BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dunia tengah menghadapi sejumlah tantangan berkelanjutan yang memerlukan tindakan yang sifatnya segera dan tegas. Pertambahan populasi penduduk turut meningkatkan tekanan terhadap sumber daya yang disediakan oleh bumi. Hal ini akan mengarah pada situasi dimana harga berbagai macam kebutuhan meningkat, kelangkaan sumber daya pada skala lokal, hilangnya keanekaragaman hayati, perubahan iklim, dan kerusakan lingkungan. Semua pihak terkena dampak dari berbagai perkembangan ini, dan harus menjadi bagian dari solusi atas isu-isu berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Capra (2002, hlm. 13) bahwa “dari sudut pandang sistemik, satusatunya solusi yang patut dilaksanakan ialah solusi yang berkelanjutan (sustainable)”. Dalam menjaga keseimbangan dan melestarikan lingkungan mesti dilakukan oleh semua pihak untuk masa depan bersama dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) untuk mewujudkan kehidupan berkelanjutan. Francis (1995, hlm. 4) menyatakan bahwa: mewujudkan keseimbangan dan pelestarian lingkungan dalam konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Keberlanjutan adalah kapasitas pembaharuan dan evolusi dalam ekosistem, serta inovasi dan kreativitas dalam sistem sosial. Keberlanjutan bukan merupakan akhir yang harus dicapai, tetapi target yang secara terus menerus dilakukan dalam masyarakat. Hal senada juga dijelaskan dalam UNESCO (1976, hlm. 2) tentang pendidikan lingkungan hidup sebagai berikut: environmental education is a process aimed at developing a world population that is aware of and concerned about the total environment and its associated problems, and which has the knowledge, attitudes, motivations, commitments, and skills to work individually and collectively to ward solutions of current problems and the prevention of news ones. Dunia internasional berupaya membuat komitmen global untuk menjaga keseimbangan dan melestarikan lingkungan dengan membahas isu-isu Hibar Firdaus, 2015 PENINGKATKAN ECOLITERACY PESERTA DIDIK DALAM KONSEP REUSE DAN RECYCLE MELALUI PEMANFAATAN MAINAN BERBAHAN LIMBAH KEMASAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
lingkungan hidup diberbagai pertemuan. Konferensi PBB tentang lingkungan hidup di Stockholm Swedia tahun 1972, konferensi Tbilisi di Georgia tahun 1977, dan konferensi PBB tentang lingkungan dan pembangunan yaitu United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) atau Earth Summit di Rio de Jeneiro Brazil pada bulan Juni tahun 1992 dan di Johannersburg Afrika Selatan tahun 2002. Konferensi United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) bulan Juni tahun 1992 di Rio de Jeneiro Brazil menghasilkan deklarasi yang diantaranya berisi “Principle 1, Human beings are at the centre of concerns for sustainable development. They are entitled to a healty and productive life in harmony with nature” (Palmer, 1998 hlm. 78). Bagi masyarakat khususnya dunia pendidikan, isu berkelanjutan menghadirkan baik tantangan maupun kesempatan. Selain dari pada itu dengan meningkatnya populasi penduduk turut meningkatkan jumlah sampah dan limbah, Dalam hal ini adalah limbah kemasan yang berdampak negatif terhadap lingkungan. Goleman (2010, hlm. 24) mengungkapkan “Sesungguhnya, tidak ada barang hasil produksi yang bisa benar-benar disebut ramah lingkungan, hanya lebih kurang. Jala Indra mengingatkan kita bahwa setiap proses manufaktur mempunyai dampak buruk terhadap sistem alam di sepanjang perjalanannya.” Alasan utama yang menarik bagi peneliti adalah semakin meningkatnya limbah kemasan yang mencemari lingkungan. Limbah kemasan setelah pakai merupakan masalah besar bagi lingkungan, dan merupakan tanggung jawab semua pihak. Jumlah limbah kemasan dari barang-barang konsumsi yang mencemari lingkungan terus meningkat, seiring dengan melajunya tingkat konsumsi masyarakat. Kondisi inilah yang menjadi penyebab utama persoalan lingkungan sedangkan pencegahan pencemaran dan pengelolaan limbah kemasan belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Hal ini sesuai yang disampaikan oleh Surtikanti (2009, hlm. 29) bahwa “masalah lingkungan merupakan akibat dari ulah tangan manusia dalam mempertahankan hidup serta dalam mempertahankan kesejahteraan manusia, sehingga permasalahan lingkungan merupakan tanggung jawab semua lapisan masyarakat.” Apabila Hibar Firdaus, 2015 PENINGKATKAN ECOLITERACY PESERTA DIDIK DALAM KONSEP REUSE DAN RECYCLE MELALUI PEMANFAATAN MAINAN BERBAHAN LIMBAH KEMASAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
persoalan ini tidak segera diteliti bisa menimbulkan masalah yang semakin kompleks bagi lingkungan. Limbah kemasan yang tidak terurai di lingkungan berdampak terhadap rusaknya kondisi tanah dan banjir. Hal ini seperti yang di ungkapkan oleh Sri, Y dkk. (2006, hlm. 143) bahwa “kondisi lingkungan yang kurang baik karena ketidaktahuan masyarakat kebanyakan berakibat terhadap munculnya bencana alam yang terjadi terus-menerus di berbagai tempat di Indonesia dan belahan bumi lainnya”. Manusia dan lingkungan mempunyai hubungan timbal balik yang sangat erat, keduanya saling membutuhkan untuk meneruskan kelangsungan hidup dan menjaga kelestariannya seperti yang dinyatakan Soemarwoto (2007, hlm. 18) sebagai berikut: kelangsungan hidup manusia sangat tergantung pada lingkungan. Manusia terbentuk oleh lingkungan hidupnya dan sebaliknya manusia juga membentuk lingkungan hidupnya. Proses interaksi manusia dengan lingkungannya sangat mempengaruhi pandangan hidup manusia. Manusia mengamati lingkungan hidupnya dan belajar dari pengalaman interaksi, menyusun citra tentang lingkungan hidupnya, sifat lingkungan hidupnya, pengaruh lingkungan hidup terhadap dirinya, dan reaksi lingkungan hidup terhadap aktivitas hidupnya. Lingkungan telah menjadi salah satu isu yang paling penting dari waktu ke waktu dan tentunya kita semua berharap akan menjadi lebih baik di masa depan. Tantangannya adalah mencari cara dalam menemukan pendekatan pengelolaan lingkungan yang memberikan peningkatan kualitas hidup manusia sekaligus melindungi sistem lingkungan sebagai dasar bagi kesejahteraan umat manusia. Untuk menghadapi tantangan tersebut, sangat penting bagi peserta didik SMP diajarkan lebih dari sekedar pengetahuan dan kesadaran masalah lingkungan. Sekolah sebagai tempat menimba ilmu adalah sebuah tempat yang tepat dimana peserta didik dapat belajar melihat, mengamati, dan mengalami mengenai pentingnya hubungan mutual antara kehidupan manusia dengan alam lingkungannya, sehingga peserta didik mampu membangun suatu pengetahuan yang nantinya dapat digunakan pada masa dewasa, oleh karena itu ecoliteracy sangat penting bila diterapkan dalam pembelajaran IPS dengan pendekatan scientific menggunakan model pembelajaran Project Based learning yang ditujukan untuk meningkatkan Hibar Firdaus, 2015 PENINGKATKAN ECOLITERACY PESERTA DIDIK DALAM KONSEP REUSE DAN RECYCLE MELALUI PEMANFAATAN MAINAN BERBAHAN LIMBAH KEMASAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
sikap ecoliteracy peserta didik. Melalui pemanfaatan mainan berbahan limbah kemasan sebagai media pembelajaran IPS untuk meningkatkan sikap ecoliteracy peserta didik akan membuat pembelajaran IPS itu sendiri lebih menarik, bermakna dan menyenangkan serta mengajak peserta didik untuk ikut melestarikan lingkungan sekitar. Sebuah pendekatan scientific dibutuhkan untuk mempelajari ecoliteracy agar dapat memberikan pemahaman yang lebih baik dan membangun kekuatan dalam strategi untuk belajar menyatukan dan mengelola hubungan yang lebih baik antara masyarakat dan lingkungan. Ecoliteracy berasal dari eco dan literacy. Eco yang berarti ekologi adalah ilmu yang membahas tentang hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan dan literacy yang berarti melek, terampil, paham atau sadar. Peneliti menyimpulkan ecoliteracy sebagai ilmu tentang lingkungan yang dapat meningkatkan kesadaran manusia terhadap lingkungan. Capra (2002, hlm. 18) mengungkapkan bahwa “kesadaran ekologis yang mendalam adalah kesadaran spiritual atau religius”. Maka sesuai pendapat Capra tersebut ecoliteracy merupakan sebuah konsep yang harus dimiliki oleh masyarakat agar mempunyai pemahaman tentang pentingnya menjaga sebuah lingkungan alam, merasakan dan menyadari bahwa lingkungan alam merupakan tempat manusia bergantung. Para kontruktivistik beranggapan bahwa pengetahuan akan dibangun secara aktif oleh seseorang melalui persepsi dan pengalaman langsung dengan lingkungannya. Peserta didik yang banyak bersentuhan dengan alam akan lebih mampu memaknai dunia mereka. Karena itu peserta didik perlu mendapatkan kesempatan berinteraksi dengan lingkungannya yang akan membuat mereka secara aktif terus menerus mendapatkan pengetahuan. Di sekolah peserta didik dapat belajar memahami bagaimana cara menjaga keseimbangan lingkungan melalui semangat (prinsip) 3R (Reduce, Reuse dan Recycle), dalam hal ini adalah peningkatan ecoliteracy peserta didik dalam konsep Reuse dan Recycle melalui pemanfaatan mainan berbahan limbah kemasan sebagai media pembelajaran IPS. Upaya ini senada dengan yang diutarakan Goleman (2010, hlm. 21-22): Hibar Firdaus, 2015 PENINGKATKAN ECOLITERACY PESERTA DIDIK DALAM KONSEP REUSE DAN RECYCLE MELALUI PEMANFAATAN MAINAN BERBAHAN LIMBAH KEMASAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
Tentu saja sekecil apapun langkah menuju ramah lingkungan itu bisa membantu. Tetapi kegandrungan kita terhadap segala sesuatu yang ramah lingkungan merepresentasikan tahap transisi, yaitu munculnya kesadaran terhadap dampak ekologis tetapi masih kurang dalam hal ketepatan, kedalaman pemahaman, serta kejelasan. Goleman (2010, hlm. 25), juga mengungkapkan bahwa: “Hijau adalah suatu proses, bukan status. Kita perlu memikirkan “hijau” sebagai suatu kata kerja, bukan sebagai kata sifat. Pergeseran semantik tersebut mungkin bisa membantu kita untuk lebih terfokus pada upaya ramah lingkungan.” Ecoliteracy haruslah bentuk proses yang dilakukan tiada henti untuk kehidupan yang lebih baik. Kecerdasan ekologis dapat membuat kita menerapkan apa yang kita pelajari mengenai aktivitas manusia terhadap ekosistem sehingga dapat mengurangi kerusakan dan melestarikan lingkungan hidup. Dengan menerapkan konsep Reuse dan Recycle melalui pemanfaatan mainan berbahan limbah kemasan sebagai media pembelajaran IPS, peserta didik SMP akan membuat, berkreasi, berimajinasi, dan bermain sambil belajar sebagai wujud peningkatan ecoliteracy berdasarkan kebebasan dan rasa ingin tahunya yang merupakan kesempatan bagi peserta didik untuk membangun pengetahuannya tentang melek ekologi dari dalam dirinya. Implementasi peningkatan ecoliteracy peserta didik dalam konsep Reuse dan Recyle melalui pemanfaatan mainan berbahan limbah kemasan sebagai media pembelajaran IPS, yaitu peserta didik membuat aneka jenis mainan dengan menggunakan kembali (Reuse) dan mendaur ulang kembali (Recyle) limbah kemasan sebagai media pembelajaran IPS yang merupakan wujud dari peningkatan ecoliteracy peserta didik. Peningkatan ecoliteracy peserta didik yang dimaksud adalah peningkatan pemahaman konsep, pengetahuan, kesadaran, keterampilan dan sikap ecoliteracy peserta didik. Selain dari pada itu dengan membuat mainan berbahan limbah kemasan sebagai media pembelajaran IPS, maka dengan sendirinya pembelajaran IPS tersebut menjadi bermakna dan menyenangkan. Adapun ragam jenis mainan berbahan limbah kemasan yang bisa diciptakan seperti : Hibar Firdaus, 2015 PENINGKATKAN ECOLITERACY PESERTA DIDIK DALAM KONSEP REUSE DAN RECYCLE MELALUI PEMANFAATAN MAINAN BERBAHAN LIMBAH KEMASAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
1. Alat transportasi; mobil, kereta api, perahu, kapal selam, pesawat terbang, pesawat ulang alik, dan sebagainya. 2. Bangunan; rumah, benteng pertahanan, istana, toko, perkantoran, lingkungan, sarana atau fasilitas umum, dan sebagainya. 3. Robot, figur dan pesawat dalam cerita science fiction, dan sebagainya. Dengan membuat mainan berbahan limbah kemasan berarti peserta didik telah bertindak aktif mengurangi dampak negatif dan memahami tentang pentingnya menjaga keseimbangan dan melestarikan lingkungan dari pencemaran limbah kemasan, hal itu sebagai cermin dari meningkatnya pemahaman konsep dan sikap ecoliteracy peserta didik. Selain itu peserta didik telah menginspirasi orang lain untuk melakukan tindakan kecil seharihari, yang dapat membantu melahirkan suatu perubahan besar bagi lingkungan, sosial dan ekonomi. Memilih Project Based Learning pada pembelajaran IPS dalam peningkatan ecoliteracy peserta didik melalui pemanfaatan mainan berbahan limbah
kemasan
adalah
sebuah
upaya
pendekatan
pembelajaran
berkelanjutan. Langkah ini menjadi pembeda bagi peserta didik dalam memperoleh mainan, karena berkelanjutan adalah aspek yang tak terpisahkan dan perlu diperkenalkan dalam pendidikan ecooliteracy peserta didik. Selanjutnya hal ini juga sebagai upaya menganalisis masalah sikap ecoliteracy peserta didik dalam konteks lokal sesuai dengan karakteristik ekologis, ekonomi dan sosial budaya masyarakat menjadi hal yang menentukan dalam mengatasi berbagai kelemahan, peluang dan tantangan dalam pembelajaran IPS. Dalam konteks faktual, untuk mewujudkan keberlanjutan alangkah bijaksana apabila guru sebagai pendidik menyadari dan memahami bagaimana cara meningkatkan ecoliteracy peserta didik dalam pembelajaran IPS. Selain itu tentunya pendidik dengan ide dan kreatifitasnya mampu mengembangkan
berbagai
model,
pendekatan,
strategi,
dan
media
pembelajaran IPS untuk meningkatkan ecoliteracy peserta didik. Dampak dari hasil peningkatan ecoliteracy peserta didik yang terintegrasi dalam berbagai mata pelajaran yang telah dilaksanakan di Hibar Firdaus, 2015 PENINGKATKAN ECOLITERACY PESERTA DIDIK DALAM KONSEP REUSE DAN RECYCLE MELALUI PEMANFAATAN MAINAN BERBAHAN LIMBAH KEMASAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
sekolah-sekolah belum banyak terlihat, baik pada masyarakat maupun lingkungan. Bahkan sebaliknya berbagai masalah pencemaran lingkungan oleh limbah kemasan berakar dari perilaku negatif manusia yang masih sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah Pembelajaran IPS dilaksanakan, sekolah, guru dan peserta didik akan merasakan manfaatnya, yaitu dengan fokus terhadap berkelanjutan semakin membantu dan mendorong meningkatnya pemahaman peserta didik, menggiatkan inovasi, dan menghemat biaya. Berikut tiga contoh di antaranya: 1.
Pemahaman yang didorong oleh sustainability. Pendidikan ecoliteracy yang memadukan kehidupan yang sustainable ke dalam tujuan intinya menjadi pendorong pemahaman tentang melek ekologi.
2.
Limbah kemasan berkurang, resiko berkurang. Dengan menggunakan kembali (Reuse) dan mendaur ulang (Recycle) limbah kemasan sebagai bahan baku pembuatan mainan, maka dapat menyadarkan peserta didik dalam menjaga kebersihan dan memelihara lingkungan, mengurangi resiko pencemaran lingkungan dan mengubah cara pandang peserta didik dalam memperoleh mainan tidak harus membeli tetapi bisa dengan membuat sendiri, sehingga peserta didik menghasilkan efisiensi dan memangkas biaya.
3.
Kolaborasi Inovasi & Berkelanjutan. Dengan memandang dan memanfaatkan mainan berbahan limbah dari perspektif keberlanjutan, maka kesempatan kreasi dan inovasi menjadi terbuka, bahkan meningkatkan keterampilan peserta didik dan mampu meningkatkan pemahaman peserta didik tentang melek ekologi. Pengembangan
Kurikulum
2013
merupakan
langkah
lanjutan
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal. Menurut Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan Hibar Firdaus, 2015 PENINGKATKAN ECOLITERACY PESERTA DIDIK DALAM KONSEP REUSE DAN RECYCLE MELALUI PEMANFAATAN MAINAN BERBAHAN LIMBAH KEMASAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam buku Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 (2014, hlm. 2) tentang rasional pengembangan dan elemen perubahan kurikulum 2013 menyatakan “…tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka…” Tantangan internal maupun tantangan eksternal merupakan alasan positif untuk selalu diadakannya pengembangan kurikulum. Dalam mata pelajaran IPS, manusia dan lingkungan menjadi tema sentral, baik dalam hal konten, pendekatan, kajian sumber pembelajaran, dan media pembelajaran. The Center for Ecoliteracy (Pusat Ecoliteracy) mengembangkan kompetensi inti untuk membantu orang muda berkembang dan hidup dalam komunitas berkelanjutan. Kompetensi terkait diantaranya adalah the head (learning to know), the heart (learning to be), the hands (learning to do) and the spirit (learning to live together). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative social studies, dan merupakan pendidikan yang berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli terhadap lingkungan sosial dan alam. Disamping itu tujuan pendidikan IPS menekankan pada pengetahuan tentang bangsanya, semangat kebangsaan, patriotisme, serta aktivitas masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang atau space wilayah NKRI. Hal tersebut senada dengan penjelasan Depdikbud (1996, hlm. 3) yang menyatakan bahwa: Konsep pembelajaran terpadu dalam IPS merupakan pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS yang sering disebut dengan pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakikanya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsp secara holistik dan otentik. Salah satu diataranya adalah memadukan kompetensi dasar. Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan
Hibar Firdaus, 2015 PENINGKATKAN ECOLITERACY PESERTA DIDIK DALAM KONSEP REUSE DAN RECYCLE MELALUI PEMANFAATAN MAINAN BERBAHAN LIMBAH KEMASAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajarinya. Pada pendekatan pembelajaran terpadu, program pembelajaran disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial dengan mengambil suatu tema untuk dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Berdasarkan studi pendahuluan pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Sukaresmi Kabupaten Padeglang, pada umumnya pembelajaran yang dilakukan berbasis materi saja, dengan penekanan pada hafalan dan kognitif, sehingga peserta didik memahami lingkungan hanya sebatas parsial. Secara khusus Kecamatan Sukaresmi terletak di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten merupakan daerah pedesaan dengan mata pencaharian penduduk yaitu petani. Permasalahan lingkungan yang muncul adalah sampah dan limbah kemasan yang mulai mencemari lingkungan pedesaan. Selain itu beberapa permasalahan diantaranya: pertama, peserta didik belum memiliki pengetahuan,
kesadaran,
keterampilan
dan
sikap
ecoliteracy
untuk
keberlanjutan kehidupan lingkungan. kedua, peserta didik masih ada yang membuang sampah tidak pada tempatnya. ketiga, peserta didik belum memanfaatkan
mainan
berbahan
limbah
kemasan
sebagai
media
pembelajaran IPS. Keempat, peserta didik belum memanfaatkan limbah kemasan untuk dijadikan benda-benda kreatifitas. Kelima, guru kurang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk aktif dalam setiap pembelajaran IPS dalam hal ini berkaitan dengan ecoliteracy. Keenam, pembelajaran IPS cenderung menekankan aspek hafalan dan ingatan saja, belum mencerminkan pembelajaran bermakna dan menyenangkan berkaitan dengan ecoliteracy. Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan, maka untuk permasalahan di atas harus ada solusi yang dapat dilakukan oleh guru terhadap pelestarian lingkungan dan penanggulangan limbah kemasan. Berkaitan dengan isu, peristiwa dan permasalahan ini, maka peneliti melaksanakan suatu penelitian yang berjudul Peningkatan Ecoliteracy Peserta
Hibar Firdaus, 2015 PENINGKATKAN ECOLITERACY PESERTA DIDIK DALAM KONSEP REUSE DAN RECYCLE MELALUI PEMANFAATAN MAINAN BERBAHAN LIMBAH KEMASAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10
Didik Dalam Konsep Reuse dan Reycle Melalui Pemanfaatan Mainan Berbahan Limbah Kemasan Sebagai Media Pembelajaran IPS.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Bagaimana perencanaan pembelajaran untuk meningkatkan ecoliteracy peserta didik dalam konsep Reuse dan Recycle melalui pemanfaatan mainan berbahan limbah kemasan sebagai media pembelajaran IPS?
2.
Bagaimana implementasi pembelajaran model Project Based Learning untuk meningkatkan ecoliteracy peserta didik dalam konsep Reuse dan Recycle melalui pemanfaatan mainan berbahan limbah kemasan sebagai media pembelajaran IPS?
3.
Kendala apa saja dan bagaimana mengatasi hambatan pembelajaran menggunakan model Project Based Learning untuk meningkatkan ecoliteracy peserta didik dalam konsep Reuse dan Recycle melalui pemanfaatan
mainan
berbahan
limbah
kemasan
sebagai
media
pembelajaran IPS? 4.
Bagaimana peningkatan ecoliteracy peserta didik dalam konsep Reuse dan Recycle melalui pemanfaatan mainan berbahan limbah kemasan sebagai media pembelajaran IPS?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk merencanakan pembelajaran peningkatan ecoliteracy peserta didik dalam konsep Reuse dan Recycle melalui pemanfaatan mainan berbahan limbah kemasan sebagai media pembelajaran IPS?
2.
Untuk mengimplementasikan model pembelajaran Project Based Learning untuk meningkatkan ecoliteracy peserta didik dalam konsep Reuse dan Recycle melalui pemanfaatan mainan berbahan limbah kemasan sebagai media pembelajaran IPS.
Hibar Firdaus, 2015 PENINGKATKAN ECOLITERACY PESERTA DIDIK DALAM KONSEP REUSE DAN RECYCLE MELALUI PEMANFAATAN MAINAN BERBAHAN LIMBAH KEMASAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11
3.
Untuk mengatasi hambatan pembelajaran menggunakan model Project Based Learning dalam peningkatan ecoliteracy peserta didik dalam konsep Reuse dan Recycle melalui pemanfaatan mainan berbahan limbah kemasan sebagai media pembelajaran IPS.
4.
Untuk meningkatkan sikap ecoliteracy peserta didik dalam konsep Reuse dan Recycle melalui pemanfaatan mainan berbahan limbah kemasan sebagai media pembelajaran IPS.
D. Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini dilaksanakan, diharapkan adanya manfaat mengenai media pembelajaran bagi dunia pendidikan dan pihak terkait diantaranya: 1.
Bagi Peneliti Memberikan kesempatan kepada peneliti untuk meneliti lebih lanjut mengenai peningkatan ecoliteracy peserta didik dalam konsep Reuse dan Recycle melalui pemanfaatan mainan berbahan limbah kemasan sebagai media pembelajaran IPS.
2.
Bagi Guru Memberikan pengalaman langsung kepada guru berkaitan dengan peningkatan ecoliteracy peserta didik dalam konsep Reuse dan Recycle melalui pemanfaatan mainan berbahan limbah kemasan sebagai media pembelajaran IPS.
3.
Bagi Peserta didik Menambah kebermaknaan, suasana menyenangkan belajar peserta didik dan memperkaya pengetahuan peserta didik terkait peningkatan ecoliteracy peserta didik dalam konsep Reuse dan Recycle melalui pemanfaatan
mainan
berbahan
limbah
kemasan
sebagai
media
masukan
dalam
pembelajaran IPS. 4.
Bagi Penelitian Bidang Sejenis Dapat
dijadikan
salah
satu
dasar
dan
mengembangkan penelitian-penelitian sejenis selanjutnya.
Hibar Firdaus, 2015 PENINGKATKAN ECOLITERACY PESERTA DIDIK DALAM KONSEP REUSE DAN RECYCLE MELALUI PEMANFAATAN MAINAN BERBAHAN LIMBAH KEMASAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12
E. Struktur Organisasi Tesis Pada bab I dimulai dari pendahuluan yang terdiri atas; Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Struktur Organisasi Tesis. Selanjutnya bab II Kajian Pustaka yang membahas tentang Ecoliteracy, Konsep Reuse dan Recycle Dalam Pemanfaatan Mainan Berbahan Limbah Kemasan, Pengertian Kemasan, Pengertian Sampah dan Limbah, Jenis Sampah, Konsep Reuse dan Recycle, Pengertian Mainan, Nilai Ekonomis Mainan Berbahan Limbah Kemasan, Limbah Kemasan Sebagai Media Pembelajarn IPS, Media, Pembelajaran IPS, Pentingnya Ecoliteracy Dalam Pembelajaran IPS SMP, Pendekatan Saintifik, Esensi Pembelajaran Pendekatan Saintifik (Pendekatan Ilmiah), Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Saintifik (Pendekatan Ilmiah), Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), Tujuan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Berbasis Proyek, (Project
Based
Learning),
Langkah-langkah
Model
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), Teknik Penilaian dalam Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), Penelitian Yang Relevan, Kerangka Pemikiran. Berlanjut ke bab III Lokasi dan Subjek Penelitian, Metode dan Desain Penelitian, Prosedur
Penelitian,
Defenisi Operasional, Instrumen Penelitian, Analisis Data, Indikator Keberhasilan. Selanjutnya pada bab IV hasil dan pembahasan Hasil Penelitian, dan bab V berisi Kesimpulan, Saran dan yang terakhir yaitu Daftar Pustaka.
Hibar Firdaus, 2015 PENINGKATKAN ECOLITERACY PESERTA DIDIK DALAM KONSEP REUSE DAN RECYCLE MELALUI PEMANFAATAN MAINAN BERBAHAN LIMBAH KEMASAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu