntut pembelajaran harus lebih mengembangkan keterampilan berpikir. Kedua, kegiatan praktikum cenderung memfokuskan pada prosedur atau proses kegiatan, bukan ide atau konsep dasarnya, sehingga tidak memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Ketiga, peran Co.ass yang masih dominan, sehingga kurang melibatkan mahasiswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Mengacu pada penyebab kelemahan tersebut, maka dalam proses pembelajaran diperlukan suatu pembelajaran yang mendorong mahasiswa untuk melatih kemampuan berpikir kritis mereka dalam memahami suatu masalah, menyelesaikan masalah dan terlibat secara aktif dalam menemukan penyelesaian masalah tersebut. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan melatihkan kemampuan berpikir kritis menunjukkan bahwabahwa pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing dapat mengembangkan keterampilan mahasiswa dalam menentukan tujuan, langkah kerja, cara memperoleh data, dan cara menganalisis data Kurniawan dan Endah (2011). Selain itu Sudargo dan Asiah (2008) memperoleh hasil nilai post-test mahasiswa yang diberi perlakuan pembelajaran aktif (praktikum) berkategori baik. Implikasi penelitian ini adalah pembelajaran berbasis praktikum mampu membantu mahasiswa untuk belajar dan memahami konsep secara lebih baik, sehingga mampu melatih keterampilan berpikir kritis mereka.
Berdasarkan uraian kajian teoritis, hasil temuan pada studi pendahuluan dan temuan-temuan penelitian yang telah diuraikan diatas, maka perlu dikembangkan suatu perangkat pembelajaran yang dapat memperbaiki kualitas pembelajaran khususnya pada kegiatan praktikum Fisiologi Tumbuhan I. Salah satu alternatif yang digunakan yakni pembelajaran heuristic terbimbing. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini secara umum adalah bagaimana kemampuan berpikir kritis mahasiswa setelah menggunakan panduan praktikum berorientasi heuristic terbimbing yang dikembangkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis mahasiswa sebagai calon guru IPA dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang berorientasi pada produk dalam bidang pendidikan. Fokus penelitian pengembangan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa perangkat pembelajaran heuristic terbimbing untuk melatihkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa sebagai calon guru melalui kegiatan praktikum. Pengembangan perangkat pembelajaran praktikum untuk melatih keterampilan berpikir kreatif mahasiswa dilakukan menggunakan metode R&D (Research and Development). Secara garis besar metode R&D terdiri dari tiga langkah : (1) studi pendahuluan meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka dan survai
231
Jurnal Kependidikan 13 (3): 229-238
lapangan untuk mengamati produk dan kegiatan yang ada, (2) tahap pengembangan produk meliputi penyusunan draf produk, dan (3) tahap pengujian produk (Sugiyono, 2010). Pada saat pelaksanaan tindakan di lapangan rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pretest-posttest design (Arikunto, 2006) dengan pola sebagai berikut: Pretest O1
Treatment X
Posttest O2
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan data yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian, yaitu tes kemampuan berpikir kritis, tes hasil belajar proses, lembar penilaian kinerja. Data yang dikumpukan berupa data kuantitatif yang menggambarkan hasil tes kemampuan berpikir kritis, tes hasil belajar, dan kinerja mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran. Untuk analisis data digunakan teknik deskritif kuantitatif. Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan maka data yang diperoleh akan dianalisis dengan sesuai dengan karakterisitik data. Hasil Penelitian dan Pembahasan Tahap pertama dalam penelitian ini adalah mengembangkan perangkat yang mampu melatihkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Perangkat yang telah dihasilkan meliputi buku panduan praktikum, tes penguasaan keterampilan berpikir kritis, tes hasil belajar, satuan acara perkuliahan (SAP) dan penilaian kinerja. Perangkat yang dikembangkan telah direvisi berdasarkan masukan dan saran dari tim ahli. Berikut ini
232
deskripsi hasil validasi kelayakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. A. Validitas Kelayakan Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini digunakan untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Berikut ini akan diuraikan data hasil validasi perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan yang meliputi buku panduan praktikum, tes penguasaan keterampilan berpikir kritis, tes hasil belajar, satuan acara perkuliahan (SAP) dan penilaian kinerja. 1.
Validitas Buku Panduan Praktikum Mahasiswa Buku panduan praktikum mahasiswa yang dikembangkan divalidasi menggunakan lembar validasi buku panduan praktikum. Adapun aspek-aspek yang dinilai yaitu komponen isi, komponen kebahasaan, dan komponen penyajian. Komponen isi buku panduan praktikum meliputi komponen berpikir kritis, komponen materi, dan komponen alat serta bahan praktikum. Berdasarkan hasil analisis validasi kelayakan komponen isi dapat dikemukakan bahwa skor untuk komponen berpikir kritis adalah 3,7 termasuk dalam kategori sangat baik, skor untuk komponen materi adalah 3,4 (baik), sedangkan komponen alat dan bahan praktikum skornya adalah 3,6 (sangat baik). Hasil validasi komponen kebahasaan meliputi komponen kesesuaian dengan perkembangan peserta didik dan perkembangan emosional adalah 3,6 (sangat baik). Komponen komunikatif yaitu aspek mudah
Ika Nurani Dewi dan Septiana Dwi Utami, Pengembangan Panduan Praktikum Fisiologi Tumbuhan I
dipahami skornya adalah 3,3 (baik) dan skor komponen dialogis termasuk dalam kategori sangat baik. Komponen lugas skornya adalah 3 (baik). Komponen koheren dan keruntutan alur berpikir skornya adalah 3,1 (baik). Komponen kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar skor keduanya adalah 3,6 (sangat baik). Berdasarkan hasil analisis data komponen penyajian Berdasarkan hasil validasi komponen penyajian meliputi teknik penyajian dapat dikemukakan bahwa skornya adalah 3,4 (baik). Komponen pendukung penyajian skornya adalah 3,3 (baik) dan komponen penyajian pembelajaran skornya adalah 3,6 (sangat baik). 2.
Validitas Tes Penguasaan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Lembar tes penguasan keterampilan berpikir kritis mahasiswa divalidasi dengan menggunakan lembar validasi tes penguasaan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Hasil analisis data validasi lembar tes penguasaan keterampilan berpikir kritis mahasiswa dapat dikemukakan bahwa komponen tes penguasaan keterampilan berpikir kritis mahasiswa meliputi komponen materi, konstruksi, dan bahasa skornya adalah diatas 3,5 termasuk dalam kategori sangat baik. Namun pada komponen materi untuk aspek batasan pertanyaan dan jawaban jelas skornya adalah 3,3 (baik). 3. Validitas Tes Hasil Belajar (THB) Tes Hasil Belajar (THB) merupakan instrumen untuk mengevaluasi ketercapaian tujuan pembelajaran dan hasil belajar mahasiswa. Tes hasil belajar yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi THB proses.
Tes hasil belajar ini dilengkapi dengan kisikisi dan jawaban sebagai pedoman untuk mengevaluasi kebenaran jawaban mahasiswa. Adapun hasil analisis terhadap validitas butir soal THB yang dikembangkan dapat diungkapkan bahwa 15 soal THB proses divalidasi berdasarkan komponen materi, konstruksi dan bahasa. Komponen materi skornya adalah 3,4 (baik). Komponen konstruksi skornya adalah 3,6 (baik) dan komponen bahasa skornya adalah 3,4 termasuk dalam kategori baik. 4.
Validitas Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Berdasarkan saran dari tim ahli SAP yang disusun berdasarkan sintaks metode pembelajaran heuristic terbimbing. Satuan acara perkuliahan yang disusun untuk empat kali pertemuan. Hasil analisis terhadap validitas SAP yang dikembangkan dapat dapat diungkapkan bahwa aspek yang dinilai dalam tujuan pembelajaran skornya adalah 3,4 (baik) dan kegiatan pembelajaran skornya adalah 3,6 termasuk dalam kategori sangat baik. Untuk komponen waktu skor yang diperoleh adalah 3 termasuk dalam kategori baik, sedangkan komponen perangkat pembelajaran skor yang diperoleh termasuk dalam kategori sangat baik, kecuali untuk komponen fase sintaks peran dosen dan mahasiswa skornya adalah 3,3 termasuk dalam kategori baik. 5.
Validitas Penilaian Kinerja Mahasiswa Lembar penilaian kinerja mahasiswa divalidasi dengan menggunakan lembar validasi penilaian kinerja mahasiswa. Hasil analisis terhadap penilaian kinerja yang dikembang-
233
Jurnal Kependidikan 13 (3): 229-238
kan dapat diungkapkan bahwa hasil validitas 10 aspek penilaian kinerja mahasiswa ratarata skornya termasuk dalam kategori sangat baik. Namun untuk aspek mudah diamati skornya adalah 3,3 (baik). Penilaian kinerja tersebut dapat digunakan setelah dilakukan revisi. B. Implementasi Perangkat Tahap kedua dilakukan untuk mengimplementasikan instrumen penelitian yang dikembangkan dengan mengorientasikan pada tujuan yang ingin dicapai yaitu melatihkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Hasil implementasi instrumen penelitian ujicoba lapangan dilakukan pada populasi besar yang meliputi 3 kelas yaitu kelas A (kelompok 1), kelas B (kelompok 2), dan kelas C (kelompok 3) meliputi penguasaan keterampilan berpikir kritis mahasiswa penguasaan tes hasil belajar dan kinerja mahasiswa.
1. Penguasaan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Penguasaan keterampilan berpikir kritis mahasiswa selama proses implementasi perangkat pembelajaran yang dikembangkan ini diukur dengan menggunakan instrumen keterampilan berpikir kritis. Tes tersebut dilakukan dua kali, yaitu tes awal sebelum mahasiswa mengikuti proses pembelajaran (pretest) dan tes akhir dilakukan setelah mahasiswa mengikuti rangkaian kegiatan pembelajaran (posttes). Berdasarkan hasil tes dapat dikemukakan bahwa ada peningkatan penguasaan keterampilan berpikir kritis setelah mahasiswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Peningkatan penguasaan keterampilan berpikir kritis mahasiswa tersebut dapat digambarkan dalam Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Peningkatan Penguasaan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa pada Tiga Kelompok Kelompok I Kelompok 2 Kelompok 3 U1 U2 N-gain U1 U2 N-gain U1 U2 N-gain 52,09 62,21
0,21
47,40 72,70
Pada Tabel 1 diatas terlihat bahwa secara umum bahwa keterampilan berpikir kritis mahasiswa mengalami peningkatan skor. Hal ini dapat dilihat dari rerata N-gain pada ketiga kelompok mahasiswa. Berdasarkan kriteria menurut Hake (1999) N-Gain ratarata untuk semua indikator keterampilan berpikir kritis pada tiga kelompok berada pada kategori sedang dengan indeks nilai NGain 0,70 ≥ x ≥ 0.30. Hal ini membuktikan bahwa dengan implementasi panduan praktikum berorientasi heuristic terbimbing 234
0,48
46,66 71,67
0,46
yang telah dikembangkan dapat melatihkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa pada umumnya mahasiswa menjawab soal hanya memenuhi satu atau dua kriteria saja. Hal ini dapat dilihat dari skor tiap butir soal yang diperoleh mahasiswa untuk pretest adalah 1 dan 2, artinya keterampilan awal berpikir kritis mahasiswa masih berada dalam kategori rendah. Hampir semua mahasiswa mengalami kesulitan dari sekedar merumuskan masalah, mengidentifi-
Ika Nurani Dewi dan Septiana Dwi Utami, Pengembangan Panduan Praktikum Fisiologi Tumbuhan I
kasi variabel, sampai dengan mengorganisaikan data. Hal ini menunjukkan mahasiswa belum memiliki kemampuan yang menekankan pada berpikir sistematis. Ini barangkali disebabkan karena mahasiswa belum banyak mempelajari, apalagi melakukan kegiatan berpikir sistematis pada waktu-waktu sebelumnya. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan perangkat yang dikembangkan diperoleh perbedaan peningkatan penguasaan keterampilan berpikir kritis. Perbedaan peningkatan ini disebabkan karena setiap mahasiswa mempunyai kapasitas intelektual yang berbeda satu sama lain. Sejalan dengan pendapat Bruner (1962) dalam (Nur 2008) intelektual mahasiswa selalu berkembang sesuai dengan kematangan bio-psikologis, pengalaman belajar dan lingkungan sosial. Peningkatan tersebut membuktikan pembelajaran praktikum dengan menggunakan buku panduan yang dikembangkan dapat melatih penguasaan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Hal ini disebabkan karena pertanyaan-pertanyaan yang disajikan dalam LKM dapat merangsang mereka untuk berpikir aktif. Pada fase ini mahasiswa mencari informasi yang sesuai dengan masalah yang disajikan. Dengan penyelidikan yang dilakukan mahasiswa memperoleh pengalaman serta pemahaman tentang apa yang telah dipelajari. Panduan dosen secara lisan selama proses pembelajaran diperlukan oleh mahasiswa, setelah memperoleh penjelasan dari dosen, barulah mereka memahami makna permasalahan. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis sudah mulai tumbuh dan terbentuk seiring dengan latihan yang dilakukan terus menerus.
