BAB I PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang Masalah Fotojurnalistik sebagai salah satu unsur penting dalam kegiatan jurnalistik
modern, telah berkembang sangat pesat dewasa ini.Apalagi sejak ditemukannya kamera digital yang menawarkan beraneka macam kemudahan, fotografi jurnalistik semakin besar peranannya menjadi penyampai informasi kepada khalayak secara cepat dan akurat.Dalam konteks ini, fotografi jurnalistik tidak berdiri sendiri sebagai sebuah gambar, melainkan acapkali menjadi suatu kesatuan dengan berita. Keduanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi, sehingga media massa cetak akan terasa hambar jika salah satunya tidak ada. Media massa cetak hanya akan menjadi lembaran-lembaran mati yang membosankan jika hadir tanpa foto/gambar (Wijaya, 2009: 5). Fotojurnalistik juga dapat dikatakan sebagai metode berkomunikasi melalui fotografi sehingga fotojurnalistik menjadi sebuah berita ataupun informasi yang dibutuhkan masyarakat baik lokal, regional, nasional maupun pada tingkat internasional. Fotojurnalistik merupakan hasil jerih payah seorang fotografer jurnalistik (kerap juga disebut pewarta foto, foto jurnalis atau wartawan foto) yang dianggap dapat mengekspresikan sudut pandang sang fotografer namun pesan komunikasinya memiliki arti yang jauh lebih luas daripada hanya sekedar arti dari sudut pandang sang fotografer. Sebuah fotojurnalistik yang baik tidak hanya sebatas pembahasan visual atau foto belaka, teks foto yang kuat berdasarkan fakta dan data akan memberikan
Universitas Sumatera Utara
nilai lebih secara lengkap sebuah informasi yang akan diberikan kepada pembaca. Elemen penting ini terlihat pada foto-fotojurnalistik di media cetak, yang merupakan dasar dari pemaknaan fotojurnalistik secara umum. Jurnalistik adalah suatu pengelolaan laporan harian yang menarik minat khalayak mulai dari peliputan sampai penyebarannya kepada masyarakat.Apa saja yang terjadi di dunia, apakah itu peristiwa faktual (fact) atau pendapat seseorang (opinion), jika diperkirakan akan menarik perhatian khalayak, akan merupakan bahan dasar bagi jurnalistik, akan menjadi bahan berita untuk disebarluaskan kepada masyarakat(Effendy, 2005: 151). Fotografi merupakan gambar, foto juga merupakan alat visual efektif yang dapat menvisualkan sesuatu lebih kongkrit dan akurat, dapat mengatasi ruang dan waktu. Sesuatu yang terjadi di tempat lain dapat dilihat oleh orang jauh melalui foto setelah kejadian itu berlalu. Pada
dasarnya
tujuan
dan
hakekat
fotografi
adalah
komunikasi.Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi antara fotografer dengan penikmatnya, yaitu fotografer sebagai perekam peristiwa untuk disajikan kehadapan khalayak ramai melalui media foto. Pada surat kabar, foto merupakan pelengkap dari berita tulis. Selain itu foto juga meyakinkan dan memberi variasi yang makin digemari oleh pembaca, karena dengan melihat gambar-gambar tidak begitu melelahkan mata dan otak, seperti membaca berita-berita yang berkepanjangan.Alasan utama sebagai media visual sebenarnya lebih pada kemampuannya merekam(mengabadikan) suatu kejadian atau keadaan sosial sebagaimana adanya.
