BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia ini terlihat dari berbagai macam ekosistem yang ada di Indonesia, seperti: ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau, ekosistem padang rumput, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem air tawar, ekosistem air laut, ekosistem savanna, dan lain- lain. Masingmasing ekosistem ini memiliki keaneragaman hayati tersendiri. Indonesia menempati peringkat kedua dunia setelah Brasil dalam hal keanekaragaman hayati. Sebanyak 5.131.100 keanekaragaman hayati di dunia, 15,3% nya terdapat di Indonesia (Hanggono, 2010). Keanekaragaman hayati tersebut sangat memungkinkan menjadikan negara Indonesia sebagai Negara agraris terbesar di Dunia. Pertanian mempunyai kontribusi penting baik terhadap perekonomian maupun terhadap pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia, apalagi dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk yang berarti bahwa kebutuhan akan pangan juga semakin meningkat. Selain itu ada peran tambahan dari sektor pertanian yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat yang sebagian besar sekarang berada di bawah garis kemiskinan.
13
Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur
pembangunan perekonomian
nasional.
Soetrisno
(1999)
menyatakan bahwa sekitar 75% penduduk Indonesia tinggal di wilayah pedesaan. Lebih dari 54% diantaranya menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Meskipun jumlahnya besar namun pendapatan mereka tidak lebih besar dibandingkan penduduk perkotaan yang notabene bergantung pada sektor industri dan jasa. Perbedaan pendapatan tersebut berkaitan erat dengan produktivitas para petani Indonesia, yang tidak dapat dilepaskan dari berbagai faktor, antara lain luas lahan yang dimiliki,kebijakan pemerintah dalam hal pemberian insentif kepada petani, da sebagainya. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya. Selama periode 1995-1997 PDB sektor pertanian (peternakan, kehutanan & perikanan) menurun & sektor lain spt menufaktur meningkat. Sebelum krisis moneter, laju pertumbuhan output sektor pertanian lebih kecil daripada ouput sektor non pertanian. Pada tahun 1999 semua sektor turun kecuali listrik, air dan gas. Rendahnya pertumbuhan output pertanian tersebut disebabkan oleh beberapa factor yakni iklim (kemarau jangka panjang berakibat volume dan daya saing turun), lahan garapan petani semakin kecil, kualitas SDM rendah dan kurangnya penggunaan teknologi. Kemunduran dalam sektor pertanian tersebut memacu penduduk untuk mencari alternatif lain dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Salah satu alternatif tersebut adalah dengan melakukan migrasi ke daerah lain dalam rangka mencari pekerjaan yang lebih baik. 14
Pertanian merupakan sektor unggulan di Kabupaten Kebumen. Kontribusi sekotr ini terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kebumen menurut lapangan uaha atas dasar harga berlaku mencapai 33,60% dan atas dasar harga konstan sebesar 36,82 (BPS, 2012). Begitu pula Desa Ayah, berdasarkan data Kecamatan Ayah Dalam Angka tahun 2012 presentase penduduk bekerja di sektor pertanian sebanyak 52,54% dan merupakan sektor dominan dibandingkan sektor-sektor lain seperti industri (5,31%), perdagangan (9,6%), komunikasi (1,24%), jasa (15,03), konstruksi (1,36%) dan lainnya (14,91%). Kabupaten Kebumen juga merupakan salah satu kantong buruh migran di daerah Jawa Tengah. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah buruh migran yang terdata di Dinas Ketenagakerjaan, Transmigrasi dan Sosial (Disnakertransos) Kabupaten Kebumen, selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 jumlah Buruh Migran Kebumen sebanyak 1142 orang. Mereka bekerja di sector formal sebanyak 840 orang terdiri dari187 laki- laki dan 953 perempuan. Sedang yang bekerja di sector informal sebanyak 302 orang tanpa pemilahan berdasarkan jenis kelamin. Para buruh migran membawa remitansi (pengiriman uang) yang cukup besar bagi Kebumen. Pada Bulan Juli 2011 jumlah uang yang dikirim oleh BMI asal Kabupaten Kebumen melalui jasa Western Union mencapai lebih dari Rp 7 miliar. Bahkan sebelumnya yakni pada tahun 2002 remitansi oleh BMI di Kabupaten Kebumen mencapai Rp 40 miliar atau hampir dua kali lipat pendapatan asli daerah Kebumen Rp 23 miliar (Murtajib, 2011). Desa Ayah termasuk salah satu daerah penyalur migran, terutama migrasi internasional dan sebagian besar mereka tergolong keluarga miskin (Murtajib, 15
2011). Kemiskinan mereka membuat mereka sangat rentan terhadap eksploitasi ketenagakerjaan. Michael P. Todaro (dikutip dari Mantra, 1992) menyatakan bahwa motif utama seseorang melaksanakan migrasi adalah ekonomi. Rendahnya pendapatan dan besarnya iming- iming pekerjaan di perkotaan membuat mereka memaksakan untuk bermigrasi tanpa mengetahui resiko yang akan dihadapi.
1.2. Perumusan Masalah Pembangunan ekonomi pedesaan khususnya di bidang mengalami kemunduran dilihat dari meningkatnya jumlah tenaga kerja desa yang bermigrasi. Penelitian mengenai sektor pertanian dan migrasi desa adalah salah satu cara untuk revitalisasi kebijakan yang diambil pemerintah. Berdasarkan Latar Belakang yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya dapat ditentukan perumusan masalah dalam penelitian ini antara lain: 1. Berapa kecenderungan pendapatan usahatani dalam suatu rumah tangga tani di Desa Ayah? 2. Bagaimana tingkat migrasi tenaga kerja yang terjadi dalam setiap rumah tangga di Desa Ayah? 3. Apakah kecilnya pendapatan usahatani suatu rumah tangga akan memicu anggota rumah tangga tersebut untuk melakukan migrasi?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui besarnya pendapatan rumah tangga tani di Desa Ayah. 16
2. Mengetahui tingkat migrasi tenaga kerja dalam satu rumah tangga di Desa Ayah. 3. Mengetahui hubungan pendapatan usahatani dengan tingkat migrasi tenaga kerja dalam suatu rumah tangga di Desa Ayah.
1.4. Kegunaan Penelitian 1. Penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai pendapatan usahatani dan keterkaitannya dengan tingkat migrasi di suatu desa. 2. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan pembangunan desa melalui sektor pertanian sekaligus untuk mensejahterakan kehidupan petani desa. 3. Penelitian ini memberikan informasi terkait migrasi keluar, termasuk migrasi internasional, yang terjadi di satu desa sehingga nantinya dapat membantu pemerintah setempat untuk membuat kebijakan terkait perlindungan migran.
1.5.
Tinjauan Pustaka
1.5.1. Teori Mobilitas Penduduk Mobilitas penduduk dapat dibedakan antara mobilitas penduduk vertikal dengan mobilitas mobilitas penduduk horizontal. Mobilitas penduduk vertikal sering disebut dengan perubahan status. Salah satu contoh adalah perubahan status
17
pekerjaan seseorang yang mula- mula bekerja dalam bidang pertanian sekarang bekerja dalam bidang non-pertanian. Mobilitas penduduk horizontal atau geografis meliputi semua gerakan (movement) penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu dalam periode waktu tertentu pula (Mantra 1984, 4). Penggunaan batas wilayah dan waktu untuk indicator mobilitas penduduk ini mengikuti paradigma ilmu geografi yang mendasarkan konsepnya atas wilayah dan waktu. Batas wilayah umumnya dipergunakan batas administrasi misalnya : propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan atau pedukuhan. Hingga kini belum ada kesepakatan diantara para ahli dalam menentukan batas wilayah dan waktu tersebut. Hal ini sangat bergantung kepada luas cakupan wilayah penelitian di masing- masing peneliti. Sebagai contoh, Biro Pusat Statistika dalam melaksanakan Sensus Penduduk di Indonesia, menggunakan batas provinsi sebagai batas wilayah. Sedangkan batas waktu digunakan enam bulan. Jadi menurut definisi yang dibuat oleh BPS, seserang disebut migran apabila orang tersebut bergerak melintas batas propinsi menuju ke propinsi lain, dan lamanya tinggal di propinsi tujuan adalah enam bulan atau lebih. Selain itu seseorang dapat pula dikatakan migran walaupun berada di propinsi tujuan kurang dari enam bulan, tetapi orang tersebut berniat tinggal menetap atau bertempat tinggal enam bulan atau lebih di propinsi tujuan. Akibat dari belum adanya kesepakatan diantara para ahli mengenai ukuran batas wilayahdan waktu ini, maka hasil penelitian mengenai mobilitas penduduk di antara para peneliti tidak dapat diperbandingkan. 18
1.5.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Penduduk Menurut Mantra (1992) ada beberapa teori yang mengatakan mengapa seseorang mengambil keputusan untuk melakukan mobilitas, diantaranya adalah teori kebutuhan dan tekanan (need and stress). Dalam teori ini disebutkan bahwa tiap-tiap individu mempunyai kebutuhan yang perlu untuk dipenuhi. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan ekonomi, sosial dan psikologi. Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi maka terjadilah tekanan atau stress: Iagner (dikutip dari Mantra et al, 1992) memberikan definisi dari stress sebagai berikut: “….. any influence, whether it arises form the internal environmental or external environment, which interferes with the satisfaction of basic needs or which disturbs or threatens to disturb the stabel equilibrium”. Tekanan (stress) dapat pula dibagi menjadi dua yaitu tekanan ekonomi dan psikologi sosial. Intensitas tekanan (stress) dari seseorang tergantung pad besar kecilnya kebutuhan yang dapat dipenuhi di daerah asal. Tekanan pada seseorangakan mengakibatkan terjadnya tegangan (strain). Tinggi rendahnya tegangan yang dialami sesorang tergatung kepada tingkat emosi dan tolera nsi orang tersebut. Jadi tiap-tiap individu dalam suatu masyarakat mempunyai reaksi yang berbeda stress dengan intensitas yang sama. Ada dua kemungkinan yang terjadi apabila sesorang mengalami stress. Kalau stress yang menimpa sesorang tidak terlalu besar (masih dalam batas-batas 19
toleransi) maka orang tersebut tidak akan meninggalkan daerah dimana mereka bertempat tinggal. Dia akan menyesuaikan kebutuhannya dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Tetapi apabila stress yang dialamin sesorang di luar batas toleransinya maka orang itu mulain memikirkan untuk berpindah ke daerah lain dimana kebutuhannya mungkin dapat dipenuhi atau dengan ungkapan
lain
seseorang akan berpindah dari daerah yang mempunyai nilai kefaedahan (place utility) yang lebih menuju ke daerah yang mempunyai nilai kefaedahan yang lebih tinggi. Everett S. Lee (1966) mengatakan ada empat faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan migrasi yaitu: 1. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal 2. Faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan 3. Penghalang antara, dan 4. Faktor-faktor pribadi (individu) Lee mengungkapkan bahwa volume migrasi di suatu wilayah berkembang sesuai dengan tingkat keanekaragaman daerah-daerah di dalam wilayah tersebut. Ia melukiskan bahwa baik di daerah asal maupun daerah tujuan ada faktor- faktor positif, negatif, ada pula faktor- faktor netral. Faktor positif adalah faktor yang member nilai yang menguntungkan kalau bertempat tinggal di daeraj tersebut. Misalnya di daerah tersebut terdapat sekolah, kesempatan kerja, iklim yang baik. Faktor negatif adalah faktor yang memberi nilai negatif pada daerah yang bersangkutan sehingga seseorang ingin pindah dari tempat tersebut. Perbedaan
20
nilai kumulatif antara kedua kedua tempat tersebut cenderung menimbulkan arus migrasi penduduk. Selanjutnya Lee menambahkan bahwa besar kecilnya arus migrasi juga dipengaruhi oleh rintangan antara, misalnya berupa ongkos pindah yang tinggi. Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah faktor individu itu sendiri. Dialah yang menilai positif dan negatifnya suatu daerah, dia pulalah yang memutuskan apakah akan pindah dari daerah asal atau tidak. Kalau pindah daerah mana yang akan dituju. Ilustrasi teori Lee tercantum pada gambar 1.1 berikut. Michael P. Todaro (dikutip dari Mantra, 1992) menyatakan bahwa motif utama seseorang melaksanakan migrasi adalah ekonomi. Hal ini didasarkan atas adanya perbedan ekonomi antara daerah asal dan daerah tujuan atau daerah pedesaan dan perkotaan. Di kota terdapat kesempatan ekonomi yang lebih luas dibandingkan dengan di daerah pedesaan sehingga terjadi migrasi penduduk dari pedesaan menuju ke kota dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan mereka. Bogue, Titus, dan Lee (dikutip dari Mantra, 1992) sependapat dengan Todaro bahwa ketimpangan ekonomi sebagai penyebab utama utama timbulnya migrasi. Hasil penelitian di Irlandia misalnya, mengungkapkan bahwa para migran pada umumnya berasal dari daerah miskin dimana mereka kekurangan tanah pertanian, dan terbatasnya sumber daya alam. Hasil penelitian Suharso (dikutip dari Mantra, 1992) memperkuat pendapat adanya kaitan erat antara migrasi dengan aspek ekonomi. Dikatakannya bahwa sebagian besar migran yang meninggalkan desa tidak memiliki tanah dan 21
pekerjaan tetap, karena itu perginya ke kota denga tujuan untuk mendapatkan pekerjaan. Tujuh puluh persen migran yang berasal dari desa berpendapatan bahwa di kota mudah untuk mendapatkan pekerjaan.
