1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Perkembangan bisnis investasi di pasar modal Indonesia saat ini
mengalami peningkatan yang pesat. Meningkatnya bisnis ini membuat para investor memerlukan lebih banyak informasi mengenai kinerja perusahaan yang dapat mendukung dalam pengambilan keputusan untuk memaksimalkan investasinya. Salah satu informasi yang berperan penting dalam pasar modal adalah laporan keuangan. Perusahaan yang terdaftar di pasar modal diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit oleh auditor. Laporan keuangan adalah salah satu media komunikasi keuangan antara manajemen perusahaan dan stakeholder (Margaretta dan Soepriyanto, 2012). Laporan keuangan pada dasarnya harus memenuhi empat karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas informasi keuangan, yaitu dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 2 tentang Karakteristik Kualitatif Informasi Keuangan menjelaskan mengenai hierarki kualitas yang disyaratkan untuk informasi keuangan, yaitu: (1) Kualitas khusus pemakai harus dapat dipahami; (2) Kualitas khusus keputusan primer harus memiliki relevansi dan reliabilitas; (3) Kualitas sekunder dan data interaktif harus dapat dibandingkan. Dengan demikian, informasi keuangan harus memiliki relevansi dan reliabilitas untuk dapat
1
2
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Informasi dapat dikatakan relevan jika memiliki nilai umpan balik, nilai prediksi, dan tepat waktu. Ketepatwaktuan berkaitan dengan aspek relevansi. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan harus memiliki relevansi yang baik, sehingga informasi tersebut harus disajikan tepat waktu. Ketepatwaktuan berarti tersedianya informasi bagi pembuat keputusan sebelum kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan. Informasi akuntansi menjadi kurang relevan dengan berlalunya waktu (McGee, 2007). Informasi yang relevan bila dihubungkan dengan pemakai atau pengguna diartikan menjadi 3 aspek (Suwardjono, 2005:165) yaitu : (a) goal relevance merupakan kemampuan informasi dalam membantu para pemakai untuk mencapai tujuannya; (b) semantic relevance yaitu kemampuan informasi untuk dipahami maknanya oleh pemakai sesuai dengan makna yang ingin disampaikan; dan (c) decision relevance yaitu kemampuan informasi untuk memfasilitasi proses pengambilan keputusan oleh para pemakai. Pengguna informasi keuangan harus mendapatkan informasi yang mereka perlukan secara cepat pada saat mereka dalam posisi sebagai pembuat keputusan (Dogan, et al, 2007) Ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan merupakan hal yang penting dalam pengungkapan informasi baik bersifat wajib (mandatory) maupun sukarela (voluntary). Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) menyatakan bahwa manfaat suatu laporan akan berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat waktu. Kebutuhan akan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan secara jelas telah disebutkan dalam Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan
3
Keuangan bahwa ketepatwaktuan merupakan salah satu karakteristik yang harus dipenuhi agar laporan keuangan yang disajikan relevan untuk pembuat keputusan. Semakin cepat informasi diungkapkan, maka akan semakin relevan informasi tersebut bagi para pengguna laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan sangat membutuhkan informasi yang tepat waktu untuk memungkinkan mereka dapat dengan segera melakukan analisis dan membuat keputusan tentang modal yang sudah atau akan diinvestasikan pada perusahaan. Profesi akuntansi pun mengakui akan kebutuhan terhadap ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan. Tanggungjawab ini ditunjukkan dalam pekerjaan akuntan yang selalu berusaha bekerja lebih profesional agar tepat waktu dalam menyajikan laporan keuangan (Sulistyo, 2010). Perusahaan yang go public memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit secara tepat waktu. Regulasi mengenai ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan perusahaan telah diatur dalam Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: Kep346/BL/2011 yang menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam-LK selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Apabila perusahaan tersebut terlambat menyampaikan laporan keuangan maka dikenakan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Sanksi dan denda yang dikenakan pada perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan cukup berat, akan
4
tetapi masih banyak perusahaan publik yang menyampaikan laporan keuangan dengan tidak tepat waktu. Kinerja keuangan perusahaan dalam suatu tahun tertentu dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan yang disusun dan dilaporkan kepada publik. Kinerja keuangan perusahaan yang baik akan mendorong manajemen perusahaan untuk tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan, sehingga para investor dapat melihat kondisi perusahaan yang baik dan mendorong investor untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut (Sanjaya, 2010). Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi perusahaannya. Tingkat profitabilitas menjadi unsur yang penting bagi perusahaan dan investor, semakin tinggi tingkat profitabilitas semakin baik reputasi perusahaan terhadap investor. Penelitian mengenai hubungan profitabilitas terhadap ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan telah dilakukan oleh Respati (2001), Ukago (2004), Sulistyo (2010), serta Dwiyanti (2010) yang menemukan
bukti
empiris
bahwa
profitabilitas
berpengaruh
terhadap
ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan. Penelitian-penelitian tersebut juga menunjukkan bukti bahwa perusahaan yang memperoleh laba cenderung tepat waktu menyampaikan laporan keuangannya dan sebaliknya jika mengalami rugi. Namun Penelitian Saleh (2004) dan Iyoha (2012) membuktikan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
5
Ukuran perusahaan diukur berdasarkan besar atau kecilnya perusahaan dengan melihat total aset atau kapitalisasi pasar yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyo (2010) yang meneliti faktorfaktor yang berpengaruh terhadap ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia, membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan, hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Permana (2012), Fagbemi dan Uadiale (2011), serta Vuran dan Adiloglu (2013) yang membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kadir (2011) dan Ibadin, et al (2011) membuktikan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap
ketepatwaktuan
penyampaian
laporan
keuangan
perusahaan. Laba (earning) merupakan ukuran kinerja atau keberhasilan bagi suatu perusahaan dan digunakan oleh investor dan kreditur untuk pertimbangan pengambilan keputusan melakukan investasi atau memberikan tambahan kredit dan menjadi perhatian pihak-pihak tertentu terutama dalam menaksir kinerja atas pertanggungjawaban
manajemen
dalam
pengelolaan
sumber
daya
yang
dipercayakan kepada mereka, serta dapat dipergunakan untuk memperkirakan prospeknya di masa depan. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1 menyatakan laba memiliki manfaat untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representative dalam jangka panjang, memprediksi laba dan menaksir resiko dalam investasi atau kredit. Bukti
6
yang menunjukkan bahwa investor menggunakan informasi laba akuntansi dalam pengambilan keputusan pertama kali ditemukan oleh Ball dan Brown (1968). Ball dan Brown (1968) menemukan bahwa pasar bereaksi setidaknya terhadap komponen laba dalam informasi akuntansi. Apabila pasar bereaksi berarti bahwa informasi digunakan untuk pengambilan keputusan (Scott, 2009:144). Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba tercermin dari tingginya koefisien respon laba (earnings response coefficient), Jika laba yang dilaporkan memiliki kekuatan respon maka menunjukkan laba yang dilaporkan berkualitas. Earnings response coefficient merupakan bentuk pengukuran kandungan informasi dalam laba sehingga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan, dan juga dapat meningkatkan kebermanfaatan keputusan dalam pelaporan keuangan. Semakin tinggi earning response coefficient akan semakin bagus karena menunjukkan informasi laba yang berkualitas dengan tingginya respon investor terhadap pengumuman laba. Pengumuman informasi laba saat diterbitkan atau dipublikasikan respon pasar terhadap informasi tersebut berbeda-beda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya (Scott 2009:153). Studi yang dilakukan oleh Beaver dkk (1969) menunjukkan bahwa laba memiliki kandungan informasi yang tercermin dalam harga saham. Sedangkan Lev dan Zarowin (1999) dalam Murwaningsari (2008) menggunakan earning response coefficient sebagai alternatif untuk mengukur value relevance informasi laba. Rendahnya earning response coefficient menunjukkan bahwa laba kurang informatif bagi investor untuk membuat keputusan ekonomi. Scott (2010:154)
7
menyatakan earnings response coefficient mengukur besarnya abnormal return saham dalam merespon komponen yang diharapkan dari laba yang dilaporkan perusahaan. Beberapa penelitian menunjukkan tidak adanya variasi earning response coefficient (Kormendi dan Lipe, 1987 dalam Mulyani dkk, 2007) dengan kata lain earning response coefficient relatif stabil. Sebaliknya penelitian Easton dan Zmijewski (1989) serta Collins dan Kothari (1989) dalam Murwaningsari (2008) menunjukkan bahwa respon pasar terhadap laba bervariasi tergantung jenis perusahaan dan rentang waktu. Informasi laba merupakan hal yang paling direspon oleh investor karena memberikan gambaran mengenai kinerja perusahaan, namun informasi laba saja kadang tidak cukup untuk dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investor karena ada kemungkinan informasi tersebut bias. Biasnya informasi laba antara lain disebabkan oleh penyampaian laporan keuangan yang tidak tepat waktu dan adanya praktek manajemen laba serta ketidak cukupan informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan. Ketepatwaktuan penyajian laporan keuangan ke publik adalah sebagai sinyal dari perusahaan yang menunjukkan adanya informasi yang bermanfaat untuk kebutuhan pembuatan keputusan dari investor (Wirakusuma, 2006). Semakin tepat waktu informasi laba akuntansi dipublikasikan, maka diharapkan semakin meningkat kandungan kualitas informasi laba akuntansi. Penelitian Murwaningsari (2008) dan Syafrudin (2004) menemukan bahwa ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan berpengaruh terhadap earning response coefficient. Namun penelitian Yanti (2015)
8
membuktikan bahwa ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan tidak berpengaruh terhadap earning response coefficient. Penelitian ini bertujuan menguji hubungan karakteristik perusahaan dengan earning response coefficient. Menurut Christine (2008) karakteristik perusahaan merupakan informasi privat/ spesifik yang membedakan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya diduga hal ini mempengaruhi earning response coefficient. Karakteristik perusahaan berdasarkan informasi akuntansi dijabarkan dalam tiga kategori variabel yaitu variabel yang berkaitan dengan struktur, variabel yang berkaitan dengan kinerja, dan variabel yang berkaitan dengan pasar.
Untuk variabel yang terkait kinerja (Wallace, 1994 dalam
Christine, 2008) menggunakan proksi profitabiltas dan ukuran perusahaan. Variabel yang terkait kinerja mencerminkan efektifitas dan kelangsungan hidup perusahaan menjadi informasi privat bagi investor yang mempengaruhi respon investor terhadap informasi laba dalam hubungan kinerja perusahaan dengan earning response coefficient. Earning response coefficient pada perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi ditemukan lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dengan profitabilitas rendah. Perusahaan yang menguntungkan mampu menyelesaikan operasi yang sedang dijalankan saat ini, yang diindikasikan dengan laba. Laba mencerminkan hasil penggunaan sumber daya perusahaan (Burgstahler dan Dichev,1997).
Penelitian
Kusumawardhani
dan
Nugroho
(2010)
dan
Setyaningtyas (2009) menyimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap earning response coefficient.
Namun penelitian Antasari dan Arfan (2008)
9
menemukan profitabilitas perusahaan tidak mempunyai terhadap earning response coefficient. Ukuran perusahaan secara langsung akan mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi maupun investasi perusahaan. Investor biasanya lebih memiliki kepercayaan pada perusahaan besar, karena perusahaan besar dianggap mampu untuk meningkatkan kinerja perusahaannya dengan berupaya meningkatkan kualitas labanya. Cho dan Jung (1991) dalam Margaretta (2006:12) menyatakan bahwa adanya pengaruh positif antara ukuran perusahaan dan earning response coefficient. Namun penelitian Antasari dan Arfan (2008) membuktikan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap earning response coefficient. Perusahaan besar yang memberikan informasi laba akan semakin mendapat respon dari pemegang saham jika laporan keuangan disampaikan secara tepat waktu. Hal ini disebabkan informasi perusahaan besar selama tahun berjalan akan selalu diikuti oleh investor (sebagai badnews atau goodnews). Sehingga ketika informasi keuangan diterima investor maka investor sudah dapat memberikan respon. Respon investor terhadap laba yang dilaporkan oleh perusahaan besar dipengaruhi oleh ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan. Penelitian Paramita (2012) membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap earning response coefficient melalui timeliness laporan keuangan. Sedangkan penelitian Murwaningsari (2008) tidak menemukan hasil yang signifikan antara ukuran perusahaan terhadap earning response coefficient melalui ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan.
10
Penelitian ini bertujuan menguji hubungan profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan dan implikasinya pada earning response coefficient perusahaan di Indonesia, khususnya perusahaan manufaktur. Pemilihan perusahaan-perusahaan publik yang masuk kategori perusahaan manufaktur ini didasarkan pada pertimbangan akan homogenitas dalam aktivitas produksinya dan kelompok industri ini yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok industri yang lain di Bursa Efek Indonesia.
1.2
Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka dapat
dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1) Apakah profitabilitas berpengaruh pada ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia? 2) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh pada ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia? 3) Apakah ketepatwaktuan pelaporan keuangan berpengaruh pada earning response coefficient perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia? 4) Apakah profitabilitas berpengaruh pada earning response coefficient perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia? 5) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh pada earning response coefficient perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
11
6) Apakah ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan memediasi pengaruh profitabilitas pada earning response coefficient perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia? 7) Apakah ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan memediasi pengaruh ukuran perusahaan pada earning response coefficient perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka adapun tujuan penelitian yaitu sebagai
berikut : 1) Untuk menguji pengaruh profitabilitas pada ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 2) Untuk
menguji
pengaruh
ukuran
perusahaan
pada
ketepatwaktuan
penyampaian laporan keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 3) Untuk menguji pengaruh ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan pada earning response coefficient perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 4) Untuk menguji pengaruh profitabilitas pada earning response coefficient perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 5) Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan pada earning response coefficient perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
12
6) Untuk menguji peran ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan dalam memediasi pengaruh profitabilitas pada earning response coefficient perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 7) Untuk menguji peran ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan dalam memediasi pengaruh ukuran perusahaan pada earning response coefficient perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
1.4
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memperluas pemahaman, tambahan informasi, dan pengetahuan baik secara konsep atau materi yang menjadi tambahan referensi dan dokumentasi bagi khalayak akademik nantinya, serta membantu dalam memperluas pengetahuan mengenai ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan dan earning response coefficient. Investor yang cerdas akan mempertimbangkan
ketepatwaktuan
penyampaian
laporan
keuangan.
Berdasarkan teori sinyal, pengungkapan informasi yang mengandung “berita bagus” akan mendapatkan respon positif oleh investor. Perbedaan respon di pasar efisien setengah kuat dimana informasi profitabilitas akan direspon positif oleh investor apabila laporan keuangan disampaikan tepat waktu. Berbeda dengan ukuran perusahaan, seorang investor merasa bahwa perusahaan besar mempunyai image yang baik di mata publik dan akan
13
mendapatkan respon positif dari investor tanpa memperhatikan laporan keuangan tersebut disampaikan tepat waktu atau tidak. 2) Manfaat Praktis Penelitian ini dapat menjadi acuan atau masukan bagi manajer perusahaan dan otoritas jasa keuangan mengenai earning response coefficient beserta faktor-faktor yang mempengaruhi seperti; profitabilitas, ukuran perusahaan dan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan perusahaan. Manajer perusahaan dapat lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya karena berpengaruh pada earning response coefficient perusahaan. Sedangkan otoritas jasa keuangan dapat menambah sanksi yang dikenakan bagi perusahaan yang tidak tepat waktu mempublikasikan laporan keuangannya.