BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang berbhineka tunggal ika kaya dengan budaya
dan kesenian tradisional di tiap-tiap daerah. Keanekaragaman seni budaya tersebut dapat dilihat dari aspek bahasa, kesenian, dan adat istiadat. Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan kebenarannya oleh masyarakat
yang
memiliki
kebudayaan
tersebut.
Sebagai
pengetahuan,
kebudayaan adalah suatu satuan ide yang ada dalam kepala manusia dan bukan suatu gejala (yang terdiri atas kelakuan dan hasil kelakuan manusia) (Suparlan, 2004:2). Dalam kehidupan sosial warga masyarakat tersebut selalu mewujudkan berbagai kelakuan dan hasil kelakuan tersebut harus saling mereka pahami agar keteraturan sosial dan kelangsungan hidup mereka sebagai makhluk sosial dapat tetap dipertahankan. Kebudayaan Jawa yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa hingga saat ini adalah kesenian. Kesenian tradisional Jawa yang terus mengalami perkembangan itu antara lain seni musik dan kesusastraan. Bahasa Jawa sebagai salah satu bahasa daerah pun berhak mendapat perlakuan demikian (dihormati dan dipelihara) karena bahasa Jawa pun merupakan sebagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup. Pikiran tersebut mendapatkan pembenaran dari penjelasan UUD 1945 pasal 36, yang menyatakan bahwa “…bahasa-bahasa itu (bahasa-bahasa daerah) akan dihormati dan dipelihara juga oleh Negara.”
1
2
(Wiryaatmaja, dkk., 1987:1). Hal ini menunjukkan bahwa lagu Jawa termasuk dalam kebudayaan Jawa tradisional yang menjadi aset kekayaan nasional hingga keberadaannya telah diakui dunia internasional. Di setiap unsur kehidupan masyarakat baik berupa sistem teknologi, sistem ekonomi, kehidupan religi, kesenian kemasyarakatan, maupun kesusastraan dapat ditemukan dalam kebudayaan masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa memiliki ragam kesenian tersendiri yang tumbuh sesuai perkembangan kebudayaannya dan sedikit banyak mengalami kontak dengan budaya asing. Bentuk kontak kebudayaan mengakibatkan kebudayaan asing sedikit banyak mempengaruhi kebudayaan Jawa asli, salah satunya adalah bidang teknologi musik di dunia barat. Musik merupakan salah satu bentuk kesenian yang paling komunikatif. Para seniman barat melakukan inovasi dengan memunculkan alat musik diatonik seperti keyboard, gitar elektrik, drum, hingga saxophone. Kemunculan alat-alat musik tersebut mempunyai pengaruh secara global hingga ke Indonesia tidak terkecuali di Jawa. Musik adalah nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, melodi, dan keharmonisan terutama yg menggunakan alatalat yg dapat menghasilkan bunyi-bunyian dengan unsur pendukung berupa bentuk
gagasan,
sifat,
dan
warna
bunyi;
dan
lirik
(sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Musik). Beberapa ragam musik yang umum untuk mengiringi lagu berbahasa Jawa antara lain musik gamelan, musik keroncong, musik campursari, dan musik dangdut. Namun dalam perkembangannya saat ini lagu berbahasa Jawa telah dibawakan dengan sangat apik melalui iringan musik
3
bossas. Musik bossas atau juga dikenal dengan bossa nova berasal dari Latin. Bossa nova artinya adalah tren baru yaitu gaya musik Brazil yang diciptakan oleh Joao Gilbert dan dipopulerkan oleh Antonio Carlos Jobim dan Moraes berkembang antara tahun 1958–1963 (sumber: http://www.wartajazz.com/opinijazz/2002/09/06/jazz-dan-musik-populer-dalam-lintasan-sejarah). Dengan tetap mempertahankan keaslian lirik berbahasa Jawa, Bossanova Jawa yang merupakan band asal Semarang berhasil membuktikan kreatifitas mereka dengan mengcover lagu-lagu