9
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha Bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko yang berkaitan erat dengan fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan. Pesatnya perkembangan lingkungan eksternal dan internal perbankan juga menyebabkan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha perbankan. Oleh karena itu agar mampu beradaptasi dalam lingkungan bisnis perbankan, Bank dituntut untuk menerapkan manajemen risiko 1. Situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami perkembangan pesat yang diikuti dengan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha perbankan sehingga meningkatkan kebutuhan praktek tata kelola Bank yang sehat (good corporate governance) dan penerapan manajemen risiko yang meliputi pengawasan aktif pengurus Bank, kebijakan, prosedur dan penetapan limit risiko, proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, sistem informasi, dan pengendalian risiko, serta sistem pengendalian intern. Sebelum krisis moneter (7 Juli 1997), hampir seluruh bank swasta dikendalikan oleh pemiliknya merangkap pengurus komisaris/direksi. Bank-bank milik negara pun “dikendalikan” oleh oknum pejabat. Manajemen risiko kurang dikembangkan. Pemilik bank leluasa meminjamkan dana ke kelompok usahanya sendiri/kolega sehingga menghancurkan pondasi industri perbankan nasional. BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) lagi-lagi disalahgunakan konglomerat. 1
Masyhud Ali, Manajemen Risiko (Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis, Jakarta: (PT RajaGrafindo Persada, 2006),hlm.xiii.
Universitas Sumatera Utara
10
Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) pun kesulitan menangani kredit macet sehingga pemulihan sektor-sektor industri lain masih tersendat-sendat. Krisis moneter menyebabkan sektor perbankan nasional mengalami seleksi ketat untuk mempertahankan kegiatannya. Bank umum yang tadinya berjumlah 238 (Tahun 1997) menjadi 149 (2001) yang sebagian dimegerkan (BUMN, Bank swasta nasional). Jumlah kantor (pusat, cabang, dan cabang pembantu) juga menyusut dari 7781 (Tahun 1997) menjadi 6623 (Tahun 2001). Di tengah upaya perbaikan kinerja perbankan nasional, beberapa orang pengusaha dan oknum pejabat/karyawan bank masih berhasil membobol bank BNI dengan L/C fiktif dan BRI sehingga menambah kerugian kedua bank tersebut yang jumlah totalnya hampir Rp. 2.000.000.000.000.000 (dua triliun rupiah). Publik makin kuatir dan mempertanyakan citra perbankan nasional 2. Salah satu aspek penting dalam Good Corporate Governance adalah perlu diterapkannya manajemen risiko terlebih dalam dunia perbankan. Bank sebagai lembaga keuangan memegang aspek krusial dalam mendukung perekonomian nasional sehingga perlu suatu pengaturan yang sistematis dan menyeluruh dalam menyikapi berbagai risiko perbankan yang muncul dan yang akan muncul setiap saat. Untuk menentukan berhasil atau tidaknya penerapan manajemen risiko dalam suatu bank, mutlak diperlukan peranan secara aktif oleh Dewan Komisaris dan Direksi sebaga pengawas dan penyelenggara pelaksanaan pengelolaan Bank tersebut. Ibaratnya tubuh manusia, maka Direksi dan Dewan Komisaris
2
Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance (Konsep dan Penerapannya Dalam Konteks Indonesia), (Jakarta: Ray Indonesia, 2005), hal 142-143
Universitas Sumatera Utara
11
merupakan “otak” bagi berjalannya fungsi dan metabolisme tubuh manusia secara baik 3. Manajemen risiko dimulai dengan adanya kesadaran Manajemen menyadari bahwa risiko pasti ada di dalam suatu perusahaan, oleh karena itu risiko tersebut harus dapat dikendalikan 4. Tidak mungkin dalam menjalankan kinerjanya suatu perusahaan tidak menemui risiko, karena risiko erat kaitannya dengan keberhasilan juga kegagalan. Disinilah perlu kesadaran dari pihak manajemen suatu perusahaan untuk dapat mengenali, memantau dan mengendalikan risiko tersebut. Penerapan manajemen risiko tersebut akan memberikan manfaat, baik kepada perbankan maupun otoritas pengawasan Bank. Bagi perbankan, penerapan manajemen risiko dapat meningkatkan shareholder value, memberikan gambaran kepada pengelola Bank mengenai kemungkinan kerugian Bank di masa datang, meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusan yang sistematis yang didasarkan atas ketersediaan informasi, digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja Bank, digunakan untuk menilai risiko yang melekat pada instrumen atau kegiatan usaha Bank yang relatif kompleks serta menciptakan infrastruktur manajemen risiko yang kokoh dalam rangka meningkatkan daya saing Bank. Bagi otoritas pengawasan Bank, penerapan manajemen risiko akan mempermudah penilaian terhadap kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank yang dapat mempengaruhi permodalan Bank dan sebagai salah satu dasar penilaian dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan Bank. 3
Ibid,hal.34
4
Husein Umar, Manajemen Risiko Bisnis (Pendekatan Finansial dan Non Finansial), (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1998), Hal. 17.