1.5.3. Pola Migrasi Penduduk Dilihat dari bentuknya mobilitas penduduk dapat dibedakan ke dalam mobilitas permanen dan tidak permanen. Yang dimaksud mobilitas permanen adalah penduduk yang menetap di suatu daerah yang bukan tempat kelahirannya sedangkan mobilitas tidak permanen adalah penduduk yang melakukan mobilitas ke daerah lain namun mereka masih menetap di daerah kelahirannya. Mobilitas permanen dibagi menjadi dua yakni migrasi semasa hidup dan migrasi dari desa ke kota. Migrasi semasa hidup (life time migration) merupakan salah satu mobilitas permanen yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena intensitas migrasi suatu daerah diukur dari besarnya migrasi semasa hidup. Untuk Indonesia data ini dapat diperoleh lewat sensus penduduk dan supas. Migrasi dari desa ke kota merupakan migrasi permanen yang dilakukan penduduk dari desa ke kota. Fenomena menarik di negara berkembang termasuk Indonesia setelah selesainya Perang Dunia II adalah mengalirnya penduduk dari desa ke kota. Peristiwa ini ditanggapi dengan sikap pro dan kontra. Mereka yang pro seperti Lewis dkk memandang hal ini sebagai transfer tenaga kerja yang murah yang dibutuhkan untuk mengembangkan sektor modern di kota. Dampaknya
tidak
hanya
menyehatkan
keadaan
ekonomi,
tetapi
juga
meningkatkan kualitas kehidupan di desa. Mereka yang kontra seperti Todaro 22
melihat bahwa hal ini hanya menimbulkan masalah tidak hanya di kota, tetapi juga di desa. Karena tumbuhnya kesempatan kerja kota-kota di negara berkembang tidak dapat mengimbangi tumbuhnya tenaga kerja maka hal ini hanya akan mengakibatkan pegangguran yang semakin besar. Di lain pihak, desa kehilangan tenaga kerja terampil dan dinamis, karena mereka yang pergi bersifat selektif terdiri dari pemuda yang pernah mengenyam pendidikan formal. Lepas dari masalah pro dan kontra di atas fakta menunjukkan bahwa penduduk desa tetap mengalir ke kota di negara berkembang termasuk di Indonesia. Keadaany ini lebih disebabkan oleh tekanan penduduk dan stagnansi ekonomi di desa daripada oleh tawaran kesempatan kerja di kota. Dengan demikian menjadi jelas bahwa pertumbuhan penduduk kota yang tinggi disebabkan oleh dua unsur yaitu pertambahan alami dan migrasi masuk. Mobilitas tidak permanen terbagi dua yaitu mobilitas sirkuler dan mobilitas ulang alik. Mobilitas sirkuler adalah pergerakan penduduk yang dari suatu wilayah ke wilayah lain dengan tidak ada niatan untuk menetap di daerah tujuan. Dewasa ini Indonesia sedang mengalami transisi mobilitas penduduk yaitu berkurangnya minat penduduk untuk menetap di kota dan mulai berkembangnya migrasi tidak menetap baik migrasi sirkuler maupun migrasi ulang alik. Gejala ini timbul akibat dari perkembangan pembangunan dengan faktor utama ekonomi. Seperti halnya migran sirkuler, migran ulang-alik atau penglaju tidak menetap di daerah tujuan. Migran ulang-alik adalah penduduk yang bekerja di daerah lain (Mantra1988 : 8 - 17).
23
1.5.4. Hubungan Antara Migran dengan Daerah Asal Sekalipun migran telah lama menetap di daerah lain mereka akan selalu memelihara hubungan baik dengan kampong halamannya. Kepekatan hubungan ini merupakan fungsi dari berbagai faktor seperti kuatnya ikatan tradisi, jarak hubungan famili yang masih tinggal di daerah asal, pemilikan harta kekayaan, jarak atau biaya untuk pulang, dan keberhasilan migran di daerah tujuan. Banyak cara yang digunakan untuk memelihara hubungan baik ini seperti kunjungan, dengan surat, kiriman uang dan atau barang (remittance). Untuk negara- negara berkembang seperti Indonesia yang masih banyak menganut extended family remitan memegang peranan yang sangat penting untuk memelihara hubungan ini. Ada hubungan positif
antara kepekatan hubungan dengan dampaknya terhadap
pembangunan di daerah asal migran. Selainitu juga telah banyak diungkapkan bahwa makin besar volume migrasi keluar makin besar pula dampaknya terhadap pembangunan di daerah asal (Naim, 1974; Hugo, 1975).
1.5.5. Pengertian Usahatani Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu (Soekartawi, 1995).
Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat
mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya ;
24
dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Usahatani (farm) adalah organisasi dari alam (lahan), tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi tersebut ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolanya (Firdaus, 2010). Dengan istilah usahatani di atas telah mencakup pengertian yang luas, dari bentuk yang paling sederhana sampai yang paling modern. Di Indonesia selain usahatani dikenal pula istilah perkebunan, yang sebenarnya juga merupakan usahatani yang dilaksanakan secara komersial. Namun, istilah perkebunan biasanya dibedakan dengan usahatani. Perbedaan tersebut dapat ditunjukkan dalam Tabel 1.1 berikut. Tabel 1.1. Perbedaan Usahatani dengan Perkebunan NO 1 2
CIRI-CIRI Lahan Status lahan
3 4 5
Sederhana Petani dan keluarga Campuran atau monokultur pangan Sederhana
7
Pengelolaan Tenaga kerja Jenis tanaman Teknik budidaya Permodalan
8
Orientasi
Subsisten, semi komerisial, komersial
6
USAHATANI Sempit Milik, sewa sakap (garapan)
Padat karya
PERKEBUNAN Luas Hak Guna Usaha (HGU), milik swasta Kompleks Semuanya tenaga upah Tanaman perdagangan monokultur Mengikuti perkembangan teknologi Padat modal dan padat karya Komersial
Sumber: Firdaus, 2010 Usahahatani bisa juga dibedakan secara nyata dengan industry. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut.
25
Tabel 1.2. Perbedaan Usahatani dengan Industri NO 1
CIRI-CIRI
USAHATANI
INDUSTRI
Tenaga
Biologis (manusia/ternak) atau
Mekanis/mesin
kerja/penggerak
mekanis
2
Proses produksi
Di alam terbuka, Lama
Di ruangan, Cepat
3
Pengelolaan
Sederhana
Modern
4
Pengambilan
Cepat dan tepat
Jangka panjang
keputusan Sumber: Firdaus, 2010 Analisis usahatani sangat diperlukan bukan hanya untuk kepentingan petani saja tetapi juga untuk para Penyuluh Petanian Lapangan (PPL), Penyuluh Pertanian Madya (PPM) dan Penyuluh Pertanian Spesialis, para mahasiswa atau pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk melakukan analisis usahatani. Dalam melakukan analisis usahatani seseorang dapat melakukannya menurut kepentingan untuk apa analisis usahatani yang dilakukannya. Dalam banyak pengalaman analisis usahatani yang dilakukan oleh petani atau produsen memang dimaksudkan untuk tujuan mengetahui atau meneliti: a. Keunggulan komparatif (comparative advantage); b. Kenaikan hasil yang semakin menurun (law of diminishing returns); c. Substitusi (substitution effect) d. Pengeluaran biaya usahatani (farm expenditure) e. Biaya yang diluangkan (opportunity cost) f.
Pemilikan cabang usaha (macam tanaman lain apa yang dapat diusahakan); dan
g. Baku timbang tujuan (goal trade-off) 26
Maksud dan tujuan macam analisis usahatani tersebut pada dasanya sama yaitu mencari informasi tentang keragaan suatu usahatani yang dilihat dari berbagai aspek. Telaah seperti ini (kajian berbagai aspek) sangat penting karena tiap macam skala usaha dan pada tiap lokasi tertentu berbeda satu sama lain karena hal tersebut memang ada perbedaan dalam karakteristik yang dipunyai pada usahatani yang bersangkutan.
1.5.6. Pendapatan Usahatani Analisis usahatani memerlukan data tentang penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani. Cara analisis terhadap tiga variabel ini sering d isebut denga analisis anggaran arus uang tunai (cash flow analysis). Penerimaan usahatani adalah semua perkalian antara produksi dengan harga jual, biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani, dan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran (Soekartawi, 1995). Oleh karena itu dalam menghitung total penerimaan usahatani perlu dipisahkan: (a) Analisis parsial usahatani; dan (b) Analisis keseluruhan usahatani. Jadi kalau sebidang lahan ditanami 3 tanaman secara onokultur (misalnya tanaman padi, jagung dan ketela pohon), dan bila tanaman yang akan diteliti adalah salah satu macam tanaman saja, maka analisis seperti ini disebut analisis parsial. Sebaliknya kalau ketiga-tiganya seperti ini disebut analisis keseluruhan usahatani (wholefarm analysis). Biaya usahatani biasaynya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: (a) Biaya tetap (fixed cost); dan (b) Biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap ini pada 27
umumnya didefinisikan sebagai sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Contohnya pajak. Biaya untuk pajak akan tetap dibayar walaupun hasil usahatani itu besar atau gagal sekalipun. Biaya tetap ini beragam, dan kadangkadang tergantung dari peneliti apahak mau memberlakukan variabel itu sebagai biaya tetap atau biaya variabel (tidak tetap). Contoh biaya tetap antara lain: sewa tanah, pajak, alat pertanian; dan iuran irigasi. Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi. Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu ditambah dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besarkecilnya produksi yang diinginkan.
1.6. Kerangka pe mikiran Mata pencaharian utama penduduk Desa Ayah adalah petani. Komoditi utama desa ini adalah pertanian kelapa yang diolah menjadi gula jawa. Selain berprofesi sebagai petani ada juga penduduk yang bekerja pada sektor non pertanian. Pada umumnya petani melakukan aktivitas pertanian demi menyokong perekonomian keluarga. Aktivitas pertanian penduduk setempat menghasilkan produk pertanian berupa hasil panen. Hasil panen tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, baik untuk konsumsi sendiri hingga dijual ke pasar. 28
Pemasaran hasil produk pertanian ini dilakukan ke berbagai wilayah baik pasar local maupun pasar yang berada di luar daerah. Kegiatan pemasaran tersebut memberikan penghasilan bagi petani dalam bentuk uang. Produktivitas panen mempengaruhi pendapatan yang dihasilkan petani setiap kali panen. Produktivitas panen yang tinggi akan membuat penghasilan petani semakin besar. Hal ini merupakan salah satu alasan yang membuat petani desa tetap mempertahankan profesinya. Namun seiring berkembangnya zaman, yakni lahan yang semakin sempit akibat perkembangan permukiman sehingga menurunkan produktivitas pertanian membuat sebagian besar petani dihadapkan pada pilihan untuk mencari profesi lain yang mampu memberikan penghasilan yang lebih layak atau sekedar menambah penghasilan. Sebagian penduduk yang kondisi perekonomiannya rendah memilih untuk mencari pekerjaan lain di desa dalam sektor jasa. Penduduk yang memiliki modal memilih untuk melakukan migrasi keluar desa untuk mendapat pekerjaan yang lebih layak. Migrasi tersebut dapat berupa migrasi permanen dan non permanen. Migrasi permanen dilakukan ketika penduduk memilih untuk menetap di daerah tujuan, dan migrasi non permanen dilakukan ketika penduduk berniat kembali lagi ke desa. Penduduk yang melakukan migrasi, yang berasal dari keluarga petani tersebut, nantinya akan melakukan pengiriman penghasilan yang dikenal sebagai remiten. Penghasilan ini yang akan mampu meningkatkan perekonomian keluarga dan desa dalam sektor non pertanian.
29
Penduduk desa
Penduduk berprofesi
Penduduk berprofesi
Non Petani
Petani
Keterangan : = garis penurunan = garis pengaruh = garis hubungan balik
Aktivitas Non
Aktivitas Pertanian
Pertanian
Pendapatan Non
Pendapatan Usahatani
Usahatani
Pendapatan rendah
Pendapatan tinggi
Transformasi tenaga
Tetap di sektor
kerja pedesaan
pertanian
Migrasi
Tetap di desa pada sektor non pertanian
Migrasi permanen
Migrasi non permanen (sirkuler)
Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran 30
1.8. Hipotesis 1. Sebagian besar pendapatan usahatani penduduk Desa Ayah cenderung rendah dilihat dari ketidakseimbangan antara produksi dengan biaya. 2. Tingkat migrasi tenaga kerja Desa Ayah cenderung tinggi dengan lebih dari 50% dari total anggota rumah tangga melakukan migrasi. 3. Terdapat hubungan antara pendapatan usahatani dengan tingkat migrasi yang dibuktikan melalui uji korelasi.
1.8. Batasan Operasional Rumah tangga tani adalah rumah tangga yang memiliki mata pencaharian utama sebagai petani sehingga pendapatan utamanya berasal dari kegiatan bertani Produksi panen adalah jumlah hasil usahatani dalam satu kali panen. Dalam penelitian ini satuan produksi adalah kg. Luas lahan adalah luas penggarapan lahan oleh seorang petani. Diukur dalam satuan m2 , Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, 1995). Satuan penerimaan usahatani adalah rupiah (Rp) Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan petani yang jumlahnya sama dan tidak mempengaruhi besanya produksi Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam rangka meningkatkan faktor produksi. Semakin banyak biaya variabel yang dikeluarkan maka produksinya semakin meningkat. 31
Biaya usahatani adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses usahatani. Yakni total penjumlahan biaya tetap dengan biaya variabel. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya (Soekartawi, 1995). Satuan pendapatan usahatani adalah rupiah (Rp). Migrasi keluar adalah perpindahan penduduk keluar dari daerah asalnya, dalam penelitian ini adalah penduduk desa yang meninggalkan desanya (Munir, 1981). Migrasi Permanen adalah perpindahan penduduk keluar dari daerah asalnya dan berniat untuk menetap di daerah tujuan migrasi tersebut (Rusli, 1995). Dalam penelitian ini adalah penduduk desa yang bermigrasi keluar dari desa dan menetap di daerah tujuan mulai dari desa lain, kota, hingga mobilitas internasional. Migrasi Sirkuler adalah perpindahan penduduk keluar dari daerah asalnya namun namun memiliki niat untuk kembali lagi ke daerah asal (Rusli, 1995). Pada penelitian ini yang dimaksud migrasi sirkuler terjadi ketika penduduk desa yang melakukan migrasi berniat untuk kembali ke desa. Daerah tujuan migrasi adalah daerah tempat migran melangsungkan hidup setelah keluar dari tempat asalnya. Penduduk usia kerja atau tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun keatas untuk negara – negara berkembang seperti Indonesia.sedangkan dinegara maju, penduduk usia kerja (tenaga kerja) adalah penduduk yang berumur antara 15 hingga 64 tahun.pada zaman Belanda, yang disebut penduduk usia kerja adalah mereka yang berumur 10 hingga 65 tahun.namun,dewasa ini usia kerja
32
tersebut telah diubah menjadi mereka yang berumur 15 tahun keatas sejak diberlakukannya wajib belajar 9 tahun pada tahun 1995. Angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja (15 tahun keatas),baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja.kelompok ini biasa disebut sebagai kelompok usia produktif. namun,tidak semua angkatan kerja dalam suatu negara mendapat kesempatan bekerja.mereka inilah yang disebut penganggur. Pelaku migrasi adalah anggota rumah tangga responden yang pernah melakukan migrasi. Hal ini berarti sedang melakukan migrasi atau telah melakukan migrasi dan kembali ke daerah asal/tempat tinggal semula.
33