campursari menjadi bossa nova Jawa. Hal ini sangat menginspirasi bagi para generasi muda di Indonesia, Jawa terutama untuk terus mengembangkan seni tradisi lokal. Terbukti hingga saat ini Bossanova Jawa telah mengeluarkan empat album yang sudah beredar luas di masyarakat. Bossanova Jawa terbentuk karena wujud apresiasi musisi muda Jawa terhadap lagu berbahasa Jawa yang semakin lama semakin sedikit diminati oleh generasi modern. Melalui proyek Bossanova Jawa ini lagu berbahasa Jawa dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda modern untuk terus mengembangkan seni tradisional Jawa. Bekerja sama dengan IMC Duta Record Semarang, grup Bossanova Jawa pada tahun 2001 berhasil mengeluarkan album Exclusive Bossanova Jawa Vol. 1. Personil Bossanova Jawa merupakan gabungan musisi Semarang yang di pelopori oleh Wandy Gaotama J dari IMC Duta Record, Pipit Lisna merupakan vokalis pada album pertama (vokalis pada album berikutnya adalah Donna, Wening, dan Widya), personil yang lain terdiri dari Awig (lead-guitar), Anang (bass guitar), Rifai (saxophone), dan Bambang Progressio (drum dan alat perkusi). Bossanova
4
Jawa berhasil merilis album pertamanya yang berisi sepuluh lagu campursari yang sudah popular sebelumnya, yakni Terminal Tirtonadi, Kena Godha, Isih Tresna, Janjimu, Tanjung Mas Ninggal Janji, Stasiun Balapan, Lingsir Wengi, Wengi Sepi,
Bocah
Ndesa,
dan
Pupus
Tresna
(sumber:
https://www.facebook.com/bossajawa/info?tab=page_info). Kesepuluh lirik lagu dalam album Bossanova Jawa tersebut akan menjadi obek kajian penelitian ini. Adapun penelitian ini diberi judul “Diksi dalam Lirik Lagu Bossanova Jawa: Analisis Morfologi”. Selanjutnya penulisan lirik lagu Bossanova Jawa pada penelitian ini akan diubah menjadi LLBJ agar mempermudah penyebutannya.
1.2
Rumusan Masalah Lirik-lirik lagu Bossanova Jawa album pertama sudah tidak asing di
telinga masyarakat Jawa, karena semua lagu yang ada merupakan cover ulang dari lagu campursari yang telah populer di tahun 1990-an. Mengingat bahasa yang digunakan dalam LLBJ mengandung diksi dan gaya bahasa tertentu, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teori pengkajian morfosintaksis (Suwadji, dkk., 1986). Sehubungan dengan hal tersebut permasalahan yang muncul dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Apa yang melatarbelakangi munculnya genre musik bossa nova Jawa (Javabossa)? b. Bagaimanakah diksi yang berwujud kata berafiks dan kata ulang dalam LLBJ?
5
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan dari rumusan
masalah, yakni mendeskripsikan secara singkat awal munculnya genre musik bossa nova hingga sekarang berkembang di Indonesia menjadi Javabossa, serta mengungkap secara morfologis kata yang mengalami afiksasi dan kata ulang dalam LLBJ dengan menggunakan kajian morfosintaksis.
1.4 1.4.1
Ruang Lingkup Penelitian Ruang Lingkup Data Sumber data yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah album
Bossanova Jawa Vol. 1, bentuknya berupa file mp3. Album ini diproduksi oleh IMC Duta Record Semarang yang dirilis pada tahun 2001. Dalam album ini terdapat sepuluh lagu yakni, Terminal Tirtonadi, Kena Godha, Isih Tresna, Janjimu, Tanjung Mas Ninggal Janji, Stasiun Balapan, Lingsir Wengi, Wengi Sepi, Bocah Ndesa, dan Pupus Tresna. 1.4.2 Ruang Lingkup Pembahasan Dalam penelitian ini pembahasan akan dibatasi pada penjelasan tentang awal mula munculnya genre musik bossa nova hingga perkembangannya di Indonesia, serta menganalisis secara morfologis kata yang mengalami afiksasi dan kata yang mengalami reduplikasi pada kesepuluh LLBJ.
6
1.5
Tinjauan Pustaka Penelitian dengan menggunakan kajian morfologi maupun lirik lagu
sebagai objek penelitiannya sudah banyak dilakukan. Berikut ini beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan tinjauan pustaka pada penelitian ini. Sulistyawati (2001), Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada meneliti “Nama-nama Permainan Tradisional di Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten: Analisis Morfo-Semantis”. Penelitian ini membahas tentang nama-nama permainan tradisional di kecamatan Ngawen kabupaten Klaten dan berbagai cara pembentukannya yang terdiri dari monomorfemis dan polimorfemis. Nama permainan tradisional yang berbentuk polimorfemis dibagi berdasarkan cara pembentukannya yaitu afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan. Exalanti (2008), Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia meneliti “Syair-syair Lagu Dalam Kajian Puisi: Analisis Parikan Sebagai Puisi Kontekstual”. Penelitian ini berkonsentrasi pada perbandingan parikan yang terdapat dalam syair lagu Genk Kobra dengan kaidah metrum puisi Jawa tradisional, serta unsur tema yang terkandung dalam syair lagu Genk Kobra. Purnawati (2004), Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada meneliti “Nama-nama Panji dan Prajurit Keraton Yogyakarta: Analisis MorfoSemantis”. Penelitian ini mengungkap secara morfologis pembentukan kata namanama panji dan nama-nama prajurit keraton Yogyakarta, serta mengungkap secara semantic
arti atau makna leksikal nama-nama panji dan nama-nama prajurit
keraton Yogyakarta.
7
Fitrianto (2011), Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada meneliti “Analisis Lirik Tembang Campursari Karya Cak Diqin”. Dalam penelitian ini membahas tentang manipulasi kesamaan bunyi, makna yang terkandung dalam lirik lagu serta ciri khas karya Cak Diqin. Ballerina (2012), Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada berjudul ”Syair Dan Ragam Gerak Tari Ratoeh Duek Kelompok Samantraya: Analisis Semiotis”. Penelitian ini membahas tentang struktur syair tari Ratoeh Duek, ragam gerak tari Ratoeh Duek, serta hubungan kajian semiotik antara syair dengan ragam gerak tari Ratoeh Duek. Kurnia (2001), Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada berjudul “Nama-nama dan Unsur Gunungan dalam Upacara Garebeg di Kraton Yogyakarta: Analisis Morfo-Semiotis”. Pembahasan penelitian ini dibatasi pada bidang morfologi mengenai bentuk morfem, dan gabungan antara morfem satu dengan morfem lain yang membentuk kata. Pembahasan dari segi semiotik mengenai sistem tanda, makna tanda, dan unsur gunungan. Hingga saat ini sudah banyak sekali penelitian yang menggunakan syair lagu sebagai objek penelitian, namun sejauh ini belum ada penelitian tentang LLBJ. Beberapa penelitian di atas menjadi pengaruh pada penentuan masalah dalam penelitian ini, sehingga menarik peneliti untuk menjadikan LLBJ sebagai objek penelitian dengan menggunakan teori linguistik yang menitikberatkan pada afiksasi.
8
1.6
Landasan Teori Morfologi adalah tataran ilmu bahasa bidang linguistik yang mempelajari
morfem dan kombinasi-kombinasinya atau bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata yaitu morfem (Kridalaksana, 2001:142). Morfem adalah satuan yang paling kecil dan bermakna (Ramlan, 1985:24). Kata merupakan dua macam satuan, satuan satuan fonologi dan satuan gramatik. Sebagai satuan fonologi terdiri dari satu atau beberapa suku kata dan suku kata itu terdiri dari satu atau beberapa fonem. Sebagai satuan gramatik terdiri atas satu atau beberapa morfem (Ramlan, 1985:29). Sebagai
bentuk
analisis,
kajian
sastra
mengandung
proses