Universitas Sumatera Utara
12
Esensi dari penerapan manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha Bank tetap dapat terkendali
(manageable)
pada
batas/limit
yang
dapat
diterima
serta
menguntungkan Bank. Namun demikian mengingat perbedaan kondisi pasar dan struktur, ukuran serta kompleksitas usaha Bank, maka tidak terdapat satu sistem manajemen risiko yang universal untuk seluruh Bank sehingga setiap Bank harus membangun sistem manajemen risiko sesuai dengan fungsi dan organisasi manajemen risiko pada Bank 5. Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan Bank. Untuk dapat menerapkan proses manajemen risiko, maka pada tahap awal Bank harus secara tepat mengidentifikasi risiko dengan cara mengenal dan memahami seluruh risiko yang sudah ada (inherent risks) maupun yang mungkin timbul dari suatu bisnis baru Bank, termasuk risiko yang bersumber dari perusahaan terkait dan afiliasi lainnya. Setelah dilakukan identifikasi risiko secara akurat, selanjutnya secara berturut-turut Bank perlu melakukan pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko. Pengukuran risiko tersebut dimaksudkan agar Bank mampu mengkalkulasi eksposur risiko yang melekat pada kegiatan usahanya sehingga Bank dapat memperkirakan dampaknya terhadap permodalan yang seharusnya dipelihara dalam rangka mendukung kegiatan usaha dimaksud. Sementara itu, dalam rangka melaksanakan pemantauan risiko, Bank harus melakukan evaluasi terhadap 5
Surat Edaran Bank Indonesia No./21/DPNP/2003 tentang Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.
Universitas Sumatera Utara
13
eksposur risiko, terutama yang bersifat material dan atau yang berdampak pada permodalan Bank. Manajemen menyadari bahwa risiko pasti ada didalam suatu perusahaan, oleh karena itu risiko tersebut harus dapat dikendalikan. Tidak mungkin dalam menjalankan kinerjanya tersebut suatu perusahaan tidak menemui risiko, karena risiko erat kaitannya dengan keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan. Disinlah perlunya kesadaran dari pihak manajemen suatu perusahaan untuk dapat mengenali, memantau dan mengendalikan risiko tersebut. Ketidakpastian dan risiko merupakan kenyataan yang harus dihadapi perusahan dalam upayanya
menciptakan
nilai.
Semakin
tinggi tingkat
ketidakpastian, semakin tinggi pula risikonya. Tantangan bagi Direksi dan Dewan Komisaris adalah memahami aspek-aspek yang terkait dengan pengelolaan risiko tersebut secara efektif sehingga perusahaan dapat memperbesar kemungkinan keberhasilan pencapaian sasaran-sasarannya baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Efektivitas kerja Dewan Komisaris dan Direksi dipengaruhi oleh beberapa faktor penentuan dan prasyarat komposisi anggota kedua organ tersebut, komite-komite yang dimiliki Dewan Komisaris, pembagian fungsi, wewenang, tanggung jawab setiap anggota Dewan komisaris maupun Direksi, komunikasi yang baik diantara kedua organ dan dengan pemegang saham dan para pemangku kepentingan dukungan fungsi dan peran sekretaris perusahaan, adanya penilaian kerja yang dilakukan secara obyektif, independen yang dikaitkan dengan remunerasi 6.
6
Mas Achmad Daniri,OpCit, hal 143.
Universitas Sumatera Utara
14
Seandainya Dewan Komisaris dan Direksi pro aktif mengawasi, melihat kecukupan kebijakan, prosedur penetapan limit, kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko dengan menggunakan sistem informasi serta pengendalian intern bank itu secara menyeluruh sesuai dengan ruang lingkup manajemen risiko ketentuan Bank Indonesia, pembobolan bank tersebut
mungkin
dapat
dihindari
setidak-tidak
potensi
kerugiannya
diminimalisasi 7. Munculnya kasus-kasus tersebut bertepatan dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia mengenai kewajiban bagi semua bank untuk menerapkan manajemen risiko 8. Berdasarkan pengalaman pahit yang dihadapi industri perbankan saat krisis tersebut, Bank Indonesia telah mengeluarkan serangkaian kebijakan yang secara langsung maupun tidak langsung mendukung pelaksanaan Good Corporate Governance bagi dunia perbankan. Beberapa di antaranya yang saling berhubungan adalah Penugasan Direktur Kepatuhan, Pedoman Penerapan Manajemen Risiko, Sistem Pengendalian Intern, Tingkat Kesehatan Bank, serta Rencana Bisnis Bank Umum di samping beberapa kebijakan lainnya 9. Terjadinya, kasus-kasus tersebut di atas pada tahun yang sama, yang diharapkan tidak muncul secara bersamaan (mutually exchasive) harus dijadikan sebagai sebuah pelajaran berharga yaitu bahwa Manajemen Risiko memiliki manfaat yang besar dan perlu segera diterapkan secara konsekuen dan konsisten oleh semua bank yang beroperasi di Indonesia. Kesadaran akan perlunya 7
Robert Tampubolon, Risk Management (Manajemen Risiko): Pendekatan Kualitatif Untuk Bank Komersial), (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004),.hal.vii-viii 8 Ibid, hal.xi 9 Jimmy E. Elias, Peranan Manajemen Risiko Strategik Dalam Mendukung Good Corporate Governance, Jurnal Hukum Bisnis Vol.23 No.3 Tahun 2004, hal.52
Universitas Sumatera Utara
15
Manajemen Risiko menjadi semakin penting ketika masih banyak manajemen bank yang berpendapat bahwa pembangunan sebuah manajemen risiko hanyalah menambah beban bank dan bukan sebagai sesuatu yang memiliki nilai tambah dan mendatangkan manfaat 10. Manajemen risiko merupakan proses yang berlangsung terus-menerus. Jika digunakan dengan wajar, manajemen risiko dapat membantu perusahaan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Manajemen risiko dapat membantu perusahaan untuk mengatur kembali dirinya sendiri dan membuatnya menjadi lebih kompetitif. Manajemen risiko merupakan suatu alat yang dapat membuat perusahaan menjadi kuat 11. Beberapa kegunaan yang dapat diperoleh perbankan dari penerapan Manajemen Risiko, yaitu 12: a.
Penyempurnaan tata kelola bank. Bahwa proses sistemasi manajemen risiko bank akan melibatkan semua komponen dalam organisasi bank dimulai dari baris terdepan satuan kerja lini hingga para auditor dari satuan kerja audit intern. Salah satu program komunikasi yang paling awal dilaksanakan dalam penerapam manajemen risiko adalah program “risk awareness”. Kesadaran terhadap
risiko
(risk
awareness)
merupakan
modal
utama
dalam
pengembangan budaya risiko (risk culture). b.
Pemahaman yang lebih baik terhadap titik-titik rawan dalam value chain bisnis dalam pengelolaan laba dan rugi bank. Bahwa identifikasi risiko memungkinkan kita untuk memahami bagian-bagian kritis dalam value chain yang berpotensi menghambat pencapaian target kinerja yang telah ditetapkan.
10
Robert Tampubolon,. Loc.Cit. Husein Umar, Op.cit, hal.12. 12 Rudjito, Kegunaan Penerapan Risk Management Untuk Perbankan, Jurnal Hukum Jurnal Hukum Bisnis Vol. 23 No. 3, Tahun 2004, hal 14-21. 11
Universitas Sumatera Utara
16
Tugas manajemen bank selanjutnya adalah menciptakan metode dan prosedur pengendalian risiko secara memadai sehingga dampak kerugian yang dialami menjadi semakin rendah. c.
Pemenuhan regulasi. Bahwa perbankan sebagai lembaga kepercayaan telah diatur secara ketat oleh otoritas jasa perbankan, sehingga sangat wajar jika manajemen bank menetapkan kepatuhan terhadap regulasi sebagai salah satu fokus operasional bank. Penerapan manajemen risiko bank juga dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban kepatuhan dimaksud.
d.
Pengembangan kompetensi SDM Bank. Bahwa penerapan manajemen risiko perbankan merupakan suatu inisiatif yang komprehensif diantaranya meliputi program komunikasi. Program komunikasi meningkatkan kemampuan SDM, meningkatkan profesionalisme, dan mengembangkan budaya kerja.
e.
Penyamaan Level Playing Field – peningkatan reputasi. Bahwa mengingat pengembangan dan praktik manajemen risiko yang sistematis dimulai oleh perbankan di negara-negara maju, penerapan praktik-praktik oleh perbankan domestik merupakan salah satu upaya untuk menunjukkan bahwa kualitas dan kelengkapan tata kelola organisasi bank domestik sejajar dengan perbankan internasional lainnya.
f.
Pengembangan Early Warning System. Bahwa kerangka kerja manajemen risiko bank dikembangkan dengan memanfaatkan data dan informasi historis namun memiliki perspektif ke masa depan. Hal tersebut tercermin pada perancangan piranti-piranti pemantauan dan pelaporan risiko yang juga merupakan fasilitas yang dapat digunakan oleh manajemen bank.
Universitas Sumatera Utara
17
g.
Pengintegrasian pengelolaan risiko. Bahwa penerapan manajemen risiko yang strategis biasanya sejak awal dirancang untuk memastikan bahwa proses pengelolaan atas seluruh jenis risiko bank dapat dilakukan secara terpadu. Proses manajemen risiko dimaksud akan memberikan informasi secara komprehensif tentang eksposur risiko yang ada dan kualitas sistem pengendaliannya.
h.
Fasilitas proses pengambilan keputusan yang lebih baik. Bahwa pada dasarnya, manajemen risiko yang sistematis memang disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi dan masukan yang dapat meningkatkan kualitas keputusan manajemen bank.
i.
Perencanaan bisnis bank yang lebih baik. Bahwa kemampuan sistem informasi manajemen risiko bank untuk memberikan perspektif masa depan tentang eksposur risiko dan sistem pengendalian risiko yang dimiliki bank merupakan sumber daya yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam membuat perencanaan bisnis bank.
j.
Mendukung implementasi Risk Based Audit. Bahwa risk based audit merupakan suatu pola kerja audit yang memfokuskan kepada aktivitasaktivitas bisnis bank yang memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi jika dibandingkan lainnya. Manajemen risiko bank diharapkan dapat mendukung penerapan risk based audit dengan menyediakan hasil pemetaan risiko (risk map) dan profil risiko (risk profile) bank secara keseluruhan.
k.
Peningkatan stakeholder value. Bahwa penerapan manajemen risiiko yang dilakukan sebuah bank telah banyak dimanfaatkan sebagai salah satu selling point untuk mendapat dana, baik yang berjangka panjang seperti penerbitan
Universitas Sumatera Utara
18
subordinate debt dan penjualan saham. Selama ini, upaya dimaksud cukup mendapatkan sambutan yang baik dari para calon investor, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
B. Perumusan Masalah Sesuai dengan judul skripsi ini, yaitu “ Penerapan Manajemen Risiko Sehubungan dengan Pengelolaan Risiko Kredit”, maka permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah: 1.
Bagaimana pengaturan mengenai manajemen risiko bagi Bank Umum berdasarkan PBI No. 5/8/2003?
2.
Apa pengertian risiko kredit dan bagaimana penggunaan dan pengendalian risiko kredit dalam perbankan?
3.
Bagaimana penerapan manajemen risiko sehubungan dengan risiko kredit pada Bank Mandiri?
C.
Tujuan dan Manfaat Penulisan Adapun yang dapat dijadikan tujuan dari pembahasan dalam skripsi ini
dapat diuraikan sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui pengaturan dan pedoman mengenai manajemen risiko bagi Bank Umum berdasarkan PBI No. 5/8/2003.
2.
Untuk mengetahui pengendalian risiko kredit dan penggunaan analisi kredit dalam perbankan.
3.
Untuk mengetahui penerapan manajemen risiko sehubungan dengan risiko kredit pada Bank Mandiri.
Universitas Sumatera Utara
19
Manfaat penulisan yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.
Secara teoritis Secara teoritis, diharapkan pembahasan terhadap masalah-masalah yang akan dibahas melahirkan pemahaman akan pentingnya Penerapan Manajemen Risiko pada Bank sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia dan secara khusus dapat mengetahui bagaimana
pengelolaan risiko kredit pada PT. Bank
Mandiri ( Persero ) Tbk. 2.
Secara praktis Secara praktis, pembahasan dalam skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca, dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi kalangan akademisi dalam menambah wawasan pengetahuan mengenai Manajemen Risiko dalam dunia perbankan, khususnya tentang Penerapan Manajemen Risiko Sehubungan Dengan Pengelolaan Risiko Kredit Pada PT. Bank Mandiri.
D.
Keaslian Penulisan “Penerapan Manajemen Risiko Sehubungan Dengan Pengelolaan Risiko
Kredit Pada PT. Bank Mandiri” yang diangkat menjadi judul dari skripsi ini merupakan karya ilmiah yang sejauh ini belum pernah ditulis di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU), terutama yang berkaitan dengan Penerapan Manajemen Risiko Sehubungan Dengan Pengelolaan Risiko Kredit Pada PT. Bank Mandiri. Penulis skripsi ini berdasarkan riset, referensi buku-buku, media cetak dan elektronik, juga melalui bantuan dari berbagai pihak.
Universitas Sumatera Utara
20
E.
Tinjauan Kepustakaan Defenisi Risiko menurut Pasal 1 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia
No.5/8/PBI/2003 adalah potensi terjadinya suatu peristiwa (event) yang dapat menimbulkan kerugian bank. Dalam Webster’s Desk Dictionary risiko didefenisikan sebagai berikut: “risk is eksposure ti chance of injury or loss”. 13 Sedangkan pengertian Manajemen Risiko adalah serangkaian prosedur
dan
metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Manajemen risiko adalah upaya untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengelola sedemikian rupa sehingga perusahaan (bank) senantiasa dapat menerapkan pengendalian atas kondisi saat ini maupun mengantisipasi potensi risiko yang timbul sehingga bank dapat memenuhi tujuan dan sasarannya. Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dikatakan bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pasal 1 ayat (3) UU Perbankan menyatakan bahwa Bank adalah badan usaha yang melaksanakan kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang 13
Iban Sofyan, Manajemen Risiko, ( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), hal. 2.
Universitas Sumatera Utara
21
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-Undang dikatakan bahwa bank pada saat ini diwajibkan untuk melakukan penerapan manajemen risiko dalam kegiatan operasional bank. Salah satu kegiatan yang penting adalah menangani risiko kredit. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/2003 jo Peraturan Bank Indonesia No.11/25/BI/2009 Risiko Kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. Sedangkan menurut H. Masyhud Ali risiko kredit 14 adalah risiko kerugian yang diderita bank, terkait dengan kemungkinan bahwa pada saat jatuh tempo, counterparty-nya gagal memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada bank. Kebijakan pemberikan kredit yang sehat, merupakan salah satu contoh implementatif dari pengendalian risiko kredit yang dilakukan oleh perbankan. Penilaian kelayakan pengajuan pembiayaan yang berdasarkan oleh analisa 5C juga merupakan hasil adaptasi dari penerapan pengendalian risiko kredit perbankan. Demikian juga tahapan pengikatan yang dilakukan terhadap masingmasing tipe jaminan juga tidak dapat lepas dari pengaruh bagaimana selama ini perbankan melakukannya.
F.
Metode Penulisan Untuk melengkapi penulisan skripsi ini dengan tujuan agar dapat lebih
terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan yang digunakan antara lain:
14
H.Masyhud Ali,Op.Cit,hal.195.
Universitas Sumatera Utara
22
1.
Jenis Penelitian Dalam menyusun skripsi ini digunakan metode penelitian hukum normatif
yang bersifat deskriptif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian dengan hanya mengolah dan menggunakan data-data sekunder. Sedangkan yang bersifat deskriptif maksudnya penelitian tersebut kadangkalan dilakukan dengan melakukan suatu survei ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang dapat mendukung teori yang telah ada. 2.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan dilakukan dengan cara: 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Yaitu melakukan penelitian dengan meneliti bahan pustaka seperti: bukum internet, pendapat sarjana, jurnal, majalah, dokumen-dokumen pemerintah termasuk peraturan perundang-undangan. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Suatu pengumpulan data dengan penelitian langsung ke lapangan yaitu di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Kantor Wilayah I Medan.
G.
Sistematika Penulisan Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus
diuraikan secara sistematis. Untuk mempermudah penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab-bab yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah: BAB I
:
PENDAHULUAN
Universitas Sumatera Utara
23
Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan sistematika penulisan.
BAB II
:
PENGATURAN TENTANG MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM BERDASARKAN PBI NO. 5/8/2003 JO. PBI 11/25/2009 Bab ini akan menjabarkan hal-hal umum yang berkaitan dengan penerapan manajemen risiko yang ditinjau dari Peraturan Bank Indonesia dan pedoman umumnya yaitu mengenai dasar hukum, ruang lingkup, pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris, proses pelaksanaan, pengendalian intern, peranan Komite Audit dan Komite Manajemen Risiko serta pelaporan dan penilaian penerapan Manajemen Risiko.
BAB III :
PENGENDALIAN DAN PENGGUNAAN RISIKO KREDIT DALAM PERBANKAN Bab ini akan menjabarkan hal-hal yang berkenaan dengan risiko kredit yaitu mengenai pengertian, penggunaan analisis risiko kredit, aspek risiko kredit dan pengendalian risiko kredit dalam bidang perbankan secara umum.
BAB IV :
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO SEHUBUNGAN DENGAN PENGELOLAAN RISIKO KREDIT (STUDI PADA PT. BANK MANDIRI TBK Bab ini akan mengulas secara deskriptif bagaimana Penerapan Manajemen Risiko sehubungan dengan pengelolaan risiko kredit
Universitas Sumatera Utara
24
yang diterapkan oleh PT. Bank Mandiri (PERSERO) Tbk, Kantor Wilayah I Medan dimulai dengan visi dan misi Bank Mandiri dalam Risiko, kebijakan dan limit risiko, persiapan implementasi Basel II serta Pengelolaan Risiko Kredit. BAB V
:
KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir ini dirumuskan suatu kesimpulan dari pembahasan
permasalahan
yang
dilanjutkan
dengan
memberikan saran yang diharapkan mungkin akan dapat berguna dalam prakteknya.
Universitas Sumatera Utara