Demikian halnya menurut Liliasari (2000) kemampuan berpikir akan terus berkembang dengan baik apabila diberikan apabila diberikan suatu pembelajaran yang tepat. 2. Tes Hasil Belajar (THB) Proses Tes yang dilakukan untuk melihat penguasaan keterampilan proses mahasiswa dengan menggunakan THB proses dilakukan dua kali, yaitu pada awal dan akhir perkuliahan dengan menggunakan perangkat yang dikembangkan. Hasil belajar proses ini dinilai dengan menggunakan lembar penilaian tes hasil belajar proses mahasiswa. Proporsi jawaban mahasiswa pada pretest dan posttest untuk masing-masing kelompok digambarkan dalam bentuk diagram batang yang ditunjukkan pada Gambar 1 berikut.
80 70 60 50 40 30 20 10 0
75.29 53.92
73.04 51.61
65.4 45.36 U1 U2
Gambar 1. Diagram THB Proses Mahasiswa pada Tiga Kelompok Berdasarkan pada Gambar diatas diperoleh informasi bahwa untuk ketiga kelompok mahasiswa pada uji awal (pretest) rata-rata jawaban seluruh mahasiswa dari tiga kelompok adalah kurang dari 50. Namun setelah penerapan pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelaja-
235
Jurnal Kependidikan 13 (3): 229-238
ran yang berorientasi heuristic terbimbing, diperoleh hasil rata-rata jawaban mahasiswa pada tiga kelompok berturut-turut adalah 75,2, 73,04, dan 65,4. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan nilai hasil belajar proses dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan kata lain pembelajaran heuristic terbimbing memberikan dampak positif terhadap hasil belajar proses mahasiswa. Dalam pembelajaran ini mahasiswa mengalami dua pengalaman belajar yaitu pengalaman mental dan sosial. Pengalaman mental diperoleh dari panca indera yang terlibat dalam proses pembelajaran, sehingga informasi yang didapatkan berasal dari penemuan mereka sendiri. Pengalaman sosial diperoleh saat mahasiswa berinteraksi dengan teman teman sekelompok, bekerjasama untuk menemukan jawaban. Hal tersebut sesuai dengan kajian psikologi Santyasa (2006) bahwa siswa lebih mudah mempelajari hal yang nyata daripada yang bersifat abstrak. Selain itu, faktor yang mendukung peningkatan tersebut adalah kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode diskusi. Beberapa permasalahan yang muncul dalam penyelidikan diselesaikan oleh mahasiswa itu sendiri melalui diskusi bersama dengan teman, Co.Ass atau dosen. Melalui diskusi mahasiswa diajak untuk berpikir mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil praktikum. Metode diskusi mampu mempertinggi partisipasi setiap anggota dan kelompok secara keseluruhan, sehingga metode diskusi mempengaruhi hasil belajar mahasiswa. Arends (1997) mengemukakan bahwa metode diskusi memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan
236
kemampuan berpikir siswa dan membantu siswa mempelajari berbagai keterampilan komunikasi dan proses berpikir. Selain itu scaffolding yang dilakukan telah mendukung proses pembelajaran tahap demi tahap yang dilakukan mahasiswa untuk memecahkan masalah yang dipecahkan. Hasil penelitian ini mendukung teori yang disampaikan oleh Vygotsky dalam Nur (2008: 6) yang mengungkapkan bahwa scaffolding harus dilakukan dalam tahap belajar untuk memecahkan masalah. Berdasarkan tes hasil belajar proses mahasiswa pada tiga kelompok menunjukkan perbedaan. Dalam teori belajar Piaget (dalam Nur, 2008) menyatakan bahwa ketika pembelajaran berlangsung seorang dosen perlu memperhatikan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Setiap mahasiswa tumbuh melalui tahapan perkembangan yang sama, namun berlangsung pada kecepatan yang berbeda. 3. Kinerja Mahasiswa. Selama pelaksanaan program pembelajaran dilakukan penilaian kinerja mahasiswa dengan menggunakan lembar penilaian kinerja. Penilaian kinerja diperoleh dari laporan yang telah dikerjakan mahasiswa. Tahap ini meliputi membuat laporan akhir hasil praktikum. Laporan akhir dikumpulkan satu minggu setelah melakukan kegiatan praktikum. Hasil penilaian masing-masing aspek post-laboratorium dapat dikemukakan bahwa skor rata-ratanya adalah 56,3 termasuk dalam kategori cukup.
Ika Nurani Dewi dan Septiana Dwi Utami, Pengembangan Panduan Praktikum Fisiologi Tumbuhan I
Laporan 80 60 40 20 0
69.93 51.3
47.86 Laporan
Gambar 2. Diagram Kinerja Mahasiswa pada Tiga Kelompok Tahap post-laboratorium merupakan kegiatan untuk mengumpulkan laporan akhir dan menyajikan hasil praktikum. Setelah mahasiswa melakukan praktikum mahasiswa diminta untuk membuat laporan praktikum. Laporan praktikum berisi judul, abtrak, dasar teori, alat dan bahan, prosedur kerja, tabel pengamatan, pembahasan serta kesimpulan. Pembahasan diarahkan dengan menggunakan analisis data pada LKM. Membuat laporan merupakan wujud tanggung jawab mahasiswa dari hasil yang diperoleh selama kegiatan laboratorium. Menurut Winataputra (2008) belajar akan lebih lancar apabila materi yang dipelajarinya relevan dengan pribadi orang yang belajar dan ia diberi kesempatan bertanggung jawab atas proses belajarnya sendiri. Penilaian kinerja mahasiswa pada tiga kelompok sesuai dengan Gambar 4.3 menunjukkan bahwa aspek penilaian kinerja post-laboratorium berkategori cukup. Penilaian kinerja pada penulisan laporan dilakukan berdasarkan laporan akhir yang telah dibuat mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja pada kegiatan postlaboratorium adalah kinerja yang ditekankan pada evaluasi dan pembuatan laporan.
Pada akhir pembelajaran diberikan angket untuk mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan perangkat yang dikembangkan. Respon perhatian mahasiswa terhadap penerapan pembelajaran dalam kategori baik sebesar 97,73%. Secara umum dapat dijelaskan bahwa respon terhadap perangkat pembelajaran mendapat tanggapan positif dari mahasiswa. Simpulan Berdasarkan temuan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa perangkat model pembelajaran yang dikembangkan efektif untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Meningkatnya kemampuan berpikir diimbangi dengan prestasi belajar yang baik. Hal ini didukung oleh keterlaksanaan pembelajaran dan respon mahasiswa yang baik. Daftar Pustaka Arikunto 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Ciptahar Arends, R. 1997. Learning to Teach : Fifth Edition. New York: McGraw-Hill, Inc. Dahar., R.W.2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga Dwijananti, P & Yulianti, D. 2010. “Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Melalui Pembelajaran Problem Based Instruction pada Mata Kuliah Fisika Lingkungan”. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 108-114. Htpp://journal.unnes.ac.id.
237
Jurnal Kependidikan 13 (3): 229-238
Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching and Learning, What It is and Why It’s Here to Stay. California: Corwin Press Inc. Kurniawan, W dan Endah, D. 2011. Pengembangan Pembelajaran Fisika dengan Metode Penemuan Terbimbing Dapat Mengembangkan Keterampilan Proses Sains. (Online) JP2F, Volume 1 Nomor 2 September 2011 Liliasari., 2000. Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi Calon Guru IPA. Proceeding Nasional Science Education Seminar, The Problem of Mathematics and Science Education and Alternative to Solve the Problems. Malang: JICA-IMSTEP FMIPA UM. Nasution. S, 2008. Berbagai pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
238
Nur, M. 2008. Pengajaran Berpusat Pada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran Edisi Kelima. Universitas Negeri Surabaya. PSMS Santyasa, W. 2006. Pembelajaran Inovatif : Model Kolaboratif, Basis Proyek, Dan Orientasi NOS. (Makalah Disajikan dalam Seminar Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Semarapura Tanggal 27 Desember 2006, di Semarapura). Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta. Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Penerbit Universitas Negeri Malang. Winataputra. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka Zulfiani dkk, 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN.