BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Prawirohardjo, 2008). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2008). Kehamilan, persalinan, dan menjadi seorang ibu merupakan peristiwa dan pengalaman penting dalam kehidupan seorang wanita. Namun, sebagaimana tahap transisi lain dalam fase kehidupan, peristiwa itu dapat pula menimbulkan stres, sehingga respons yang terjadi dapat berupa kebahagiaan, maupun sebaliknya, seperti krisis lain dalam kehidupan, dapat juga menyebabkan kekecewaan (Pusdiknakes, 2003). Kecemasan menurut Stuart (1998) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik (Riyadi & Purwanto, 2009). Respon yang timbul karena kecemasan yaitu khawatir, gelisah, tidak tenang, dan dapat disertai dengan keluhan fisik. Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal (Riyadi & Purwanto, 2005).
1
2
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan selama kehamilan yaitu pengetahuan, psikologi, ekonomi, pengalaman, dan dukungan keluarga (Lestari, 2005). Sebelumnya sudah ada penelitian yang mana ditemukan ada hubungan tingkat kecemasan terhadap perubahan fisiologi saat kehamilan pada ibu primigravida (Dewi, 2007), juga ada hubungan tingkat pendidikan dan umur kehamilan dengan tingkat kecemasan dengan menggunakan 40 responden (Sentia, 2009). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa wanita berusia > 35 tahun berisiko lebih tinggi mengalami penyulit obstetrik serta mordibilitas dan mortalitas perinatal. Bagi wanita berumur yang mengidap penyakit kronik atau kondisi fisik yang kurang,risiko ini sangat mungkin terjadi. Begitu juga dengan paritas, semakin banyak paritas risiko terjadinya kehamilan resiko tinggi lebih tinggi (Manuaba, 2010). Dampak dari kehamilan resiko tinggi terhadap janin itu sendiri adalah terjadinya gawat janin, penulit saat persalinan dan juga bisa berdampak kematian (Manuaba, 2010). Sesuai observasi awal yang dilakukan penulis di bidan praktek swasta Rina jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada bulan Januari – Mei 2013 berjumlah 213 orang. Pada bulan Februari 2013 terdapat 62 orang ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya, dilakukan wawancara sebanyak 10 orang ibu hamil, didapatkan 5 ibu hamil dengan tingkat kecemasan sedang, 3 ibu hamil dengan kecemasan ringan dan 2 orang yang tidak ada kecemasan.
3
B. Rumusan Masalah Yang menjadi rumusan masalah adalah pengaruh usia ibu hamil terhadap kecemasan ibu di Bidan Praktek Swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh usia pada ibu hamil primigravidarum terhadap kecemasan ibu di Bidan Praktek Swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh. 2.
Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh usia ibu hamil < 20 tahun terhadap kecemasan ibu di Bidan Praktek Swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh. b. Untuk mengetahui pengaruh usia ibu hamil 20 – 35 tahun terhadap kecemasan ibu di Bidan Praktek Swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh. c. Untuk mengetahui pengaruh usia ibu hamil > 35 tahun terhadap kecemasan ibu di Bidan Praktek Swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh.
4
D. Manfaat Penulisan 1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang usia usia pada ibu hamil primigravidarum terhadap kecemasan ibu di Bidan Praktek Swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh. 2. Bagi institusi kebidanan, sebagai bahan masukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang tingkat kecemasan klien dengan umur yang berbeda. 3. Bagi pelayanan kesehatan (Puskesmas), sebagai bahan kajian atau informasi dalam mengkaji, menganalisa, mendiagnosa, dan memberikan perawatan ibu yang mengalami kecemasan dengan mempertimbangkan karakteristik ibu itu sendiri. 4. Bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi untuk penelitian lanjutan yang lebih komplek tentang usia pada kehamilan terhadap kecemasan ibu hamil.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Setiap orang pasti pernah mengalami kecemasan pada saat-saat tertentu dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Hal tersebut mungkin saja terjadi karena individu merasa tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi hal yang mungkin menimpanya dikemudian hari. Teori behavior menjelaskan bahwa kecemasan muncul melalui classical conditioning, artinya seseorang mengembangkan reaksi kecemasan terhadap hal-hal yang pernah dialami sebelumnya dan reaksi-reaksi yang telah dipelajari dari pengalamannya (Bellack & Hersen, 1988; dalam Wangmuba, 2009). Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik. Kecemasan merupakan perasaan individu dan pengalaman subjektif yang tidak dapat diamati secara langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik dipacu oleh ketidaktahuan dan didahului oleh pengalaman baru (Stuart and Sundeen, 1998). Menurut Videbeck (2008) Kecemasan atau ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi.
6
Kecemasan merupakan respons terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Terkadang dampak yang terjadi pada kecemasan dapat berupa dampak yang positif atau negatif. Dampak positif terjadi jika kecemasan muncul pada tingkat moderat dan memberikan kekuatan untuk melakukan sesuatu, membantu individu membangun pertahanan dirinya agar rasa cemas yang dirasakan dapat berkurang sedikit demi sedikit, sedangkan dampak negatif terjadi jika kecemasan muncul pada tingkat tinggi dan menimbulkan simptom-simptom fisik yang dapat menghalangi individu untuk berfungsi efektif dalam kehidupan sehari-hari sehingga sering terlihat sebagai suatu reaksi panik (Sutardjo Wiramihardja, 2005).
2. Teori Kecemasan Menurut Stuart dan Sundeen (1998), ada beberapa teori penyebab kecemasan antara lain: a. Teori psikoanalitik Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan super ego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikembangkan oleh norma budaya.
b. Teori interpersonal
7
Bahwa kecemasan timbul akibat ketakutan atau ketidakmampuan untuk berhubungan secara interpersonal serta sebagai akibat penolakan. Hal ini dikaitkan dengan trauma perkembangan, perpisahan, kehilangan, dan lain sebagainya. c. Teori perilaku Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. d. Teori biologic Dalam otak terdapat reseptor spesifik terhadap benzodiazepin, dimana reseptor ini dapat mengatur timbulnya kecemasan. e. Kajian keluarga Menunjukkan bahwa kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.
3. Faktor Pencetus Kecemasan Menurut Stuart and Sundeen (1998), pencetus timbulnya kecemasan dapat disebabkan oleh berbagai sumber yaitu sumber internal maupun sumber eksternal, hal tersebut dibedakan menjadi:
a.
Ancaman terhadap integritas fisik
8
Merupakan ketidakmampuan fisiologis atau penurunan kapasitas seseorang untuk melakukan aktifitas sehari-hari, meliputi sumber eksternal bisa disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, polusi, lingkungan, ancaman keselamatan, injuri; sedangkan sumber internal merupakan kegagalan mekanisme fisik seseorang seperti jantung, sistem imun, termoregulator menurun, perubahan biologis normal seperti kehamilan. b.
Ancaman terhadap self esteem Merupakan sesuatu yang terjadi yang dapat merusak identitas harapan diri dan integritas fungsi sosial, meliputi sumber eksternal yaitu berbagai kehilangan seperti kehilangan orang tua, teman dekat, perceraian, perubahan status pekerjaan, pindah rumah, tekanan sosial; sedangkan sumber internal yaitu kesulitan dalam hubungan interpersonal di dalam rumah, di tempat kerja, dan di dalam masyarakat.
4. Tingkat Kecemasan Menurut Stuart and Sundeen (1998), klasifikasi tingkat kecemasan dibedakan menjadi empat, yaitu: a.
Tingkat kecemasan ringan, ditandai dengan: 1) Respon fisiologis seperti ketegangan otot ringan. 2) Respon kognitif seperti lapang pandang meluas, memotivasi untuk belajar, kesadaran yang pasif pada lingkungan.
9
3) Respon tingkah laku dan emosi seperti suara melemah, otot-otot wajah relaksasi, mampu melakukan kemampuan/keterampilan permainan secara otomatis, ada perasaan aman dan nyaman. b.
Tingkat kecemasan sedang, ditandai dengan: 1) Respon fisiologis seperti peningkatan ketegangan dalam batas toleransi, perhatian terfokus pada penglihatan dan pendengaran, kewaspadaan meningkat. 2) Respon kognitif seperti lapang persepsi menyempit, mampu memecahkan masalah, fase yang baik untuk belajar, dapat fokus pada hal-hal yang spesifik. 3) Respon tingkah laku dan emosi seperti perasaan tertantang dan perlu untuk mengatasi situasi pada dirinya, mampu mempelajari keterampilan baru.
c.
Tingkat kecemasan berat, ditandai dengan: 1) Respon fisiologis seperti aktivitas sistem saraf simpatik (peningkatan epinefrin, tekanan darah, pernapasan, nadi, vasokonstriksi, dan peningkatan suhu tubuh), diaphoresis, mulut kering, ingin buang air kecil, hilang nafsu makan karena penurunan aliran darah ke saluran pencernaan dan peningkatan produk glukosa oleh hati, perubahan sensori seperti penurunan kemampuan mendengar, nyeri, pupil dilatasi, ketegangan otot dan kaku. 2) Respon kognitif seperti lapang persepsi sangat menyempit, sulit memecahkan masalah, fokus pada satu hal. 3) Respon tingkah laku dan emosi seperti lapang personal meluas, aktifitas fisik meningkat dengan penurunan mengontrol, contoh meremas tangan, jalan
10
bolak-balik. Perasaan mual dan kecemasan mudah meningkat dengan stimulus baru seperti suara. Bicara cepat atau mengalami blocking, menyangkal, dan depresi. d.
Tingkat panik, ditandai dengan: 1) Respon fisiologis seperti pucat, dapat terjadi hipotensi, berespon terhadap nyeri, bising dan stimulus eksternal menurun. Koordinasi motorik buruk. Penurunan aliran darah ke otot skeletal. 2) Respon kognitif seperti tidak terkontrol, gangguan berpikir secara logis, tidak mampu memecahkan masalah. 3) Respon tingkah laku dan emosi seperti perasaan marah, takut dan segan. Tingkah laku menjadi tidak biasa seperti menangis dan menggigit. Suara menjadi lebih tinggi, lebih keras, bicara cepat dan blocking.
Bagan 2.1 Rentang Respon Kecemasan Respon Maladaptif
Respon Adaptif
Antisipasi
Ringan
Sedang
(Sumber: Stuart dan Sundeen, 1998)
Berat
Panik
11
5. Respon terhadap Kecemasan Menurut Stuart dan Sundeen (1998:178) bahwa respon individu terhadap kecemasan meliputi respon fisiologis, perilaku, kognitif, dan afektif. a.
Respon fisiologis individu terhadap kecemasan, yaitu: 1. Kardiovaskuler Responnya berupa palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat atau menurun, rasa mau pingsan, dan denyut nadi menurun. 2. Pernafasan Responnya berupa nafas cepat dan dangkal, nafas pendek, tekanan pada dada, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik, dan terengah-engah. 3. Neuromuskuler Responnya berupa refleks meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, kaki goyang, dan gerakan yang janggal. 4. Gastrointestinal Responnya berupa kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, dan diare. 5. Traktus urinarius Responnya berupa sering berkemih, tidak dapat menahan BAK.
12
6. Kulit Responnya berupa wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, dan berkeringat seluruh tubuh. b.
Respon perilaku Respon perilaku berupa gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara
cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cidera, menarik diri dari hubungan interpersonal, menghalangi, dan menghindar dari masalah. c.
Kognitif Responnya berupa konsentrasi terganggu dan pelupa, salah dalam
memberikan penilaian, hambatan berfikir, kreatifitas dan produktifitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan objektifitas, takut kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual, takut cidera atau kematian. d.
Afektif Responnya berupa mudah terganggu, tidak sabar, gelisah dan tegang,
ketakutan, dan gugup. Menurut Jeffrey (2005) ada beberapa ciri kecemasan : a.
Ciri Fisik : kegelisahan, kegugupan, gemetar, banyak berkeringat, pening atau pingsan, mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas, bernafas pendek, jantung yang berdebar keras, jari-jari atau anggota tubuh menjadi dingin, merasa lemas atau mati rasa, sulit menelan, leher atau punggung terasa kaku, sensasi seperti tercekik, terdapat gangguan sakit perut atau mual,
13
panas dingin, sering buang air kecil, wajah telihat memerah, diare, merasa sensitif atau mudah marah. b.
Ciri behavioral : Perilaku menghindar, perilaku melekat atau dependen, perilaku terguncang.
c.
Ciri Kognitif : khawatir terhadap sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan atau apresiasi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi tanpa ada penjelasan yang jelas, terpaku pada sensasi ketubuhan, sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan, ketakutan akan kehilangan kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan, khawatir akan ditinggal sendirian, sulit berkonsentrasi atau memusatkan pikiran, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, khawatir terhadap hal-hal sepele, berpikir akan segera mati meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang salah secara medis.
B. Konsep Kehamilan 1. Pengertian Kehamilan Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma (Kushartanti, 2004). Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari
(40
minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Winkjosastro, 1992). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida,
14
sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Kehamilan manusia dibagi menjadi tiga periode trimester untuk memudahkan tahap dari perkembangan janin. Trimester I (minggu 1-13) merupakan resiko tinggi terjadi keguguran (kematian alami embrio atau janin), sedangkan pada masa trimester II (minggu 14-26) perkembangan janin dapat dimonitor dan didiagnosa. Trimester III (minggu 27-40) menandakan awal viabilitas, yang berarti janin dapat tetap hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan. Kehamilan merupakan peristiwa penting bagi seorang wanita. Kesehatan wanita sangat ditentukan oleh kesehatan jiwanya. Wanita lebih cepat bereaksi terhadap setiap kondisi yang dihadapinya dibandingkan dengan pria. Oleh karena itu kematangan perkembangan emosional dan psikoseksual sangat diperlukan bagi seseorang yang berkeinginan untuk mempunyai anak. Kondisi ini akan mendukung kesanggupannya untuk menyesuaikan diri selama proses kehamilan, persalinan dan menjadi ibu. Beberapa wanita akan menyambut kehamilannya dengan gembira. Di lain pihak, ada yang menyambutnya dengan kecemasan, ketakutan dan kesedihan. Dalam kondisi ini, kehamilan merupakan periode yang penuh dengan tekanan emosional bagi beberapa wanita (Yuliana, 2008). Ibu yang baru pertama kali hamil, kecemasan adalah hal yang wajar. Kehamilan adalah hal yang luar biasa karena menyangkut perubahan fisiologis, biologis dan psikis yang mengubah hidup seorang wanita. Kecemasan yang menghantui ibu hamil juga dipengaruhi turun naiknya kadar hormon. Selain itu, ibu
15
yang menjalani kehamilan dengan kasus khusus, misalnya hamil bermasalah atau pernah mengalami keguguran juga mengalami kecemasan (Maulana, 2007). Kecemasan
akan
memobilisasi
daya
pertahanan
individu.
Cara
individu
mempertahankan diri terhadap kecemasan dapat dilihat dari gejala-gejala yang menentukan jenis gangguan (Maramis, 2005). Kecemasan atau ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Tingkat kecemasan ini dapat dipengaruhi oleh umur, dan paritas. Selanjutnya, untuk variabel paritas sebagaimana diungkapkan oleh Read (dalam Prawirohardjo, 2001)bahwa kecemasan juga timbul dari ketidakmatangan dalam perkembangan emosional dan psikososial dalam rangka kesanggupan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi tertentu yang sedang dihadapi; dalam hal ini khususnya umurdan paritas.
2. Batasan Kehamilan Menurut Wiknjosastro (1992) masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin di intrauteri, dengan perhitungan berikut: a.
Kehamilan 0-20 minggu disebut abortus
b.
Kehamilan 21-28 minggu disebut kehamilan immature
c.
Kehamilan 29-36 minggu disebut kehamilan premature
d.
Kehamilan 37-42 minggu disebut kehamilan matur
e.
Kehamilan >42 minggu disebut kehamilan postmatur
16
1) Ibu hamil pada trimester I Pada trismeter pertama ini wanita hamil sebagian, reaksi psikolgis dan emosional pertama terhadap kehamilan dan segala akibatnya berupa kecemasan, ketakutan, kegusaran dan perasaan panik. Perasaan benci pada suami yang merupakan gejala hamil muda. Pada keadaan yang agak berat, dia menolak kehamilannya dan mencoba untuk menggugurkan, pada kasus yang lebih parah mencoba bunuh diri (tetapi ini jarang kita jumpai). Manifestasi lain yaitu ibu hamil muda sering meminta makanan yang aneh-aneh yang selama ini tidak disukainya. (Prawirohardjo, 2005). Data psikologis dan perubahan-perubahan yang perlu dikaji pada trimester I adalah : a.
Penerimaan keluarga khususnya pasangan suami isteri terhadapkehamilanya.
b.
Bagaimana perubahan kehidupan sehari-hari
c.
Bagaimana reaksi keluarga terhadap perubahan tersebut
d.
Bagaimana cara keluarga memberikan dorongan kepada ibu hamil
e.
Siapa yang akan bertanggung jawab terhadap perawatan bayi
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian pada masa ini adalah : a.
Mual dan Muntah
b.
Pengaruh obat terhadap janin
c.
Perubahan body image/citra tubuh (khususnya bagi ibu hamil yang masih remaja/muda usia ibu 12-19 tahun).
17
d.
Kebutuhan nutrisi
2) Ibu hamil pada trimester II Pada trismeter ini ibu yang menganggap kehamilan merupakan suatu identifikasi abstrak, kini mulai menyadari kenyataan bahwa kehamilan merupakan identifikasi nyata.
Maka ibu mulai menyesuaikan diri dengan kenyataan perut
bertambah besar, terasa gerakan anak/janin, teman-teman mengatakan selamat, dan dokter atau bidan telah mendengar suara jantung janin. Wanita bijaksana mulai mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan bayi seperti popok, baju, tempat tidur bayi, kereta bayi, dan sebagainya. (Prawirohardjo, 2006). Hal-hal yang perlu diperhatikan pada masa ini adalah : Peningkatan berat badan, rasa ketidak nyamanan dan aktifitas seksual. Perhatian bidan masa ini dititik beratkan pada fase transisi tersebut dan rencana kelahiran. Selain itu bidan harus mampu menggali permasalahan pasangan suami isteri sehingga mereka dapat mengutarakan rasa ketakutan, kekhawatiran, keragu-raguan dan rasa ketidaknyamanan yang dialami. Dengan demikian bidan dapat memberikan informasi berupa petunjuk-petunjuk untuk mengantisipasi dan mengatasi masalah-masalah yang mungkin timbul (Anonimous ; 2005).
3) Ibu hamil pada Trimester III (27-40 minggu) Pada trimester III, ibu hamil lebih berorientasi pada realitas untuk menjadi orang tua yang menanti kelahiran anak, dimana ikatan antara orang tua dan
18
janin berkembang pada trimester ini. Perhatian ibu hamil biasanya mengarah pada keselamatan diri dan anaknya. Bersamaan dengan harapan akan hadirnya seorang bayi, timbul pula kecemasan akan adanya kelainan fisik maupun mental pada bayi. Kecemasan akan nyeri dan kerusakan fisik akibat melahirkan serta kemungkinan hilangnya kontrol saat persalinan perlu mendapat perhatian pula. Ketidaknyamanan fisik dan gerakan janin sering mengganggu istirahat ibu. Dispnea, peningkatan urinasi, nyeri punggung, konstipasi, dan varises dialami oleh kebanyakan ibu pada kehamilan tahap akhir. Peningkatan ukuran abdomen mempengaruhi kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Posisi yang nyaman sulit didapat, biasanya ibu hamil menjadi semakin tidak sabar menanti saatsaat semuanya berlalu (Bobak et.al, 2004).
3. Perubahan Fisiologis pada Ibu hamil Menurut Bobak (2004), beberapa perubahan fisiologis yang terjadi pada kehamilan trimester III yaitu: 1) Vagina dan vulva Vagina dan vulva akibat hormon estrogen juga mengalami perubahan. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah dan kebiru-biruan (tanda Chadwicks). Pada bulan terakhir kehamilan, cairan vagina mulai meningkat dan lebih kental.
19
2) Payudara Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan Air Susu Ibu (ASI) pada laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu estrogen, progesteron, dan somatomammotropin. Pada kehamilan 12 minggu ke atas, dari puting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut kolostrum. 3) Sirkulasi darah Setelah kehamilan di atas 30 minggu, terdapat kecenderungan peningkatan tekanan darah. Sama halnya dengan pembuluh darah yang lain, vena tungkai juga mengalami distensi, karena terjadi obstruksi aliran balik vena akibat tingginya tekanan darah vena yang kembali dari uterus dan akibat tekanan mekanik dari uterus pada vena cava. Keadaan ini menyebabkan varises pada vena tungkai (dan kadang-kadang pada vena vulva) pada wanita yang rentan. 4) Sistem respirasi Pada kehamilan 33-36 minggu, banyak ibu hamil akan merasa susah bernafas karena bayi yang berada di bawah diafragma menekan paru-paru ibu. Tapi setelah kepala bayi turun ke rongga panggul, biasanya 2-3 minggu sebelum persalinan, ibu akan merasa lega dan lebih mudah bernafas. Selain itu juga rasa terbakar di dada (hearthburn) biasanya akan ikut hilang, karena tekanan bagian tubuh bayi di bawah tulang iga ibu sudah berkurang.
20
5) Sistem pencernaan Karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat menyebabkan pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi), daerah lambung terasa panas, morning sickness, dan mual muntah. Peningkatan progesteron menyebabkan kehilangan tonus otot dan penurunan peristaltik (konstipasi) yang menyebabkan absorpsi air di usus besar meningkat. 6) Sistem perkemihan Pada akhir kehamilan, muncul keluhan urinary frequency, yaitu peningkatan sensitivitas kandung kemih karena pembesaran uterus yang menekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urin.
4. Tanda-tanda Bahaya pada Ibu Hamil Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan atau periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Danang, 2008). Macam-macam tanda bahaya kehamilan tersebut adalah: 1) Perdarahan pervaginam Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah yang merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahan dengan nyeri. Perdarahan ini dapat berarti abortus, kehamilan mola atau kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak, dan kadang-
21
kadang tidak selalu disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan semacam ini berarti plasenta previa atau abrupsio plasenta. 2) Demam tinggi Ibu menderita demam dengan suhu tubuh di atas 38ºC dalam kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan. 3) Nyeri abdomen yang hebat Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah istirahat. Hal ini bisa berarti appendiksitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsio plasenta, atau infeksi lainnya. 4) Sakit kepala yang hebat Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat, menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, penglihatan ibu menjadi kabur. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsia. 5) Muntah terus dan tidak bisa makan pada kehamilan muda Mual dan muntah adalah gejala yang sering ditemukan pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, gejala ini biasa terjadi 6 minggu setelah Haid Pertama Haid Terakhir (HPHT) dan berlangsung selama 10 minggu. Perasaan mual ini karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan
22
Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam serum. Mual dan muntah yang sampai mengganggu aktifitas sehari-hari dan keadaan umum menjadi lebih buruk, dinamakan hiperemesis gravidarum. 6) Selaput kelopak mata pucat Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadaan hemoglobin kurang dari 11gr % pada trimester I dan III, kurang dari 10,5 gr % pada trimester II. Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tak jarang keduanya saling berinteraksi.
C. Hubungan Usia Ibu Hamil dengan Kecemasan Seorang dewasa yang sehat lebih mampu menghadapi kecemasan dibandingkan dewasa yang lebih muda yang tidak memiliki sumber daya untuk melakukannya. Dewasa yang lebih muda juga mengembangkan harga diri yang rendah. Selain usia kehamilan penyebab kecemasan dapat dihubungkan dengan usia ibu yang memberi dampak terhadap perasaan takut dan cemas yaitu di bawah usia 20 tahun serta di atas 31-40 tahun karena usia ini merupakan usia kategori kehamilan beresiko tinggi dan seorang ibu yang berusia lanjut akan menanggung resiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi cacat lahir dengan sindrom down (Susiaty, 2008). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa wanita berusia > 35 tahun berisiko lebih tinggi mengalami penyulit obstetrik serta mordibilitas dan mortalitas perinatal. Bagi wanita berumur yang mengidap penyakit kronik atau kondisi fisik yang kurang,risiko ini sangat mungkin terjadi. Begitu juga dengan paritas, semakin
23
banyak paritas risiko terjadinya kehamilan resiko tinggi lebih tinggi (Manuaba, 2010). Dampak dari kehamilan resiko tinggi terhadap janin itu sendiri adalah terjadinya gawat janin, penulit saat persalinan dan juga bisa berdampak kematian (Manuaba, 2010). Menurut BKKBN usia untuk hamil dan melahirkan adalah 20 sampai 30 tahun, lebih atau kurang dari usia tersebut adalah beresiko. Secara umum, seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya, yaitu sekitar 20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik (BKKBN,2005). Penulisan yang dilakukan oleh Pudjiastuti, dkk (2009) tentang perbedaan tingkat kecemasan wanita pada kehamilan pertama di trimester I, trimester II dan trimester III menyimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan antar ketiga kelompok sampel, wanita yang sedang menjalani usia kehamilan trimester III memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi dibandingkan yang sedang menjalani kehamilan trimester I dan II, sedangkan tingkat kecemasan wanita di trimester I hampir sama dengan trimester II. Dalam penulisan ini menggunakan teori perkembangan psikososial Erikson untuk mengklasifikasikan umur dimana dalam teori ini umur dibagi dalam delapan tahap perkembangan. Dan yang sesuai dengan penulisan ini ada tiga tahap perkembangan psikososial, yaitu: dewasa muda Adolesence (< 21 tahun), dewasa awal (Early adult-hood 21-35 tahun), dan dewasa pertengahan Young and the midlle adult-hood (> 35 tahun) (Niven, 2000).
24
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Kecemasan atau ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi.Tingkat kecemasan ini dapat dipengaruhi oleh usia dan paritas. Selanjutnya, untuk variabel paritas sebagaimana diungkapkan oleh Read dalam (Prawirohardjo, 2001)bahwa kecemasan juga timbul dari ketidakmatangan dalam perkembangan emosional dan psikososial dalam rangka kesanggupan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi tertentu yang sedang dihadapi, dalam hal ini khususnyaumurAdapun variabel penulisan yang diteliti dapat dilihat dalam gambar kerangka kerja berikut ini :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Usia ibuhamil a. ≤ 20 tahun b. 20-30 tahun
Kecemasan pada ibu
c. > 30 tahun
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
25
B. Hipotesa Ada pengaruh usia pada kehamilan terhadap kecemasan ibu di Bidan Praktek Swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh.
C. Definisi Operasional Untuk lebih mudah memahami pengertian dari variabel yang akan diteliti maka dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Kecemasan pada ibu
Definisi Operasional Perasaan kegelisahan, perasaan takut, was-was atau pun respon emosional yang dirasakan ibu hamil
Cara Ukur Menyebarkan kuesioner dengan kategori: - Ringan, bila responden menjawab pertanyaan dengan benar diperoleh skor ≤ 60% - Sedang, bila responden menjawab pertanyaan dengan benar diperoleh skor 61% – 75% - Berat, bila responden menjawab pertanyaan dengan benar diperoleh skor > 75%
Alat Ukur Kuesioner
Hasil Ukur - Ringan - Sedang - Berat
Skala Ukur Ordinal
26
Usia
Usia responden (dalam tahun) pada saat dilakukan penelitian
Menyebarkan kuesioner dengan kategori : - < 21 Tahun
Kuesioner
-
< 21 Tahun
-
21 - 35 Tahun
-
> 35 Tahun
- 21 - 35 Tahun - > 35 Tahun
Nominal
27
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. JenisPenelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan rangcangan penelitian cross sectional yaitu merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara factor risiko/paparan dengan efek (Hidayat, 2007). Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui pengaruh usia pada kehamilan terhadap kecemasan ibu di Bidan Praktek Swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh.
B. Tempat dan Waktu Penelitiaan 1. Tempat Penelitian ini sudah di laksanakan di Bidan Praktek Swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh. 2. Waktu Penelitian ini sudah dilaksakan pada tanggal 20 Juli sampai dengan 18 Agustus 2013.
28
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang ada di Bidan Praktek Swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh sebanyak 46 orang responden. 2. Sampel Pengambilan sampel yang digunakan dengan menggunakan cara accidental sampling, dengan pengambilan data seadanya yaitu sebanyak 46 sampel pada waktu penelitian.
D. Metode Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian, oleh karena itu harus dilakukan dengan baik dan benar. Menurut Hidayat (2007), kegiatan dalam proses pengolahan data adalah: : a. Editing yaitu upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. b. Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa ketegori.
29
c. Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master table atau database computer. d. Melakukan teknikanalisis, dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistic terapan yang sesuai dengan tujuan yang hendak dianalisis.
2. Analisa Data a. Analisa Univariat Dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian, pada umumnya analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variable (Notoatmodjo, 2010).Penilaian hasil ukur menggunakan criteria penilaian yang terdiri dari: pengetahuan, sikap,dan tingkat pendapatan. Kriteria variable penatalaksanaan dilakukan dengan menggunakan rumus :
Dimana : P
= Persentase
f
= Frekuensi
n
= Jumlah Sampel
100%
= Bilangan tetap (Budiarto, 2002).
30
b. Analisa Bivariat Diduga mempunyai hubungan dengan variable terikat. Analisa yang digunakan adalah hasil tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistic dengan menggunakan uji data kategori Chis-Square Test (x) pada tingkat kemaknaan adalah 95 % (p value < 0,05). Sehingga dapat diketahui ada hubungan perbedaan yang bermakna secara statistik. Menggunakan program khusus SPSS for windows. Melalui perhitungan Chis-Square Test selanjutnya ditarik suatu kesimpulan, bila nilai p lebih kecil dari nilai 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara variable terikat dengan variable bebas. Perhitungan yang dugunakan pada uji Chi-Square Test untuk program komputerisasi seperti program SPSS adalah sebagai berikut: 1) Bila pada tabel contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah fisher axact test. 2) Bila pada tabel contingency 2x2 dan tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah contiuty correction. 3) Bila pada tabel contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan lainnya, maka hasil uji yang digunakan adalah person chisquare.
31
4) Bila pada tabel contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi (harapan) e kurang dari 5, maka dilakukan merger sehingga menjadi tabel contingency 2x2.
5) Bila pada tabel 2x2 masih terdapat frekuensi (harapan) e kurang dari 5, maka dilakukan koreksi dengan menggunakan rumus yate’s correction continu.
6) Pada uji chis-square hanya digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dua variabel (Hartono, 2001).
32
BAB V HASIL PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Bidan Praktek Swasta Rina terletak di Desa Punge Jurong, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh . Luas wilayah 80 Ha dengan jumlah jumlah penduduk 3.423 jiwan terdiri dari 1.041 KK dan jumlah lingkungan 5 yang terdiri dari : 1.
Lingkungan Al- Munawarah
2.
Lingkungan Al- Ikhlas
3.
Lingkungan Sitatu Rahmi
4.
Lingkungan Babul Iman
5.
Lingkungan Al- Mukkarramah
Batas-batas Bidan Praktek Swasta Rina: 1.
Sebelah Utara
: Berbatasan dengan Lampaseh Kota
2.
Sebelah Selatan
: Berbatasan dengan Kelurahan PBC/Suka Ramai
3.
Sebelah Timur
: Kelurahan Gampong Baro
4.
Sebelah Barat
: Desa Punge Jurong
B. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juli sampai dengan 18 Agustus 2013 di Pengaruh Usia Ibu Hamil terhadap Kecemasan Ibu di
33
Bidan Praktek swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013 dengan jumlah 46 responden dengan cara penyebaran kuesioner.
1.
Analisa Univariat Pada pembahasan ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai Pengaruh
Usia Ibu Hamil terhadap Kecemasan Ibu di Bidan Praktek swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013 dapat dilihat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: a.
Usia Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Ibu Hamil Di Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013 No 1. 2. 3.
Usia Frekuensi (f) Dewasa Muda 4 Dewasa Awal 20 Dewasa Pertengahan 22 Jumlah 46 Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013)
Pesentase (%) 8,7 43,5 47,8 100
Berdasarkan tabel 5.1 diatasmenunjukan bahwa dari 46 responden berusia dewasa pertengahan yaitu sebanyak 22 orang (47,8o/o).
34
b. kecemasan Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kecemasan Ibu Hamil Di Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013 No 1. 2. 3.
Usia Ringan Sedang Berat
Jumlah Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013)
Frekuensi (f) 20 5 21 46
Pesentase (%) 43,5 10,9 45,7 100
Berdasarkan tabel 5.2 diatas menunjukan bahwa dari 46 responden, ibu yang mengalami kecemasan berat yaitu sebanyak 21 orang (45,7 o/o). 2.
Analisa Bivariat a. Pengaruh usia terhadap kecemasan Ibu Tabel 5.3 Pengaruh Usia Terhadap Kecemasan Ibu Di Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013 N o
Usia
1 Dewasa Muda 2 Dewasa Awal Dewasa Pertengaha
Kecemasan Ibu Hamil Berat Sedang Ringan f % f % f %
Jumlah f
3
75,0
1
25,0
0
0,0
4
16
80,0
4
20,0
0
0,0
20
1
4,5
0
0,0
21
95,5
22
P Value
% 10 0 10 0 10 0
0,000
35
n Jumlah
20
43,5
5
10,9
21
45,7
46
10 0
Dari tabel 5.3 diketahui bahwa dari 22 responden, yang berusia dewasa pertengahan, 21 ibu hamil mengetahui kecemasan berat. Dan dari 20 responden yang berusia dewasa awal, 16 ibu hamil (80o/o) mengalami kecemasan ringan. Sedangkan dari 4 responden yang berusia dewasa muda 3(37,0%) orang mengalami kecemasan ringan. Setelah dilakukan ujistatistik dengan menggunakan uji chi-square test di peroleh nilai p-value 0,000 (α<0,05), dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara usia ibu hamil terhadap kecemasan ibu di Bidan Praktek swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013.
C. Pembahasan Pada pembahasan ini akan di uraikan hasil penelitian mengenai Pengaruh Usia Ibu Hamil terhadap Kecemasan Ibu di Bidan Praktek swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013.
36
1.
Pengaruh Usia Ibu Hamil terhadap KecemasanIbu Dari tabel 5.3 diketahui bahwa dari 22 responden, yang berusia dewasa
pertengahan, 21 ibu hamil mengetahui kecemasan berat.Dan dari 20 responden yang berusiadewasaawal, 16 ibuhamil(80o/o) mengalami kecemasan ringan. Sedangkan dari 4 responden yang berusia dewasa muda 3 orang mengalami kecemasan ringan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu-ibu diBidan Praktek swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh kecemasan berat ditinjau dari usia dewasa pertengahan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Susiaty, (2008) penyebab kecemasan dapat dihubungkan dengan usia ibu yang memberi dampak terhadap perasaan takut dan cemas yaitu di bawah usia 20 tahun serta di atas
31-
40 tahun karena usia ini merupakan usia kategori kehamilan beresiko tinggi dan seorang ibu yang berusia lanjut akan menanggung resiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi cacat lahir dengan sindrom down. Bruneer dan Suddarth (2002), menjelaskan bahwa kecemasan merupakan reaksi normal terhadap stres dan ancaman bahaya, ansietas merupakan reaksi emosional terhadap persepsi adanya bahaya, baik yang nyata maupun yang hanya dibayangkan. Kecemasan dan ketakutan sering digunakan dengan arti yang sama, tetapi ketakutan biasanya merujuk akan adanya ancaman yang tidak spesifik. Seseorang yang mengalami kecemasan akan merasa tidak enak dan takut serta merasakan nyeri yang tidak jelas.
37
Menururt Depkes (2002), hamil dan melahirkan dibawah usia 20 tahun dalam ilmu kesehatan reproduksi dapat membahayakan ibu dan anak. Angka kematian dan kesakitan ibu bila usia ibu kurang dari 20 tahun. Selain secara ekonomis belum mampu dari di tinjau dari psikis atau emosi juga belum siap sehingga akan menyebabkan ketergantugan pada orang tuanya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyaastuti (2010), membuktikan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia responden dengan tingkat kecemasan ibu hamil primigravida menjelang persalinan normal di Puskesmas kecamatan Jagakarsa. Hasil uji statistik di dapatkan nilai P Value = 0,000 berarti P < 0,05, dengan nilai OR 0,115 artinya umur < 20 tahun 0,115 kali beresiko mengalami kecemasan lebih berat dibandingkan responden umur ≥ 20 tahun. Berdasarkan hasil penelitian diatas peneliti berasumsi bahwa usia ibu hamil sangat berpengaruh terhadap kecemasan ibu. Semakin tua usia ibu hamil maka ibu akan semakin cemas dalam menghadapi kehamilan dan proses persalinannya. Sedangkan ibu yang usianya pada dewasa muda dan dewasa awal ibu akan lebih siap menjadi seorang ibu secara kepribadian lebih mantap dalam menghadapi kehamilan dan proses persalinan.
38
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di Desa Punge Jurong Kecamatan MeuraxaBanda Aceh Tahun 2013, maka penulis dapat simpulkan sebagai berikut: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara usia ibu hamil terhadap kecemasan ibu di Bidan Praktek swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013. Dengan nilai p-value 0,000 (p<0,05).
B. Saran 5. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang usia usia pada ibu hamil terhadap kecemasan ibu di Bidan Praktek Swasta Rina Desa Punge Jurong Kecamatan Meuraxa Banda Aceh. 6. Bagi institusi pendidikan, sebagai bahan masukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang tingkat kecemasan klien dengan umur yang berbeda. 7. Bagi BPS,
39
sebagai bahan kajian atau informasi dalam mengkaji, menganalisa, mendiagnosa, dan memberikan perawatan ibu yang mengalam ikecemasan dengan mempertimbangkan karakteristik ibu itu sendiri.