pengorganisasian, penafsiran, dan penilaian bahan kajian sesuai dengan masalah, pendekatan, dan landasan teoretis yang digunakan. Penafsiran berisi pemberian makna pada satuan-satuan paparan dalam teks sastra sesuai dengan klasifikasi masalah yang ditentukan. Penilaian ini berkaitan dengan pencocokan satuan bahan kajian, penafsiran yang dibuahkan, dan konsep teoretis yang digunakan dengan isi penjelasan yang dibuahkan (Aminuddin, 1995:39-40). Lirik bila dilepas dari unsur iramanya (berdiri sendiri) dapat disebut puisi, karena bentuknya seperti puisi berupa larik dan bait. Lirik adalah kata-kata pengisi lagu yang merupakan bagian dari unsur bahasa dalam musik, berkaitan dengan sastra yakni puisi (Luxemburg, 1982:175). Dari pendapat Luxemburg dapat diketahui bahwa teks-teks lagu dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, misalnya bentuk puisi, prosa, percakapan langsung, bahkan pada doa. Dapat dibuktikan pada contoh lirik lagu di bawah ini:
9
Sapa kuwat nglakoni „siapa yang kuat menjalani‟ Yen nyawang wong sing taktresnani „jika melihat orang yang kucintai‟ Lungguh jejer lan sesandhingan „duduk berdampingan dan bersanding‟ Kinubeng tamu ra karuwan „dikelilingi banyak tamu‟ Gela rasaning ati „kecewa rasa di hati‟ Pa iki wis ginaris pesthi „apa ini sudah pasti takdir‟ Aku kudu pepisahan „aku harus mengalami perpisahan‟ Seprene nggonku sesambungan „sampai saat ini kebersamaanku‟ (Lirik lagu Isih Tresna bait 1 dan 2)
Puisi di atas merupakan penggalan lirik lagu berjudul Isih Tresna yang terdapat pada album BJ. Lirik termasuk dalam kategori puisi Jawa modern yang merupakan cerminan budaya tulis dengan ada batasan tertentu yang tidak membebani pengarang dalam penulisannya. Lirik merupakan jenis puisi yang dipakai untuk menuangkan ekspresi, mengungkapkan apa ada pada pikiran pengarang atau apa yang sedang dirasakan pengarang agar orang lain dapat mengetahui dan ikut merasakannya. Dalam konsep ini tersirat pernyataan bahwa puisi didudukkan sebagai sebuah komponen dalam model komunikasi (Wiryaatmaja, dkk., 1987:33). Gaya pada dasarnya merupakan cara yang digunakan pengarang dalam memaparkan gagasan sejalan dengan tujuan dan motif yang melatarbelakanginya. Untuk mencapai tujuan dengan berbaagai motif dan tujuan tersebut maka pengarang secara kreatif menyusun aspek isi tuturannya. Ditinjau dari segi motif, melalui
penggunaan
gaya
pengarang
dapat
menampilkan
kekhasan,
pemberontakan, dan menghadirkan seni baru dalam kreasi penciptaan. Penggunaan gaya juga diarahkan oleh bentuk karya sastra yang ingin dihasilkan pengarang.
10
Diksi sangat berperan dalam proses pembentukan gaya sebuah karya. Dari pilihan kata yang digunakan akan menghasilkan suatu unsur yang estetis, unsur tersebut berkaitan erat dengan gaya bahasa. Gorys Keraf (1984:24) dalam bukunya “Diksi dan Gaya Bahasa” menyebutkan tiga kesimpulan mengenai diksi, yaitu: a. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan kata-kata yang tepat. b. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai atau cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. c. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan penguasaan sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa. Gaya bahasa itu dapat berupa gaya bahasa perorangan, gaya bahasa periode, bahkan gaya bahasa suatu bangsa. Tiap pengarang mempunyai gaya bahasa sendiri sesuai dengan sifat dan kegemaran masing-masing pengarang. Gaya pada dasarnya merupakan cara yang digunakan pengarang dalam mewujudkan bentuk ekspresi, sehingga pemahaman bunyi dalam teks sastra pada konteks kajian stilistik tidak sama dengan kajian bunyi pada konteks kajian fonologi. Kajian bunyi dalam karya sastra tidak dapat dilepaskan dari hubungan fungsionalnya dengan unsur lain dalam satuan sistem tandanya, hubungan
11
fungsionalnya dengan tujuan dan motif penutur, dan efek yang ditimbulkannya pada pembaca (Aminuddin, 1995:132). Gaya bahasa merupakan sarana sastra yang turut menyumbangkan nilai kepuitisan atau estetik karya sastra, bahkan seringkali nilai seni suatu karya sastra ditentukan oleh gaya bahasanya (Pradopo, 2009:263). Selain itu pemilihan kata yang digunakan memiliki hubungan dengan efek makna dan suasana pada tiap baris, sehingga pendengar dapat menikmati keindahan dan keselarasan bunyi di akhir kalimat. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan gagasan, serta bagaimana membentuk kelompok kata-kata yang tepat. Pemilihan kata yang tepat pada sebuah puisi membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat sehingga menyenangkan pendengar agar mencapai target komunikasi yang efektif. Nalikane dhek jaman semono Tresnamu setya lan tuhu Anane mung tansah ngalembana Jujur ora nate cidra
„ketika pada jaman itu‟ „cintamu setia dan nyata‟ „adanya hanya selalu memanjakan‟ „jujur tidak pernah menghianati‟
Mula aku tansah angimbangi „maka aku selalu mengimbangi‟ Tresnaku ginawa mati „cintaku terbawa mati‟ Ora ana lintang kang sumunar „tidak ada bintang yang menyorot sinarnya‟ Amung ndika pepujanku „hanya kamu yang kukasihi‟ (Lirik lagu Kena Godha bait 1 dan 2) Pada contoh lirik lagu Kena Godha diatas, kata tuhu „nyata‟ dipilih untuk menggambarkan kebenaran cinta pasangan, dijelaskan pada kalimat ketiga pada kata ngalembana „memanjakan‟ dan pada kalimat keempat Jujur ora nate cidra „jujur tidak pernah menyakiti‟. Ditemukan beberapa pilihan kata yang menggunakan imbuhan, misalnya pada contoh di atas pengarang menggunakan
12
kata angimbangi „mengimbangi‟ yang berasal dari kata imbang, dan ginawa „terbawa‟ berasal dari kata gawa telah mengalami proses afiksasi, pepujanku „pujaanku‟ berasal dari kata puja yang telah mengalami reduplikasi. Pilihan kata tersebut dimaksudkan untuk menambah nilai keindahan pada bahasa syair.
1.7
Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara untuk memperoleh pengetahuan mengenai
objek tertentu, karenanya harus sesuai dengan kodrat objek itu sebagaimana yang dinyatakan oleh teori (Faruk, 2012:55). Metode penelitian merupakan sebuah cara yang ditempuh untuk melakukan sebuah penelitian guna mendapatkan data yang dibutuhkan. Metodologi kualitatif yang digunakan pada penelitian ini memiliki ciri deskriptif, karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata yang menjadi kunci terhadap penelitian tersebut (Moleong, 1989:7). Tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mencari artikel atau buku yang berkaitan dengan musik, sejarah musik, dan bossa nova. 2. Menentukan objek, yaitu lirik lagu yang terdapat pada album Exclusive Bossanova Jawa Vol. 1, mencari data berupa file mp3. 3. Mendengarkan satu persatu lagu pada album Bossanova Jawa Vol. 1, kemudian mentranskripsi lirik secara tertulis. 4. Mencari transkripsi lirik dari internet guna mendukung akurasi data transkripsi penulis.
13
5. Mentranslitrasi lirik-lirik dari bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia. 6. Menganalisis
kesepuluh
lirik
lagu
Bossanova
Jawa
dengan
menggunakan kajian teori morfosintaksis untuk memahami bahasa dalam karya sastra yang menitikberatkan pada diksi yang berwujud kata berafiks dan kata ulang. 7. Menarik kesimpulan hasil analisis. Tujuh tahap tersebut dilakukan dengan cara berurutan. Pemilihan lagu pada album Bossanova Jawa Vol. 1 menjadi objek penelitian karena penulis menemukan hal menarik yakni persamaan tema yang terkandung pada tiap lagu.
1.8
Sistematika Penyajian Penelitian ini disusun dan disajikan menjadi empat bab, berikut ini adalah
sistematika penyajiannya: Bab I Pendahuluan, bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup masalah, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi tentang latar belakang lahirnya musik bossa nova, perkembangan bossa nova di Indonesia, hingga terbentuknya Bossanova Jawa. Bab III Diksi dalam LLBJ, merupakan bab yang berisi tentang analisis data mengenai kata berafiks dan kata ulang dalam LLBJ. Bab IV Penutup, merupakan bab terakhir yang berisi tentang uraian kesimpulan dari bab I sampai bab III serta saran.