Universitas Sumatera Utara
Fotojurnalistik merupakan salah satu produk jurnalistik yang dihasilkan oleh wartawan selain tulisan yang berbau berita (straight news/hard news, berita bertafsir, berita kedalaman/depth reports) maupun non berita (artikel, feature, tajuk rencana, pojok, karikatur dan surat pembaca). Sebagai produk dalam pemberitaan, tentunya fotojurnalistik memiliki peran penting dalam media cetak maupun cyber media (internet). Media foto pertama kali ditemukan oleh Joseph Nicephore Niepce yang memulai pekerjaannya dalam bidang ini pada tahun 1813.Penggunaan foto dalam dunia jurnalistik berawal dari pemakaian gambar-gambar dan lukisan dalam media tersebut. Penggunaan fotojurnalistik dalam surat kabar dan majalah mulai berkembang pada tahun 1930-an. Perkembangannya sangat cepat sehingga pada gilirannya teknologi foto dapat mendorong perkembangan media jurnalistik. Fotojurnalistik kemudian tumbuh menjadi suatu konsep dalam sistem komunikasi yang disebut dengan komunikasi foto (photographic communication). Bahkan komunikasi foto kini telah menempati kunci model dalam proses komunikasi massa. Sebagai suatu lambang yang berdimensi visual, foto dan gambar mendeskripsikan sesuatu pesan yang tidak secara eksplisit tertuang dalam komunikasi kata, baik lisan maupun tulisan (Muhtadi, 1999:101). Fotografi kewartawanan mempunyai daya jangkau yang sangat luas.Dia menyusupi seluruh fase intelektual hidup kita, membawa pengaruh besar atas pemikiran dan pembentukan pendapat publik.Kerja seorang wartawan foto adalah titipan mata dari masyarakat di mana foto yang tersaji adalah benar-benar bersifat jujur dan adil. Fotografi kewartawanan atau jurnalis adalah profesi pekerjaan untuk memperoleh bahan gambar bagi pemakaian editorial dalam surat kabar,
Universitas Sumatera Utara
majalah serta penerbitan lain. Sedangkan pekerjaannya sendiri memperoleh gambar-gambar yang akan melukiskan berita, memperkuat berita yang ditulis oleh reporter dan menyajikan berita secara visual (http://dkv.isi-dps.ac.id). Khalayak
lebih
banyak
memilih
surat
kabar
untuk
memenuhi
keingintahuannya akan informasi karena penyebarannya lebih diperuntukkan kepada khalayak dan bersifat umum, keteraturan terbitnya surat kabar yang bisa satu sampai dua kali sehari, kesemestaan isinya yang beraneka ragam dan dari seluruh dunia, serta keaktualan berita yang disajikan. Oleh karena itu, banyak media massa cetak sekarang lebih memperhatikan visualisasi dengan porsi yang agak besar untuk memudahkan pembaca mencerna berita. Saat ini salah satu konflik yang baru-baru saja terjadi adalah aksi demo keras di Mesir.Gerakan diawali oleh para aktivis yang mengajak rakyat Mesir untuk melakukan gerakan bersama melawan kemiskinan, pengangguran, korupsi pemerintah, dan kekuasaan Presiden Hosni Mubarak. Demonstran mendesak Mubarak mengakhiri kekuasaannya yang telah berlangsung 30 tahun, menuntut mundur Perdana Menteri Ahmed Nazif, serta menuntut pembubaran parlemen dan pembentukan pemerintah bersatu(http://kompas.com). Gerakan demonstran dimulai pada hari Rabu (26/1/2011) yang merupakan hari libur nasional mereka lempar dengan tagline "hari kemarahan". Massa demonstran berbaris di pusat kota Kairo, menuju kantor partai yang berkuasa, Partai Demokrasi Nasional, serta Departemen Luar Negeri dan televisi negara. Protes serupa dilaporkan terjadi di kota-kota lain di seluruh negeri.Bentrokan akhirnya tak terhindarkan, polisi melemparkan gas air mata dan meriam air
Universitas Sumatera Utara
terhadap demonstran yang berteriak "Turunlah bersama Mubarak" di Tahrir Square. Kerusuhan meluas di Alexandria, kota Mansura di Delta Nil, Tanta dan di kota-kota selatan Aswan dan Assiut. Pada kerusuhan awal tiga pengunjuk rasa dan seorang perwira polisi telah tewas. Protes terus terjadi di beberapa kota. Ratusan orang telah ditangkap, tetapi para pengunjuk rasa mengatakan mereka tidak akan menyerah sampai permintaan mereka terpenuhi. Kekerasan juga meletus di kota Suez, sementara di daerah Sinai utara, tepatnya di kawasan Sheikh Zuweid, suku Badui dan polisi terlibat aksi saling menembak, menewaskan seorang remaja berusia 17 tahun. Hal yang sama juga terjadi di Ismailia. Tuntutan dan aksi yang dikatakan terilhami oleh demonstrasi yang berhasil menjatuhkan Presiden Tunisia itu terus dicoba dibubarkan oleh pemerintah.Sekitar 250 orang terluka, termasuk 85 polisi, setelah polisi antihuru hara menembakkan gas air mata.Citra kepolisian di Mesir terus merosot, sementara rakyat masih menghargai pasukan militer.Para pejabat keamanan menyebutkan hampir 1000 pemrotes ditahan.Pada tanggal 28 Januari internet dan SMS di Mesir mati, layanan jejaring sosial Facebook dan Twitter terganggu. Pemerintah Mesir kini mendapat tekanan internasional yang lebih keras, termasuk dari negara sekutunya Amerika Serikat. Juru bicara Departemen Luar Negeri, Philip Crowley menyampaikan agar para pemimpin Arab bekerja sama dengan masyarakat mereka dalam melakukan reformasi atau dalam mencermati para ekstremis. Setelah hampir tiga pekan berunjuk rasa, para demonstran yang terus berkumpul di At-Tahrir Square Mesir akhirnya bersorak gembira.Presiden Hosni
Universitas Sumatera Utara
Mubarak resmi mundur. Pernyataan ini disampaikan Wakil Presiden Omar Suleiman di televisi nasional Mesir, Jumat (10/2)(http://www.tvonenews.tv) Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk menganalisis fotojurnalistik selama kerusuhan di Mesir pada Harian Kompas. Peneliti akan menganalisis foto pada Harian Kompas tanggal 27 Januari 2011-12 Februari 2011. Peneliti memilih Harian Kompas dikarenakan harian tersebut merupakan surat kabar berskala nasional dan memiliki foto-foto yang bagus untuk dianalisis. Harian Kompas berkantor pusat di Jakarta dan merupakan bagian dari kelompok Kompas Gramedia.Selain itu, Harian Kompas juga dapat diakses melalui e-paper dengan konsep surat kabar digital, sehingga dapat memudahkan peneliti mendapatkan tambahan informasi. Selain itu, Harian Kompas merupakan satu-satunya koran di Indonesia yang diaudit oleh Audit Bureau of Circulations (ABC). Harian Kompas telah menjadi referensi khalayak yang dipercaya sejak terbit pada tahun 1965. Harian Kompas termasuk ke dalam pers berkualitas (quality newspaper), yaitu penerbitan pers yang memilih cara penyajian yang etis, moralis dan intelektual (Amar, 1984 dalam Sumadiria, 2005: 39). Pers berkualitas dikelola secara konseptual dan profesional.Materi laporan, ulasan dan tulisan berkualitas termasuk berat. Awalnya harian ini diterbitkan dengan nama Bentara Rakyat. Atas usul Presiden Sukarno namanya diubah menjadi Kompas, sebagai media pencari fakta dari segala penjuru.Kompas mulai terbit tanggal 28 Juni 1965 berkantor di Jakarta Pusat dengan tiras 4.800 eksemplar. Sejak tahun 1969 Kompas merajai penjualan
Universitas Sumatera Utara
surat kabar secara nasional. Seperti kebanyakan surat kabar yang lain, Harian Kompas dibagi menjadi tiga halaman bagian, yaitu bagian depan yang memuat berita nasional dan internasional, bagian berita bisnis dan keuangan, serta bagian berita olahraga(http://wikipedia.org). Foto kerusuhan yang terjadi di Mesir banyak diambil dari foto-foto TheAssociated Press (AP), Agence France Presse(AFP) dan Getty Images.The Associated Press (AP) didirikan pada tahun 1846 dan bermarkas di New York.Misinya adalah menjadi jaringan berita dunia yang menyediakan layanan berita yang berkualitas, dapat dipercaya dan objektif(www.ap.org).Sedangkan Agence France Presse (AFP) diciptakan pada tahun 1835 oleh Agency Havas, perusahaan berita pertama di dunia. Para jurnalis yang tergabung dalam kelompok pemberontak, menguasai kantor pusat Paris pada bulan Agustus 1944, setelah Perancis terbebaskan dari kedudukan nazi(http://www.afp.com).Foto lainnyajuga diambil dari Getty Images.Getty Images didirikan pada tahun 1995 oleh Mark Getty dan Jonathan Klein yang membawa peralihan fotografi bisnis ke zaman fotografi digital(http://company.gettyimages.com/).
Universitas Sumatera Utara
I.2.
Perumusan Masalah Perumusan masalah berguna sebagai upaya membatasi penelitian agar
lebih terarah dan tidak terlalu luas dalam fokus penelitian yang sudah ditentukan.Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah isi fotojurnalistik mengenaikerusuhan yang terjadi di Mesir pada Harian Kompas?”
I.3.
Pembatasan Masalah Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga
dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian terbatas pada analisis isi fotojurnalistik tentang kerusuhan yang terjadi di Mesir pada Harian Kompas. 2. Penelitian dilakukan dengan menganalisis foto-foto dari Harian Kompas yang terbit pada tanggal 27 Januari 2011–12 Februari 2011 atau ketika awal terjadinya gejolak sampai Hosni Mubarak dinyatakan mundur dari jabatannya. 3. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2011, dengan lama penelitian yang akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.
Universitas Sumatera Utara
I.4.
Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis isi fotojurnalistik mengenai kerusuhan yang terjadi di Mesir pada Harian Kompas. 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan fotojurnalistik. 3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui situasi atau suasana selama kerusuhan yang terjadi di Mesir sampai Hosni Mubarak mengundurkan diri dari jabatannya.
I.5.
Manfaat Penelitian 1. Secara akademis, penelitian diharapkan mampu memperluas atau menambah khasanah penelitian komunikasi dan sumber bacaan kepada mahasiswa di Departemen Ilmu Komunikasi Ekstensi FISIP USU. 2. Secara teoritis, untuk menerapkan ilmu yang diterima peneliti selama menjadi mahasiswaIlmu
Komunikasi Ekstensi FISIP USU, serta
menambah cakrawala dan wawasan peneliti mengenai fotografi jurnalistik. 3. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan masukan kepada siapa saja yang tertarik terhadap fotografi jurnalistik.
Universitas Sumatera Utara
I.6.
Kerangka Teori Kerangka
teori
adalah
kemampuan
seorang
peneliti
di
dalam
mengaplikasikan pola berpikirnya di dalam menyusun secara sistematis teori-teori yang mendukung masalah penelitian.Teori berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, memberikan pandangan dan melahirkan strategi. Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok–pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut
mana
penelitian disorot. Uraian di dalam kerangka teori merupakan hasil berpikir rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat di dalam masalah ataupun sub-sub masalah (Nawawi, 1998: 39-40). Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah: I.6.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa Komunikasi adalah penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain. Proses penyampaian ini berlangsung pada umumnya dengan menggunakan bahasa. Bahasa adalah lambang yang mewakili sesuatu, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Komunikasi mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Thomas M Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita dan mempengaruhi orang lain, merasa berpikir atau berperilaku yang seperti kita inginkan. Hakikatnya proses komunikasi itu adalah proses pernyatan antarumat manusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada
Universitas Sumatera Utara
orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Dengan kata lain, komunikasi pada hakikatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang (komunikator) pada orang lain (komunikan), dimana pikiran itu bisa berupa gagasan, informasi dan opini (Effendy, 1990: 11). Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, dalam Liliweri, 1991, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara masal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu. Sedangkan definisi Gebner, tergambar bahwa komunikasi massa itu
menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan
komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus-menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan (Ardianto dan Komala, 2004: 3). Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita (Fajar, 2009:225).
Universitas Sumatera Utara
I.6.2. Fungsi Komunikasi Massa Para pakar mengemukakan tentang sejumlah fungsi komunikasi, kendati dalam setiap item fungsi terdapat persamaan dan perbedaan. Pembahasan fungsi komunikasi telah menjadi diskusi yang cukup penting, terutama konsekuensi komunikasi melalui media massa. Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick (2001), terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertainment (hiburan). a. Surveillance (Pengawasan) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama, yaitu: 1. Warning or Beware Surveillance (Pengawasan Peringatan). Fungsi pengawasan
peringatan
terjadi
ketika
media
massa
menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. 2. Instrumental Surveillance (Pengawasan Instrumental). Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang film apa yang sedang dimainkan di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, produk-produk baru, ide-ide tentang mode resep masakan dan sebagainya, adalah contoh pengawasan instrumental.
Universitas Sumatera Utara
b. Interpretation (Penafsiran) Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Contoh nyata penafsiran media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) surat kabar. Penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada khalayak pembaca, serta dilengkapi perspektif terhadap berita yang disajikan pada halaman lainnya. c. Linkage (Pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. d. Transmission of Value (Penyebaran Nilai-Nilai) Fungsi penyebaran nilai tidak kentara.Fungsi ini disebut juga socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu pada cara di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Dengan perkataan lain, media massa mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya. e. Entertainment (Hiburan) Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan, hampir tiga perempat bentuk saran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan. Begitu pun radio siaran, siarannya banyak dimuati acara hiburan.Memang ada beberapa televisi dan radio siaran yang memuat
Universitas Sumatera Utara
100% berita.Tetapi televisi dan radio siaran lainnya menyajikan berita kurang dari 5%, majalah pun demikian halnya.Ada yang banyak memuat hiburan, ada pula yang sedikit memuat hiburan. Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya.Melalui berbagai macam acara di radio siaran pun masyarakat dapat menikmati hiburan. Sementara surat kabar dapat melakukan hal tersebut dengan memuat cerpen, komik, Teka-Teki Silang (TTS), dan berita yang mengandung human interest (sentuhan manusiawi).
I.6.3. Fotografi Definisi fotografi secara luas adalah paduan seni dan teknik memindahkan gambar yang ada di alam ke atas benda yang peka atau sensitif terhadap cahaya yang disebut dengan film (atau sensor semikonduktor pada kamera digital) dengan mempergunakan alat bantu kamera.Istilah fotografi berasal dari dua kata dalam Bahasa Yunani, yakni photos yang berarti cahaya dan graphein yang berarti menggambar. Sementara itu, kata kamera berasal dari bahasa latinCamera Obscura yang berarti kamar gelap atau dark room (Mulyanta, 2008: 5). Foto yang bagus harus memiliki beberapa kualitas. Pertama, foto harus fokus sehingga maknanya yang penting bisa terlihat dan dipahami pemirsanya. Kedua, foto harus memiliki exposure yang bagus. Kualitas foto yang bagus lainnya adalah foto bebas dari cacat (Rolnicki, 2008: 322).
Universitas Sumatera Utara
I.6.3.1. Fotografi Jurnalistik Definisi singkat fotojurnalistik dapat dilihat dalam buku Photojournalism1 (New York Institute of Photography: 3, dalam Wijaya, 2009: 3) yang mengartikan sebagai menceritakan sebuah kisah dengan menggunakan sebuah foto atau lebih (photojournalism is telling a story with one or more photographs). Fotografi jurnalistik merupakan faktor penting yang
mendukung dalam kegiatan
mempengaruhi masyarakat/khalayak, sebab foto merupakan suatu karya seni yang memberi nilai dokumenter, estetika dan artistik kepada suatu hasil karya dalam media cetak. Foto jurnalistik yang bernilai dokumenter merekam suatu kejadian agar orang berfikir maupun mengungkapkan, sedangkan foto seni memukau orang untuk memandangnya (Susanto, 1982 dalam Wijaya, 2009: 5). Ada delapan karakter fotojurnalistik menurut Frank P. Hoy dari Sekolah Jurnalistik dan Telekomunikasi
Walter Cronkite, Universitas Arizona, pada
bukunya yang berjudul Photojournalism the Visual Approach yaitu sebagai berikut: 1. Fotojurnalistik adalah komunikasi melalui foto (communication photography). Komunikasi yang dilakukan akan mengekspresikan pandangan pewarta foto terhadap suatu subjek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi. 2. Medium fotojurnalistik adalah media cetak koran atau majalah, dan media kabel atau satelit juga internet seperti kantor berita (wire service). 3. Kegiatan fotojurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita. 4. Fotojurnalistik adalah paduan dari foto dan teks foto. 5. Fotojurnalistik mengacu pada manusia. Manusia adalah subjek sekaligus pembaca fotojurnalistik. 6. Fotojurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass audiences). Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima orang yang beraneka ragam. 7. Fotojurnalistik juga merupakan hasil kerja editor foto. 8. Tujuan fotojurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak penyampaian informasi kepada sesama, sesuai amandemen kebebasan berbicara dan kebebasan pers (freedom of speech and freedom of press) (Alwi, 2004: 45).
Universitas Sumatera Utara
Dalam dunia fotografi jurnalistik dikenal metode Entire Detail Frame Angle Time atau disingkat EDFAT.Metode yang diperkenalkan oleh Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University ini telah teruji sebagai metode untuk memilih aspek spesial dari cerita, agar memperoleh gambar yang kuat.EDFAT adalah metode pemotretan untuk melatih cara pandang melihat sesuatu dengan detil yang tajam. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap unsur dari metode itu adalah sesuatu proses dalam mengincar suatu bentuk visual atas peristiwa bernilai berita.
I.6.4. Media Massa Media massa atau dalam hal ini disebut pula sebagai media jurnalistik merupakan alat bantu utama dalam proses komunikasi massa. Sebab komunikasi massa sendiri secara sederhana, berarti kegiatan komunikasi yang menggunakan media (communicating with media). Menurut Bittner, komunikasi massa dipahami sebagai “messages communicated through a mass medium to a large number of people,” suatu komunikasi yang dilakukan melalui media kepada sejumlah orang yang tersebar di tempat–tempat yang tidak ditentukan. Jadi, media massa menurutnya, adalah suatu alat transmisi informasi, seperti surat kabar, majalah, buku, film, radio dan televisi, atau suatu kombinasi bentuk dari bentuk-bentuk media itu (Muhtadi, 1999: 73). Media massa memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous).
Universitas Sumatera Utara
Jenis-jenis media yang digolongkan dalam media massa adalah pers, radio siaran, televisi dan film.
I.6.5. Surat Kabar Sekurang-kurangnya ada tiga jenis media cetak, yaitu: surat kabar, majalah dan buku. Sejak masa awal pertumbuhannya hingga saat ini ketiga jenis media cetak itu telah mengalami berbagai perubahan besar. Surat kabar merupakan media massa paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johan Guttenberg di Jerman. Keberadaan surat kabar di Indonesia ditandai dengan perjalanan panjang melalui lima periode yakni masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, menjelang kemerdekaan dan awal kemerdekaan, zaman orde lama serta orde baru (Ardianto, 2004:101). Surat kabar sebagai media massa dalam masa orde baru mempunyai misi menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat Indonesia. Menurut Agee (dalam Ardianto, 2004: 103) secara kontemporer surat kabar memiliki tiga fungsi utama dan fungsi sekunder. Fungsi utama media adalah: (1) to inform (menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang terjadi dalam suatu komunitas, negara dan dunia), (2) to comment (mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya ke dalam fokus berita), (3) to provide (menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan di media). Sedangkan fungsi sekunder media, adalah (1) untuk kampanye proyek-proyek yang bersifat
Universitas Sumatera Utara
kemasyarakatan, yang diperlukan sekali untuk kondisi-kondisi tertentu, (2) memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik, kartun dan cerita-cerita khusus, (3) melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, menjadi agen informasi dan memperjuangkan hak.
I.7.
Kerangka Konsep Kerangka merupakan hasil pemikiran yang rasional yang merupakan
uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesis. Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:33).Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional
merupakan
uraian
yang
bersifat
kritis
dalam
memperkirakan
kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 1995:40). Adapun konsep-konsep yang diteliti dalam penelitian ini adalah: -
Foto-fotojurnalistik pada Harian Kompas.
-
Analisis isi fotojurnalistik mengenai kerusuhan Mesir 27 Januari12Februari 2011.
Universitas Sumatera Utara
I.8.
Model Teoritis Berdasarkan kerangka konsep yang dikembangkan dari kerangka teori
sebelumnya, maka peneliti membuat model teoritis. Model ini berguna untuk menggambarkan rencana atau strategi penelitian yang akan dilakukan kemudian. Model teoritisnya adalah sebagai berikut: Menghimpun data foto kerusuhan yang terjadi di Mesir
I.9.
Mengklasifikasikan berdasarkan kriteria fotojurnalistik
Menganalisis isi fotojurnalistik
Operasional Konsep Operasional konsep berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep dalam
penelitian.Maka berdasarkan kerangka konsep dibuatlah operasionalisasi konsep untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian.Berdasarkan hal itu, maka operasionalisasi konsep yang diukur dalam penelitian ini adalah: a. Entire b. Detail c. Framing d. Angle e. Time
I.10.
Definisi Operasional Konsep Menurut Singarimbun (1995: 46) definisi operasional adalah unsur
penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah
Universitas Sumatera Utara
yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Konsep-konsep dalam penelitian ini dapat didefenisikan sebagai berikut: a. Entire (E) Dikenal juga sebagai established shot, suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa atau bentuk penugasan lain. b. Detail (D) Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai point of interest. c. Frame (F) Suatu tahapan dimana kita mulai membingkai suatu detil yang telah dipilih. Fase ini mengantar seorang calon foto jurnalis mengenal arti suatu komposisi, pola, tekstur dan bentuk subyek pemotretan dengan akurat. Rasa artistik semakin penting dalam tahap ini. d. Angle (A) Tahap dimana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan, level mata, kiri, kanan dan cara melihat. Fase ini penting mengkonsepsikan visual apa yang diinginkan. e. Time (T) Tahap penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara diafragma dan kecepatan atas ke empat tingkat yang telah disebutkan sebelumnya. Pengetahuan teknis atas keinginan membekukan gerakan atau memilih ketajaman ruang adalah satu prasyarat dasar yang sangat diperlukan (http://wulanderland. wordpress.com).
Universitas Sumatera Utara